DISUSUN OLEH :
T.A.2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang maha Esa, karena bimbingan-Nya maka saya bisa menyelesaikan
makalah ini dengan judul”Solusio Plasenta”.
Adapun makalah ini telah saya usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan dari berbagai buku sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini.
Saya menyadari dalam pembuatan makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan,
oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
dapat menyempurnakan makalah in
Akhirnya saya sebagai penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat diambil
manfaatnya
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi
prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa
kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak
pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika
plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan
mengakibatkan perdarahan yang hebat.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta
previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina
hampir tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang
sangat banyak pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang membuat solusio
plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan demikian seringkali perkiraan jumlah,
darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada
dalam keadaan syok.
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus
berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun, 15,5% disertai
pula oleh pre eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya
solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu.
Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit menegakkan
diagnosisnya dengan cepat. Solusio plasenta merupakan penyakit kehamilan yang relatif
umum dan dapat secara serius membahayakan keadaan ibu. Seorang ibu yang pernah
mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko yang lebih tinggi mengalami
kekambuhan pada kehamilan berikutnya
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi solusio plasenta ?
2. Apa saja klasifikasi dari solusio plasenta ?
3. Apa etiologi solusio plasenta?
4. Bagaimana patofisiologi dari solusio plasenta ?
5. Apa saja manifestasi klinis dari solusio plasenta ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk pasien dengan solusio plasenta ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan solusio plasenta ?
C. TUJUAN
BAB I
PEMBAHASAN
KLASIFIKASI
B. ETIOLOGI
Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui dengan jelas. Meskipun
demikian,beberapa hal di bawah ini di duga merupakan factor-faktor yang berpengaruh
pada kejadiannya,antara lain sebagai berikut :
1. Hipertensi esensial atau preeklampsi, Adanya desakan darah yang tinggi membuat
pembuluh darah mudah pecah sehingga plasenta sebagian terlepas.
2. Tali pusat yang pendek karena pergerakan janin yang banyak atau bebas.
3. Trauma abdomen seperti terjatuh terkelungkup,tendangan anak yang sedang di
gendong.
4. Tekanan rahim yang membesar pada vena cava inferior.
5. Uterus yang sangat kecil.
6. Umur ibu (< 20 tahun atau > 35 tahun
7. Ketuban pecah sebelum waktunya.
8. Defisiensi asam folat.
9. Merokok,alcohol,dan kokain.
10. Perdarahan retroplasenta.
11. Kekuatan rahim ibu berkurang pada multiparitas.
12. Peredaran darah ibu terganggu sehingga suplay darah ke janin tidak ada.
13. Pengecilan yang tiba-tiba dari uterus pada hidromnion dan gamely.
C. MANIFESTASI KLINIS
Beberapa gejala dari solusio plasenta adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan yang disertai nyeri.
2. Anemia dan syok,beratnya anemia dan syok sering tidak sesuai dengan banyaknya
darah yang keluar.
3. Rahim keras seperti papan dan terasa nyeri saat dipegang karena isi rahim bertambah
dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang (uterus en
bois).
4. Palpasi sulit dilakukan karena rahim keras.
5. Bunyi jantung biasanya tidak ada.
6. Pada toucher teraba ketuban yang teregang terus-menerus (karena isi rahim
bertambah).
7. Sering terjadi proteinuria karena disertai preeklampsi.
D. PATOFISIOLOGI
1. Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk
hematoma pada desidua,sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila
perdarahan sedikit,hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan
plasenta,pedarahan darah antara uterus dan plasenta belum terganggu,dan tanda serta gejala
pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir,yang pada pemeriksaan di
dapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah yang berwarna
kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah
meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan
perdarahannya. Akibatnya hematoma retroplasenter akan bertambah besar,sehingga sebagian
dan seluruh plasenta lepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyeludup di bawah
selaput ketuban keluar dari vagina atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong
ketuban atau mengadakan ektravasasi di antara serabut-serabut otot uterus.
Apabila ektravasasinya berlangsung hebat,maka seluruh permukaan uterus akan
berbercak biru atau ungu. Hal ini di sebut uterus Couvelaire (Perut terasa sangat tegang dan
nyeri). Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter,maka banyak
trombosit akan masuk ke dalam peredaran darah ibu,sehinga terjadi pembekuan intravaskuler
dimana-mana,yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya
terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di
uterus tetapi juga pada alat-alat tubuh yang lainnya.
Keadaan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila
sebagian besar atau seluruhnya terlepas,akan terjadi anoksia sehingga mengakibatkan
kematian janin. Apabila sebagian kecil yang terlepas,mungkin tidak berpengaruh sama
sekali,atau juga akan mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat menentukan beratnyaa
gangguan pembekuan darah,kelainan ginjal,dan keadaan janin. Makin lama penanganan
solusio plasenta sampai persalinan selesai,umumnya makin hebat komplikasinya.
2. Pada solusio plasenta,darah dari tempat pelepasan akan mencari jalan keluar antara
selaput janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar dari serviks hingga terjadilah
perdarahan keluar atau perdarahan terbuka.
Terkadang darah tidak keluar,tetapi berkumpul di belakang plasenta membentuk
hematom retroplasenta. Perdarahan semacam ini disebut perdarahan ke dalam atau
perdarahan tersembunyi.
Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas
karena seluruh perdarahan tertahan di dalam dan menambah volume uterus.Umumnya lebih
berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya syok.
Perdarahan pada solusio plasenta terutama berasal dari ibu,namun dapat juga berasal dari
anak.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hemotokrit, trombosit, waktu
protombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar fibrinogen, dan
elektrolit plasma.
2. Cardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin.
3. USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi dan keadaan janin.
F. PENATALAKSANAAN
1. Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi .
2. Sebelum dirujuk , anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri ,
tidak melakukan senggama , menghindari Peningkatan tekanan rongga perut .
3. Pasang infus cairan Nacl fisiologi . Bila tidak memungkinkan, berikan cairan peroral .
4. Pantau tekanan darah & frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya hipotensi /
syk akibat perdarahan .pantau pula BJJ & pergerakan janin .
5. Bila terdapat renjatan , segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah , bila tidak
teratasi , upayakan penyelamatan optimal dan bila teratsi perhatikan keadaan janin .
6. Setelah renjatan diatasi pertimbangkan seksio sesarea bila janin masih hidup atau
persalinan pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama .bila renjatan tidak dapat
diatasi , upayakan tindakan penyelamatan optimal .
7. Setelah syok teratasi dan janin mati , lihat pembukaan . bila lebih dari 6 cm pecahkan
ketuban lalu infus oksitosin . bila kurang dari 6 cm lakukan seksio sesarea .
8. Bila tidak terdapat renjatan dan usia gestasi kurang dari 37 minggu / taksiran berat janin
kurang dari 2.500 gr .
a. Biodata
Pada biodata yang perlu dikaji berhubungan dengan solusio plasenta antara lain :
1. Nama, Nama dikaji karena nama digunakan untuk mengenal dan
merupakan identitas untuk membedakan dengan pasien lain dan
menghindari kemungkinan tertukar nama dan diagnosa penyakitnya.
2. Jenis kelamin ,Pada solusio plasenta diderita oleh wanita yang sudah
menikah dan mengalami kehamilan.
3. Umur, Solusio plasenta cenderung terjadi pada usia lanjut (> 45 tahun)
karena terjadi penurunan kontraksi akibat menurunnya fungsi hormon
(estrogen) pada masa menopause.
4. Pendidikan ,Solusio plasenta terjadi pada golongan pendidikan rendah
karena mereka tidak mengetahui cara perawatan kehamilan dan penyebab
gangguan kehamilan.
5. Alamat ,Solusio plasenta terjadi di lingkungan yang jauh dan pelayanan
kesehatan, karena mereka tidak pernah dapat pelayanan kesehatan dan
pemeriksaan untuk kehamilan.
6. Riwayat persalinan ,Riwayat persalinan pada solusio plasenta biasanya
pernah mengalami pelepasan plasenta.
7. Status perkawinan ,Dengan status perkawinan apakah pasien mengalami
kehamilan (KET) atau hanya sakit karena penyakit lain yang tidak ada
hubungannya dengan kehamilan.
8. Agama ,Untuk mengetahui gambaran dan spiritual pasien sebagai
memudahkan dalam memberikan bimbingan kegamaan.
9. Nama suami ,Agar diketahui siapa yang bertanggung jawab dalam
pembiayaan dan memberi persetujuan dalam perawatan.
10. Pekerjaan , Untuk mengetahui kemampuan ekonomi pasien dalam
pembinaan selama istrinya dirawat
b. Keluhan utama
Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri ,Rahim keras seperti papan dan
nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan dorongan yang berkumpul
dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang. Perdarahan yang berulang-ulang.
c. Riwayat penyakit sekarang
Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darh, darah yang
keluar sedikit banyak, terus menerus.Akibat dari perdarahan pasien lemas dan
pucat.Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hypertensi esensialis atau
pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat mengecil
(hydroamnion gameli) dll.
g. pemeriksaan penunjang
Darah : Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit.
USG untuk mengetahui letak plasenta,usia gestasi, keadaan janin
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan ditandai dengan
conjungtiva anemis , acral dingin , Hb turun , muka pucat & lemas .
2) nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus di tandai terjadi distress / pengerasan
uterus , nyeri tekan uterus
3) cemas berhubungan dengan keadaan yang dialami
I. PERENCANAAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan 1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien
berhubungan dengan perdarahan 2. Monitor tanda-tanda vital
ditandai dengan conjungtiva 3. Kaji tingkat perdarahan setiap 15 – 30 menit
anemis , acral dingin , Hb turun , 4. Catat intake dan output
muka pucat & lemas 5. Kolaborasi pemberian cairan infus isotonic
6. Kolaborasi pemberian
7. tranfusi darah bila Hb rendah
Ny.M (45 tahun) datang ke RS bersama suaminya dengan membawa surat rujukan dari
bidan. Tertulis disurat status obstetri G6P4A1H37 mg dengan susp.solusio plasenta. Saat
dilakukan pengkajian , klien mengatakan mengalami perdarahan melalui vagina berwarna
kehitaman sejak tadi malam, disertai nyeri dan kram pada perut yang terus menerus serta janin
bergerak aktif.
pasien menceritakan selama kehamilan ini baru memeriksakan kehamilannya sekali, yaitu
pada saat dinyatakan (+) hamil 12 mg oleh bidan. Setelah itu tidak pernah lagi memeriksakan
kehamilan karena ini bukan kehamilan yang pertama. Sebelum kehamilan ini, klien mempunyai
riwayat perdarahan dan mengalami keguguran pada usia kehamilan 16 mg.
ANALISA DATA
RENCANA KEPERAWATAN
INTERVENSI
DIAGNOSA TUJUAN dan KRITERIA
NO KEPERAWATAN
KEPERAWATAN HASIL NOC
NIC
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan (4120)
perfusi jaringan keperawatan selama 3x 24 jam 1. monitor status hidrasi
masalah ketidakefektifan (misalnya membrane
perfusi jaringan diharapkan mukosa lembab, denyut
dapat teratasi dari nilai 4 nadi adekuat)
(berat ) menjadi 2 (ringan) 2. monitor tanda-tanda
dengan kriteria hasil perfusi vital
jaringan (0407) : 3. berikan terapi iv ,
1. suhu kulit ujung kaki dan seperti dianjurkan
tangan dalam rentang normal 4. berikan pemberian
2. Tekanan darah dalam rentng produk-produk darah
(trombosit dan plasma
normal
yang baru)
3. Denyut nadi dalam rentang
normal
3.muka tidak pucat
CATATAN EVALUASI
DIAGNOSA
N HARI/TGL/JA
KEPERAWA IMPLEMENTASI EVALUASI
o M
TAN
1 Ketidakefektif Senin/04-03- 1. memonitor status Senin/04-03-19
an perfusi 19 hidrasi (misalnya 15.00 wita
jariangan 10.00 wita membrane mukosa
perifer b.d lembab, denyut nadi S : - pasien
trauma adekuat) mengatakan
jaringan : membrane mukosa badannya masih
lembab denyut nadi lemas
lemah O : - muka masih
2. memonitor tanda-tanda terlihat agak
vital : pucat
TD = 100/70 mmhg - suhu kulit kaki
N = 103x/ mnt dan tangan
RR = 25x/ mnt hangat
S = 36 - ttv ,
3. memberikan terapi iv , TD : 100/70
seperti dianjurkan : mmhg
cairan infus Isotonik N : 103xmnt
dapat mengganti RR : 25 x/mnt
volume darah yng S : 36
hilang akibat A : - masalah
perdarahan ketidakefektifan
4. memberikan produk- perfusi jaringan
produk darah (trombosit teratasi sebagian
dan plasma yang baru)
P : - lanjutkan
intervensi
2. Nyeri akut b.d Senin /04-03- 1. lakukan pengkajian Senin /04-03-19
agen cedera 19 nyeri 15.45 wita
biologis 10.45 wita yang komprehensif
meliputi : S : - pasien
P = pasien mengatakan mengatakan
sakit diperut nyeri agak
Q = sakit dirasakan berkurang
seperti teriris-iris - pasien
R = di abdomen mengatakan
S= masih merasa
T= kram pada
Frekuensi nyeri terus perutnya
menerus
2. mengajarkan teknik O : - wajah pasien
relaksasi tampak rileks
dengan cara menarik A : - masalah nyeri
nafas dalam melalui akut teratasi
muut ditahan 2 detik sebagian
lalu dihembuskan P : - lanjutkan
melalui mulut intervensi
3. mengggali pengetahuan
dan kepercayaan pasien
mengenai nyeri
4. mengurangi faktor-
faktor yang dapat
meningkatkan nyeri
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Obstetric,William.Jakarta