Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN PLASENTA PREVIA

DI RUANG VK-BERSALIN
RS MOCH ANSARI SALEH

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Maternitas


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
MELLYSA
11194692010075

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS : PLASENTA PREVIA


NAMA MAHASISWA : MELLYSA
NIM : 11194692010075

Banjarmasin, November 2020

Menyetujui,

RS Moch Ansari Saleh Program Studi Profesi Ners


Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

Ns. Hj. Helmina, S.Kep Umi Hanik Fetriyah, Ns., M.Kep


NIK. ..................... NIK. ......................
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS : PLASENTA PREVIA


NAMA MAHASISWA : MELLYSA
NIM : 11194692010075

Banjarmasin, November 2020

Menyetujui,

RS Moch Ansari Saleh Program Studi Profesi Ners


Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

Ns. Hj. Helmina, S.Kep Umi Hanik Fetriyah, Ns., M.Kep


NIK. ..................... NIK. ......................

Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan Universitas Sari
Mulia

Mohammad Basit, S.Kep., Ns., MM


NIK. 1166102012053
1. Definisi
Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk bundar
dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 gram. Plasenta
merupakan organ yang sangat aktif dan memiliki mekanisme khusus untuk menunjang
pertumbuhan dan ketahanan hidup janin. Hal ini termasuk pertukaran gas yang efisien,
transport aktif zat-zat energi, toleransi imunologis terhadap imunitas ibu pada alograft dan
akuisisi janin. Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada
plasenta akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses persalinan.
Salah satu kelainan pada plasenta adalah kelainan implantasi atau disebut dengan plasenta
previa (Manuaba, 2005).
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal,
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali terkendala
memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada
keadaan normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak
ke arah fundus uteri (Prawirohardjo, 2008).
Selain pengertian diatas Chalik, (2008). Plasenta previa adalah plasenta yang
berimplantasi pada bagian segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh jalan lahir yang ditandai dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina
tanpa adanya rasa nyeri pada kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan
kedelapan.

2. Etiologi
Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya blastokis pada segman
bawah rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain mengemukakan bahwa yang
menjadi salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, yang
mungkin terjadi karena proses radang maupun atropi.

3. Faktor resiko
Menurut Chalik (2008) faktor risiko timbulnya plasenta previa belum diketahui secara
pasti namun dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa frekuensi plasenta previa tertinggi
terjadi pada ibu yang berusia lanjut, multipara, riwayat seksio sesarea dan aborsi
sebelumnya serta gaya hidup yang juga dapat mempengaruhi peningkatan resiko timbulnya
plasenta previa.
Menurut penelitian Wardana (2007) yang menjadi faktor risiko plasenta previa yaitu:
1. Risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih besar dibandingkan
dengan umur < 35.
2. Risiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar dibandingkan primigravida.
3. Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali lebih besar dibandingkan
dengan tanpa riwayat abortus.
4. Riwayat seksio sesaria tidak ditemukan sebagai faktor risiko terjadinya plasenta previa.
Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya blastokis pada segman
bawah rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain mengemukakan bahwa yang
menjadi salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, yang
mungkin terjadi karena proses radang maupun atropi.

4. Klasifikasi
Menurut Chalik (2008). Ada 4 derajat abnormalitas plasenta previa yang didasarkan atas
terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu yaitu :
a. Placenta Previa Totalis
Bila plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum pada pembukaan cervix 4 cm. Pada
posisi ini, jelas tidak   mungkin bayi dilahirkan per-vaginam (normal / spontan / biasa),
karena risiko perdarahan sangat hebat. Plasenta previa sentralis yaitu bila tali pusat
plasenta berada tepat dengan sentral kanalis servikalis.
b. Placenta Previa Partialis
Bila hanya sebagian / separuh plasenta yang menutupi ostium uteri internum pada
pembukaan cervik 4 cm. Pada posisi ini pun risiko perdarahan masih besar, dan
biasanya tetap tidak dilahirkan melalui per-vaginam.
c. Placenta Previa Marginalis
Bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir ostium uteri internum pada pembukaan
servik 4 cm. Bisa dilahirkan per-vaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.
d. Low-lying placenta (plasenta letak rendah, lateralis placenta atau kadang   disebut juga
dangerous placenta)
Posisi plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus, akan tetapi belum
sampai menutupi uteri internum. Pinggir plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas pinggir
ostium uteri internum, sehinnga tidak teraba pada pembukaan jalan lahir. Risiko
perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan per-vaginam
dengan aman, asal hati-hati.
5. Fatofisiologi
- bekas luka operasi pada uterus
- kehamilan multiple
- kehamilan multipara
- tumor endometrium
- vaskularisasi fundus ↓

vaskularisasi desidua menururn

Plasenta previa

Totalis Partialis Marginalis law lying

Bertambahnya usia kehamilan (trimester ke 3)

Uterus mengalami perubahan (semakin melebar dan servik mulai membuka)

Terjadi pembentukkan segmen bawah Rahim dan pembukaan ostium interna

Plasenta menenpel di segmen bawah Rahim/plasenta lepas dari dinding uterus

Sinus uterus robek/rupture

Perdarahan

Risiko
Kehilangan cairan HbO2 dalam O2 kejaringan pertumbuhan janin
fetus menurun terhambat/kematia
dan darah darah menurun
n janin

O2 kejaringan
Resti syok Metabolisme anaerob
menurun
hipovolemik
Penumpukan asam
laktat

Kelelahan
Perubahan perpusi
6. Tanda dan gejala jaringan utero
Intoleransi
plasenta
Gambaran klinik plasenta previa adalah sebagai berikut : Aktivitas
a) Perdarahan pervaginam
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau awal trimester
ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan pertama biasanya tidak
banyak sehingga tidak akan berakibat fatal, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu
lebih banyak dari perdarahan sebelumnya.
b) Tanpa alasan dan tanpa nyeri
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa nyeri yang
biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester kedua atau
sesudahnya.
c) Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan yang
sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, dapat
menimbulkan anemia sampai syok.
d) Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas panggul (PAP) akan
terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat menimbulkan
aspiksia sampai kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2005; Murah dkk, 1999).

7. Penatalaksanaan (Sandra, 2001)


a) Konservatif bila :
1. Kehamilan kurang 37 minggu.
2. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
3. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh perjalanan selama
15 menit).
Perawatan konservatif berupa :
1. Istirahat
2. Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.
3. Memberikan antibiotik bila ada indikasi.
4. Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif
maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan.
Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan
senggama.
b) Penanganan aktif bila :
1. Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
2. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
3. Anak mati
Penanganan aktif berupa :
1. Persalinan per vaginam.
2. Persalinan per abdominal.
Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up)
yakni dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan :
1. Plasenta previa marginalis
2. Plasenta previa letak rendah
3. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang,
kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya
sedikit perdarahan maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin pada
partus per vaginam bila gagal drips. Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio
sesar.
c) Penanganan (pasif)
1. Tiap perdarahan triwulan III yang lebih dari show harus segera dikirim ke Rumah sakit
tanpa dilakukan suatu manipulasi/UT.
2. Apabila perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartus, kehamilan belum
cukup 37 minggu/berat badan janin kurang dari 2.500 gram persalinan dapat
ditunda dengan istirahat, obat-obatan; spasmolitik, progestin/progesterone, observasi
teliti.
3. Siapkan darah untuk transfusi darah, kehamilan dipertahankan setua mungkin
supaya tidak prematur
4. Bila ada anemia; transfusi dan obat-obatan penambah darah.
Penatalaksanaan kehamilan yang disertai komplikasi plasenta previa dan janin
prematur tetapi tanpa perdarahan aktif, terdiri atas penundaan persalinan dengan
menciptakan suasana yang memberikan keamanan sebesar-besarnyabagi ibu maupun
janin. Perawatan di rumah sakit yang memungkinkan pengawasan ketat, pengurangan
aktivitas fisik, penghindaran setiap manipulasi intravaginal dan tersedianya segera
terapi yang tepat, merupakan tindakan yang ideal. Terapi yang diberikan mencangkup
infus larutan elektrilit, tranfusi darah, persalinan sesarea dan perawatan neonatus oleh
ahlinya sejak saat dilahirkan.
Pada penundaan persalinan, salah satu keuntungan yang kadang kala dapat diperoleh
meskipun relatif terjadi kemudian dalam kehamilan, adalah migrasi plasenta yang
cukup jauh dari serviks, sehingga plasenta previa tidak lagi menjadi permasalahn
utama. Arias (1988) melaporkan hasil-hasil yang luar biasa pada cerclage serviks yang
dilakukan antara usia kehamilan 24 dan 30 minggu pada pasien perdarahan yang
disebabkan oleh plasenta previa.
Prosedur yang dapat dilakukan untuk melahirkan janin bisa digolongkan ke dalam dua
kategori, yaitu persalinan sesarea atau per vaginam. Logika untuk melahirkan lewat
bedah sesarea ada dua :
a) Persalinan segera janin serta plasenta yang memungkinakan uterus untuk
berkontraksi sehingga perdarahan berhenti.
b) Persalinan searea akan meniadakan kemungkinan terjadinya laserasi serviks yang
merupakan komplikasi serius persalinan per vaginam pada plasenta previa totalis
serta parsial.

8. Kemungkinan Data Fokus


a) Wawancara
1. Pengumpulan data
a) Identitas klien : nama klien, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku atau
bangsa, pendididkan, pekerjaan, dan alamat.
b) Identitas Penanggung Jawab Pasien
2. Riwayat Penyakit
a) Keluhan utama :
 Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri.
 Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah
dengan dorongan yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim
tegang.
 Perdarahan yang berulang-ulang.
b) Riwayat penyakit sekarang
Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darh, darah yang
keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan
pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hypertensi esensialis
atau pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat mengecil
(hydroamnion gameli) dll.
c) Riwayat penyakit masa lalu
Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi, tali pusat pendek,
trauma, uterus / rahim feulidli.

d) Riwayat psikologis
Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak
mengetahui asal dan penyebabnya.
b) Pemeriksaan fisik (head to toe)
a) Keadaan umum
1. Kesadaran : composmetis sampai dengan koma
2. Postur tubuh : biasanya gemuk
3. Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa
4. Raut wajah : biasanya pucat
b) Tanda-tanda vital
1. Tensi : normal sampai turun (syok)
2. Nadi : normal sampai meningkat (> 100x / menit)
3. Suhu : normal / meningkat (> 37,5˚ c)
4. RR : normal / meningkat (> 22x / menit)
c) Anamnesa plasenta previa
1. Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu.
2. Sift perdarahan :
a. Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba
b. Tanpa sebab yang jelas
c. Dapat berulang
3. Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu atau janin dalam rahim
4. Pada inspeksi dijumpai
a. Perdarahan pervagina encer sampai menggumpal
b. Pada perdarahan yang banyak ibu tanpa anemis
d) Pemeriksaan fisik ibu
1. Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok
2. Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma.
3. Pada pemeriksaan dapat dijumpai  :
a. Tekanan darah, nadi dan pernafasan dalam batas normal
b. Tekanan darah turun, nadi dan pernafasan meningkat
c. Tanpa anemis
e) Pemeriksaan khusus
1. Pemeriksaan palpasi abdomen
a) Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur hamil.
b) Karena plasenta di segmen bahwa rahim, maka dapat dijumpai kelainan letak
janin dalam rahim dan bagian terendah masih tinggi.
2. Pemeriksaan denyut jantung janin
1. Bervariasi dari normal sampai ke ujung asfiksia dan kematian dalam rahim.
2. Pemeriksaan dalam dilakukan diatas meja operasi dan siap untuk segera
mengambil tindakan, Tujuan pemeriksaan dalam untuk :
a. Menegakkan diagnosa pasti
b. Mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan atau hanya
memecahkan ketuban.
c. Hasil pemeriksaan dalam teraba plasenta sekitar osteum, uteri, internum.
c) Pemeriksaan diagnostik
1. USG : biometri janin, indeks cairan amnion, kelainan congenital, letak dan derajat
maturasi plasenta. Lokasi plasenta sangat penting karena hal ini berkaitan dengan
teknik operasi yang akan dilakukan.
2. Kardiotokografi (KTG) : Kardiotokografi dalam Persalinan adalah suatu metoda
elektronik untuk memantau kesejahteraan janin dalam kehamilan dan atau dalam
persalinan. Dilakukan pada kehamilan > 28 minggu.
3. Laboratorium : darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan PDMO atau operasi, perlu
diperiksa faktor waktu pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula darah sewaktu.
Pemeriksaan lainnya dilakukan atas indikasi medis.
4. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh
janin.
5. Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu).
Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure).
Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi
dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
6. Isotop Scanning
Atau lokasi penempatan placenta
7. Amniocentesis
Jika 35-36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis untuk
menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin / spingomyelin [LS] atau kehadiran
phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi
direkomendasikan jika paru-paru fetal sudah mature.

9. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS : Plasenta previa Perubahan
 Klien klien mengeluh perpusi jaringan
badannya terasa lemas. Bertambahnya usia kehamilan utero plasenta
 Kontraksi uterus menurun (trimester ke 3)
 Gerakan janin berkurang.
Uterus mengalami perubahan
DO : (semakin melebar dan servik
 Klien tampak pucat mulai membuka)
 Tampak adanya
perdarahan pervaginam. Terjadi pembentukkan segmen
 TTV : bawah Rahim dan pembukaan
 TD : < 110-120/70-90 ostium interna
mmHg.
 Nadi : > 60-100 x/menit. Plasenta menenpel di segmen
 RR : > 22x/menit. bawah Rahim/plasenta lepas
 Suhu: Normal/meningkat dari dinding uterus
o
(>37,5 C).
 Djj : >/< 160x/menit Sinus uterus robek/rupture
 Hasil USG diperoleh
gambaran plasenta previa Perdarahan
menutupi pinggir, sebagian,
keseluruhan, ostium uteri HbO2 dalam darah menurun
interna, dan disegmen
bawah uterus. O2 kejaringan menurun
Perubahan perpusi jaringan
utero plasenta
2 DS : Plasenta previa Intoleransi
 Klien mengatakan badanya Aktivitas
lemas Bertambahnya usia kehamilan
 Klien mengeluh pusing. (trimester ke 3)

DO : Uterus mengalami perubahan


 Klien tampak tidak (semakin melebar dan servik
berenergi atau bertenaga mulai membuka)
 Klien kelelahan
 TTV : Terjadi pembentukkan segmen
 TD : < 110-120/70-90 bawah Rahim dan pembukaan
mmHg. ostium interna
 Nadi : > 60-100 x/menit.
 RR : > 22x/menit. Plasenta menenpel di segmen
 Suhu: Normal/meningkat bawah Rahim/plasenta lepas
(>37,5oC). dari dinding uterus
 Hb: < 11 g/dL
 ADL klien di bantu Sinus uterus robek/rupture
 Kekuatan otot klien :
5/5 Perdarahan
5/5
HbO2 dalam darah menurun

O2 kejaringan menurun

Metabolisme anaerob

Penumpukan asam laktat

Kelelahan
Intoleransi Aktivitas
3 DS : Plasenta previa Risiko Syok
 Klien mengatakan hipovoliemik
mengalami perdarahan Bertambahnya usia kehamilan
sejak trimester kedua atau (trimester ke 3)
awal trimester ketiga.
 Menurut klien, perdarahan Uterus mengalami perubahan
pertama yang keluar sedikit (semakin melebar dan servik
namun lama kelaman mulai membuka)
erdarahan bertambah
banyak. Terjadi pembentukkan segmen
bawah Rahim dan pembukaan
DO : ostium interna
 Klien tampak pucat
 Tampak adanya Plasenta menenpel di segmen
perdarahan pervaginam. bawah Rahim/plasenta lepas
 TTV : dari dinding uterus
 TD : < 110-120/70-90
mmHg. Sinus uterus robek/rupture
 Nadi : > 60-100 x/menit.
 RR : > 22x/menit. Perdarahan
 Suhu: Normal/meningkat
(>37,5oC). Kehilangan cairan dan darah
 Hasil USG diperoleh
gambaran plasenta previa Resti syok hipovolemik
menutupi pinggir, sebagian,
keseluruhan, ostium uteri
interna, dan disegmen
bawah uterus.
 Hb: < 11 g/dL

10. Diagnosa Keperawatan


1. Syok hipovoliemik b.d kehilangan cairan dan darah akibat perdarahan
2. Perubahan perpusi jaringan utero plasenta b.d kadar O2 ke jaringan janin/fetus menurun
3. Intoleransi Aktivitas b.d kelelahan
11. Intervensi keperawatan
No Dx Tujuan Intervensi Rasional
Kep
1 1 Umum : 1. Pantau tanda – tanda vital, penisian 1. Membantu menentukan beratnya
Setelah dilakuka tindakan kapiler pada dasar kuku, warna kehilangan darah, meskipun
keperawatan selama 1x24 membran mukosa/ kulit dan suhu. Ukur sianosis dan perubahan pada
jam syok hipovolemik tekanan vena sentarl, bila ada. tekanan darah, nadi adalah tanda-
teratasi. tanda lanjut dari kehilangan
sirkulasi atau terjadinya syok.
Khusus: 2. Evaluasi, laporkan, dan catat jumlah 2. Perkiraan kehilangan darah
Setelah dilakuka tindakan serta jumlah kehilangan darah. membantu membedakan
keperawatan selama 2-3 Lakukan perhitungan pembalut diagnosa, Setiap gram
jam syok hipovolemik Timbang pembalut pengalas. peningkatan berat pembalut sama
teratasi. dengan kehilangan kira-kira 1 ml
3. Posisikan klien dengan tepat, telentang darah.
Kriteria hasil: dengan panggul ditinggikan atau posisi 3. Menjamin keadekuatan darah yang
 TTV dalam batas normal semi-fowler. Hindari posisi tersedia untuk otak; peninggian
TD : 110-120/70-90 trendelenburg. panggul menghindari kompresi
N : 60-100x/menit vena kava. Posisi semi- fowler
RR: 16-22x/menit memungkinkan janin bertindak
Suhu : 36,3-37,50C 4. Hindari pemeriksaan rectal atau vagina sebagai tampon.
 Akral hangat 4. Dapat meningkatkan hemoragi,
 Kadar Hb dalam batas khususnya bila plasenta previa
normal (12-16g/dL). 5. Berikan larutan intravena, ekspander marginal atau total terjadi.
 Klien tidak tampak pucat plasma, darah lengkap, atau sel-sel 5. Meningkatkan volume darah
 Konjungtiva tidak Anemis kemasan, sesuai indikasi. sirkulasi dan mengatasi gejala-
 CRT : < 3 detik 6. Siapkan untuk kelahiran sesaria. gejala syok.
6. Hemoragi berhenti bila
plasenta diangkat dan sinus-
sinus vena tertutup.
2 2 Umum : 1. Perhatikan status fisiologis ibu dan 1. Kejadian perdarahan potensial
Setelah dilakuka tindakan janin, status sirkulasi, dan volume merusak hasil kehamilan,
keperawatan selama 1x24 darah. kemungkinan menyebabkan
jam tidak terjadi perubahan hipovolemia atau hipoksia
perpusi jaringan utero uteroplasenta.
plasenta. 2. Auskultasi dan laporkan DJJ , catat 2. Mengkaji berlanjutnya hipoksia
bradikardia atau takikardia. Catat janin. Pada awalnya, janin
Khusus: perubahan pada aktivitas janin berespon pada penurunan kadar
Setelah dilakuka tindakan (hipoaktivitas atau hiperaktivitas. oksigen dengan takikardia dan
keperawatan selama 2-3 peningkatan gerakan. Bila tetap
jam tidak terjadi perubahan defisit, bradikardia dan penurunan
perpusi jaringan utero aktivitas terjadi.
plasenta. 3. Anjurkan tirah baring pada posisi 3. Menghilangkan tekanan pada vena
miring kiri. kava inferior dan meningkatkan
Kriteria hasil: sirkulasi plasenta/janin dan
 TTV dalam batas normal pertukaran oksigen.
TD : 110-120/70-90 4. Berikan suplemen oksigen pada klien 4. Meningkatkan ketersediaan
N : 60-100x/menit oksigen untuk ambilan janin.
RR: 16-22x/menit 5. Ganti kehilangan darah/cairan ibu. 5. Mempertahankan volume sirkulasi
Suhu : 36,3-37,50C yang adekuat untuk transport
 Akral hangat oksigen.
 Kadar Hb dlam batas 6. Kolaborasi dengan dokter untuk 6. Pembedahan perlu bila terjadi
normal (12-16g/dL). persiapkan intervensi bedah dengan pelepasan plasenta yang berat,
 Klien tidak tampak pucat tepat. atau bila perdarahan berlebihan ,
 DJJ : 120-160x/menit terjadi penyimpangan oksigen
 Pergerakan bayi (+) janin, dan kelahiran vagina tidak
 Kontraksi uterus (+) mungkin.
 Tidak terjadi pembukaan
ostium interna.

3 3 Umum : 1. Kaji ulang keluhan klien. 1. Untuk mengidentifikasi masalah-


Setelah dilakukan tindakan masalah klien.
keperawatan 4x24 jam 2. Kaji hal-hal yang mampu atau yang 2. Untuk mengetahui tingkat
aktifitas terpenuhi secara tidak mampu dilakukan oleh klien. ketergantungan klien dalam
mandiri. memenuhi kebutuhannya.
Khusus: 3. Bantu klien untukmemenuhi 3. Pemberian bantuan sangat
Setelah dilakukan tindakan kebutuhan aktivitasnya sehari-hari diperlukan oleh klien pada saat
keperawatan selama 1x24 sesuai tingkat keterbatasan klien kondisinya lemah dan perawat
jam aktifitas terpenuhi (membatu kekamar mandi, mempunyai tanggung jawab dalam
secara bertahap, memberikan makan). pemenuhan kebutuhan sehari-hari
klien tanpa mengalami
Kriteria hasil: ketergantungan pada perawat.
 Klien mampu 4. Letakkan barang-barang di tempat 4. Akan membantu klien untuk
melakukan aktivitas yang mudah terjangkau oleh klien. memenuhi kebutuhannya sendiri
mandiri. tanpa bantuan orang lain.
 Kebutuhan aktivitas 5. Kolaborasi dengan keluarga dalam 5. Memudahkan klien pemenuhan
sehari-hari terpenuhi memenuhi kebutuhan. kebutuhan.
 Klien tampak segar
 Kekuatan otot
5/5
5/5
DAFTAR PUSTAKA

1. Chalik TMA. 2008. Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan. Ilmu
Kebidanan Edisi Keempat Cetakan Pertama. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
2. Manuaba, Ida bagus Gde, (2005). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga berencana unuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.
3. Murah Manoe dkk, 1999, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi.
Bagian /SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.
4. Prawirohardjo Sarwono, 2008, ed. Keempat. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina
Pustaka: Jakarta.
5. Sandra M. Nettina, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran
EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai