Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

SC DENGAN PLASENTA PREVIA

RUANG NIFAS RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH

BANJARMASIN

II

S T I K E S
EK

TA
R

OLEH :

MUHAMMAD AULIA RAHMAN, S. Kep

NIM. 14. 31. 0341

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

CAHAYA BANGSA BANJARMASIN

PROFESI-NERS

2015
LAPORAN PENDAHULUAN

SC DENGAN PLASENTA PREVIA

RUANG NIFAS RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH

BANJARMASIN

Di susun oleh :

Muhammad Aulia Rahman, S.Kep

NIM. 14. 31. 0341

Banjarmasin, September 2015

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

__________________ _________________
A. DEFINISI

Seksio sesarea ialah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan
dinding uterus. Dewasa ini cara ini jauh lebih aman dari pada dahulu berhubung dengan adanya
antibiotika, transfusi darah, tehnik operasi yang lebih sempurna, dan anesthesia yang lebih baik
(http://amanahtronik.blogspot.co.id).

INDIKASI SEKSIO SESAREA

Indikasi untuk melakukan seksio sesaria ialah:

 Disproporsi janin panggul

 Gawat ajnin

 Plasenta previa

 Pernah seksio sesarea

 Kelainan letak

 Incoordinate utrerine action

 Preeklamsia dan hipertensi

Pada kasus Plasenta Previa dapat dilakukan tindakan Seksio sesarea, Placenta Previa adalah
placenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi
jalan lahir. Pada keadaan normal placenta terletak dibagian bawah uterus (Sarwono
Prawirohardjo.2007)
Placenta Previa adalah posisi placenta yang berada di segmen bawah uterus, baik posterior
maupun anterior, sehingga perkembangann placenta yang sempurna menutupi os serviks (Helen
Varney.2007)

B. ETIOLOGI
Mengapa placenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat di terangkan.
Bahwasanya vaskularisasi yang berkurang, atau perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan
yang lampau dapat menyebabkan placenta previa didapati untuk sebagian besar pada penderita
dengan paritas tinggi. Memeang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke placenta tidak
cukup atau diperlukan lebih banyak seperti pada kehamilan kembar, placenta yang letaknya
normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya, sehingga mendekati atau menutupi sama
sekali pembukaan jalan lahir. (Sarwono Prawirohardjo.2007.367)
Placenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometriumnya kurang
baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua, keadaan ini
biasanya ditemukan pada :
1. Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek.
2. Mioma uteri.
3. Kuretasi yang berulang.
4. Umur lanjut.
5. Bekas seksio secarea.
6. Pembuahan imflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain.
Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan hipertrofi
placenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat ( lebih dari 20 batang sehari).
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan placenta harus tumbuh menjadi luas
untuk mencukupi kebutuhan janin. Placenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutup
ostium uteri internum. Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari
tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang terendah dekat ostiumuteri internium.
Placenta previa juga dapat terjadi palcenta yang besar dari yang luas, seperti pada eritroblastis,
diabeter melitus, atau kehamilan mulitpel. ( fakultas kedokteran padjajaran.2005).

C. TANDA DAN GEJALA

Tanda utama placenta previa adalah perdarahan pervaginam yang terjadi tiba-tiba dan tanpa
disertai nyeri. Ini terjadi selama trimester ketiga dan kemungkinan disertai atau dipicu oleh
iritabilitas uterus. Seorang wanita yang tidak bersalin, tetapi mengalami perdarahan pervaginam
tanpa nyeri pada trimester ketiga, harus dicurigai mengalami placenta previa. Malpresentasi
(sungsang, letak lintang, kepala tidak menancap) adalah kondisi yang umum ditemukan karena
janin terhalang masuk segmen bawah rahim. (Helen Varney.2007)

1. Gejala yang terpenting ialah perdarahan tanpa nyeri.


Pasien mungkin berdarah sewaktu tidur dan sama sekali tidak terbangun: baru waktu ia
bangun ia merasa bahwa kainnya basah. Biasanya perdarahan karena placenta previa baru
timbul setelah bulan ketujuh. Hal ini disebabkan oleh :
a. Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari abortus.
b. Perdarahan pada placenta previa disebabkan pergerakan antara placenta dan dinding
rahim.
Keterangannya adalah sebagai berikut :
setelah bulan ke-4 terjadi regangan pada dinding rahim karena isi rahim lebih cepat
tumbuhnya dari rahim sendiri. Akibatnya istimus uteri yang disebut segmen bawah rahim.
Pada placenta previa, tidak mungkin terjadi tanpa pergeseran antara placenta dan dinding
rahim. Saat perdarahan tergantung pada kekurangan insersi placenta dan kkekuatan tarikan
pada istimus uteri. Jadi, dalam kehamilan tidak perlu ada his untuk menimbulkan perdarahan,
tetapi sudah jelas dalam persalinan his pembukaan menyebabkan perdarahan karena sebagian
placenta di atas atau dekat ostium akan terlepas dari dasarnya. Perdarahan pada placenta
previa terjadi karena terlepasnya placenta dari dasarnya.
Perdarahan pada placenta previa bersifat berulang-ulang karena setelah terjadi pergeseran
antara placenta dan dindinga rahim. Oleh karena itu, regangan dinding rahim dan tarikan pada
serviks berkurang, tetapi dengan majunya kehamilan regangnya bertambah lagi dan
menimbulkan perdarahan baru. Darag terutama berasal dari ibu ialah dari ruangan intervilosa,
tetapi dapat juga berasal dari anak jika jaringan otot terputus atau pembuluh darah placenta
yang lebih besar terbuka.
2. bagian terendah anak sangat tinggi karena placenta teretak pada kutub bawah rahim sehingga
bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul.
3. Pada placenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada placenta lebih sering
disertai kelainan letak jika perdarahan disebabkan oleh placenta previa lateral dan marginal
serta robeknya marginal, sedangkan placenta letak rendah, robeknya beberapa cm dari tepi
placenta ( FKUP,2005.hal 86).
4. Perdarahan berulang.
5. Warna perdarahan merah segar.
6. Adanya anemia dan rehjatan yang sesuai dengan keluarnya darah.
7. Timbulnya perlahan-lahan.
8. Waktu terjadinya saat hamil.
9. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi.
10. Denyut jantung janin ada.
11. Teraba jaringan placenta pada periksa dalam vagina.
12. Presentasi mungkin abnormal.
D. PATOFISIOLOGI

1. Proses patologi tampaknya berhubungan dengan kondisi-kondisi yang mengubah fungsi


normal desidua uterus dan vaskularisasinya.
2. Perdarahan yang terjadi akibat robekan vili placenta dari dinding uterus karena kontraksi dan
dilatasi segmen bawah uterus, dapat terjadi ringan atau berat (keperawatan ibu-bayi baru
lahir.2005).
Perdarahan antepartum akibat placenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minngu saat semen
bawah uterus setelah terbuka dan mulai melebar serta menipis. Umumnya terjadi pada trimester
ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak megalami perubahan. Pelebaran SBR dan
pembukaan serviks menyebabkan sinus uterus robek karena lapasnya placeta dari dindinguterus
atau karena robekan sinus marginalis dari placenta. Perdarahan tidak dpat dihindari karena
ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada placenta
letak normal.(Kapita Selekta Kedokteran.2005.Hal 276)
E. KOMPLIKASI

Pada ibu dapt terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena perdarahan,
plasentitis, endometriosis. Pascasalin.
Bahaya ibu pada placenta previa antara lain:
a. Syok hipovolemik.
b. Infeksi- sepsis.
c. Emboli air (jarang).
d. Kelainan koagulopati sampai syok
e. Kematian.
Bahaya untuk anak antara lain:
a. Hipoksia
b. Anemi
c. Gawat janin.

F. PENATALAKSANAAN

1. Perawatan konserfatif berupa :


a. Istirahat
b. Memberikan hematinik dan spasmotolik untuk mengatasi anemia.
c. Memberikan antibiotik bila ada indikasi.
d. Pemeriksaan USG,Hb, Dan hematokrit.
2. Pemantauan tanda-tanda vital :
3. Therapy pengobatan placenta previa dapat dibagi menjadi 2 golongan:
a. Ekspektatif : dilakukan apabila janin masih kecil hingga kemungkinan hidup diluar
baginya kecil sekali.
b. Syarat therapy :
 Keadaan ibu dan anak masih baik ( Hbnya normal).
 Perdarahannya tidak banyak.
 Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit.
 Belum ada tanda-tanda infartu.

Seksio Sesaria

Prinsip utama dalam melaksanakan seksio sesaria adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga
walaupun kanin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.

Tujuan:

 Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan
menghentikan perdarahan.
 Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada servic uteri, jika janin dilahirkan
pervaginam
 Melahirkan pervaginam.

G. DATA FOKUS PENGKAJIAN

1. PRE-OPERASI SC
Perawatan sebelum kelahiran sesarea
Pengkajian dasar data klien
a. Sirkulasi: Hipertensi, perdarahan vagina mungkin ada.
b. Integritas ego: Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi dengan tanda kegagalan
dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita.
c. Makanan/ cairan: Nyeri epigastrik, gangguan penglihatan, edema (tanda-tanda hipertensi
karena kehamilan) (HKK).
d. Nyeri/ ketidaknyamanan: Distosia, persalinan lama/ fungsional, kegagalan induksi, nyeri
tekan uterus mungkin ada.
e. Keamanan:
 Penyakit hubungan seksual aktif (misal: herpes)
 Inkompabilitas Rh yang berat
 Adanya komplikasi ibu seperti HKK, diabetes, penyakit ginjal, jantung, atau
Infeksi asenden = trauma abdomen pranatal.
 Prolaps tali pusat, distres janin.
 Ancaman kelahiran janin premature.
 Presentasi bokong dengan versi sefalik eksternal yang tidak berhasil.
 Ketuban telah pecah selama 24 jam atau lebih lama.
f. Seksualitas: Disporposi sefalopelvis (CPD)
Kehamilan multipel atau gestasi (uterus sangat distensi)
Melahirkan sesarea sebelumnya, bedah uterus atau serviks sebelumnya.
Tumor/ neoplasma yang menghambat pelvis/ jalan lahir.
g. Penyuluhan/ pembelajaran: Kelahiran sesarea dapat atau mungkin tidak direncanakan,
mempengaruhi kesepian dan pemahaman klien terhadap prosedur.
h. Pemeriksaan diagnostic
 Hitung darah lengkap: Golongan darah (ABO) dan pengocokan silang, tes
coombs.
 Urinalisis: Menentukan kadar albumin atau glukosa.
 Kultur : Mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II.
 Pelvimetri : Menentukan CPD
 Amniosentesis : Mengkaji maturnitas paru janin
 Ultrasonografi : Melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan, kedudukan
dan presentasi janin.
 Tes sres kontraksi/ tes non stres:Mengkaji respon janin terhadap gerakan/ stres
dari pola kontraksi uterus/ pola abnormal.
 Pemantauan elektronik:Memastikan status janin/ aktivitas uterus.
2. PASCA OPERASI SC
Perawatan setelah kelahiran sesarea (4 jam sampai 5 hari pasca partum)
a. Pengkajian dasar data klien
Tinjau ulang catatan prenatal dan intra operatif dan adanya indikasi untuk kelahiran
searea.
b. Sirkulasi : Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml.
c. Integritas ego
Dapat menunjukkan labilitas emosional, dari kegembiraan, sampai ketakutan, marah atau
menarik diri.
Klien/ pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran dalam pengalaman
kelahiran, mungkin mengekspresikan ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.
d. Eliminasi
Kateter urinaris indweiling mungkin terpasang: urine jernih pucat.
Bising usus tidak ada, samar atau jelas.
e. Makanan/ cairan Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.
f. Neurosensasi
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
g. Nyeri/ ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber. Misal: trauma bedah/ insisi,
nyeri penyerta, distensi kandung kemih/ abdomen, efek-efek anestesia, mulut mungkin
kering.
h. Pernapasan
Bunyi paru jelas dan vaskuler.
i. Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda kering dan utuh.
Jalur parental bila digunakan paten can sisi bebas eritema, bengkok, nyeri tekan.
j. Seksalitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus.
Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan berlebihan/ banyak.
k. Pemeriksaan diagnostik
 Jumlah darah lengkap, hemoglobin/ hematokrit (Hb/Ht): mengkaji perubahan
dari kadar praoperasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan.
 Urinalis: kultur urine, darah, vaginal, dan lokhia: pemeriksaan tambahan
didasarkan kebutuhan individual.

H. ANALISA DATA
a. Pre Operasi

NO DATA ETILOGI MASALAH


1 DS : Agens Cidera Nyeri Akut
 Melaporkan nyeri secara
verbal
DO:
 Posisi untuk menahan nyeri
 Tingkah laku berhati-hati\
 Gangguan tidur
 Perubahan frekuensi
pernafasan
 Perubahan tekanan darah
 Sikap melindung area nyeri
 Fokus pada diri sendiri
2 DS : Perubahan dalam : status Ansietas
 Gelisah kesehatan
 Ketakutan
DO :
 Tampak waspada
 Bingung
 Wajah tegang
 Gemetar

3 Faktor Resiko : - Resiko Infeksi


 Pengetahuan yang tidak
cukup untuk menghindari
pemajanan patogen
 Pertahanan primer tubuh
yang tidak adekuat : trauma
jaringan

b. Post Operasi

NO DATA ETILOGI MASALAH


1 DS : Agens Cidera Nyeri Akut
 Melaporkan nyeri secara
verbal
DO:
 Posisi untuk menahan nyeri
 Tingkah laku berhati-hati\
 Gangguan tidur
 Perubahan frekuensi
pernafasan
 Perubahan tekanan darah
 Sikap melindung area nyeri
 Fokus pada diri sendiri
2 Faktor Resiko : - Resiko Infeksi
 Pengetahuan yang tidak
cukup untuk menghindari
pemajanan patogen
 Pertahanan primer tubuh
yang tidak adekuat : trauma
jaringan

3 Faktor Resiko : - Resiko


 Kehilangan volume cairan ketidakseimbangan
aktif volume cairan
 Kegagalan fungsi regulator
4 DS: Kelelahan umum Intoleran aktifitas
 Kesulitan membolak
balikkan posisi
DO :
 Penurunan waktu reaksi
 Keterbatasan kermampuan
melakukan keterampilan
motorik halus
 Keterbatasan kemampuan
melakukan keterampilan
motorik kasar

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pre Operasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera


2. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam : status kesehatan
3. Resiko Infeksi : Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemajanan patogen

b. Post Operasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera


2. Resiko infeksi : Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat : trauma jaringan
3. Resiko ketidak seimbangan volume cairan : kehilangan volume cairan aktif
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan umum

J. NCP
a. Pre Operasi

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Nyeri akut Setelah melakukan tindakan P A I N M A N A G E M E N T
berhubungan dengan keperawatan selama ... x24 1. lakukan pengkajian nyeri
agens cidera jam diharapkan nyeri teratasi secara konprehensif
kriteria hasil : termasuk lokasi,
1. melaporkan adanya nyeri karakteristik, durasi,
2. luas bagian tubuh yang frekuensi, kualitas dan
terpengaruhi faktorpresipitasi
3. frekuensi nyeri 2. observasi reaksi nonverbal
4. panjang episode nyeri dari ketidak nyamanan
5. pernyataan nyeri 3. gunakan teknik komunikasi
6. ekspresi nyeri pada teraupetik untuk mengetahui
wajah pengalaman nyeri pasien
7. posisi tubuh protektif 4. kaji kultur yang
8. kurangnya istirahat mempengaruhi respon nyeri
9. ketegngan otot 5. evaluasi pengalaman nyeri
10. perubahan pada masa lampau
frekuensi pernafasan 6. evaluasi bersama pasien dan
11. perubahan nadi tim kesehatan lain tentang
12. perubahan tekanan darah ketidak efektifan kontrol
13. perubahan ukuran pupil nyeri masa lampau
14. keringat berlebih 7. bantu pasien dan keluarga
15. kehilangan selera makan untuk mencari dan
menemukan dukungan
8. kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
9. kurangi faktor presifitasi
nyeri
10. pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
11. kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
12. ajarkan tentng tekhnik nnon
farmakologi
13. berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. evaluasi keefektifan kontrol
15. kolaborasi dengan dokter
jika ada keluhandan tindakan
nyeri tidakberhasil
16. monitor penerimaan pasien
tentang management nyeri
2 Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Gunakan pendekatan
berhubungan dengan keperawatan selama ... x yang menenangkan
perubahan dalam : 24jam diharapkan klien tidak 2. Utarakan dengan jelas
status kesehatan mengalami ansietas hamparan terhadap pelaku

Kriteria hasil pasien


3. Jelaskan semua prosedur
Axety control
dan apa yang dirasakan
1. Monitor intensitas selama prosedur
kecemasan 4. Pahami prespektif pasien
2. Menyingkirkan tanda terhadap situasi stress
kecemasan 5. Temani pasien untuk
3. Munurunkan stimulus memberikan keamanan
lingkungan ketika dan mengurangi takut
cemas 6. Berikan infor,asi faktiual
4. Merencanakan strategi mengenal diagnosis,
koping untuk situasi tindakan prognosis
penuh stress 7. Dorong keluarga untuk
5. Mencari informasi menemani anak
untuk menurunkan 8. Lakukan back/neck rub
cemas 9. Dengarkan dengan penuh
6. Menggunakan strategi perhatian
koping efektif 10. Identifikasi tingkat
7. Menggunakan teknik kecemasan
relaksasi untuk 11. Bantu pasien mengenal
menurunkan situasi yang menimbulkan
kecemasan kecemasan
8. Melaporkan 12. Dorong pasien untuk
penurunan durasi dari mengungkapkan perasaan
episode cemas ketakutan, persemsi
9. Melaporkan 13. Instruksikan pasien
peningkatan rentang menggunakan tekhnik
waktu antara episode relaksasi
cemas 14. Berikan obat untuk
10. Memepertahankan mengurangi kecemasan
penampilan peran
11. Mempertahankan
hubungan sosial
12. Mempertahankan
konsentrasi
13. Melaporkan tidak
adanya gangguan
persepsi sensori
14. Melaporkan tidak
adanya manifestasi
fisik dari kecemasan
15. Melaporkan
pemenuhan kebutuhan
tidur adekuat
16. Tidak ada manifestasi
perilaku kecemasan

3 Resiko infeksi : Setelah dilakukan tindakan I N F E C T I O N C O N T R O L


Pengetahuan yang keperawatan selama ... x24 1. bersihkan lingkungan
tidak cukup untuk jam, diharapkan infeksi tidak saetelah dipakaipasien lain
menghindari terjadi 2. pertahankan tekhnik isolasi
pemajanan patogen kriteria hasil: 3. batasi pengunjung bila perlu
1. pengetahuan tentang 4. instruksikan pada
resiko pengunjung untuk mencuci
2. monitor faktor resiko tangan saat berkunjung dan
dari lingkungan setelah berkunjung
3. memonitor faktor resiko meninggalkan pasien
dari perilaku personal 5. gunakan sabun anti mikroba
4. mengembangkan strategi untuk cuci tangan
kontrol resiko efektif 6. cuci tangan setiap sebelum
5. mengatur strategi dan sesudah tindakan
pengontrolan resiko keperawatan
seperti yang dibutuhkan 7. gunakan baju, sarung tangan
6. berkomitmen dengan sebagai alat perlindungan
strategi kontrol resiko 8. pertahankan lingkungan
yang direncanakan aseptik selama pemasangan
7. melaksanakan strategi alat
kontrol resiko yang 9. ganti letak IV periper dan
dipilih line central dan dressing
8. memodifikasi gaya hidup sesuai dengan petunjuk
untuk mengurangi resiko umum
9. menghindari paparan 10. gunakan kateter intermiten
yang bisa mengancam untuk menurunkan infeksi
kesehatan kandung kencing
10. berpartisipasi dalam 11. tingkatkan intake nutrisi
skrining resiko yang 12. berikan terapi ntibiotik bila
teridentifikasi perlu
11. berpartisipasi dalam
skrining masalah
kesehatan
12. memperoleh imunisasi
yang sesuai
13. menggunakan fasilitas
kesehatan sesuai
kebutuhan
14. menggunakan dukungan
personal untuk
mengontrol resiko
15. menggunakan dukungan
sosial untuk mengontrol
resiko
16. mengenali perubahan
status kesehatan
17. memonitor perubahan
status kesehatan

b. Post Operasi

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Nyeri akut Setelah melakukan tindakan P A I N M A N A G E M E N T
berhubungan dengan keperawatan selama ... x24 1. lakukan pengkajian nyeri
agens cidera jam diharapkan nyeri teratasi secara konprehensif
kriteria hasil : termasuk lokasi,
1. melaporkan adanya karakteristik, durasi,
nyeri frekuensi, kualitas dan
2. luas bagian tubuh faktorpresipitasi
yang terpengaruhi 2. observasi reaksi nonverbal
3. frekuensi nyeri dari ketidak nyamanan
4. panjang episode 3. gunakan teknik
nyeri komunikasi teraupetik
5. pernyataan nyeri untuk mengetahui
6. ekspresi nyeri pada pengalaman nyeri pasien
wajah 4. kaji kultur yang
7. posisi tubuh protektif mempengaruhi respon
8. kurangnya istirahat nyeri
9. ketegngan otot 5. evaluasi pengalaman nyeri
10. perubahan pada masa lampau
frekuensi pernafasan 6. evaluasi bersama pasien
11. perubahan nadi dan tim kesehatan lain
12. perubahan tekanan tentang ketidak efektifan
darah kontrol nyeri masa lampau
13. perubahan ukuran 7. bantu pasien dan keluarga
pupil untuk mencari dan
14. keringat berlebih menemukan dukungan
15. kehilangan selera 8. kontrol lingkungan yang
makan dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
9. kurangi faktor presifitasi
nyeri
10. pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
11. kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
12. ajarkan tentng tekhnik
nnon farmakologi
13. berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. evaluasi keefektifan
kontrol
15. kolaborasi dengan dokter
jika ada keluhandan
tindakan nyeri
tidakberhasil
16. monitor penerimaan pasien
tentang management nyeri

2 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan I N F E C T I O N C O N T R O L


Resiko infeksi : keperawatan selama ... x24 1. bersihkan lingkungan
Pertahanan tubuh jam, diharapkan infeksi tidak saetelah dipakaipasien lain
primer yang tidak terjadi 2. pertahankan tekhnik
adekuat : trauma kriteria hasil: isolasi
jaringan 1. pengetahuan tentang 3. batasi pengunjung bila
resiko perlu
2. monitor faktor resiko 4. instruksikan pada
dari lingkungan pengunjung untuk
3. memonitor faktor mencuci tangan saat
resiko dari perilaku berkunjung dan setelah
personal berkunjung meninggalkan
4. mengembangkan pasien
strategi kontrol resiko 5. gunakan sabun anti
efektif mikroba untuk cuci tangan
5. mengatur strategi 6. cuci tangan setiap sebelum
pengontrolan resiko dan sesudah tindakan
seperti yang keperawatan
dibutuhkan 7. gunakan baju, sarung
6. berkomitmen dengan tangan sebagai alat
strategi kontrol resiko perlindungan
yang direncanakan 8. pertahankan lingkungan
7. melaksanakan aseptik selama
strategi kontrol resiko pemasangan alat
yang dipilih 9. ganti letak IV periper dan
8. memodifikasi gaya line central dan dressing
hidup untuk sesuai dengan petunjuk
mengurangi resiko umum
9. menghindari paparan 10. gunakan kateter intermiten
yang bisa untuk menurunkan infeksi
mengancam kandung kencing
kesehatan 11. tingkatkan intake nutrisi
10. berpartisipasi dalam 12. berikan terapi ntibiotik
skrining resiko yang bila perlu
teridentifikasi
11. berpartisipasi dalam
skrining masalah
kesehatan
12. memperoleh
imunisasi yang sesuai
13. menggunakan
fasilitas kesehatan
sesuai kebutuhan
14. menggunakan
dukungan personal
untuk mengontrol
resiko
15. menggunakan
dukungan sosial
untuk mengontrol
resiko
16. mengenali perubahan
status kesehatan
17. memonitor perubahan
status kesehatan
3 Resiko ketidak  Fluid balance 1. Pertahankan catatan intake
seimbangan volume  (keseimbangan cairan) dan output yang akurat
cairan : kehilangan  Hydration 2. Monitor status hidrasi
volume cairan aktif  Nutritional Status : ( kelembaban membran
Food and Fluid Intake mukosa, nadi adekuat,
(status gizi:makanan tekanan darah ortostatik ),
dan intake cairan) jika diperlukan
Setelah dilakukan tindakan 3. Monitor hasil lab yang sesuai
keperawatan dengan retensi cairan (BUN ,
selama….. Hmt , osmolalitas urin,
defisit volume cairan teratasi albumin, total  protein )
dengan kriteria hasil: 4. Monitor vital sign setiap
1. Mempertahankan urine 15menit – 1  jam
output sesuai dengan 5. Kolaborasi pemberian cairan
usia dan BB, BJ urine IV
normal, 6. Monitor status nutrisi
2. Tekanan darah, nadi, 7. Berikan cairan oral
suhu tubuh dalam  batas 8. Berikan penggantian
normal nasogatrik sesuai output (50
3. Tidak ada tanda tanda –100cc/jam)
dehidrasi, Elastisitas 9. Dorong keluarga untuk
turgor kulit baik, membantu  pasien makan
membran mukosa 10. Kolaborasi dokter jika tanda
lembab, tidak ada rasa cairan  berlebih muncul
haus yang berlebihan meburuk
4. Orientasi terhadap waktu 11. Atur kemungkinan tranfusi
dan tempat baik 12. Persiapan untuk tranfusi
5. Jumlah dan irama 13. Pasang kateter jika perlu
pernapasan dalam  batas 14. Monitor intake dan urin
normal output setiap 8 jam
6. Elektrolit, Hb, Hmt
dalam batas normal
7. pH urin dalam batas
normal
8. Intake oral dan intravena
adekuat

4 Intoleran aktivitas setelah dilakukan tindakan ACTIVITY THERAPY


berhubungan dengan keperawatan selama ...x 24 1. tentukan penyebab toleransi
kelelahan umum jam, diharapkan aktivitas aktivitas( fisik, psikologi,
klien meningkat atau motivasional)
kriteria hasil : 2. berikan periode istirahat
1. saturasi oksigen dalam selama beraktivitas
rentang yang 3. pantau respon kardio
diharapkan saat polmunal sebelum dan
beraktivitas setelah melakukan aktivitas
2. HR dalam rentang yang 4. minimalkan kerja
diharapkan saat kardiovaskular dengan
beraktivitas memberikan posisi dari tidur
3. RR dalam rentang yang keposisi saetengah duduk
diharapkan saat 5. jika memungkinkan tingkatan
beraktivitas aktivitas secara bertahap (dari
4. tekanan darah sistol duduk, jalan, aktivitas
dalam rentang yang maksimal)
diharapkan saat 6. pastikan perubahan posisi
beraktivitas klien secara perlahan dan
5. tekanan darah diastole monitor gejala dari
dalam rentang yang intoleransi aktivitas
diharapkan saat 7. kolaborasi dengan diberikan
beraktivitaas terapi fisik
6. EKG dalambatas untukmembantupeningkatan
normal level aktivitas dari kekakuan
7. warna kulit 8. monitor dan catat
8. upaya pernafasan pada kemampuan untuk
respon terhadap mentoleransi aktivitas
aktivitas 9. monitor intake nutrisi untuk
9. langkah berjalan memastikan kecukupan
10. jarak berjalan sumber energi
11. saat menaiki tangga 10. ajarkan klien bagaimana
toleran menggunakan teknik
12. kuat mengontrol pernafasan ketika
13. laporan ADL beraktivitas
14. kemampuan bicara saat
latihan Energi Management
1. observasi adanya pembatasan
klien dalam melakukan
aktivitas
2. dorong klien untuk
mengungkapkan perasaan
terhadap keterbatasan
3. kaji adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan
4. monitornutrisi dan sumber
energi yang adekuat
5. monitor klien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan
6. monitor respon
kardiovaskular terhadap
aktivitas
7. monitor pola tidur dan
lamanya tidur atau istirahat
pasien
DAFTAR PUSTAKA

Amanahtronik. LP Seksio Sesarea. http://amanahtronik.blogspot.co.id/2012/03/lp-sc-seksio-


sesarea.html

Herdman. H.T. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Penerbit Buku
Kedokterran ECG. 2014

Mantrinews . Laporan Pendahuluan Secsio Sesarea.


http://mantrinews.blogspot.co.id/2011/12/laporan-pendahuluan-secsio-sesarea.html

Scribd.com. Nic Noc

Terrylay. Asuhan Keperawatan Seksio Sesarea.


http://terrylay.blogspot.co.id/2011/11/asuhan-keperawatan-seksio-sesarea.html

Anda mungkin juga menyukai