Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPARAWATAN PADA NY.

Z DENGAN PLASENTA PREVIA

DI RUANG KEBIDANAN RSUP M JAMIL PADANG

DISUSUN OLEH:

Nora Agustina

21131180

Kelompok H1

Dosen Pembimbing: Ises Reni, S.Kp, M.Kep

PROFESI NERS

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

T.A 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Persalinan atau partus merupakan proses fisiologis terjadinya kontraksi uterus


secara teratur yang menghasilkan penipisan dan pembukaan serviks yang
memungkinkan keluarnya janin dari uterus melalui jalan lahir yang berujung pada
pelahiran. Apabila muncul keadaan yang mengancam dari setiap proses ini para ahli
akan melakukan beberapa metode untuk mempercepat pelahiran dan mencegah
bahaya pada bayi baru lahir dan ibu. Salah satu dari metode yang sering digunakan
oleh para ahli obstetric ini adalah sectio caesarea (Reeder, dkk, 2014). Sectio
caesarea merupakan tindakan melahirkan janin melalui insisi yang dibuat pada
dinding abdomen dan uterus. Tindakan ini dilakukan sebagai pembedahan abdomen
mayor. Pertimbangan pelaksanaan sectio caesarea harus berdasarkan penilaian
prabedah secara lengkap yang mengacu pada syarat-syarat pembedahan dan
pembiusan (Reeder, dkk, 2014).
Prawirohardjo (2013) menyebutkan bahwa placenta previa merupakan salah
satu penyebab perdarahan obstetric pada kehamilan trimester 3 dan yang terjadi
setelah anak atau plasenta lahir, pada umumnya yang terjadi adalah perdarahan berat
yang jika tidak mendapat penanganan cepat bisa menyebabkan syok yang fatal. Pada
tahun 2015 WHO mencatat persentase persalinan dengan sectio caesarea di dunia
sekitar 10-15%. Sebanyak 22,3% terjadi perdarahan post sectio caesarea dengan
27,4% dari kejadian tersebut disebabkan oleh placenta previa. Asia berada di
peringkat ke dua terbanyak kejadian perdarahan post sectio caesarea akibat placenta
previa dengan angka 20,7% dari total kejadian.

Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2013, tingkat persalinan dengan cara


sectio caesarea di Indonesia mencapai 15,3% dari 20.591 ibu yang melahirkan dimana
placenta previa menyumbang 3% dari penyebab kejadian perdarahan. Sedangkan angka
persalinan dengan cara sectio caesarea di Sumatera Barat jauh melewati batas
maksimal dari standar yang ditentukan WHO yaitu mencapai 23,1% (Dinkes Sumatera
Barat, 2015).
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Defenisi Plasenta Previa
Plasenta previa merupakan implantasi di segmen bawah rahim dapat
disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi,
endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasaan plasenta untuk mampu
memberikan nutrisi pada janin, dan vilikorealis pada chorionleave yang persisten.19
Plasenta previa adalah plasenta atau biasa disebut dengan ari-ari yang letaknya tidak
normal, yaitu pada bagian bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan rahim. Pada keadaan normal ari-ari terletak dibagian atas
rahim (Aspiani, 2017).

2. Etiologi

Faktor-faktor resiko terjadinya plasenta previa antara lain :

a. Usia
Pada usia ibu kurang dari 20 tahun organ reproduksi seorang wanita belum siap untuk
menerima kehamilan, Ketidaksiapan jaringan endometrium dapat mengakibatkan
jaringan plasenta akan melebar diri untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin, sehingga
dapat menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum.23 Pada usia >35 tahun
ibu hamil berisiko terjadinya plasenta previa karena adanya penuaan uterus, sehingga
terjadi seklerosis pembuluh darah arteri kecil dan arteriole mometrium yang
menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak merata sehingga endometrium
menjadi kurang subur dan plasenta tumbuh dengan luas permukaan yang lebih besar,
untuk mendapatkan aliran darah yang adekuat, yang akhirnya menyebabkan
terjadinya plasenta previa.
b. Paritas ibu

Paritas adalah jumlah anak yang dikandung dan dilahirkan oleh ibu,baik lahir hidup
maupun lahir mati. Pada kehamilan pertama fundus merupakan tempat yang subur
dan tempat favorit untuk plasenta berimplantasi, tetapi seiring bertambahnya
frekuensi kehamilan kesuburan pada fundus akan semakin berkurang.

c. Riwayat Sectio Saesaria ( SC )

Sectio saesaria didefinisikan sebagai pelahiran janin melalui insisi di dinding


abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerotomi). Pada operasi sectiosesaria
dilakukan sayatan pada dinding uterus sehingga dapat mengakibatkan perubahan
atropi pada desidua dan berkurangnya vaskularisasi. Kedua hal tersebut dapat
mengakibatkan aliran darah ke janin tidak cukup dan mengakibatkan plasenta mencari
tempat yang lebih luas dan endometrium yang masih baik untuk berimplantasi yaitu di
segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium
uteriinternum, demikian pula dengan bekas operasi, kuretase dan manual plasenta.
Hal ini akan meningkat pada wanita yang sudah 2 kali atau lebih operasi
sectiosesariadimana jaringan parutnya lebih banyak.

d. Riwayat kuretase

Riwayat abortus juga meningkatkan terjadinya plasenta previa, disebabkan oleh


kuretase. Kuretase merupakan serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat
pada dinding kavumuteri dengan melakuan invasi dan memanipulasi instrumen
(sendok kuret) kedalamkavumuteri, sendok kuret akan melepaskan jaringan tersebut
dengan teknik pengerokan secara sistemik. Risiko plasenta previa pada wanita dengan
riwayat abortus 4 kali lebih besar dibandingkan dengan tanpa riwayat abortus dan
secara sistematis bermakna.

e. Tumor

Plasenta previa dapat disebabkan oleh tumor dalam hal ini mioma uteri dan polip
endometrium karena basanya mioma dan polip tersebut tumbuh pada fundusuteri
sehingga dalam kehamilan plasenta akan mencari tempat yang masih tersedia untuk
berimplantasi yaitu di segmen bawah rahim sehingga menutupi ostium uteriinternum.
Di samping itu tumor yang membesar dalam uterus dapat menekan plasenta sehingga
bergeser dan menutupi ostium uteriinternum.

f. Merokok dan kokain


Pada perempuan perokok dijumpai insidensi plasenta previa lebih tinggi dua sampai
tiga kali lipat. Hipoksemia akibat karbonmonoksida hasil pembakaran rokok
menyebabkan plasenta menjadi hipertropi sebagai upaya kompensasi.

g. Kehamilan Kembar

Kehamilan kembar mungkin menjadi risiko tinggi plasenta previa dibandingkan


dengan kehamilan tunggal karena adanya peningkatan masa plasenta dan adanya dua
tempat implamentasi.

3. Anatomi fisiologi

Secara umum, plasenta normal memiliki diameter 15 - 25 cm, ketebalan 2-3


cm, dan berat 500-600 gram17,18 atau bervariasi yaitu 1/6 dari berat lahir bayi.19,20
Plasenta terdiri dari dua sisi yaitu sisi maternal terdiri dari desisua kompakta yang
terdiri dari beberapa lobus dan kotiledon, sisi dimana plasenta berwarna merah gelap
dan terbagi-bagi dalam lobula dan kotiledon yang berjumlah antara 15-20. Darah ibu
mengalir di seluruh plasenta diperkirakan meningkat dari300 ml tiap menit pada
kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit padakehamilan 40 minggu.
Sedangkan sisi fetal yaitu bagian permukaan yang mengkilap, berwarna keabu-abuan
dan seperti tembus cahaya sehingga nampak jaringan pada sisi maternal, teridiri dari
korion frotundum dan villi. 21-23 Pada kehamilan aterm panjang tali pusat sekitar 55-
60 cm dengan diameter 2- 2,5 cm23, dan memiliki cukup banyak Wharton's jelly,
tidak bersimpul dan tidak memiliki thrombosis. Tali pusat yang normal memiliki dua
arteri dan satu vena. Selaput plasenta pada umumnya berwarna abu-abu, berkerut,
licin dan tembus cahaya. Selaput dan plasenta memiliki bau yang khas. Tali pusat
berhubungan dengan plasenta, insersi tali pusat apabila ditengah disebut insersio
sentral, agak ke pinggir disebut insersi lateralis dan apabila di tepi disebut
insersimarginalis.
Plasenta berfungsi sebagai barier protektif terhadap bakteri, namun
mikroorganisme seperti virus masih dapat menembus plasenta dan menginfeksi fetus.
Obat-obatan tertentu juga dapat menembus plasenta, seperti jenis acetaminophen
(tylenol) dan warfarin (antikoagulan). Plasenta juga dapat mentransfer antibodi dari
ibu ke sirkulasi tubuh janin yang kemudian dapat bertahan hingga beberapa bulan
setelah lahir.
4. Patofisiologi

Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20


minggu saat segmen bawah uterus membentuk dari mulai melebar serta menipis,
umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak
mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan servik
menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau
karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Pendarahan tidak dapat di hindarkan
karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti
pada plasenta letak normal. Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester
ketiga dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya. segmen
bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui
tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang
bertumbuh menjadi bagian dari uri.

Dengan melebarnya isthmus menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta


yang berimplantasi di situ sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan
pada desidua sebagai tapak plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar
(effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada
tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu
dari ruangan intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen
bawah rahim itu perdarahan pada plasenta previabetapapun pasti akan terjadi
(unavoidablebleeding). Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali
jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta yang mana perdarahan akan
berlangsung lebih banyak dan lebihan pembentukan selama. Oleh karena
pembentukan segmen bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan bertahap,
maka laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan (Sukarni & wahyu, 2013).
5. Manifestasi klinis

Keluhan utama atau keluhan satu satunya adalah perdarahan pervaginam tanpa
rasa nyeri. Pada kebanyakan kasus, perdarahan tidak diketahui sebabnya namun
mungkin didahului oleh trauma atau coitus. Perdarahan pertama hampir tidak pernah
membawa kematian. Perdarahan ini dapat berhenti dan kemudian mulai terjadi lagi,
kadang kadang darah menetes terus menerus sehingga pasien menjadi anemis.
Keistimewaan pada plasenta previa adalah bahwa derajat anemia atau shock setara
dengan jumlah darah yang hilang.

Menurut Sukarni & Wahyu (2013) tanda dan gejala dari placenta previa adalah
sebagai berikut:
a. Perdarahan pada vagina dengan nyeri
b. Perdarahan berulang
c. Warna perdarahan merah segar
d. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
e. Timbul nya perlahan- lahan
f. Waktu terjadi saat hamil
g. His biasanya tidak ada
h. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
i. Denyut jantung janin ada
j. Teraba jaringan vagina saat periksa dalam vagina
k. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
l. Presentasi mungkin abnormal

6. Pemeriksaan penunjang
a. Transabdominal ultrasonografi dalam keadaan kandung kemih kosong akan
memberi kepastian diagnosis plasenta previa dengan ketepatan tinggi sampai 96 –
98 % .
b. MagneticresonanceImaging (MRI) juga dapat digunakan untuk mendeteksi
kelainan pada plasenta termasuk plasenta previa
c. Pemeriksaan darah: hemoglobin, hematokrit.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan placenta previa menurut Saifudin, dkk (2014) sebagai
berikut:
a. Terapi ekspektatif :
1) Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir prematur, pasien
dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis.
2) Upaya diagnosis dilakukan secara non invasive. Pemantauan klinis dilaksanakan
secara ketat dan baik. Syarat pemberian terapi ekspentatif:
(a) Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
(b) Belum ada tanda-tanda in partu.
(c) Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal)
(d) Janin masih hidup.
3) Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis
4) Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi placenta, usia kehamilan,
profil biofisik, letak, dan presentasi janin.
5) Berikan tokolitik bila ada kontriksi :
(a) MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam.
(b)Nifedipin 3 x 20 mg /hari
(c) Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.
6) Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test) dari tes amniosentesis
7) Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu placenta masih berada di sekitar
ostium uteri iternum, maka dugaan placenta previa menjadi jelas sehingga perlu
dilakukan observasi dan koseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat
darurat.
8) Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien
dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar kota dan
jarak untuk mencapai rumah sakit lebih dari 2 jam) dengan pesan segera kembali ke
RS apabila terjadi perdarahan ulang.

b. Terapi aktif (tindakan segera)


(1) Untuk wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif
dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin.
(2) Untuk diagnosa placenta previa menentukan cara menyelesaikan persalinan,
setelah semua persyaratan di penuhi lakukan PDOM jika:
(a) Infus/ transfusi telah terpasang,kamar dan tim operasi telah siap.
(b) Kehamilan = 37 minggu (BB = 2500 gram) dan inpartu
(c) Janin telah meninggal atau terdapat anomali congenital mayor
(misal : Anensefali).
(d) Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati
PAP (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).
8. Komplikasi
Bahaya pada ibu dengan plasenta previa jika terjadi, yaitu perdarahan yang
hebat, Infeksi sepsis dan emboli udara. Sementara bahaya untuk janinnya antara lain
yaitu Hipoksia, Perdarahan dan syok. Keadaan yang menyertai kejadian plasenta
previa antara lain:
a. Kegagalan penurunan bagian terendah janin
b. Lebih sering terjadi pada presentase abnormal seperti presentase
c. bokong dan letak lintang mungkin karena plasenta menempati
d. bagian bawah uterus
e. Anomali fetus kongenital
f. Plasenta accreta, insidennya lebih tinggi daripada plasenta tertanam
g. pada bagian atas uterus
h. Lebih sering dijumpai perdarahan postpartum.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPARAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
Biasanya berisi nama, umur, agama, jenis kelamin, suku bangsa, status
perkawaninan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, nama rekam
medis, dan diagnosa medis.
b. Keluhan
Biasanya terjadi perdarahan pervaginam dengan nyeri, warna perdarahan
merah segar, perdarahan biasanya berulang.
c. Riwayat kesahatan
a) Riwayat Kesahatan Sekarang
Biasanya ada perdarahan pervagina tanpa nyeri, perasaan sakit di perut
secara tiba-tiba, warna darah merah segar, atau bekuan darah kehitaman.
b) Riwayat Kesahatan Dahulu
Biasanya ibu memiliki riwayat kehamilan dengan solusio plasenta,
abortus.
c) Riwayat Kesahatan Keluarga
Biasanya ibu tidak memiliki penyakit jantung, diabetes melitus.
d. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital : biasanya tekanan darah menurun, nadi menurun, suhu
meningkat
Tinggi badan : biasanya tidak ada masalah
Berat badan : biasanya tidak ada masalah
Lila : biasanya tidak ada masalah
Kepala : biasanya tidak ada benjolan, rambut bersih, tidak ada ketombe, tidak
ada benjolan
Mata : biasanya konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, simetris
Hidung : biasanya simetris, tidak ada polip
Telinga : biasanya simetris, tidak ada serumen
Mulut : biasanya simetris, membran mukosa pucat, tidak ada karies
Leher : biasanya tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan limfe
Dada
Paru I: biasanya simetris kiri dan kana
P : biasanya frekmitus kiri dan kana teraba
P : biasanya sonor
A : biasanya vesikuler

Jantung I: biasanya ictus cordis tidak terlihat

P: biasanya ictus cordis teraba di iga ke v midlavikularis

P : biasanya pekak

A : biasanya lup-dup

Abdomen I : biasanya datar, tidak ada lesi

A : biasanya bising usus normal

P : biasanya tidak ada benjolan, hepar tidak teraba

P : biasanya timpani
Ektremitas : biasanya kekuatan otot melemah, tidak ada udem, tidak ada
varises

Intergumen I: biasanya tidak ada lesi

P: biasanya tidak ada nyeri tekan

Neurologis : biasanya compos mentis

Payudara : biasanya tidak masalah

Genitalia : biasanya tidak ada masalah

Rectal : biasanya tidak ada masalah

e. Pola kebiasaan sehari-hari


- Pola persepsi dan penangan kesahatan
Biasanya klien kurang pengetahuan tentang plasenta previa dalam
kehamilan, penangan, perawatan
- Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya klien mengalami tidak napsu makan
- Pola eliminasi
Biasanya klien terpasang kateter
- Pola aktivitas dan latihan
Biasanya klien aktivitas sangat terbatas, cepat lelah
- Pola istirahat dan tidur
Biasanya klien mengalami perubahan pola tidur
- Pola seksualitas / reproduksi
Biasanya tidak ada masalah dengan seksualitas
- Pola peran hubungan
Biasanya klien terganggu dengan peran selama sakit
- Pola persepsi diri/konsep diri
Biasanya tidak ada masalah
- Pola koping tolerensi stress
Biasanya mengalami gangguan akibat nyeri
- Pola keyakinan nilai
Biasanya tidak memiliki masalah dalam spritual
f. Pemeriksaan penunjang
Biasanya pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui kadar hb setelah
operasi, pemeriksaan USG
g. Terapi / penetalaksanaan
Biasanya obat-obatan Mgso4, nifedipin, betamethason.

2. Diagnosa Keparawatan
1) Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif
2) Resiko infeksi b/d penurunan Hb
3. Intervensi Keparawatan

No Diagnosa Slki Siki


keparawatan
1. Hipovelemia Status cairan Manajemen hipovolemia
b/d Kriteria hasil Tindakan
kehilangan  Kekuatan nadi Observasi
cairan aktif meningkat  Periksa tanda dan
 Frekuensi nadi gejala hipovoemia mis
membaik frek nadi meningkat,
 Suhun tubuh nadi teraba lemah,
membaik tekanan darah
 Kadar hb membaik menurun, turgor kulit

 Kadar ht membaik menurun.


 Monitor intake dan
output cairan
Terapuetik
 Hitung kebutuhan
cairan
Edukasi
 Anjurkan
memperbanyak asupan
oral
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
cairan iv isotonis
(Nacl, kl)
2. Resiko Tingkat nyeri Pencegahan infeksi
infeksi b/d Kriteria hasil Tindakan
penurunan  Demam menurun Observasi
hb  Kadar sel darah  Memonitor tanda
putih membaik dan gejala infeksi
 Nyeri menurun loakl dan sistemik

 Vesikel menurun Terapeutik

 Napsu makan  Pertahankan teknik

membaik aseptik pada pasien


berisiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara
memeriksa luka
operasi
 Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
BAB III
LAPORAN KASUS

Nama mahasiswa : Nora Agustina


Nim : 21131180
Tanggal pemgkajian : 13 september 2021

A. Identitas pasien
Nama : Ny. Z
Umur : 26 tahun
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat : kerinci
Tanggal masuk : 13 september 2021
B. Keluhan utama
Ny. Z datang dari Igd pada tanggal 13 september 2021 jam 10.00 wib, Ny.
Z rujukan dari Rsud Solok dengan kelihan nyeri pinggang menjalar ke ari-
ari, keluar lendir dari kemaluan.
C. Riwayat Kesahatan
a) Riwayat Kesahatan Sekarang

Saat dilakukan pengakajian tanggal 10 september 2021, klien


mengatakan nyeri pada luka operasi di area perut bawah, klien
mengatakan nyeri hilang timbul, klien mengatakan keluar darah pada
area pervaginamnya, klien mengatakan sulit tidur, klien mengatakan
letih, klien tampak meringgis, klien tampak gelisah

b) Riwayat Kesahatan Dahulu


Klien mengatakan pernah mengalami abortus.
c) Riwayat Kesahatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarga menderita hipertensi, jantung,
diabetes melitus.
D. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 97/60 mmhg
Nadi : 105x/i
Pernapasan : 19x/i
Suhu : 36,9 derajat celcius
Tinggi badan : 154 cm
Berat badan : 60 kg
Lila : 23 cm
Kepala : tidak ada benjolan, rambut bersih, tidak ada ketombe
Mata : konjungtiva anemis
Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan limfe
Dada
Paru I: simetris kiri dan kana
P : frekmitus kiri dan kana teraba
P : sonor
A : vesikuler

Jantung I: ictus cordis tidak terlihat

P: ictus cordis teraba di iga ke v midlavikularis

P : pekak

A : biasanya lup-dup

Abdomen I : datar, tidak ada lesi, bekas operasi

A : biasanya bising usus 12x/i

P : tidak ada benjolan, hepar tidak teraba

P : timpani

Ektremitas : kekuatan otot melemah, tidak ada udem, tidak ada varises

Intergumen I: tidak ada lesi, turgor kulit pucat

P: biasanya tidak ada nyeri tekan, ctr > 3 dtk, akral teraba
dingin

Neurologis : compos mentis

Payudara : puting susu menonjol

Genitalia : lochea rubra warna merah segar, bau amis darah


Rectal : tidak ada masalah

h. Pola kebiasaan sehari-hari


- Pola persepsi dan penangan kesahatan
klien kurang pengetahuan tentang plasenta previa dalam kehamilan,
penangan, perawatan
- Pola nutrisi dan metabolisme
klien mengalami tidak napsu makan
- Pola eliminasi
klien terpasang kateter
- Pola aktivitas dan latihan
klien aktivitas sangat terbatas, cepat lelah
- Pola istirahat dan tidur
klien mengalami perubahan pola tidur karena nyeri post operasi caesar
- Pola seksualitas / reproduksi
tidak ada masalah dengan seksualitas
- Pola peran hubungan
klien terganggu dengan peran selama sakit
- Pola persepsi diri/konsep diri
tidak ada masalah
- Pola koping tolerensi stress
Biasanya mengalami gangguan akibat nyeri
- Pola keyakinan nilai
tidak memiliki masalah dalam spritual
E. Pemeriksaan penujang
Pemeriksaan darah lengkap
Hb 8,8 g/dl (N: gr/dl
Kreatinin 0,6
Leukosit 8850 (N: 5-10)
Trombosit 347000 (N: 150-400)

Terapi
Ceftriaxon 2x1 gr
Vit k 3x 1 ampul
Parasetamol 3x 500 gr
Transamin 3x500

Analisa Data

No Data penunjang masalah etiologi


1. Ds Perfusi perifer tidak Penurunan
-klien mengatakan letih efektif konsentrasi
Do hemoglobin
-Ctr >3 detik
-Akral teraba dingin
-Warna kulit pucat
-Hb 8,8 gr/dl
2. Ds Nyeri akut Agen cedera fisik
-klien mengatakan nyeri pada luka (prosedur operasi)
operasi diarea perut bawah
-klien mengatakan nyeri hilang
timbul
Do
-klien tampak meringgis
-nadi 105x/i
Klien tampak gelisah
3. Ds Risiko perdarahan Komplikasi
-klien mengatakan keluar darah kehamilan
pada area pervaginamnya (plasenta previa)
Do
-Tekanan darah : 97/60 mmhg
-Nadi 105x /i
-Hb 8,8 gr/dl
-Konjungtiva anemis
-Terdapat lochea rubra warna
merah segar, bau amis darah

Diagnosa keparawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi hemoglobin
2. Nyeri akut b/d agen cedara fisik (prosedur operasi)
3. Risiko perdarahan b/d komplikasi kehamilan (plasenta previa)

Intervensi keparawatan

No Diagnosa Slki Siki


Keparawatan
1. Perfusi perifer Perfusi perifer Perawatan sirkulasi
tidak efektif b/d Kriteria hasil Tindakan
penurunan  Warna kulit pucat Observasi
konsentrasi menurun  Periksa tanda
hemoglobin  Akral membaik sirkulasi perifer
 Pengisian kapiler (nadi perifer,
membaik edema, pengisian
 Denyut nadi perifer kapiler, warna
meningkat suhu, ankle

 Kelemahan otot brachial index)

menurun  Monitor panas,


kemarahan, nyeri,
bengkak pada
eksteremitas
Terapeutik
 Hindari
pemasangan infus
atau pengambilan
darah di area
keterbatasan
perfusi
 Lakukan
pencegahan
infeksi
Edukasi
 Ajarkan program
diet untuk
memperbaiki
sirkulasi ( rendah
lemak jenuh,
minyak ikan
omega 3)
2. Nyeri akut b/d Tingkat nyeri Manajemen nyeri
agen cedara fisik Kriteria hasil Tindakan
(prosedur  Keluhan nyeri Obeservasi
operasi) menurun  Identifikasi
 Meringgis menurun lokasi,
 Gelisah menurun karakteristik,

 Kesulitan tidur durasi, frekuensi,

menurun kualitas,

 Sikap protektif intensitas nyeri

menurun  Identifikasi skala


nyeri
 Indentifikasi
respon nyeri non
verbal
Terapeutik
 Berikan teknik
non farmakalogis
untuk mengurangi
rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi
 Jelaskan
penyebab,
periode dan
pemicu nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
analgesik, jika
perlu
3. Risiko Tingkat perdarahan Pencegahan perdarahan
perdarahan b/d Kriteria hasil Tindakan
komplikasi  Hemoglobin membaik Observasi
kehamilan  Tekanan darah  Monitor tanda
(plasenta previa) membaik dan gejala
 Suhu tubuh membaik perdarahan

 Kelembapan membran  Monitor nilai


mukosa meningkat hematokrit

 Hematokrit membaik hemoglobin


sebelum dan
setelah
kehilangan darah
Terapeutik
 Pertahankan bed
rest selama
perdarahan
 Batasi tindakan
invasif, jika perlu
Edukasi
 Jelaskan tanda
dan gejala
perdarahan
 Anjurkan
meningkatkan
asupan makanan
dan vitamin k
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian produk
darah, jika perlu

Catatan perkembangan

Hari/ No Implementasi Hari/tgl/ Evaluasi ttd


tgl/jam dx jam
Selasa, 1.  memeriksa tanda sirkulasi Selasa, S: klien
14/9/20 perifer (nadi perifer, 14/9/202 mengatakan
21 edema, pengisian kapiler, 1 masil lemah
Jam warna suhu, ankle brachial Jam O:
10.00 index) 11.00 -Klien tampak
wib  Memonitor panas, wib pucat
kemarahan, nyeri, bengkak -Membran
pada eksteremitas mukosa pucat
 mengindari pemasangan A: masalah
infus atau pengambilan teratasi sebagian
darah di area keterbatasan P: intervensi di
perfusi lanjutkan

 melakukan pencegahan Perawatan

infeksi sirkulasi

2  mengidentifikasi lokasi, S: klien


karakteristik, durasi, mengatakan
frekuensi, kualitas, masih terasa
intensitas nyeri nyeri
 mengidentifikasi skala O: klien tampak
nyeri meringgis
 mengindentifikasi respon Skala nyeri 3
nyeri non verbal A: masalah

 memberikan teknik non teratasi sebagian

farmakalogis untuk P: intervensi di

mengurangi rasa nyeri lanjutkan


Manajemen
 memfasilitasi istirahat dan nyeri
tidur
 menjelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
 menkolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu

3.  Memonitor tanda dan S: klien


gejala perdarahan mengatakan
 Memoonitor nilai masih keluar
hematokrit hemoglobin darah pada area
sebelum dan setelah pervaginamny
kehilangan darah O:
 mempertahankan bed rest -terdapat lochea
selama perdarahan rubra warna

 membatasi tindakan merah, bau amis

invasif, jika perlu darah

 menjelaskan tanda dan A: masalah

gejala perdarahan teratasi sebagian

 meganjurkan P: intervensi

meningkatkan asupan dilanjutkan

makanan dan vitamin k \pencegahan


perdarahan
 mengkolaborasi pemberian
produk darah, jika perlu
Rabu, 1.  memeriksa tanda sirkulasi Selasa, S: klien
15/9/20 perifer (nadi perifer, 15/9/202 mengatakan
21 edema, pengisian kapiler, 1 masil lemah
Jam warna suhu, ankle brachial Jam O:
09.00 index) 10.00 -Klien tampak
wib  Memonitor panas, wib pucat
kemarahan, nyeri, bengkak -Membran
pada eksteremitas mukosa pucat
 menghindari pemasangan A: masalah
infus atau pengambilan teratasi sebagian
darah di area keterbatasan P: intervensi di
perfusi lanjutkan
 melakukan pencegahan Perawatan
infeksi sirkulasi

2  mengidentifikasi lokasi, S: klien


karakteristik, durasi, mengatakan
frekuensi, kualitas, masih terasa
intensitas nyeri nyeri
 Identifikasi skala nyeri O: klien tampak
 Indentifikasi respon nyeri meringgis
non verbal Skala nyeri 3

 Berikan teknik non A: masalah

farmakalogis untuk teratasi sebagian

mengurangi rasa nyeri P: intervensi di

 Fasilitasi istirahat dan lanjutkan

tidur Manajemen

 Jelaskan penyebab, nyeri

periode dan pemicu nyeri


 Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu

3.  Memoonitor tanda dan S: klien


gejala perdarahan mengatakan
 Memoonitor nilai masih keluar
hematokrit hemoglobin darah pada area
sebelum dan setelah pervaginamny
kehilangan darah O:
 memperertahankan bed -terdapat lochea
rest selama perdarahan rubra warna

 membatasi tindakan merah, bau amis

invasif, jika perlu darah


 Jelaskan tanda dan gejala A: masalah
perdarahan teratasi sebagian
 meganjurkan P: intervensi
meningkatkan asupan dilanjutkan
makanan dan vitamin k \pencegahan
 mengkolaborasi pemberian perdarahan
produk darah, jika perlu
Kamis 1.  memeriksa tanda sirkulasi Kamis, S: klien
16/9/20 perifer (nadi perifer, 15/9/202 mengatakan
21 edema, pengisian kapiler, 1 masih lemah
Jam warna suhu, ankle brachial Jam O:
13.00 index) 14.00 -klien tampak
wib  Memonitor panas, wib pucat
kemarahan, nyeri, bengkak -conjungtiva
pada eksteremitas anemis
 menghindari pemasangan A: masalah
infus atau pengambilan teratasi sebagian
darah di area keterbatasan P: intervensi di
perfusi lanjutkan

 melakukan pencegahan Perawatan

infeksi sirkulasi

2  mengidentifikasi lokasi, S: klien


karakteristik, durasi, mengatakan
frekuensi, kualitas, masih terasa
intensitas nyeri nyeri
 Identifikasi skala nyeri O: klien tampak
 Indentifikasi respon nyeri meringgis
non verbal Skala nyeri 3

 Berikan teknik non A: masalah

farmakalogis untuk teratasi sebagian

mengurangi rasa nyeri P: intervensi di

 Fasilitasi istirahat dan lanjutkan


tidur Manajemen
 Jelaskan penyebab, nyeri
periode dan pemicu nyeri
 Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu

3.  Memoonitor tanda dan S: klien


gejala perdarahan mengatakan
 Memoonitor nilai masih keluar
hematokrit hemoglobin darah pada area
sebelum dan setelah pervaginamny
kehilangan darah O:
 memperertahankan bed -terdapat lochea
rest selama perdarahan rubra warna

 membatasi tindakan merah, bau amis

invasif, jika perlu darah

 Jelaskan tanda dan gejala A: masalah

perdarahan teratasi sebagian

 meganjurkan P: intervensi

meningkatkan asupan dilanjutkan

makanan dan vitamin k \pencegahan


perdarahan
 mengkolaborasi pemberian
produk darah, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani. 2017. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi NANDA, NIC, dan
NOC. Jakarta : CV. Trans Info Media
Sukarni, Kemi dan Wahyu P. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Nuha
Medika
Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keparawatan Indonesia: Defenisi Dan Indikator
Diagnostik.Jakarta:DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keparawatan Indonesia : Defenisi Dan Tindakan
Keparawatan. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keparawatan Indonesia : Defenisi Dan Kriteria Hasil
Keparawatan. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai