Anda di halaman 1dari 66

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN

PELAYANAN ANTENATAL IBU HAMIL PADA MASA

PANDEMI COVID - 19 DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS LAPAI KOTA PADANG

PROPOSAL
PENELITIAN KEPARAWATAN MATERNITAS

Oleh
NORA AGUSTINA
171211296

PROGRAM STUDI S1 KEPARAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada awal bulan Maret tahun 2020, di Indonesia sendiri sudah

mulai dilanda pandemi Covid-19 yang mengakibatkan pergerakan setiap

orang sangat terbatas hingga sampai melakukan PSBB (Pembatasan Sosial

Berskala Besar) untuk memutus mata rantai penularan Covid-19. Virus

Corona yang dikenal sebagai Covid- 19 Oleh sebab itu, sebagian besar ibu

hamil merasa enggan melakukan pemeriksaan kehamilan saat pandemic

Covid-19 karena takut terinfeksi virus corona (Sinambela, dkk, 2021).

Berdasarkan data kasus wanita terkonfirmasi positif di Amerika

Serikat pada agustus 2020 sejumlah 15.735 jiwa (0,3% dari total kasus

terkonfirmasi positif). Menurut data perkumpulan Obstetri dan Ginekologi

Indonesia (POGI) Jakarta, 13,7% ibu hamil lebih mudah infeksi Covid-

19, dibandingkan mereka yang tidak hamil. Wanita yang terpapar SARS-

CoV-2 dapat terjadi pada trimester pertama, kedua, maupun ketiga. Pada

tahap awal kehamilan, infeksi SARS-CoV-2 secara vertikal dari ibu kepada

janin belum terbukti. Hal yang pasti bahwasanya semakin dini terjadi

kasus infeksi , maka resiko abortus semakin besar sebab kondisi ibu yang

menurun dapat mempengaruhi aliran nutrisi dan oksigen melalui plasenta

pada perkembangan janin (Rohmah & Nurdianto, 2020).


Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Indonesia

(Kemenkes RI) kunjungan pemeriksaan kehamilan juga mengalami

penurunan, bahkan hanya 19,2% posyandu yang masih aktif selama

pandemic. Wanita hamil lebih beresiko dalam penularan penyakit menular

seperti Covid-19 baik secara fisilogis maupun psikologis. Resiko tersebut

menempatkan wanita hamil pada resiko maternal yang dapat terjadi seperti

prematur, hipertensi, preeklamsi, dan keguguran (Riskia, Mira, 2020).

Pandemi Covid-19 mengakibatkan dibatasi hampir seluruh

Pelayanan masyarakat termasuk di dalamnya pelayanan kesehatan untuk

ibu hamil.Resiko penularan Covid yang tinggi membuat wanita hamil

takut dalam melakukan pemeriksaan pada kehamilannya. Pemerintah

menganjurkan terkait penundaan pemeriksaan dan kelas ibu hamil

membuat layanan ibu dan bayi baru lahir terkena dampak baik secara

akses maupun kualitas (Qomar, umi laelatul, 2020).

Pada saat ini informasi tentang Covid-19 pada kehamilan masih

terbatas yang dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan ibu hamil

dalam menjalani kehamilannya pada masa pandemi Covid-19. Karena

selama masa pandemi terjadi perubahan yang signifikan pada pelayanan

kesehatan terutama ibu hamil (Riskia, Mira, 2020). Dalam situasi pandemi

ini banyak ibu hamil enggan memeriksakan kehamilan dipuskesmas atau

pelayanan kesahatan lainnya seperti di Praktek Mandiri Bidan (PMB)

karena takut ketularan virus Corona, adanya anjuran menunda

pemeriksaan kehamilan dan kelas ibu hamil, padahal pemeriksaan

kehamilan tetap perlu dilakukann secara rutin. Untuk mengatasi


permasalahan yaitu dilakukan kelas ibu hamil secara online atau daring

(Direktorat Kesahatan keluarga, 2020).

Antenatal care adalah pelayanan kesahatan oleh tenaga profesional

untuk ibu selama masa kehamilan yang dilaksanakan sesuai standar

pelayanan yang ditetapkan. Kunjungan ibu hamil ke pelayanan kesahatan

dianjurkan sebagai berikut1 kali pada triwulan I, 1 kali pada triwulan II

dan minimal 2 kali ada triwulan III (Kemenkes RI, 2016).

Pelayanan antenatal care merupakan pelayanan kesahatan dasar

untuk ibu hamil yang harus dilakukan sesuai standar, yaitu minimal 4 kali

selama masa kehamilan. Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi

masalah atau komplikasi sehingga diperlukan pemantauan selama masa

kehamilan. Ibu hamil juga harus mengetahui tentang bahaya kehamilan,

maka ibu hamil akan lebih waspada dan hati - hati dengan cara rutin

melakukan pemeriksaan selama masa kehamilan dapat menyebabkan

kematian pada ibu hamil (Wulandari, dkk, 2017).

Kasus kematian ibu salah satunya disebabkan oleh kehamilan

selain itu juga persalinan dan nifas dan kurangnya memeriksakan

kehamilannya. Pemeriksaan antenatal care yang tidak lengkap

menyebabkan komplikasi kehamilan pada ibu tidak terdeteksi dan bisa

menyebabkan resiko kematian ibu. Penyebab kejadian kematian ibu

terbanyak setiap tahunnya adalah akibat perdarahan. Diikuti oleh

hipertensi, dan infeksi serta penyebab jantung dan tuberkulosis atau

penyeakit lainnya yang diderita ibu (Prasetyaningsih, 2020)


Kematian ibu di Indonesia secara umum disebabkan oleh beberapa

faktor. Pertama penyebab obstetri langsung meliputi perdarahan 28%,

preeklamsia / ekslamsia 24%, infeksi 11%, sedangkan penyebab tidak

lansung yaitu adanya permasalahan nutrisi meliputi anemia pada ibu hamil

40%. Kekurangan energi kronis 37%, serta ibu hamil dengan konsumsi

energi dibawah kebutuhan miniaml 44,2% (Kemenkes R1, 2019).

Menurut WHO kematian ibu tahun 2020 yaitu 16 kematian ibu

(91,45/100.000 kelahiran hidup), sedangkan jumlah kematian ibu bulan

Agustus 2020 27 kematian ibu (227,22/100.000 kelahiran hidup). Sampai

saat ini Angka kematian ibu (AKI) sangat tinggi target AKI Indonesia

pada tahun 2015 adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan data

Survei Penduduk Antar Sensus ( SUPAS) AKI tahun 2015 yaitu 305 per

100.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2019).

Tahun 2019 ditemukan sebanyak 16 kasus, jumlah ini turun jika

dibanding tahun 2018 (17 orang). Adapun rincian kematian ibu ini terdiri

dari kematian ibu hamil 5 orang, kematian ibu bersalin 1 orang dan

kematian ibu nifas 10 orang. Sementara jika dilihat berdasarkan umur

kematian ibu umur 20 s/d 34 tahun sebanyak 10 orang dan diatas 35 tahun

sebanyak 6 orang. Tren kasus kematian ibu di Kota Padang tahun 2019

bervariasi penyebab kematian ibu adalah perdarahan ( 1 kasus), hipertensi

(2 kasus), infeksi (2 kasus), gangguan sistem peredaran darah (1 kasus),

gangguan metabolik (1 kasus) dan penyebab lain-lain yang merupakan

penyait penyerta (9 kasus). ( Dinas Kesahatan Kota Padang, 2019).


Angka cakupan kunjungan ibu hamil K4 di Indonesia pada tahun

2018 adalah sebesar 88,03 % dan angka ini telah memenuhi target

Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesahatan yaitu 78 %. Angka

Cakupan kunjungan ibu hamil di Sumatera barat yaitu dengan K1 88,97 %

dan K4 sebesar 79,53 %. Angka ini telah memenuhi target sebesar 79,53

% ( Kemenkes, 2019).

Berdasarkan data Profil Kesahatan Indonesia tahun 2019. Angka

cakupan Kunjungan ibu hamil di di Sumatera Barat meliputi kunjungan

K4 sebesar 78,41. Target pencapaian program KI = 100% dan K4 = 95 %.

Tahun 2019 ibu hamil yang ada di Kota Padang sebanyak 18.192 orang

dengan pencapaian KI sebanyak 17.122 orang (94,1%) dan K4 sebanyak

16.462 orang (90,5%). Jika dibanding tahun 2018 capaian ini menurun

yakni KI = 96,51% dan K4 = 92,48%.( Dinas Kesahatan Kota Padang,

2019).

Capaian ini belum memenuhi capaian target 100% dikarenakan

belum semua ibu hamil mengakses fasilitas pelayanan kesahatan pada

trimester pertama. Masih ada ibu hamil yang mengakses fasilitas

pelayanan kesahatan setelah kehamilan diatas 12 minggu. Menurut data

yang diperoleh dari Dinas Kesahatan Kota Padang capaian K1 terendah

ditempati oleh puskesmas Lapai yaitu sebesar 83,1% (Dinas Kesahatan

Kota Padang, 2019).

Sedangkan capaian K4 Kota Padang sebesar 92,5% (16.900 orang)

dari target 96 % (17.544 orang ). Menurut data yang diperoleh dari Dinas

Kesahatan Kota padang capaian K4 terendah pertama ditempati oleh


Puskesmas Lapai yaitu sebesar 67,1% kunjungan K4 kedua di puskesmas

seberang padang sebesar 78,3%. Angka ini belum mencapai target

dikarenakan salah satu faktornya adalah masih kurangnya pengetahuan ibu

hamil untuk memeriksakan kehamilan ke fasilitas pelayanan kesahatan

serta masih kurangnya koordinasi Puskesmas dengan RS dan BPM ( Bidan

Praktek Mandiri) yang memberikan pelayanan kepada ibu hamil dan

memberikan pelayanan kepada ibu hamil dan memberikan pengaruh

terhadap pencatatan dan pelaporan kunjungan ibu hamil (Dinas Kesahatan

Kota Padang, 2019).

Upaya percepatan penurunan aki dapat dilakukan dengan

menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesahatan ibu

yang berkualiatas, seperti pelayanan kesahatann ibu hamil, pertolongan

persalinan oleh tanaga kesahatan terlatih di fasilitas pelayanan kesahatan,

peraawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan jika

terjad komplikais, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan

dan pelayanan keluarga berencana.( Dinas kesahatan Kota Padang, 2019).

Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesahatan ibu hamil

dapat dilakukan dengan melihat cakupan K1 Dan K4. Cakupan K1 adalah

adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal

pertama kali oleh tenaga kesahatan dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil

disatu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan cakupan K4

adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal

sesuai dengan standar paling sedikit empat kali sesuai jadwal yang

dinjurkan ditiap triemster dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu


wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun.( Dinas Kesahatan Kota

Padang, 2019).

Menurut kemenkes RI (2016) faktor yang mempengaruhi

kunjungan KI dan K4 ibu hamil diantaranya adalah faktor internal (paritas

dan usia) dan faktr eksternal (pengetahuan, sikap, ekonomi, sosial budaya,

geografis informasi dan dukungan). Karakteristik merupakan ciri khas

yang mempunyai sifat khas sesorang atau masyarakat dipengaruhi oleh

pendidikan, umur, sikap perilaku, etnis, jenis kelamin, pendidikan,

pendapatan dan spritual (keyakinan) yang melandasi sikap dan perilaku

(Notoatmodjo, 2016).

Ada faktor yang mempengaruhi capaian kepatuhan kunjungan

antenatal care oleh ibu hamil. Salah satunya yaitu pelayanan antenatal care

baik dari segi tugas maupun pelayanan yang diberikan. Berdasarkan teori

Green, dalam Notoatmodjo (2012) terdapat faktor predisposisi, faktor

penguat, dan faktor pemungkin yang dapat memengaruhi perilaku

seseorang, termasuk memengaruhi perilaku ibu hamil dalam melakukan

kunjungan ANC ada beberapa faktor predisposisi meliputi usia,

pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan, dan sikap. Faktor pemungkin

meliputi jarak tempat tinggal, penghasilan keluarga dan media informasi.

Faktor penguat meliputi dukungan suami dan keluarga, serta dari petugas

kesehatan.

Pengetahuan merupakan sesuatu yang telah terjadi setelah seorang

melakukan pengamatan suatu objek. Perilaku berdasarkan pengetahuan

akan bersifat mudah dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Pengetahuan yaitu tahap awal dalam mengadapsi perilaku

sebelumnya terbentuknya sikap terhada suatu objek baru yang dihadapinya

(Notoadmodjo, 2012).

Sikap adalah juga respon tertentu seorang terhadap stimulus atau

yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan

( senang – tidak senang, setuju – tidak setuju, baik – tidak bak dan

sebaginya ( Notoadmodjo, 2012).

Dukungan suami merupakan dorongan, motivasi terhadap istri,

baik secara moral maupun material (Notoadmodjo, 2012). Dukungan

selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita yang

sedang hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru

pertama kali hamil. Seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman

dengan adanya dukungan dan perhatian dari orang- orang terdekat

(Mandang jenni, dkk, 2016).

Menurut penelitian yang dilakukan (mamalanggo, 2019),

didapatkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kunjungan

Antenatal Care. dan ada hubungan sikap dengan kunjungan Antenatal Care

serta ada hubungan dukungan petugas kesehatan dengan kunjungan

Antenatal Care.

Penelitian yang dilakukan (Fitrina, 2020), didapatkan bahwa yang

paling dominan berhubungan dengan kunjungan Antenatal Care adalah

dukungan keluarga, dan peran petugas kesehatan. Jadi dukungan keluarga

berpeluang 40 kali bagi ibu hamil risko tinggi melakukan kunjungan

Antenatal Care secara lengakap dan adanya peran petugas yang baik
terhadap ibu hamil berpeluang 6 kali bagi Ibu Hamil Risiko Tinggi

terhadap kelengkapan kunjungan Antenatal Care.

Menurut penelitian (Safitri, dkk, 2020), didapatkan bahwa

mayoritas kunjungan ANC ibu hamil yaitu variabel pengetahuan

merupakan variabel paling dominan memengaruhi kunjungan ANC. Ibu

hamil berpengetahuan baik berpeluang 13,7 kali lebih tinggi melakukan

kunjungan ANC sesuai standar dibandingkan ibu hamil yang

berpengetahuan kurang. Probabilitas ibu hamil melakukan kunjungan

ANC sesuai standar sebesar 90,99% bila dukungan suami baik dan

pengetahuan ibu baik.

Menurut hasil penelitian (Sinambela, Dkk, 2021), didapatkan

bahwa variabel yang mempengaruhi pemeriksaan Antenatal Care selama

pandemi covid -19 adalah paling dominan berpengaruh terhadap

pemeriksaan Antenatal care adalah variabel pengetahuan, yaitu bernilai 2

kali lebih tinggi dibandingkan responden yang tidak melakukan

pemeriksaan Antenatal Care (ANC) dengan faktor umur, pendidikan,

pekerjaan, dan sikap.

Berdasarkan surve awal yang peneliti yang laukan pada tanggal 23-

26 Juni 2021 di Wilayah Kerja Puskesmas Lapai terhadap 8 orang ibu

hamil yang peneliti wawancara 2 orang (25%) berpengetahuan kurang

tentang kunjungan antenatal, dimana 3 orang (38%) mengatakan suaminya

tidak pernah membawanya memeriksakan kehamilan, 3 orang (38%)

mengatakan takut memeriksakan kehamilan pada masa pandemi Covid-

19.
Berdasarkan masalah diatas penulis tertarik untuk mengetahui

factor - factor yang berhubungan dengan kunjungan pelayanan antenatal

pada ibu hamil pada masa pandemic Covid-19 di Puskesmas Lapai Kota

Padang.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian adalah Apakah “Ada Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan

Kunjungan Pelayanan Antenatal Ibu Hamil Pada Masa Pandemi Covid-19

di Wilayah Kerja Puskesmas Lapai Kota Padang.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan

Kunjungan Pelayanan Antenatal Ibu Hamil pada masa Pandemi Covid-19

di Wilayah Kerja Puskesmas Lapai Kota Padang.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi kunjungan pelayanan antenatal ibu

hamil pada masa pandemi Covid – 19 di Wilayah Kerja

Puskesmas Lapai Kota Padang

b. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil pada masa

pandemic Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesams Lapai Kota

Padang.

c. Diketahui distribusi frekuensi sikap ibu hamil pada masa pandemic

Covid-19 di Wilayah Keja Puskesmas Lapai Kota Padang.


d. Diketahui distribusi frekuensi dukungan suami ibu hamil pada

masa pandemic Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Lapai Kota

Padang.

e. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil pada masa pandemi

Covid -19 di Wilayah Kerja Puskesmas Lapai Kota Padang.

f. Mengetahui hubungan sikap ibu hamil pada masa pandemi Covid-

19 di Wilayah Kerja Puskesmas lapai Kota Padang.

g. Mengetahui hubungan dukungan suami pada masa pandemi Covid-

19 di Wilayah Kerja Puskesmas Lapai Kota Padang.

D. Manfaat

1. Bagi pelayanan keparawatan

Dapat memberikan informasi tentang faktor – faktor yang

berhubungan dengan kunjungan pelayanan antenatal ibu hamil

pada masa pandemi Covid-19.

2. Bagi instutusi pendidikan

Dapat dijadikan sebagai tambahan bahan referensi di

perpustakaan sekaligus sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti

selanjutnya.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang

faktor – faktor yang mempengaruhi kunjungan pelayanan antenatal

ibu hamil pada masa pandemi covid 19.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Antenata Care

1. Pengertian

Pemeriksaan ANC ( Antenatal Care ) merupakan pemeriksaan

kehamilan yang bertujuan untuk meningkatkan kesahatan fisik dan mental

pada ibu hamil secara optimal hingga mampu menghadapi masa

persalinan, nifas, menghadapi persiapan pemberian ASI, secara ekslusif,

serta kembalinya kesahatan alat reproduksi dengan wajar. Pelayanan

antenatal dapat diberikan melalui pengawasan, pemberian pendidikan dan

penanganan secara medis untuk mendapatkan kehamilan dan persalinan

yang aman (Qomar, 2020).

Pemeriksaan kehamilan / Antenatal Care (ANC) yang dilakukan

secara teratur dan rutin merupakan cara yang paling tepat dan penting

untuk memantau dan mendukung kesahatan ibu hamil normal dan

mendeteksi ibu dengan kehamilan normal, ibu sebaiknya mengunjungi

bidan, dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk

mendapatkan pelayanan / asuhan antenatal care (Safitri, dkk, 2020).

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kepada ibu hamil oleh

tenaga kesahatan yang meliputi, pelayanan fisik dan mental agar ibu dan

bayi sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas (Kusuma, 2018).
2. Tujuan Anc

Pelayanan Anc diberikan sedini mungkin kepada wanita

semenjak dirinya hamil. Beberapa tujuan ANC yaitu :

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastian kesahatan ibu

dan tumbuh kembang janin.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesahatan fisik, mental, dan

sosial ibu.

c. Mengenali dan mengurangi secara dini penyulit-penyulit

komplikasi terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara

umum, kebidanan, dan pembedahan.

d. Mempersiapkan persalian cukup bulan, dan persalinan yang aman

dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan peran ibu agar masa nifas berjalan normal dan

mempersiapkan ibu agar dapat memberikan ASI ekslusif.

f. Mengenal adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan

sejak dini dan diobati

g. Wanita melahirka tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat

pula fisik dan mental. (Padila, 2014)

3. Fungsi ANC

ANC memiliki 3 fungsi yaitu :

a. Sebagai promosi kesahatan selama masa kehamilan melalaui

sarana dan aktifitas pendidikan.


b. Melakukan screening, identifikasi wanita dengan kehamilan

berisiko tinggi dan merujuk bila perlu.

c. kesahatan selama m)asa hamil dengan usaha mendeteksi dan

menangani masalah yang terjadi (Padila, 2014).

4. Standar pelayanan Antenatal Care

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesahatan oleh tenaga

profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, perawat)

yamg diterim wanita selama masa kehamilan dan sangat penting dalma

membantu memastikan bahwa ibu dan janin selamat dalam kehamilan

sesuai dengan standar (Padila, 2014).

Dalam pelayanan antenatal petugas kesahatan me,berikan standar

pelayanan minimal 14 T selama kehamilannya yaitu :

1) Ukur Berat Badan Dan Tinggi Badan (T1)

Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum

hamil dihitung dari trimester I sampai trimester II yang berkisar antara

9-13,9 kg. Pengukuran tinggi badan ibunhamil dilakukan untuk

mendeteksi faktor risiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan

dengan keadaan rongga panggul. Dalam keadaan normal, tinggi badan

ibu hamil adalah > 145 cm.

2) Ukur Tekanan Darah (T2)

Tekanan darah yang normal 110/80 hingga 140/90 mmHg bila

melebihi dari 140/90 perlu diwapadai adanya preeklamsia.


3) Ukur fundus uteri (T3)

Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan teknik Mc. Donald

adalah untuk menentukan umur kehamilan berdasarkan minggi dan

hasilnya bisa dibandingkan dengan anamnesis hari pertama haid

terakhir (HPHT) dan kaan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang

normal harus sama dengan usia kehamilan dalam minggu yang

dicantumkan dalam HPHT.

4) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)

Tablet ini mengandung 200 mg sulfat ferosus dan 0,25 mg

Asam Folat yang dikat dengan laktosa. Tablet fe diberikan sebanyak

90 tablet selama kehamilan. Tujuan untuk memenuhi kebutuhan Fe

pada ibu hamil, karena pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat

seirng pertumbuhan janin. Zat ini penting untuk mengkompesasi

peningkatan volume darah yang terjadi selama kehamilan dan untuk

memastikan pertumbuhan dan perkembangan janin.

5) Pemberian imunisasi TT (T5)

Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk membangun

kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus kepada

ibu hamil dan bayi ynag dkandungnya. Sesuai standar WHO, jika

seorang ibu yang tidak pernah diberikan imunisasi tetanus, maka ia

harus mendapatkan paling sedikit dua kali (suntikan) selama

kehamilan (pertama pada saat kunjungan antenatal dan kedua pada


empat minggu kemudian ). Jarak pemberian (interval )Imunisasi TT1

dengan TT2 minimal 4 minggu.

6) Pemeriksaan Hb (T6)

Pemeriksaan Hb yang sederhana yakni degan cara Talquis dan

dengan cara sahli. Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu

hamil pertama kali, lalu periksa lagi menjelang persalinan.

Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi anemia

pada ibu hamil. Hb norma pada ibu hamil adalah 11 gr/dL-14gr/dL.

7) Pemeriksaan Protein Urin (T7)

Pemeriksaan protein urin dibutuhkan oleh ibu hamilbila

dicurigai mengalami preeklampsi ringan atau berat, dari hasil

pemeriksaan ini kita dapat memberikan asuhan kepada ibunhamil yang

ditunukan untuk mencegah timbulnya masalah potensial yaitu

terjadinya eklampsi.

8) Pemeriksaan VDRL ( Veneral Disease Resarch Lab ) (T8)

Pemeriksaan VDRL adalah pemeriksaan atau screening untuk

penyakit sifilis ada ibu hamil. Karena dikhawatirkan akan menyebar

pada jnain ynag dikandungnya.

9) Pemeriksaan Urine reduksi (T9)

Untuk ibu hamil dengan penyakit DM, maka perlu diikuti

dengan pemeriksaan gula darajat untuk memasatikan adanya Diabetes

Melitus Gestasional. Diabetes Melitus Gestasional pada ibu dapat


mengakibatkan adanya penyakit berupa pre-eklampsi, polihidramnion,

bayi besar dan lain-lain.

10) Perawatan Payudara (T10)

Perawatan payudara selama hamil sangat penting untuk

kelancaran air susu setelah melahirkan. Senam payudara atau

perawatan payudara untuk ibu hamil, dilakukan 2 kali sehari sebelum

mandi ddimulai pada usia kehamilan 6 minggu.

11) Senam Hamil (T11)

Senam hamil bermanfat untuk membantu ibu hamil dalam

mempersiapkan persalian. Adapun tujuan senam hamil adala

memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut,

ligamentum, otot dasar panggul, memperoleh relakasasi tubuh dengan

latihan konstraksi dan relaksasi.

12) Pemberian Obat Malaria (T12)

Diberikan kepada ibu hamil pendatang dari daerah malaria juga

ibu hamil dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai menggigil

dan hasil apusan darah positif. Dampak atau akibat penyakit tersebut

kepada ibu hamil yakni kehamilan muda dapat terjadi abortus, partus

prematurud juga anemia.

13) Pemberian Kapsul Minyak Yodium (T13)


Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan Yodium di

daerah edemis yang dapat berefek buruk terhadap tumbuh kembang

manusia.

14) Temu Wicara / Konseling (T14)

Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan

antenatal yang meliputi kesahatn ibu, kebersihan ibu, tanda bahaya

pada kehamilan, persiapan persalinan dan lain-lain. (Rukiyah, dkk,

2013)

5. Kunjungan Antenatal Care

Kebijakan program : Anjuran WHO

Trimester I : Satu kali kunjungan

Trimester II : Satu kali kunjungan

Trimester III : Dua kali kunjungan

Kunjungan yang ideal :

Awal kehamilan- 28 mg: 1 x 1 bulan

28 – 36 mg : 1 x 2 mg

36 mg – lahir : 1 x 1 mg

Kunjungan Waktu Informasi penting


TM 1 < 14 mg - Menjalin

hubungan dan saling

percaya

- Deteksi masalah
dan menangani

pencegahan tetanus :

TT, anamnsis dan

kesiapan menghadapi

kelainan

- Motivasi hidup

sehat ( gizi, latihan,

istirahat, hygiene
TM II < 28 mg s.d a + waspada pre

eklamsia
TM III 28 – 36 mg s.d.a + palpasi abdominal

36 mg s.d a + deteksi letak janin

dan tanda- tanda

abdnormal lain
(Nugroho, Taufan, dkk,2014)

Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi menjadi

beberapa tahap :

a. Kunjungan Pertama Ibu Hamil (KI) (Trimester I)

K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil pada masa

kehamilan ke pelayanan kesahatan. Pemeriksaan pertama

diharapkan dapat menetapkan data dasar yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan janin dan rahim dan kesahatan ibu

sampai persalinan. Kegiatan yang dilakukan sebagi berikut :

anamnesa, pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan khusus obstetri,


penilaian risiko kehamilan, mementukan taksiran berat badan

janin, pemeberian imunisasi TT 1 , KIE ( ) pada ibu hamil,

enilaian gizi dan pemeriksaan laboratorium (Wagiyo & Putrono,

2016).

b. Kunjungan kedua KII (Trimester II)

Pada masa ini dianjurkan untuk melakukan kunjungan

antenatal care minimal 1 kali. Pemeriksaan terutama untuk menilai

risiko kehamilan, laju pertumbuhan janin, atau cacat bawaan.

Kegiatan ini yang dilakukan pada masa ini adalah anamnesis

keuhan dan perkembangan yang dirasakan ibu,pemeriksan fisik,

pemeriksaan USG, penilain risiko kehamilan, KIE pada bu dan

pemberian vitamin (Wagiyo& putrono, 2016).

c. Kunjungan ketiga dan ke-empat (K3 dan K4) (Trimester III)

Pada masa ini sebainya ibu melakukan kunjungan antenatal

care setiap dua minggu sampai adanya tanda kelahiran. Pada masa

ini tindakan dilakukan pemeriksaan : anamnesis keluhan gerak

janin, pemberian imunisasi TT2, pengamatan gerak janin,

pemeriksaan fisik dan obstetri, nasihat senam hamil, penilaian

risiko kehamilan, KIE ibu hamil, pemeriksaan USG, pemeriksaan

laboratorium ulang ( Wagiyo & Putrono, 2016)

6. Jadwal kunjunga antenatal

Bila kehamilan termasuk berisiko tinggi perhatian dan jadwal

kunjungan harus lebih ketat. Namun bila kehamilan normal jadwal


asuhan cukup 4 kali. Dalam program kesahatan ibu dan anak,

kinjungan antenatal ini diberi kode angka K yng merupakan sngkatan

dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2,

K3, K4. Hal ini berarti minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal

hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama

kehamilan 28 – 36 minggu dan sebanyak 2 kali kunjungan antenatal

pada usia kehamilan diatas 36 minggu.

Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal para ibu

hamil akan mendapatkan serangkain pelayanan yang terkait dengan

upaya memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai

kehamilan kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesahatan

selama kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan

luaran kehamilan.

(Prawiroharjo, Sarwono, 2014)

7. Pelaksanana pelayanan ANC Sesuai Usia Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan tersebut dilaksanakan dengan jadwal

dan kegiatan sebagai berikut :

a. Kunjungan I (0-12 minggu) dan kunjungan II (12-24 minggu).

Pada kunjungan ini dilakukan :

1) Anamnesis lengkap, termasuk mengenai riwayat obstetrik

dan ginekologi

2) Pemeriksaan fisik mencakup tekanan darah, nadi,

pernaasan, suhu tubuh, bunyi jantung, bunyi pernapasan,

reflek patella, edema, dan lain-lain.


3) Pemeriksaan obstetrik, mecakup usia kehamilan, tinggi

fundus uteri, Djj ( kehamilan lebih dari 12 minggu), dan

pengukuran panggul luar.

4) Menentukan taksiran berat badan janin.

5) Pemeriksaan laboratorium mencaku urine lengkap dan

darah ( haemoglobin, leukosit, Diff, golongan darah,

Rhesus, sitologi, dan gula darah).

6) Penilaian status gizi, dilihat dari keseimbangan antara

berta badan (BB) dan tinggi badan (TB).

7) Penilaian resiko kehamilan.

8) KIE pada ibu hamil tentang keberhasilan diri dan gizi ibu

hamil.

9) Pemberian imunisasi TT1

b. Kunjungan II dan III , 28-32 minggu

Pemeriksaan terutama untuk melihat risiko kehamilan,

laju pertumbuhan janin, kelaianan, atau cacat bawaan. Kegiatan

yang dilakukan :

1) Anamnsis meliputi keluhan dan perkembangan yang

dirasakan oleh ibu.

2) Pemeriksaan fisik (pengukuran panggul luar tidak perlu

dilakuakan lagi).

3) Pemeriksaan USG, Biometri janin (besar usia kehamilan),

aktivitas janin, kelainan, caoran ketban, dan letak plasenta,

serta keadaan plasenta.


4) Penilaian resiko kehamilan

5) KIE tentang perawatan payudara.

6) Pemberian imunisasi TT 2 dan vitamin bila perlu

c. Kunjungan IV kehamilan 34 minggu

Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan

dan pemeriksaan laboratorium ulang. Kegiatannya sebagai

berikut:

1) Anamnesis keluhan dan gerakan janin

2) Pengamatan gerak janin

3) Pemeriksaan fisik (pemeriksaan panggul dalam bagi

kehamilan pertama)

4) Penilaian resiko kehamilan

5) Pemeriksaan labratorium ulang meliputi Hb, Ht, dan gula

darah

6) Nasihat senam hamil, perawatan payudara, dan gizi

d. Kunjungan V ( 36 minggu), kunjungan VI (38 minggu),

Kunjungan VII (40 minggu 2 minggu 1 kali )

Pemeriksaan dilakukan terutama untuk menilai risiko

kehamilan, aktivitas janin, dan pertumbuhan janin secara

klinis. Kegiatan yanag dilakukan adalah :

1) Anamnesis meliputi gerakan janin dan keluhan lainnya.

2) Pemeriksaan laboratorium ulang (Hb dan gula darah)

3) Pemeriksaan fisik dan obstetrik

4) Penilaian resiko kehamilan


5) USG ulang pada kunjungan ke-4

6) KIE tentang senam hamil, perawatan payudara, dan

persiapan persalinan

7) Pengawasan penyakit yang menyertai kehamilan dan

komplikasi trimester III

8) Penyuluhan diet 4 sehat 5 sempurna

d. Kunjungan VIII (41 minggu dan kunjungan IX ( 42 minggu, 1

minggu sekali)

Pemeriksaan terutama ditunjukan kepada penilaian

kesajahteraan janin dan fungsi plasenta serta persiapan persalinan.

Kegiatan yang dilakukan adalah :

1) Pemeriksaan anamnesis dan keluhan lainnya

2) Pengamatan gerak janin

3) Pemeriksaan fisik dan obstetrik

4) Pemeriksaan USG yaitu pemeriksaan yang memantau keadaan

jantung janin sehubungan dengan timbulnya kontraksi

5) Memberi nasihat tentang tanda-tanda persalinan, persiapan

persalinan, dan rencana untuk melahirkan.

Sesuai standar kinjungan ibu hamil diatas, maka semakin

tua umu kehamilan sering memerisakna kehamilannya. Pada

keadaan ini, risiko kehamilan semakin tinggi pula kebutuhan untuk

memerisakan kehamilan.

(Wagiyo, Putrono, 2016)


8. Kunjungan ulangan

a. Defenisi

Kunjungan ulang adalah kunjungan yang dilakukan setelah

kunjungan antenatal pertama sampai memasuki persalinan ( Varney,

1997 ).

b. Tujuan

Tujuan kunjungan ulang difokuskan pada pendeteksian

komplikasi mempersiapkan kelahiran, dan kegawatdaruratan.

c. Jadwal

Biasanya kunjungan ulang dijadwalakan setiap 4 minggu

sampai usia kehamilan 28 minggu. Sealanjutnya setiap 2 minggu

sampai usia kehamilan 36 minngu dan seterusnya setiap minggu

sampai masa persalinan. Akan tetapi kunjungan ini fleksibel dengan

kunjungan minimal sebanyak 4 kali yaitu 1 kali pada trimester 1, 1 kali

pada trimester II dan 2 kali pada trimester III.

Namun sebaliknya jadwal kunjungan adalah :

 28 minggu usia kehamilan, setiap 4 minggu

 Antara 28 – 36 minggu, setiap 2 minggu

 Antara 36 – sampai kelahiran , setiap minggu

(Indrayani, 2011)

9. Tempat pelayanan antenatal


Pelayanan kegiatan antenatal care adalah tenaga medis yaitu dokter

umum, dokter spesialis dan tenaga paramedis yaitu bidan dan perawat

yang sudah mendapatkan pelatihan. Pelayanan antenatal care dapat

dilaksanakan di puskesmas, puskesmas pembantu, bidan praktik swasta,

polindes,posyandu, rumah sakit bersalin dan rumah sakit umum.

(Kemenkes RI, 2015)

10. Masaah Antenatal Care

Beberapa penyebab ibu tidak memeriksakan kehamilannya yaitu

sebagai berikut : (Prawirohardjo, 2012)

a. Ibu seringkali tidak berhak memutuskan sesuatu : karena hal itu hak

suami atau mertua, sementara mereka tidak mengetahui perlunya

memeriksakan kehamilan dan hanya mengandalnkan cara-cara

tradisional.

b. Fasilitas untuk pelayanan antenatal tidak memadai, tidak berfumgsi

sebagaimana mestinya tidak memungkinkan kerahisiaan harus

menuggu lama atau perlakuan petigas yang kurang memuaskan.

c. Beberapa ibu tidak mengetahui mereka harus memeriksakan

kehamilannya, maka ibu tidak melakukannya.

d. Transportasi yang sulit, baik bagi ibu untuk memriksan kehamilannya

maupun bagi bidan untuk mendatangi mereka.

e. Kurangnya dukungan tradisi dan keluarga yang mengizinkan seorang

wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya.


f. Takhyul atau keraguan untuk memeriksakan kehamilannya kepada

petugas kesahatan.

g. Ketidakpercayaan dan ketidaksenangan ada tenaga kesahata secara

umum beberapa anggota masyarakat tidak mempercayai semua

petugas kesahatan pemerintah.

h. Ibu dan atau anggota keluarga tidak mampu membayar atau tidak

mempunyai waktu untuk pemerksaan kehamilan.

B. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Antenatal Care

Selama Pandemic Covid -19.


Menurut Kemenkes RI (2016) faktor yang mempengaruhi

kunjungan KI dan dan K4 adalah sebagai berikut :

1. Faktor internal

a. Dukungan suami

Dukungan keluarga atau suami merupakan salah satu elemen

penguat bagi terjadinya perilaku seseorang. Dukungan suami sangat

diperlukan oleh ibu pada saat hamil. Dukungan suami merupakan

dorongan, motivasi terhadap istri, baik secara moral maupun material

(Notoadmodjo, 2012).

b. Paritas

Paritas adalah keadaan seseorang yang melahirkan janin dari

satu kali. Ibu yang pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru

sehingga termotivasi dalam memeriksakan kehamilan ke tenaga

kesahatan. Sebalikna ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu

kali mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman sehingga

tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilan (Padila, 2014).

c. Usia

Usia reproduksi yang optimal bagi ibu hamil adalah antara 20-

35 tahun. Apabila dibawah 20 tahun, maka meningkatkan resiko

kehamilan dan persalinan karena pada usia muda organ-organ

reproduksi wanita belum sempurna secara keseluruhan dan

perkembangan kejiwaannya pun belum siap dalam menerima

kehamilan (Ariani, 2014).


2. Faktor eksternal

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengeinderaan terjadi melalaui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melaui mata dan telinga ( Wawan, dkk,

2017).

b. Pendidikan

Pendidikan merupaka salah satu kebutuhan dasar mansia yang

sangat diperlukan untuk mengembangkan diri, semakin tinggi tingkat

pendidikan semakin mudah menerma dan mengembangkan

pengetahuan dan teknologi. Tingkat pendidkan yang dicapai oleh

individu dapat mempengaruhi daya terima otak. Hal ini mendukung

pengetahuan yang baik dan diaplikasikan dalam berperilaku.

c. Sikap

Sikap merupakan respon seseorang terhadap suatu objek. Sikap

dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional

terhadap stimulus sosial, sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas tai merupakan predisposisi tindakan atau perilaku

(Satrianegara, m.fais, 2020).

d. Jarak rumah kepelayanan kesahatan


Jarak adalah sela antara dua benda atau tempat yaitu jarak

antara rumah dengan tempat pelayanan ANC. Keterjangakuan

masyarakat termasuk jarak akan fasilitas kesahatan akan

mempengaruhi pemilihan kesahatan. Jarak merupakan komponen

kedua yang memungkinkan sesorang untuk memanfaatkan pelayanan

pengobatan (Padila, 2014).

1) Pengetahuan

a) Pengertian

Pengetahuan adalah hasil penginderaan seseorang terhadap

objek melalaui indera yang dimilikinya. Sebagian besar pengetahuan

seorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), indera

penglihatan (mata). Pengetahuan kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan

seseorang ibu hamil sangat penting untuk meningkatkan kesahatan ibu

dan janin karena semakin tingginya pengetahuan yang dimiliki ibu maka

ibu akan melakukan pemeriksaan kehamilan dengan teratur (Nototmodjo,

2014).

Pengetahuan merupakan salah hal penting diperhatikan dalam

rangka penanganan khususnya mencegah tranmisi penyebaran virus.

Kurangnya pengetahuan mengenai tanda bahaya kehamilan sering terjadi

karena kurangnya kunjungan antenatal care. Kurangya kunjungan

antenatal care ini bisa menyebabkan bahaya bagi ibu maupun terjadi

seperti terjadi perdarahan saat masa kehamilan karena tidak terdeteksi


tanda bahaya. Dampak Covid -19 ini ibu takut melakukan pemeriksaan

kehamilan terutama tiga bulan terakhir menjelang persalinan yang

berdampak pada kesahatan janin dalam kandungannya. Salah satu faktor

yang mempengaruhi tingkat pengetahuan sesorang adalah tingkat

pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidika seseorang maka semakin

tinggi pula pengetahuan (Nisma, 2021).

b) Tingkat pengetahuan

Tingkat domain pengetahuan yaitu :

a) Tahu (Know)

Tahu diibaratkan hanya sebagai recall (memanggil) memori

yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b) Memahami (Comprehension

Memahami suaitu objek sekedar tahu tehadap objek tersebut,

tidak sekedar dapat menyebabkan, tetapi orang tesebut harus dapat

mengintreprestasikan secara teratur tentang objek yang diketahui

tersebut.

c) Aplikasi (Application)

Aplikasi dapat diartikan apabila orang telah memahami objek

yang dimaksud dapat menggunakan atau mengalikasikan prinsip

yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk men jabarkan

atau memisahkan, kemudian menacar hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu mesalah atau objek yang

diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai

pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat

membedakan atau memisahkan, mengelompokkan, membuat

diagram (bagan) terhadap pengetahuan atau objek tersebut.

e) Sintesis (sintesis)

Sintesis adalah satu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Sintesis menunjuk

suatu kemampuan sesorang untuk merangkum atau meletakkan

dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimliki.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau norma-norma ynag berlaku dimasyarakat

(Notoadmodjo, 2012). Dalam situasi pandemi Covid-19 banyak

pembatasan ke semua layanan rutin termasuk pelayanan kesahatan

maternl dan neonatal seperti ibu hamil enggan ke puskesmas atau

fasilitas pelayanan kesahatan lainnya karena takut tertular Covid-

19 (Kemenkes, 2020).
c) Cara Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan

seperangkat alat tes/kuisioner tentang objek pengetahuan yang mau

diukur. Selanjutnya dilakukan penelitian dimana setiap jawaban benar

dari masing – masing pertanyaan diberikan nilai 1 jika salah diberi

nilai 0.

Tingkatan pengetahuan dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

1) Pengetahuan kategori Tinggi jika nilainya (76-100%)

2) Pengetahuan kategori Sedang jika nilainya (60-75%)

3) Pengetahuan kategori Rendah jika nilainya (< 60%)

(Notoatmodjo S, 2010)

2) Sikap

a) Pengertian

Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang tampak. Azwar

(1995) menyatakan sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap

suatu objek dengan cara tertentu, bentuk reaksinya dengan positif dan

negatif sikap meliputi rasa suka dan duka, mendekati dan meghindari

situasi. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan

informasi tentang objek, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok

sosialnya (Sarwono, 1993) (Khalid, 2014)

Sikap merupakan kesiapan atau kesedian untuk bertindak dan

bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap

belum merupakan tindakan (reaksi terbuka atau aktivitas lain, akan tetapi
merupakan prediposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup). Sikap ibu

hamil dalam melakukan pemeriksaan kehamilan ke tenaga kesahatan

sedini mungkin tergantung pengetahuan yang dimiliki ibu hamil itu sendiri

karena pengetahuan sangat mendasari untuk meningkatkan kesahatan ibu

(Notoadmodjo, 2014. Sikap ibu hamil untuk tidak memilih layanan di

fasilitas kesahatan disebabkan motivasi yang kurang oleh karena tidak

mendapatkan informasi yang benar terhadap layanan kehamilan. Dalam

situasi pandemi COVID-19 sebagian besar ibu takut melakukan

pemeriksaan kehamilan karena takut teinfeksi virus Corona.

b) Tingkatan Sikap

Tingkatan sikap berdasarkan intensitas adalah

1) Menerima (receiving)

Menerima dapat diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperthatika stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas ynag diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

sesuatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)


Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

denga segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

(Notoadmojdo, 2012)

c) Cara Pengukuran Sikap

Salah satu cara untuk mengukur data adalah dengan

menggunakan data skala. Terdapat beberapa macam skala, diantaranya

Skala Likert, untuk mengukur sikap, persepsi dan pendapat. Skala Likert

didesain untuk mentelaah seberapa kuat subjek setuju dengan pertanyaan

yang terdiri atas komponen (Budiman, Riyanto, 2013).

Variabel sikap diukur dengan “Skala Likert” jawaban dari setiap

pertanyaan diberi nilai. Namun dalam penelitian ini peeliti hanya

memakai 4 kategoi penilaian dengan alasan untuk mengurangi terjadi

bias dalam pengumpulan data (Hidayatl, Aziz Alimul, 2011).

Pemberian skor pada variabel sikap

1. Pernyataan Positif

Sangat Setuju (SS) :4

Setuju (S) :3

Tidak Setuju (TS) :2

Sangat Tidak Setuju (STS) :1

2. Pernyataan negatif

Sangat Setuju (SS) : 4

Setuju (S) : 3

Tidak setuju (TS) : 2


Sangat Tidak Setuju (STS) : 1

(Padila, 2015)

4) Dukungan suami

a) Pengertian

Dukungan yang diberikan oleh suami berupa perhatian terhadap

kondisi kesahatan ibu dan janin serta pemeriksaan kehamilan dipelayanan

kesahatan, serta meluangkan waktu untuk mengantar dan menemani istri

melakukan pemeriksaan kehamilan (Notoadmodjo, 2012).

Dukungan suami merupakan sebuah bentuk perhatian baiksecara

fisik atau psikologi yang diberikan oleh pasangan terhadap ibu hamil.

Bentuk perhatian yang diberikan kepada ibu yang dalam kondisi hamil

sangat diperlukan untuk menjaga kesahatan khususnya psikologi ibu atau

kesahatan mental. Selama masa pandemi Covid-19 dukungan suami

sangat dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan terhadap ibu

hamil (Hendriani, dkk, 2021)

b) Jenis Dukungan Suami

Menurut Friedman (2013) sumber dukungan suami terdapat

berbagai macam bentuk seperti ;

1) Dukungan informasional

Dukungan informasional adalah suami berfungsi sebagai

pemberi informasi, dimana suami menjelaskan tentang pemberi saran,

sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah.


2) Dukungan penilaian atau penghargaan

Dukungan penilaian tau penghargaan adalah suamiyang bertindak

membimbig dan menengahi pemecah masalah, dsebagai sumber dan

validator indentitas anggota keluarga diantranya memberikn support,

penghargaan, perhatian.

3) Dukungan instrumental

Dukungan instrumental adalah suami yang menjadi sumber

pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya adalah dalam hal

kebutuhan keuangan, makan, minum dan istirahat.

4) Dukungan emosional

Dukungan emosional adalah suami sebagai tempat yang aman

dan damai untk istirahat serta pemulihan dan membantu penguasan

terhadap emosi. Dukungan emosional meliputi dukungan yang

diwujudkan dalam bentuk adanya kepercayaan dan perhatian.

(Harnilawati, 2013)

c) Pengukuran Dukungan Suami

Untuk pengukuran dukungan suami menggunakan skala Guttman

merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan

jawaban dari pertanyaan : ya dan tidak, setuju dan tidak setuu. Apabila

skor benar nilai 1 dan salah skor 0

1) Tidak mendukung, jika skor nilai x < mean

2) Mendukung, jika skor nilai x ≥ mean


(Azwar, 2012)

BAB III

KERANGKA KONSETUAL

A. Kerangka Teori

Pemeriksaan ANC ( Antenatal Care ) merupakan pemeriksaan

kehamilan yang bertujuan untuk meningkatkan kesahatan fisik dan mental

pada ibu hamil secara optimal hingga mampu menghadapi masa


persalinan, nifas, menghadapi persiapan pemberian ASI secara ekslusif,

serta kembalinya kesahatan alat reproduksi dengan wajar. Pelayanan

antenatal dapat diberikan melalui pengawasan, pemberian pendidikan dan

penanganan secara medis untuk mendapatkan kehamilan dan persalinan

yang aman (Qomar, 2020).

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kepada ibu hamil oleh

tenaga kesahatan yang meliputi pelayanan fisik dan mental agar ibu dan

bayi sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas (Kusuma, 2018).

Pelayanan antenatal dilakukan secara teratur dan komprehensif untuk

dapat mendeteksi secara dini kelainan dan risiko yang mungkin timbul

selama masa kehamilan, sehingga kelainan dan risiko tersebut dapat diatas

dengan cepat dan tepat ( frelestanty, dkk, 2018)

Menurut Notoatmoodjo (2009) menyatakan bahwa perilaku

manusia sukar dibatasi karena perilaku adalah resultan atau sesuatu yang

dihasilkan / diakibatkan dari berbagai faktor, baik internal maupun

eksternal. Perilaku manusia secara garis besar ada tiga aspek yaitu aspek

fisik, psikis, dan sosial. Perilaku manusia sesungguhnya adalah refleksi

dari berbagai gejala kejiwaan, misanya pengetahuan, keinginana,

kehendak, minat, motivasi, persepsi da sikap dan lain-lain (Induniasih &

Wahyu Ratna, 2017).

Pembentukan dan perubahan perilaku adalah hal yang penting

dalam perilaku kesahatan. Perilaku seseorang yang unik dan khas ini juga

dipengaruhi oleh berbagai variabel. Ada beberapa teori faktor penentu


yang dapat mempengaruhi pembentukan perilaku. Menurut teori Law

Green (1980), green mengatakan bahwa ada tiga faktor yang

mempengaruhi dan menentukan perilaku seseorang. Ketiga faktor itu

adalah faktor predisposisi, faktor pendorong, dan faktor penguat. Faktor

predisposisi adalah faktor yang dapat mempermudah pembentukan

perilaku sesorang. Contohnya faktor predisposi adalah pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai, norma sosial dan budaya, dan faktor sosio

demografi yang lainnya. (Induniasih & Wahyu Ratna, 2017)

Faktor pendorong diartikan sebagai faktor yang dapat

memungkinkan sesorang mengubah perilakunya. Contohnya faktor

pendorong antara lain lingkungan fisik, saranan kesahatan, dan

tejangkaunya fasilitas dan sumber kesahatan. Faktor penguat aitu faktor

yang dapat memperkuat sikap dan perilaku seseorang, petugas kesahatan,

tokoh masyarakat, dan lain- lain. (Induniasih & Wahyu Ratna, 2017).

Pengetahuan adalah hasil penginderaan seseorang terhadap objek

melalaui indera yang dimilikinya. Sebagian besar pengetahuan seorang

diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), indera penglihatan (mata)

(Notoatmodjo, 2014).

Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang tampak. Azwar

(1995) menyatakan sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap

suatu objek dengan cara tertentu, bentuk reaksinya dengan positif dan

negatif sikap meliputi rasa suka dan duka, mendekati dan meghindari

situasi. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan


informasi tentang objek, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok

sosialnya (Khalid, 2014).

Dukungan yang diberikan oleh suami berupa perhatian terhadap

kondisi kesahatan ibu dan janin serta pemeriksaan kehamilan dipelayanan

kesahatan, serta meluangkan waktu untuk mengantar dan menemani istri

melakukan pemeriksaan kehamilan (Notoadmodjo, 2012).

Faktor Predisposisi
1. Pekerjaan
2. Sikap
3. Pengetahuan
4. Umur
5. Pendidikan
6. Pekerjaan
7. Status ekonomi

Faktor Pendukung
1. Keterjangkauan
jarak
2. Keterjangkauan
fasilitas
Kunjungan
Antenatal Care

Faktor Penguat
1. Dukungan suami
2. Dukungan tokoh
masyarakat
3. Dukungan petugas
kesahatan

Sumber : Notoatmodjo (2014)

Gambar 3.1

Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Pelayanan Antenal

Pada Masa Pandemi Covid -19 Di Wilayah Kerja Puskesmas Lapai

Padang

B. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Kunjungan Antenatal
Sikap Care

Dukungan Suami
Gambar 3.2

Kerangka konsep

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Pelayanan Antenatal Pada

Masa Pandemi Covid -19 Di Wilayah Kerja Puskesmas Lapai Padang

C. HIPOTESIS

a. Ha : Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil

terhadap kunjungan pelayanan antenatal pada masa pandemi Covid-19

di Wilayah Kerja Puskesmas Lapai Kota Padang.

b. Ha : Tedapat hubungan antara sikap ibu hamil terhadap kunjungan

pelayanan antenatal pada masa pandemi covid-19 di Wilayah Kerja

Puskesmas Lapai Kota Padang.

c. Ha : Terdapat hubungan antara dukungan suami terhadap kunjungan

pelayanan antenata pada masa pandemi covid-19 di Wilayah Kerja

Puskesmas Lapai Kota Padang.


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei analitik dengan

pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika

korelasi antara risiko dengan efek dengan cara pendekatan. Pada penelitian

ini variabel independen ( pengetahuan, sikap dan dukungan suami ) dan

variabel dependen (kunjungan antenata care) yang diukur pada saat

bersamaan.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Lapai

bulan Januari – Agustus 2021. Dan pengumpulan data akan dilakukan

pada tanggal minggu ketiga juni 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari objek yang ditelti

(Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini populasinya adalah semua

ibu hamil di Wilayah Kerja Puksemas Lapai selama bulan Januari –

April 2021. Berdasarkan data dari Puskesmas Lapai, data didapatkan

pada bulan januari – April sehingga populasi pada penelitian ini

berjumlah yaitu 102 ibu hamil trimester III.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi (Notoadmodjo, 2010).

Untuk menentukan besaran sampel dimana populasinya diketahui

jumlah maka digunakan rumus baku dari Taro Yamane. (Imron Moch

TA, 2014)

n = N
N
d2+1

Keterangan

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

d2 : Presisi yang ditetapkan (0,1)


n= 102 = 50

102. (0,1)2+1

Jadi sampel pada penelitian ini berjumlah 50 orang.

1. RT 01 :

2. RT 02 :

3. RT 03 :

3. Kriteria sampel

Kriteria sampel penelitian ini adalah

1. Kriteria inklusi

1.) Bersedia menjadi responden

2.) Menpunyai buku KIA

3.) Trimester III

2. Kriteria ekslusi

1.) Ibu hamil yang tidak bersedia menjadi responden

4. Teknik pengambilan sampel

Sampel yang didapatkan sebanyak 50 orang dengan

menggunakan teknik Simple Random sampling yaitu menentukan

pengambilan sampel dengan acak tanpa memperhatikan strata yang

ada dalam populasi. dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan

dapat menjawab permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini

pengambilan sampel dilakukan pada ibu yang memeriksakan

kehamilannya.
D. Variabel dan Defenisi Operasional

1. Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristi yang memberikan

nilai beda terhadap sesuatu. Variabel dependen pada penelitian ini

adalah kunjungan antenatal pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskemas

Lapai Kota Padang, dan variabel independen pada penelitian ini

adalah faktor faktor yang berhubungan dengan minat kunjungan

antenatal (Pengetahuan, Sikap, dan Dukungan suami).

2. Defenisi Operasional

Tabel 4.1 defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat Cara Hasil ukur Skala

operasional Ukur ukur ukur


1 Kunjung Pelayanan Kuisione Meng 0 = tidak Ordin

an ANC minimanl r isi lengkap al

antenatal 4 kali selama angk > 4 kali

care kehamilan et

dengan 1 = lengkap

ketentuan1 kali ≥ 4 kali

triwulan

pertama ( < 12

minggu), 1 klai

triwulan kedua

(12-28
minggu), dan 2

kali triwylan

ketiga ( minggu

28-36 minggu)

dan setelah

minggu ke 36).
2 Pengetah Segala sesuatu Kuisione Meng 0 = rendah Ordin

uan yang dietahui r isi 1 = sedang al

atau dipahami angk 2 = tinggi

ibu hamil et

mengenai

antenatal care
3 Sikap Reaksi respon Kuisione Meng 0 = negatif Ordin

ibu terhadap r isi 1 = positif al

kunjungan anc angk

et
4 Dukunga Segala bentuk Kuisione Meng 0 = tidak Ordin

n suami dukungan dari r isi mendukung al

suami baik angk < median

dukungan et

emosional, 1 =

informasi, mendukung

instrumental ≥ median

dalam

kunjungan

antenata care
E. Instrumen Penelitian

a) Instrument A karakteristik responden

Berupa data responden menggunakan daftar pertanyaan yang

diisi oleh responden sendiri. Pertanyaan terdiri dari nama (inisial),

jenis kelamin, umur, usia kehamilan dan pendidikan terakhir.

b) Instrument B (kunjungan Antenatal)

Penilaian menggunakan buku KIA. Dikatakan lengkap apabila

kunjungan ≥ 4 kali dan tidak lengka > 4 kali. Jawaban lengkap diberi

nilai 0 dan lengkap diberi nilai 1.

c) Instrumen C ( pengetahuan)

Untuk kuisioner pengetahuan menggunakan pengetahuan yang

diambil dari kuisioner peneliti sebelumya. Kuisioner ini menggunakan

pilihan ganda dengan 30 pertanyaan. Dengan alternatif jawaban (jika

jawaban benar ) diberi nilai 1, (jika jawaban salah) diberi nilai 0.

d) Instrument D (sikap)

Untuk kuisioner sikap menggunakan instrument yang diambil

dari peneliti sebelumnya. Kuisioner ini berisi 16 buah pernyataan.

Kuisioner menggunakan skala likert dengan 4 kriteria yaitu jika

responden menjawab (sangat setuju) diberi nilai 4, jika (setuju) diberi

nilai 3, (tidak setuju) diberi nilai 2, ( sangat tidak setuju) diberi nilai 1.
Jika jawaban negatif (sangat setuju) diberi nilai 1, jika (setuju) diberi

nilai 2, (tidak setuju) diberi nilai 3, (sangat tidak setuju) diberi nilai 4.

e) Instrument E (dukungan suami)

Untuk kuisioner dukungan suami menggunakan instrumnet

yang diambil dari peneliti sebelumnya. Kuisioner ini menggunakan

skala Guttman dengan 16 buah pernyataan. Jawaban ya diberi nilai 1

dan jawaban tidak diberi nilai 0.

F. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari

institusi yaitu Program Studi SI Keparawatan STIkes Mercubaktijaya

Padanf dan izin dari kepala Puskesmas Lapai Padang. Peneliti terlebih

dahulu memperkenalkan diri, mnjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur

penelitian kepada calon responden. Jika calon reponden bersedia untuk

dijadikan objek penelitian, maka calon responden terlebih dahulu baru

menantangani lembar persetujuan. Jika calon responden menolak untuk

diteliti maka peneliti akan tetap menghormatinya haknya.

Penelitian ini dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip

atau isue-isue. Secara umum terdapat prinsip utama dalam etika penelitian

keparawatan menurut Kusuma ( 2011) yaitu :

1. Inform consent

Penelitian menjelaskan tujuan, cara pengumpulan data kepada

responden sebelum pengumulan data dilakukan. Peneliti inform


consent sebagai persetujuan responden terlibat dalam penelitian.

Kesedian responden dinyatakan dengan menandatangani pernyataan

bersedia menjadi responden.

2. Autonomy

Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta persetujuan

kepada calon respondn untuk menjadi subjek penelitian dengan

diberikan inform concent. Penjelasan informed concent ini mencakup

penjelasan tentang penelitian yaitu Faktor - Faktor yang Berhubungan

dengan Kunjungan Pelayanan Antenatal Pada Masa Pandemi Covid-

19 di wilayah Kerja Puskesmas Lapai Kota Padang.

3. Nonmaleficience

Sebelum peneliti melakukan peneltian, peneliti menjelaskan

kepada responden tentang tujuan dan prosedur penelitian. Responden

juga telah mendapatkan penjelasan bahwa penelitian ini tidak

membahayakan atau tidak akan menimbulkan dampak yang

merugikan bagi responden.

4. Beneficience

Peneliti menjelaskan keuntungan jika responden ikut dalam

penelitian ini, yang mana dapat mengetahui tentang faktor-faktor yang

berhubungan minat kunjungan pelayanan antenatal pada masa

pandemi covid 19.

5. Justice
Peneliti tidak akan membeda-bedakan responden dari segi

suku, ras, agama, budaya dan status sosial ekonomi. Responden akan

mendapatkan perlakuan yang sama sebelum dan sesudah penelitian.

6. Confidentiality

Peneliti menjaga kerahasian semua informasi dan tidak

menyebarluaskan hasil penelitian kepada pihak yang tidak

bersangkutan.

G. Jenis dan Teknik pengumpulan Data

1. Jenis data

a. Data Primer

Yaitu data yang dikumpulkan oleh peneliti menggunakan

kuisioner yang meliputi variabel pengetahuan ibu, sikap ibu dan

dukungan suami.

b. Data Sekunder

Data Sekunder Data sekunder meliputi Data Puskesmas

yang meliputi jumlah ibu hamil tahun 2020 dan cakupan KI dan

K4, jumlah ibu hamil di dapat dari rekap laporan PWS KIA

Puskesmas Lapai Bulan Januari – April 2020.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Tahap persiapan

1) Peneliti membuat surat dibagian administrasi akademik (ADAK)

STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.


2) Mengajukan surat permohonan izin Kepada Dinas kesahatan Kota

Padang untuk melakukan penelitian.

3) Peneliti melakukan survey awal ke Puskesmas Lapai Padang dan

mengambil data sesuai dengan kriteria inkulusi dan ekslusi.

4) Peneliti dibantu oleh 2 orang enumerator yang sudah disamakan

persepsi sebelum melakukan pengumpulan data.

5) Sampel diambil sesuai dengan kehendak peneliti.

b. Tahap Pengumpulan Data

1) Setelah itu peneliti melakukan penggumpulan data selama 3 hari.

2) Pada saat pengumpulan data peneliti memperkenalkan diri,

menjelaskan tujuan penelitian kepada responden, serta meminta

persetujuan untuk menjadi responden, responden meminta

persetujuan dengan membubuhkan tanda tangan di informed

consent dan peneliti meminta terima kasih atas ketersedian waktu.

H. Alur Penelitian

Mulai Ajukan Judul ACC JUDUL Mengurus Surat


Izin Penelitian
Dari Kampus

Memasukan Surat ke Mengurus Surat Izin


Puskesmas lapai Kota Penelitian Dari Dinas
Survey awal kesahatan Kota Padang
Padang

Identifikasi Latar Identifikasi Identifikasi Penentuan


Belakang Rumusan Masalah Tujuan Masalah
Analisa Identifikasi
Hasil Penelitian
Data Batasan Masalah

Selesai

I. Teknik Pengolahan Data

1. Memeriksa Data (Editing )

Setalah kuisioner diisi dan dikembalikan oleh responden

peneliti melakukan pemeriksaan kelengkapan isi kuisioner yang diisi

oleh responden. Setelah dilakukan pengecekan tidak ada kuisioner

yang belum lengkap dan semua data telah dinyatakan dan peneliti

langsung melanjutkan langkah-langkah pengolahan data berikutnya.

2. Mengkode data (Coding)

Memberikan kode setiap informasi yang telah terkumpul untuk

setiap butir pertanyaan dalam kuisoner guna memudahkan pengolahan

data . pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pemberian kode pada

hasil penelitian.

a) Kunjungan antenatal

0 = Tidak lengkap

1 = Lengkap

b) Pengetahuan ibu hamil


0 = Rendah

1 = Sedang

2 = Tinggi

c) Sikap ibu hamil

0 = Sikap negatif

1 = Sikap positif

d) Dukungan suami

0 = Kurang mendukung

1 = Mendukung

3. Memasukan data (Entery)

Memproses data agar dapat di analisis dengan cara

memindahkan atau memasukan data kusioner ke dalam tabel dan

diolah secara komputerisasi.

4. Pembersihan data ( cleansing )

Cleansing merupakan kegiatan pembersihan seluruh data

supaya terhindar dari kesalahan sebelum dilkukan proses analisa data.

Peneliti memeriksa kembali seluruh roses mulai dari pengkodean serta

memastikan bahwa data yang input tidak terdapat kesalahan sehingga

analisis dapat dilakukan dengan benaar. Proses cleansing dapat

dilakukan dengan bantuan program analisis statistik komputer dan

disajian dalam bentuk distribusi frekuensi.

J. Analisa Data

1. Analisis Univariat
Analisis univariat pada penelitian ini digunakan untuk

mendapatkan distribusi frekuensi dari variabel independen

(pengetahuan, sikap, dan dukungan suami) dan variabel dependen

( Kunjungan antenatal) sehingga diketahui variasi dari masing- masing

variabel.

2. Analisis Bivariat

Analisit Bivariat pada penelitian ini untuk mengetahui

hubungan antara varaibel independen yaitu pengetahuan, sikap, dan

dukungan suami dengan variabel dependen yaitu kunjungn antenatal.

Teknik analisis yang digunakan adalah media analisi Chi-square

dengan derajat kepercayaan 95% (α= 0,05).


DAFTAR PUSTAKA

Azwar. 2012. Sikap Manusia” Teori dan Pengukurannya”. Yogyakarta :

Pustaka Belajar

Nugroho, Taufan, dkk. 2014. Asuhan kebidanan I (Kehamilan ) : Yogyakarta :

Nuha Medika

Padila. 2014. Keparawatan Maternitas. Yogyakarta : Numed

Wawan dan dewi, 2017. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan

Perilaku Manusia.Yogyakarta: Nuha Medika

Ariani,AP. 2014. Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan dan Kesahatan

Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika

Harnilawati. 2013. Konsep dan Proses Keparawatan Keluarga. Sulawesi

Selatan :Pustaka As Salam


Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

Hidayatul, Aziz Alimul. 2011. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa

Data. Jakarta: Selemba Medika

Padila. 2015. Asuhan Keparawatan Maternitas II. Yogyakarta: Nuha Medika

Donsu J. 2017. Psikologi Keparawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Wawan, Dewi. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap dalam

Penelitian Kesahatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Khalid, Ahmad. 2014. Promosi kesahatan dengan Pendekatan teori Perilaku,

meia dan aplikasinya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesahatan dan Perilaku Kesahatan. Jakarta:

Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2014. Ilmu Perilaku Kesahatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2010. Metodelogi Penelitian Kesahatan. Jakarta: Rineka Cipta

Budiman, Riyanto A. 2013. Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan dan Sikap

dalam Penelitian Kesahatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Rukiyah AY,YuliantiL, Maemunah, Susilowati L. 2013. Asuhan Kebidanan

Kehamilan. Jakarta : CV. Trans Info media

Rahayu AP. 2015. Panduan Pratikum Keparawatan Maternitas.

Yogyakarta :Nuha Medika

Indryani. 2011. Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Jakarta: CV Trans Info media

Wagiyo, Putrono. 2018. Asuhan Keparawatan Antenatal, Intranatal, Dan Bayi

Baru Lahir Fisiologis Dan Patalogis. Yogyakarta : Andi Offset


Kemenkes RI. 2015. Pedoman pelayanan antenatal terpadu. Jakarta: Rineka

Cipta

Tim Kerja Kementerian Dalam Negeri Untuk Dukungan Gugus Tugas COVID-

19. Pedoman Umum Mengadapi Pandemi Covid-19 Bagi Pemerintah Daerah

Pencegahan, Pengendalian, Diagnosis Dan Manajemen.

Fitrina, D. (2020). Hubungan Ibu Hamil Risiko Tinggi Dengan Kelengkapan

Kunjungan Antenatal Care (Anc). Jurnal Aceh Medika, 4(2), 150–161.

Gurning, Maylar, Banna, T. (2019). Pengetahuan Dan Tingkat Pendidikan Ibu

Berhubungan Terhadap Kunjungan Antenatal Care (Anc) Di Wilayah Kerja

Puskesmas Wayer Maylar. Tunas Tunas Riset Kesehtan, 9(1), 79–82.

Hendriani, D., Widyastuti, H. P., & Putri, R. A. (2021). Peran Suami Dalam

Gangguan Kecemasan Dan Stress Pada Ibu Hamil Selama Pandemi Covid-

19. Mahakam Midwifery Journal, 6(1), 28–36.

Kusuma, R. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Tentang

Antenatal Care Dengan Kunjungan K4. Jurnal Psikologi Jambi, 03(01), 24–

32.

Mamalanggo, Adisi, D. (2019). Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Ibu Serta

Dukungan Petugas Kesehatan Dengan Kunjungan Antenatal Care (Anc) Di

Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado. Jurnal Kesehatan Masyarakat,

8(7), 221–227.

Nisma, D. (2021). Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Kepatuhan Ibu

Hamil Dalam Pemeriksaan Anc Pada Masa Pandemi Di Poskesdes. Journal

Of Muslim Community Health (Jmch), 2(1), 108–120.


Prasetyaningsih. (2020). H Ubungan Umur , Pengetahuan Dan Dukungan

Keluarga Dengan Kunjungan Antenatal Care ( Anc ) ( K4 ) Ibu Hamil Di

Puskesmas Pariaman Tahun 2018. Jurnal Ilmu Keparawatan Dan

Kebidanan, 11(1), 62–69.

Qomar, Umi Laelatul, D. (2020). Hubungan Paritas, Umur Dan Usia Kehamilan

Dengan Jarak Kunjungan Antenatal Care Trimester Iii Di Masa Pandemi

Covid 19 Di Pmb Brida Kitty Dinarum Vwy. Jurnal Ilmiah Kkesehatan

Keparawatan, 16(2), 133–136. Https://Doi.Org/10.26753/Jikk.V16i2.512

Riskia, Mira, D. (2020). Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Hamil

Dalam Menjalani Kehamilan Selama Masa Pandemi Covid-19. Jurnak

Keparawatan Malang, 5(2), 80–86.

Rohmah, M. K., & Nurdianto, A. R. (2020). Corona Virus Disease 2019 ( Covid-

19 ) Pada Wanita Hamil Dan Bayi : Sebuah Tinjauan Literatur. Journal Of

Clinaical Medicine, 7, 329–336.

Safitri, Yulia, Lubis, Desi Handayani. (2020). Dukungan Suami, Pengetahuan,

Dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Antenatal Care. Jurnal

Kebidanan, 6(4), 413–420.

Satrianegara, M.Fais, D. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Minat

Kunjungan Ulang Pelayanan Antenatal Di Poliklinik Kebidanan Rsud Syekh

Yusuf Kab. Gowa. Jurnal Kesahatan, 13(1), 71–77.

Https://Doi.Org/10.24252/Kesehatan.V13i1.16080

Sinambela, Megawati, Solina, E. (2021). Analisis Faktor - Faktor Yang

Mempengaruhi Ibu Hamil Terhadap Pemeriksaan Antenatal Care (Anc)


Selama Pandemi Covid-19 Di Puskesmas Talun Kenas. Jurnal Kebidanan

Kestra, 3(2), 128–135. Https://Doi.Org/10.35451/Jkk.V3i2.604

Wulandari, A., Wigati, P. A., & Sriatmi, A. (2017). Analisis Pelayanan Antenatal

Dan Faktor – Faktor Yang Berkaitan Dengan Cakupan Pelayanan Antenatal

Oleh Bidan. Jurnal Kesahatan Masyrakat, 5(1), 14–23.

Notoajmodjo S. 2012. Promosi Kesahatan dan Perilaku Kesahatan. Jakarta:

Rineka Cipta

Notoajmdjo, S.2016. Ilmu Perilaku Kesahatan. cetakan 4. jakarta : Rineka Cipta

Dinas Kesahatan Kota Padang, 2020. Profil Kesahatan Kota Padang Tahun 2019

Kemenkes Ri, 2020. Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalianan, Nifas dan Bayi

Baru lahir diera Adaptasi baru

Kemenkes, 2020. Profil Kesehatan Indonesia 2019. Jakarta : Kementrian

kesehatan Republik Indonesia

Mandang jenni, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Bogor: Penerbit In

Media

Wawan, Dewi, 2015. Teori Pengukuran, Sikap dan Perilaku Manusia.

Yogyakarta: Nuh Medika

Fitrina, D. (2020). Hubungan Ibu Hamil Risiko Tinggi Dengan Kelengkapan

Kunjungan Antenatal Care (ANC). Jurnal Aceh Medika, 4(2), 150–161.

Gurning, Maylar, Banna, T. (2019). Pengetahuan dan Tingkat Pendidikan Ibu

Berhubungan Terhadap Kunjungan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja


Puskesmas Wayer Maylar. Tunas Tunas Riset Kesehtan, 9(1), 79–82.

Hendriani, d., widyastuti, h. P., & putri, r. A. (2021). Peran Suami Dalam

Gangguan Kecemasan Dan Stress Pada Ibu Hamil Selama Pandemi Covid-

19. Mahakam midwifery journal, 6(1), 28–36.

Kusuma, R. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Tentang

Antenatal Care Dengan Kunjungan K4. jurnal psikologi jambi, 03(01), 24–

32.

Mamalanggo, adisi, d. (2019). Hubungan antara pengetahuan, sikap ibu serta

dukungan petugas kesehatan dengan kunjungan antenatal care (anc) di

puskesmas ranotana weru kota manado. Jurnal kesehatan masyarakat, 8(7),

221–227.

Nisma, D. (2021). Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Terhadap Kepatuhan Ibu

Hamil Dalam Pemeriksaan ANC Pada Masa Pandemi di Poskesdes. Journal

of Muslim Community Health (JMCH), 2(1), 108–120.

Prasetyaningsih. (2020). Hubungan Umur , Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga

Dengan Kunjungan Antenatal Care ( Anc ) ( K4 ) Ibu Hamil Di Puskesmas

Pariaman Tahun 2018. Jurnal Ilmu Keparawatan Dan Kebidanan, 11(1), 62–

69.

Qomar, umi laelatul, D. (2020). Hubungan paritas, umur dan usia kehamilan

dengan jarak kunjungan antenatal care trimester iii di masa pandemi covid 19

di pmb brida kitty dinarum vwy. Jurnal Ilmiah Kkesehatan Keparawatan,

16(2), 133–136. https://doi.org/10.26753/jikk.v16i2.512


Riskia, Mira, D. (2020). Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Hamil

Dalam Menjalani Kehamilan Selama Masa Pandemi Covid-19. Jurnal

Keparawatan Malang, 5(2), 80–86.

Rohmah, M. K., & Nurdianto, A. R. (2020). Corona Virus Disease 2019

( COVID-19 ) pada Wanita Hamil dan Bayi : Sebuah Tinjauan Literatur.

Journal of Clinaical Medicine, 7, 329–336.

Safitri, yulia, Lubis, desi handayani. (2020). Dukungan suami, pengetahuan, dan

sikap ibu hamil terhadap kunjungan antenatal care. Jurnal Kebidanan, 6(4),

413–420.

satrianegara, m.fais, D. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Minat

Kunjungan Ulang Pelayanan Antenatal Di Poliklinik Kebidanan Rsud Syekh

Yusuf Kab. Gowa. Jurnal Kesahatan, 13(1), 71–77.

https://doi.org/10.24252/kesehatan.v13i1.16080

Sinambela, Megawati, Solina, E. (2021). Analisis Faktor - Faktor Yang

Mempengaruhi Ibu Hamil Terhadap Pemeriksaan Antenatal Care (Anc)

Selama Pandemi Covid-19 Di Puskesmas Talun Kenas. Jurnal Kebidanan

Kestra, 3(2), 128–135. https://doi.org/10.35451/jkk.v3i2.604

Wulandari, A., Wigati, P. A., & Sriatmi, A. (2017). Analisis Pelayanan Antenatal

dan Faktor – Faktor yang Berkaitan dengan Cakupan Pelayanan Antenatal

oleh Bidan. Jurnal Kesahatan Masyrakat, 5(1), 14–23.

Anda mungkin juga menyukai