Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENGESAHAN PLASENTA PREVIA

DI RUANG OK KEBIDANAN RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH


BANJARMASIN

Disusun Oleh :

YOAN TANIA
NIM: PO.62.20.1.21.096

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDRAL TENAGA KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
PRODI D III KEPERAWATAN REGULER XXIV-B
TAHUN 2024
LEMBAR PENGESAHAN

Yang Membuat Laporan Pendahuluan :


Nama : Yoan Tania
NIM : PO.62.20.1.21.096
Tingkat/Semester : Semester VI
Program Studi : DIII Keperawatan
Tahun Akademik : 2024

Banjarmasin, Februari 2024


Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

(..................................................) (..................................................)
LAPORAN PENDAHULUAN
PLASENTA PREVIA
A. Definisi
Menurut Wiknjosastro (2002), Placenta Previa adalah plasenta yang
letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir.
Menurut Manuaba (1998) mengemukakan bahwa plasenta previa adalah
plasenta dengan implantasi di sekitar segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Menurut Prawiroharjo, plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan
jalan lahir (prae= di depan ; vias= jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah
plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh
atau sebagian ostium internum.
Menurut Cunningham, plasenta previa merupakan implantasi plasenta di
bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan
perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim.
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim dan menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum (Saifuddin, 2002).

B. Klasifikasi
Menurut Manuaba (1998), klasifikasi plasenta previa secara teoritis dibagi
dalam bentuk klinis, yaitu: a) Plasenta Previa Totalis, yaitu menutupi seluruh ostium
uteri internum pada pembukaan 4 cm. b) Plasenta Previa Sentralis, yaitu bila pusat
plasenta bersamaan dengan kanalis servikalis. c) Plasenta Previa Partialis, yaitu
menutupi sebagian ostium uteri internum. d) Plasenta Previa Marginalis, yaitu apabila
tepi plasenta previa berada di sekitar pinggir ostium uteri internum.
Menurut Chalik (2002) klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan
plasenta melalui pembukaan jalan lahir :
1. Plasenta Previa Totalis, yaitu plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum.
2. Plasenta Previa Partialis, yaitu plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum.
3. Plasenta Previa Marginalis, yaitu plasenta yang tepinya agak jauh letaknya dan
menutupi sebagian ostium uteri internum.
Menurut De Snoo yang dikutip oleh Mochtar (1998), klasifikasi plasenta previa
berdasarkan pada pembukaan 4 – 5 cm yaitu :
1. Plasenta Previa Sentralis, bila pembukaan 4 – 5 cm teraba plasenta menutupi
seluruh ostium.
2. Plasenta Previa Lateralis, bila pada pembukaan 4 – 5 cm sebagian pembukaan
ditutupi oleh plasenta, dibagi 3 yaitu : plasenta previa lateralis posterior bila
sebagian menutupi ostium bagian belakang, plasenta previa lateralis bila
menutupi ostium bagian depan, dan plasenta previa marginalis sebagian kecil
atau hanya pinggir ostium yang ditutupi plasenta.
Penentuan macamnya plasenta previa tergantung pada besarnya pembukaan,
misalnya plasenta previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi
plasenta previa parsialis pada pembukaan 8 cm, penentuan macamnya plasenta previa
harus disertai dengan keterangan mengenai besarnya pembukaan (Wiknjosastro,
2002).

C. Etiologi
Penyebab secara pasti belum diketahui dengan jelas. Menurut beberapa pendapat
para ahli, penyebab plasenta previa yaitu :
1. Menurut Manuaba (1998), plasenta previa merupakan implantasi di segmen
bawah rahim dapat disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap
menerima implantasi, endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasaan
plasenta untuk mampu memberikan nutrisi pada janin, dan vili korealis pada
chorion leave yang persisten.
2. Menurut Mansjoer (2001), etiologi plasenta previa belum diketahui pasti tetapi
meningkat pada grademultipara, primigravida tua, bekas section sesarea, bekas
operasi, kelainan janin dan leiomioma uteri.
D. Faktor Risiko
1. Faktor predisposisi
Menurut Manuaba (1998), faktor – faktor yang dapat meningkatkan
kejadian plasenta previa adalah umur penderita antara lain pada umur muda <
20 tahun dan pada umur > 35 tahun, paritas yaitu pada multipara, endometrium
yang cacat seperti : bekas operasi, bekas kuretage atau manual plasenta,
perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip, dan pada keadaan
malnutrisi karena plasenta previa mencari tempat implantasi yang lebih subur,
serta bekas persalianan berulang dengan jarak kehamilan < 2 tahun dan
kehamilan ≥ 2 tahun.
Menurut Mochtar (1998), faktor – faktor predisposisi plasenta previa yaitu:
a. Umur dan paritas, pada paritas tinggi lebih sering dari paritas rendah di
Indonesia plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas
kecil. Hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia menikah pada usia
muda dimana endometrium masih belum matang

b. Endometrium yang cacat, endometrium yang hipoplastis pada kawin dan


hamil muda, endometrium bekas persalinan berulang – ulang dengan jarak
yang pendek (< 2 tahun), bekas operasi, kuratage, dan manualplasenta, dan
korpus luteum bereaksi lambat, karena endometrium belum siap menerima
hasil konsepsi Hipoplasia endometrium : bila kawin dan hamil pada umur
muda.

2. Faktor pendukung
Menurut Sheiner yang dikutip oleh Amirah Umar Abdat (2010), etiologi
plasenta previa sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
teori dan faktor risiko yang berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya :
a. Lapisan rahim (endometrium) memiliki kelainan seperti : fibroid atau
jaringan parut (dari previa sebelumnya, sayatan, bagian bedah Caesaratau
aborsi).
b. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
c. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium. Menurut
Sastrawinata (2005), plasenta previa juga dapat terjadi pada plasentayang
besar dan yang luas, seperti pada eritroblastosis, diabetes mellitus, atau
kehamilan multipel. Sebab – sebab terjadinya plasenta previa yaitu :
beberapa kali menjalani seksio sesarea, bekas dilatasi dan kuretase, serta
kehamilan ganda yang memerlukan perluasan plasenta untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi janin karena endometrium kurang subur (Manuaba,
2001). Faktor pendorong Ibu merokok atau menggunakan kokain, karena
bisa menyebabkan perubahan atau atrofi. Hipoksemia yang terjadi akibat
karbon monoksida akan dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini
terjadi terutama pada perokok berat (lebih dari 20 batang sehari)
Sastrawinata,(2005).

E. Patofisiologi
Menurut Chalik (2002), pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada
trisemester ketiga dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya
segmen bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana
diketahui tapak plasenta terbentuknya dari jaringan maternal yaitu bagian desidua
basalis yang tumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya istmus uteri
menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit
banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada tapaknya. Demikian pula
pada waktu servik mendatar dan membuka ada bagian tapak plasenta yang lepas.
Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal
yaitu ruang intervillus dari plasenta. Oleh sebab itu, perdarahan pada plasenta previa
betapapun pasti akan terjadi oleh karena segmen bawah rahimsenantiasa terbentuk
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat
segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah
uterus dan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari
dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tidak
dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk
berkontraksi seperti pada plasenta letak normal (Mansjoer, 2001).

F. Manifestasi Klinis
Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah :
1. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang
2. Darah biasanya berwarna merah segar
3. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas
4. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin
5. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal,
kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya
(reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.

Perdarahan adalah gejala primer dari placenta previa dan terjadi pada mayoritas
(70%-80%) dari wanita-wanita dengan kondisi ini. Perdarahan vagina setelah
minggu ke 20 kehamilan adalah karakteristik dari placenta previa. Biasanya
perdarahan tidak menyakitkan, namun ia dapat dihubungkan dengan kontraksi-
kontraksi kandungan dan nyeri perut. Perdarahan mungkin mencakup dalam
keparahan dari ringan sampai parah.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placnta tapi apakah placenta
melapisi cervik tidak biasa diungkapkan
2. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian
tubuh janin.
3. Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di
dalam batas normal.
4. Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34
minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup
procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yangdilakukan
di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
5. Isotop Scanning Atau lokasi penempatan placenta.
6. Amniocentesis
Jika 35 – 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis
untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin atau spingomyelin [LS]
atau kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan
operasi direkomendasikan jika paru-paru fetal sudah mature.
H. Penatalaksanaan
Menurut Saifuddin (2001) terdapat 2 macam terapi, yaitu :
1. Terapi Ekspektatif
Kalau janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar baginya kecil
sekali. Ekspektatif tentu hanya dapat dibenarkan kalau keadaan ibu baik dan
perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali. Syarat bagi terapi ini adalah
keadaan ibu masih baik (Hb-normal) dan perdarahan tidak banyak, besarnya
pembukaan, dan tingkat placenta previa.
2. Terapi Aktif
Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan, adapun caranya:
a. Cara Vaginal Untuk mengadakan tekanan pada plasenta dan dengan
demikian menutup pembuluh – pembuluh darah yang terbuka (tamponade
plasenta).
b. Cara Sectio caesarea, dengan maksud untuk mengosongkan rahim
sehingga dapat mengadakan retraksi dan menghentikan perdarahan dan
juga untuk mencegah terjadinya robekan cervik yang agak sering dengan
usaha persalinan pervaginam pada placenta previa. Menurut Winkjosastro
(2002) prinsip dasar penanganan placenta previa yaitu, setiap ibu dengan
perdarahan antepartum harus segera dikirim ke rumah sakit yang memiliki
fasilitas transfusi darah dan operasi. Perdarahan yangterjadi pertama kali
jarang sekali atau boleh dikatakan tidak pernah menyebabkan kematian,
asal sebelumnya tidak diperiksa dalam. Biasanya masih terdapat cukup
waktu untuk mengirimkan penderita ke rumah sakit, sebelum terjadi
perdarahan berikutnya yang hampir selalu akan lebih banyak daripada
sebelumnya, jangan sekali – kali melakukan pemeriksaan dalam keadaan
siap operasi. Apabila dengan penilaian yang tenang dan jujur ternyata
perdarahan yang telah berlangsung, atau yang akan berlangsung tidak akan
membahayakan ibu dan janin (yang masih hidup) dan kehamilannya belum cukup
36 minggu, atau taksiran berat janin belum sampai 2500 gram, dan persalinan
belum mulai, dapat dibenarkan untuk menunda persalinan sampai janindapat
hidup di luar kandungan lebih baik lagi (Penanganan Pasif) sebaliknya, kalau
perdarahan yang telah berlangsung atau yang akan berlangsung akan
membahayakan ibu dan atau janinnya, kehamilannya telah cukup 36minggu, atau
taksiran berat janin telah mencapai 2500 gram, atau persalinan telah mulai, maka
penanganan pasif harus ditinggalkan, dan ditempuh penanganan aktif. Dalam hal
ini pemeriksaan dalam dilakukan di meja operasi dalam keadaan siap operasi
(Winkjosastro, 2002).

I. Komplikasi
Plasenta previa dapat menyebabkan resiko pada ibu dan janin. Menurut Manuaba
(2001), adapun komplikasi – komplikasi yang terjadi yaitu:
a. Komplikasi pada ibu, antara lain: perdarahan tambahan saat operasi menembus
plasenta dengan inersio di depan, infeksi karena anemia, robekan implantasi
plasenta di bagian belakang segmen bawah rahim, terjadinya ruptura uterikarena
susunan jaringan rapuh dan sulit diketahui.
b. Komplikasi pada janin, antara lain: prematuritas dengan morbiditas dan
mortalitas tinggi, mudah infeksi karena anemia disertai daya tahan rendah,
asfiksia intrauterine sampai dengan kematian. Menurut Chalik (2002), ada tiga
komplikasi yang bisa terjadi pada ibu dan janin antara lain:
1) Terbentuknya segmen bawah rahim secara bertahap terjadilah pelepasan
tapak plasenta dari insersi sehingga terjadi lah perdarahan yang tidak dapat
dicegah berulang kali, penderita anemia dan syok.
2) Plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim tipis sehingga dengan
mudah jaringan trpoblas infasi menerobos ke dalam miometrium bahkan
ke parametrium dan menjadi sebab dari kejadian placenta akreta dan
mungkin inkerta.
3) Servik dan segmen bawah raim yang rapuh dan kaya akan pembuluh darah
sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak
menyebabkan mortalitas ibu dan perinatal.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a) Anamnesa
1) Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat, medicalrecord dll.
2) Keluhan utama: Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu/trimester III.
Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang Sebab perdarahan;
placenta dan pembuluh darah yang robek; terbentuknya SBR, terbukanya
osteum/ manspulasi intravaginal/rectal. Sedikit banyaknya perdarahan;
tergantung besar atau kecilnya robekan pembuluh darah dan placenta.
3) Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit. Jika
perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
4) Palpasi abdomen
Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah. Sering dijumpai
kesalahan letak Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala
biasanya kepala masih goyang/floating
b) Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya
agar perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada
kehamilansekarang. Riwayat obstetri meliputi:
- Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
- Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
- Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan
penolong persalinan
- Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
- Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan
perdarahan.
- Komplikasi pada bayi
- Rencana menyusui bayi
2) Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran
persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir
(HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt dapat digunakan
rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun
disesuaikan.
3) Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, atau
keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat
kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan
berlanjut pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk
pada pembentukan organ seksual pada janin.
4) Riwayat penyakit dan operasi:
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal
bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat
infeksi, prosedur operasi, dan trauma pada persalinan sebelumnya harus
di dokumentasikan
5) Riwayat Psikososial
Pasien akan merasa cemas oleh karena kawatir akan kehamilan ibu dan
bayinya takut akan dioprasi takut apabila gambaran dirinya berubah serta
biaya oprasi dan perawatannya
6) Pola aktivitas sehari-hari
Pola aktivitas sehari-hari akan terganggu karena pendarahan pasien harus
bedrest dan setelah operasi masih terdapat efek anastesi serta adanya
perlukaan operasi yang menimbulkan nyeri.
c) Pemeriksaan fisik
1) Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
a) Rambut dan kulit
- Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan
linea nigra.
- Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan
paha.
- Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah
b) Mata : pucat, anemis
c) Hidung
d) Gigi dan mulut
e) Leher
f) Buah dada / payudara
- Peningkatan pigmentasi areola putting susu
- Bertambahnya ukuran dan noduler
g) Jantung dan paru
- Volume darah meningkat
- Peningkatan frekuensi nadi
- Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu
darah pulmonal.
- Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
- Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
- Diafragma meningga.
- Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
h) Abdomen
- Menentukan letak janin
- Menentukan tinggi fundus uteri
i) Vagina
- Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan (
tanda Chandwick)
- Hipertropi epithelium
j) System musculoskeletal
- Persendian tulang pinggul yang mengendur
- Gaya berjalan yang canggung
- Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan
dengan diastasis rectal
2. Khusus
a. Tinggi fundus uteri
b. Posisi dan persentasi janin
c. Panggul dan janin lahir
d. Denyut jantung janin

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perdarahan di buktikan dengan Komplikasi Kehamilan (Plasenta
Previa)
2. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami keguguran
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tirah baring

C. Intervensi Keperawatan
a. Resiko Perdarahan dibuktikan dengan komplikasi kehamilan (Plasenta
Previa)
Tujuan : Tingkat perdarahan menurun
Kriteria Hasil :

- Kelembaban membran mukosa meningkat

- Kelembaban kulit meningkat

- Perdarahan vagina menurun

- Hemoglobin membaik

- Hematokrit membaik

- TD, HR, dan suhu tubuh membaik

Intervensi :
Pencegahan Perdarahan
Observasi :
• Monitot tanda dan gejala perdarahan
• Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah
• Monitor tanda-tanda vital
Terapeutik

• Pertahankan bedrest selama perdarahan


• Hindari pengukuran suhu rectal

Edukasi

• Jelaskan tanda dan gejala perdarahan


• Anjurkan menggunakan kaos kaki saat ambulasi
• Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi
• Anjurkan menghindari aspirin atau anti koagulan
• Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
• Anjurkan segera melapor jika terjadi pendarahan

Kolaborasi

• Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu

b. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami keguguran


Tujuan : Tingkat ansietas menurun

Kriteria Hasil :
- Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang di hadapi menurun
- Perilaku gelisah menurun
- Perilaku tegang menurun
- TD,HR,RR membaik
- Perasaan keberdayaan membaik
Intervensi :
Observasi
• Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
• Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
• Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)

Terapeutik
• Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
• Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika memungkinkan
• Pahami situasi yang membuat anxietas
• Dengarkan dengan penuh perhatian
• Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
• Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
• Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
• Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
• Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
• Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
• Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
• Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
• Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
• Latih teknik relaksasi

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tirah baring


Tujuan : Toleransi aktifitas meningkat
Kriteria Hasil :
Observasi
- Frekuensi nadi meningkat, TD membaik
- Kemudahan dalam melakukan aktifitas sehari-hari meningkat
- Perasaan lemah menurun
Intervensi :
Dukungan Kepatuhan program pengobatan
Observasi
Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan
Terapeutik
• Buatlah jadwal pendampingan keluarga untuk bergantian menemani pasien
selama menjalani program pengobatan, jika perlu :
• Libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang dijalani
Edukasi
• Informasikan program pengobatan yang harus dijalani
• Anjurkan keluargaa untuk mendampingi dan merawat pasien selama
menjalani penobatan

• Anjurkan pasien dan keluarga untuk melakukan konsultasi ke pelayanan


kesehatan terdekat
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/281785376/LP-Plasenta-Previa.pdf

http://eprints.ums.ac.id/16768/2/BAB_I.pdf

http://www.asuhankeperawatan/7935437/ASKEP_PLASENTA_PREVIA.pdf

Johnson,Marion.2015.NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan Buku


Kedokteran EGC.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi Dan Indikator


Diagnostic. Ed 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Ed 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi Dan Tindakan


Keperawatan, Ed I, Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai