Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN PLASENTA PREVIA

Disusun untuk Melengkapi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah Keperawatan


Maternitas

Dosen Pengampu: Ns. Dwi Susilawati, S.Kep. M.Kep. Sp. Mat

Disusun oleh:
Kelompok 5
Agustin (22020115120003)
Nur Holisa (22020115120012)
Fatia Zulfa (22020115120038)
Angelina Widya Santoso (22020115120055)
Istiqhat Sah Nur Fatikhah (22020115130083)
Astri Artanti (22020115130111)
A.15.2

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Plasenta previa merupakan penyebab terbanyak dari kasus
perdarahan antepartum. Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya
abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian
atau seluruh ostium uteri internum (Nugroho, 2012 dalam Murtiningsih,
2013). Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun
kerusakan dari endometrium pada persalinan sebelumnya dan gangguan
vaskularisasi desidua dianggap sebagai mekanisme yang mungkin menjadi
faktor penyebab terjadinya plasenta previa. Menurut Cunningham, 2005
dalam Murtiningsih, 2013 terjadinya plasenta previa terdapat beberapa
faktor penyebab, diantaranya usia ibu yang lanjut meningkatkan risiko
plasenta previa, multipara, terutama jika jarak antara kelahirannya pendek,
riwayat seksio sesarea, primigravida dua, bekas aborsi, kelainan janin,
leiloma uteri, risiko relatif untuk plasenta previa meningkat dua kali lipat
akibat merokok. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik
untuk membuat makalah asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan
Plasenta Previa. Karena penulis berharap ibu yang hamil dengan plasenta
previa dan rutin memeriksakan kehamilannya segera mendapatkan deteksi
dini dan penanganan agar dapat mengatasi komplikasi yang terjadi serta
dapat meminimalkan bayi-bayi agar tidak lahir secara premature atau
preterm.

B. Tujuan
1. Mengetahui definisi plasenta previa
2. Mengetahui etiologi plasenta previa
3. Mengetahui epidemiologi plasenta previa
4. Mengetahui klasifikasi plasenta previa
5. Mengetahui patofisiologi plasenta previa
6. Mengetahui komplikasi plasenta previa
7. Mengetahui manifestasi klinis plasenta previa
8. Mengetahui pemeriksaan plasenta previa
9. Mengetahui penatalaksanaan plasenta previa
10. Mengetahui asuhan keperawatan pada kehamilan dengan plasenta
previa
BAB II

ISI

A. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di sekitar
segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
osteum uteri internum (Prof.dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG, 1998 hal
253 dalam Nurkasanah, 2015). Plasenta Previa adalah Plasenta yang
letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. (Wiknjosostro,
2005 dalam Nurkhasanah, 2015). Jadi, plasenta previa adalah plasenta
yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.

B. Etiologi
Penyebab pasti dari plasenta previa belum diketahui sampai saat
ini. Tetapi berkurangnya vaskularisasi pada segmen bawah rahim karena
bekas luka operasi uterus, kehamilan molar atau tumor yang menyebabkan
implantasi plasenta jadi lebih rendah merupakan sebuah teori tentang
penyebab plasenta previa. Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran
darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka
plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan
permukaannya sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan
jalan lahir. Selain itu, kehamilan multiple/lebih dari satu yang memerlukan
permukaan yang lebih besar untuk implantasi plasenta mungkin juga
menjadi salah satu penyebab terjadinya plasenta previa.

C. Epidemiologi
Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh
kelahiran. Dari seluruh kasus perdarahan antepartum, plasenta previa
merupakan penyebab yang terbanyak. Di Amerika Serikat, plasenta previa
terjadi sekitar 0,3–0,5% dari semua persalinan. Sedangkan jumlah
kematian perinatal yang diakibatkan oleh plasenta previa sekitar 0,03%
(Sastrawinata, 2004). Di negara yang sedang berkembang, perdarahan
pada ibu hamil salah satunya disebabkan oleh plasenta previa. Pada
umumnya insiden plasenta previa 1 dari 250 kehamilan. Frekuensinya
bervariasi, namun pada nulipara kejadiannya hanya 1 dari 1000 sampai
1500 kehamilan, dimana kejadiannya pada multipara sebesar 1 kejadian
dari 29 kehamilan. Faktor resiko yang juga penting dalam terjadinya
plasenta previa adalah kehamilan setelah menjalani seksio sesarea
sebelumnya, kejadian plasenta previa meningkat 1% pada kehamilan
dengan riwayat seksio sesarea. Plasenta previa meningkatkan insiden
kelainan kongenital dan pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang
dilahirkan memiliki berat yang kurang dibandingkan dengan bayi yang
lahir dari ibu yang tidak menderita plasenta previa. Risiko kematian
neonatal juga meningkat pada bayi dengan plasenta previa.

D. Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan
plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu. Klasifikasi
tidak didasarkan pada keadaan anatomi melainkan pada keadaan fisiologis
yang dapat berubah-ubah maka klasifikasi ini dapat berubah setiap waktu
misalnya terjadi plasenta previa total pada pembukaan 4cm mungkin akan
berubah menjadi plasenta previa pada pembukaan 8cm.
Menurut Chalik (2008) plasenta previa dapat digolongkan menjadi empat
bagian, yaitu:
1. Plasenta previa totalis
Apabila jaringan plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis
Apabila jaringan plasenta menutupi sebagian ostium uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis
Apabila jaringan plasenta yang tepinya terletak pada pinggir ostium
uteri internum.
4. Plasenta previa letak rendah
Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dimana tepi
bawah plasenta berjarak < 2 cm dari ostium uteri internum, pada
pemeriksaan dalam tidak teraba.
Menurut Perisaei, Sheilendra, Pahay dan Rian (2008) plasenta previa dapat
dibagi menjadi empat derajat berdasarkan scan pada ultrasound, yaitu:
Derajat I plasenta sudah melampaui segmen
terendah rahim.
Derajat II plasenta sudah mencapai ostium uteri
internum.
Derajat III plasenta telah terletak pada sebagian
ostium uteri internum.
Derajat IV plasenta telah berada tepat pada
segmen bawah rahim.

E. Patofisiologi
Chalik (2002) mengatakan bahwa pada usia kehamilan yang lanjut,
umumnya pada trisemester ketiga dan mungkin juga lebih awal, oleh
karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan
mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuknya
dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang tumbuh menjadi
bagian dari uri. Dengan melebarnya istmus uteri menjadi segmen bawah
rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan
mengalami laserasi akibat pelepasan pada tapaknya. Demikian pula pada
waktu servik mendatar dan membuka ada bagian tapak plasenta yang
lepas. Pada tempat laserasi itu akn terjadi perdarahan yang berasal dari
sirkulasi maternal yaitu ruang intervillus dari plasenta. Oleh sebab itu,
perdarahan pada plasenta previa betapapun pasti akan terjadi oleh karena
segmen bawah rahim senantiasa terbentuk. Perdarahan antepartum akibat
plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah
uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah
uterus dan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya
plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari
plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan
serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta
letak normal (Mansjoer, 2001).

F. Komplikasi
Ada dua komplikasi yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita
plasenta previa, yaitu:
1. Komplikasi pada ibu
a. Dapat terjadi anemia bahkan syok
b. Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang
rapuh
c. Infeksi karena perdarahan yang banyak (Manuaba, 2008).
2. Komplikasi pada janin
a. Kelainan letak janin
b. Prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi
c. Asfiksia intra uterin sampai dengan kematian (Manuaba, 2008).

G. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis atau tanda dan gejala pada kehamilan dengan plasenta
previa, meliputi: (Nurkhasanah, 2015)
1. Perdarahan tanpa nyeri pada usia gestasi > 22 minggu
2. Perdarahan berulang
3. Perdarahan dapat terjadi setelah miksi, defekasi, aktivitas fisik,
kontraksi Braxton Hicks dan koitus
4. Perdarahan permulaan biasanya akan berhenti sendiri dan terjadi
kembali tanpa diduga.
5. Warna perdarahan merah segar
6. Adanya anemia
7. His biasanya tidak ada.
8. Rasa tidak tegang saat palpasi
9. DJJ terdengar
10. Teraba jaringan plasenta dalam vagina
11. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul

H. Pemeriksaan
Pemeriksaan pada hal ini dimaksudkan untuk dapat menegakkan
diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan. Apabila plasenta
previa terdeteksi pada akhir trimester kedua, sering kali lokasi plasenta
akan bergeser ketika rahim membesar. Untuk memastikannya dapat
dilakukan pemeriksaan USG, namun bagi beberapa wanita mungkin
bahkan tidak terdiagnosis sampai persalinan, terutama dalam kasus-kasus
plasenta previa sebagian (Faiz & Ananth, 2003).
Menurut Mochtar (1998) diagnosa dari plasenta previa bisa ditegakkan
dengan adanya gejala klinis dan beberapa pemeriksaan, yaitu:
1. Anamnesis
Pada saat anamnesis dapat ditanyakan beberapa hal yang berkaitan
dengan perdarahan antepartum seperti umur kehamilan saat terjadinya
perdarahan, apakah ada rasa nyeri, warna dan bentuk terjadinya
perdarahan, frekuensi serta banyaknya perdarahan (Wiknjosastro,
2007)
2. Inspeksi
Pemeriksaan inspeksi dapat dilihat melalui banyaknya darah yang
keluar melalui vagina, darah beku dan sebagainya. Apabila dijumpai
perdarahan yang banyak maka ibu akan terlihat pucat (Mochtar,
1998).
3. Palpasi Abdomen

Pemeriksaan ini sering dijumpai kelainan letak pada janin, tinggi


fundus uteri yang rendah karena belum cukup bulan. Juga sering
dijumpai bahwa bagian terbawah janin belum turun, apabila letak
kepala, biasanya kepala masih bergoyang, terapung atau mengolak di
atas pintu atas panggul (Mochtar, 1998).

4. Pemeriksaan Inspekulo

Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan spekulum secara hati-


hati dilihat dari mana sumber perdarahan, apakah dari uterus, ataupun
terdapat kelainan pada serviks, vagina, varises pecah dll (Mochtar,
1998).

5. Pemeriksaan Radio-Isotop
a. Plasentografi jaringan lunak
b. Sitografi
c. Plasentografi indirek
d. Arteriografi
e. Amniografi
f. Radio isotop plasentografi
6. Ultrasonografi
Transabdominal ultrasonografi dalam keadaan kandung kemih yang
dikosongkan akan memberikan kepastian diagnosa plasenta previa.
Walaupun transvaginal ultrasonografi lebih superior untuk mendeteksi
keadaan ostium uteri internum namun sangat jarang diperlukan, karena
di tangan yang tidak ahli cara ini dapat menimbulkan perdarahan yang
lebih banyak (Chalik, 2008). Penentuan lokasi plasenta secara
ultrasonografis sangat tepat dan tidak menimbulkan bahaya radiasi
terhadap janin (Mochtar, 1998)
7. Pemeriksaan Dalam

Pemeriksaan ini merupakan senjata dan cara paling akhir yang paling
ampuh dalam bidang obstetrik untuk diagnosa plasenta previa.
Walaupun ampuh namun harus berhati-hati karena dapat menimbulkan
perdarahan yang lebih hebat, infeksi dan juga menimbulkan his yang
kemudian akan mengakibatkan partus yang prematur. Indikasi
pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum yaitu jika terdapat
perdarahan yang lebih dari 500 cc, perdarahan yang telah berulang, his
telah mulai dan janin sudah dapat hidup diluar janin (Mochtar, 1998).
Dan pemeriksaan dalam pada plasenta previa hanya dibenarkan jika
dilakukan dikamar operasi yang telah siap untuk melakukan operasi
dengan segera (Mose, 2004).

Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan fornises dengan hati-hati. Jika
tulang kepala teraba, maka kemungkinan plasenta previa kecil. Namun jika
teraba bantalan lunak maka, kemungkinan besar plasenta previa.

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada plasenta previa menurut Mose (2004) dapat dibagi
dalam 2 golongan, yaitu:
1. Ekspektatif
Ekspektatif dilakukan apabila janin masih kecil sehingga
kemungkinan hidup di dunia masih kecil baginya. Sikap ekspektasi
tertentu hanya dapat dibenarkan jika keadaan ibu baik dan
perdarahannya sudah berhenti atau sedikit sekali. Dahulu ada
anggapan bahwa kehamilan dengan plasenta previa harus segera
diakhiri untuk menghindari perdarahan yang fatal.
Menurut Scearce, (2007) syarat terapi ekspektatif, yaitu:
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda in partus.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal).
d. Janin masih hidup.
2. Terminasi
Terminasi dilakukan dengan segera mengakhiri kehamilan sebelum
terjadi perdarahan yang dapat menimbulkan kematian, misalnya
kehamilan telah cukup bulan, perdarahan banyak dan anak telah
meninggal. Terminasi ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a. Cara Vaginal
Cara ini bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta,
dengan cara ini maka pembuluh-pembuluh darah yang terbuka
dapat tertutup kembali (tamponade pada plasenta) ( Mose, 2003).
Menurut Mochtar (1998) penekanan tersebut dapat dilakukan
melalui beberapa cara, yaitu:
1) Amniotomi ( pemecahan selaput ketuban)
Cara ini merupakan cara yang dipilih untuk melancarkan
persalinan pervaginam. Cara ini dilakukan apabila plasenta
previa lateralis, plasenta previa marginalis atau plasenta letak
rendah, namun bila ada pembukaan. Pada primigravida telah
terjadi pembukaan 4 cm atau lebih. Juga dapat dilakukan pada
plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang sudah
meninggal (Mochtar, 1998).
2) Memasang Cunam Willet Gausz
Pemasangan cunam Willet Gausz dapat dilakukan dengan
mengklem kulit kepala janin dengan cunam Willet Gausz.
Kemudian cunam diikat dengan menggunakan kain kasa atau
tali yang diikatkan dengan beban kira-kira 50-100gr atau
sebuah batu bata seperti katrol. Tindakan ini biasanya hanya
dilakukan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan
yang tidak aktif karena seringkali menimbulkan perdarahan
pada kulit kepala janin (Mochtar, 1998)
3) Metreurynter
Cara ini dapat dilakukan dengan memasukkan kantong karet
yang diisi udara dan air sebagai tampon, namun cara ini sudah
tidak dipakai lagi (Mochtar, 1998).
4) Versi Braxton-Hicks
Cara ini dapat dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari
kakinya sehingga dapat ditarik keluar. Cara ini dilakukan
dengan mengikatkan kaki dengan kain kasa, dikatrol, dan juga
diberikan beban seberat 50 -100gr (Mochtar, 1998).
b. Seksio Sesarea
Cara seksio sesarea untuk mengosongkan rahim sehingga rahim
dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Selain itu seksio
sesarea juga dapat mencegah terjadinya robekan serviks dan
segmen bawah rahim yang sering terjadi pada persalinan
pervaginam (Mochtar, 1998). Persalinan seksio sesarea diperlukan
hampir pada seluruh kasus plasenta previa. Pada sebagian besar
kasus dilakukan melalui insisi uterus transversal. Karena
perdarahan janin dapat terjadi akibat insisi ke dalam plasenta
anterior (Cunningham et al, 2005). Menurut Mochtar (1998)
indikasi dilakukannya persalinan seksio sesarea pada plasenta
previa, yaitu:
1) Dilakukan pada semua plasenta previa sentralis, janin hidup
atau meninggal serta semua plasenta previa lateralis dan
posterior, karena perdarahan yang sulit dikontrol.
2) Semua plasenta pevia dengan perdarahan yang banyak,
berulang dan tidak berhenti dengan tindakan yang ada.
3) Plasenta previa yang disertai dengan panggul sempit dan letak
lintang.
Menurut Winkjosastro (1997) dalam Sihaloho (2009) gawat janin
maupun kematian janin dan bukan merupakan halangan untuk
dilakukannya persalinan seksio sesarea, demi keselamatan ibu.
Tetapi apabila dijumpai gawat ibu kemungkinan persalinan seksio
sesarea ditunda sampai keadaan ibunya dapat diperbaiki, apabila
fasilitas memungkinkan untuk segera memperbaiki keadaan ibu,
sebaiknya dilakukan seksio sesarea jika itu merupakan satu-
satunya tindakan yang terbaik untuk mengatasi perdarahan yang
banyak pada plasenta previa totalis.

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian (pengumpulan data)
a. Identitas Klien

Identitas klien, meliputi nama; umur; pekerjaan; pendidikan; alamat;

medicalrecord; dll.

b. Keluhan Utama

Keluhan utama, seperti perdarahan pada kehamilan setelah 28

minggu/trimester III, meliputi sifat perdarahan (tanpa sebab, tanpa

nyeri, terjadi secara berulang); sebab perdarahan (plasenta dan

pembuluh darah yang robek, terbentuknya SBR, terbukanya

osteum/manspulasi intravaginal/rectal); banyak sedikitnya

perdarahan (tergantung besar atau kecilnya robekan pembuluh

darah dan plasenta).

c. Inspeksi

Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit, jika

perdarahan lebih banyak, ibu tampak anemia.

d. Palpasi Abdomen

Janin sering belum cukup bulan dan tinggi fundus uteri (TFU)

masih rendah; sering dijumpai kesalahan letak; bagian terbawah

janin belum turun, apabila letak kepala biasanya

kepala masih goyang/floating

e. Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan

sebelumnyaagar perawat dapat menentukan kemungkinan

masalah pada kehamilan sekarang. Riwayat obstetri, meliputi

gravida, partus, abortus dan anak hidup (GPAH); berat badan bayi

waktu lahir dan usia gestasi; pengalaman persalinan, jenis

persalinan, tempat persalinan dan penolong persalinan; jenis anetesi

dan kesulitan persalinan; komplikasi maternal seperti diabetes,

hipertensi, infeksi dan perdarahan; komplikasi pada bayi; rencana

menyusui bayi.

f. Riwayat Mensturasi

Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran

persalinan (TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid

terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHT

dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh,

bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.

g. Riwayat Kontrasepsi

Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin,

ibu a t a u keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus

didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan

kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut

pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada

pembentukan organ seksual pada janin.

h. Riwayat Penyakit dan Operasi


Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi dan

penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena

itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi dan trauma pada

persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan

i. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada ibu hamil, meliputi:

1) Rambut dan kulit, meliputi: terjadi peningkatan pigmentasi

pada areola, puting susu dan linea nigra; triae atau tanda

guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha; laju

pertumbuhan rambut berkurang.

2) Wajah

3) Mata

4) Hidung

5) Gigi dan mulut

6) Leher

7) Payudara, meliputi peningkatan pigmentasi areola putting susu;

bertambahnya ukuran dan noduler

8) Jantung dan paru, meliputi volume darah meningkat,;

peningkatan frekuensi nadi; penurunan resistensi pembuluh

darah sistemik dan pembulu darah pulmonal; terjadi

hiperventilasi selama kehamilan; peningkatan volume tidal dan

penurunan resistensi jalan nafas; Diafragma meninggi;

perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.


9) Abdomen, meliputi mengukur tinggi fundus uteri; menentukan

letak, posisi dan presentasi janin; menghitung denyut jantung

janin; memeriksa panggul dan jalan lahir

10) Vagina, meliputi peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan

warna kebiruan ( tanda Chandwick); hipertropi epithelium

11) Sistem muskuloskeletal, meliputi persendian tulang pinggul

yang mengendur; gaya berjalan yang canggung; terjadi

pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan

diastasis rektal

2. Diagnosa keperawatan

a. Penurunan cardiac out put berhubungan dengan perdarahan dalam

jumlah yang besar.

b. Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya

pengetahuan mengenai efek perdarahan dan menejemennya.

c. Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil

darah abnormal, kerusakan system imun.

3. Rencana keperawatan

Diagnosa
No Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Penurunan Setelah dilakukkanya - Kaji dan catat TTV, - Pengkajian yang
kardiak output tindakan keperawatan 2 TD serta jumlah akurat mengenai
berhubungan X 24 jam diharapkan perdarahan. status hemodinamik
dengan penurunan kardiak - Bantu pemberian merupakan dasar
perdarahan output tidak terjadi atau pelayanan untuk perencanaan,
dalam jumlah teratasi dengan kriteria kesehatan atau intervensi dan
yang besar hasil : mulai sarankan evaluasi.
o Volume darah terapi cairan IV - Memperbaiki
intravaskuler dan atau terapi transfusi volume vaskuler
kardiak output dapat darah sesuai membutuhkan
diperbaiki sampai nadi, kebutuhan. terapi IV dan
tekanan darah, nilai intervensi
hemodinamik serta farmakologi.
nilai laboratorium (Kehilangan volume
menunjukkan tanda darah harus
normal diperbaiki untuk
mencegah
komplikasi seperti
infeksi, gangguan
janin dan gangguan
vital ibu hamil)
2 Ansietas Setelah dilakukan - Terapi bersama - Kehadiran perawat
berhubungan tindakan keperawatan pasangan dan dan pemahaman
dengan selama 3 x 24 menyatakan secara empati
kurangnya diharapkan ansietas perasaan. merupakan alat
pengetahuan dapat berkurang - Menentukan terapi yang
efek dengan kriteria hasil : tingkat pemahaman potensial untuk
perdarahan dan1. Pasangan dapat pasangan tentang mempersiapkan
manejemennya. mengungkapkan situasi dan pasangan untuk
harapannya dengan manajemen yang menanggulangi
kata-kata tentang sudah situasi yang tidak
manajemen yang sudah direncanakan. diharapkan.
direncanakan, sehingga - Berikan pasangan - Hal yang diberikan
dapat mengurangi informasi tentang perawat akan
kecemasan pasangan. manajemen yang memperkuat
sudah penjelasan dokter
direncanakan. dan untuk
memberitahu dokter
jika ada penjelasan
yang penting.
- Pendidikan pasien
yang diberikan
merupakan cara
yang efektif
mencegah dan
menurunkan rasa
cemas. Pengetahuan
akan mengurangi
ketakutan akan ha-
hal yang tidak
diketahui.
3. Resiko tinggi Kriteria evaluasi : - Kaji jumlah - Hemoragi
cedera (janin) Menunjukkan profil darah yang berlebihan dan
b/d hipoksia darah dengan hitung hilang. menetap dapat
jaringan/organ, SDP, Hb dan - Pantau mengancam hidup
profil darah pemeriksaan koagulasi tanda/gejala syok klien atau
abnormal, DBN normal. - Catat suhu, bau mengakibatkan
kerusakan serta warna rabas infeksi pascapartum,
sistem imun. vagina, dapatkan anemia
kultur bila pascapartum, KID,
dibutuhkan dan gagal ginjal atau
hitung SDP dan nekrosis hipofisis
- Catat yang disebabkan
masukan/haluaran oleh hipoksia
urin. jaringan dan
- Catat berat jenis malnutrisi.
urin. - Kehilangan darah
- Kolaborasi berlebihan dengan
dengan penurunan Hb
memberikan meningkatkan risiko
heparin, bila klien untuk terkena
diindikasikan infeksi.
- Kolaborasi - Penurunan perfusi
dengan ginjal
memberikan mengakibatkan
antibiotik secara penurunan haluaran
parenteral urin.
- Heparin dapat
digunakan pada KID
di kasus kematian
janin atau kematian
satu janin pada
kehamilan multiple
atau untukmemblok
siklus pembekuan
dengan melindungi
faktor-faktor
pembekuan dan
menurunkan
hemoragi sampai
terjadi perbaikan
pembedahan
- Mungkin
diindikasikan untuk
mencegah atau
meminimalkan
infeksi.
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu
pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum). Penyebab plasenta previa
secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa faktor yang meningkatkan
risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekas operasi rahim (bekas
seksio sesarea), kehamilan ganda, mempunyai riwayat kehamilan dengan
plasenta previa atau kelainan bawaan rahim. Gejala yang paling sering
terjadi pada plasenta previa berupa pendarahan jadi kejadian yang paling
khas pada plasenta previa adalah pendarahan tanpa nyeri biasanya baru
terlihat setelah trimester kedua atau sesudahnya.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pengetahuan tentang
masalah keperawatan maternitas yaitu komplikasi kehamilan dengan
plasenta previa dapat diatasi dan semakin menunjukkan peningkatan
manajemen keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Mansjoer. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Chalik, T.M.A., 2008. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan. Dalam:
Prawirohardjo, Sarwono., 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan I.
Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.pp: 492-502

Cunningham, F.G.et all, 2005. Obstetri Williams. Edisi ke-21. Jakarta: EGC.pp:
685-688, 592-604

Cunningham, 2005 dalam Murtiningsih, 2013. Asuhan Keperawatan pada Ny.K


Hamil disertai dengan Plasenta Previa di Ruang An-Nisa RS PKU
Muhammadiyah Surakarta. Diakses pada 15 Oktober 2017 dari
http://eprints.ums.ac.id/25812/20/NASKAH_PUBLIKASI.pdf

Faiz, AS and Ananth, CV. 2003. Etiology and risk factors for placenta previa: An
overview and meta-analysis of observational studies. Journal of
MaternalFetal and Neonatal Medicine. 13: 175–190. Diakses dari :
http://www.curehunter.com/public/pubmed12820840.do pada tanggal 15
Oktober 2017 pukul 10.18 WIB

Manuaba. (2008). Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi


Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC.

Mochtar, R., 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I &II. Edisi 2. Jakarta: EGC.pp:
117121,269-279

Mose, JC. 2004. Perdarahan Antepartum dalam: Sastrawinata S. Ilmu Kesehatan


Reproduksi: Obstetri Patologi. Jakarta: EGC.pp: 83-91

Nugroho, 2012 dalam Murtiningsih, 2013. Asuhan Keperawatan pada Ny.K


Hamil disertai dengan Plasenta Previa di Ruang An-Nisa RS PKU
Muhammadiyah Surakarta. Diakses pada 15 Oktober 2017 dari
http://eprints.ums.ac.id/25812/20/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
Nurkhasanah, A. 2015. Askep Plasenta Previa. Diakses pada 15 Oktober 2017
dari http://www.askepkeperawatan.com/2015/11/askep-plasenta-
previa.html

Parisaei., Shailendra., Panay., and Ryan., 2008. Obstetrics and Gynaecology.


Second edition. Philadelphia: Mosby Elsevier.pp: 186

Prof.dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG, 1998 hal 253 dalam Nurkhasanah, 2015.
Askep Plasenta Previa. Diakses pada 15 Oktober 2017 dari
http://www.askepkeperawatan.com/2015/11/askep-plasenta-previa.html

Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF, editor. Obstetri


Patologi:Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi II. Jakarta : EGC ; 2004

Scearce, J and Uzelac, PS., 2007. Third-trimester vaginal bleeding. In: AH


DeCherney et al. (eds). Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and
Gynecology, 10th ed. New York: McGraw-Hill.pp: 337-338

Sihaholo, Novalina, E., 2009. Karakteristik Penderita Plasenta Previa Di RS. St


Elisabeth Medan Tahun 1998-2002. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Diakses dari :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14588/1/991000036.pdf
pada tanggal 15 Oktober 2017 pukul 11.15 WIB

Winkjosastro, H., 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi pertama cetakan VI.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.pp: 133-135

Wiknjosostro, 2005 dalam Nurkhasanah, 2015. Askep Plasenta Previa. Diakses


pada 15 Oktober 2017 dari
http://www.askepkeperawatan.com/2015/11/askep-plasenta-previa.html

Anda mungkin juga menyukai