PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sectio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus. Dewasa ini cara tersebut jauh lebih
aman daripada dahulu berhubung dengan adanya antibiotika, transfusi darah teknik
operasi yang lebih sempurna dan anestesi yang lebih baik, sehingga ada
kecendrungan dikalangan masyarakat untuk melahirkan melalui seksio sesarea
tanpa dasar yang cukup kuat. (Prowirohardjo, 1999)
Menurut statistik tentang 3509 kasus seksio sesarea yang di susun oleh Peel
dan Chamnerlain (1968), angka kematian ibu sebelum di koreksi 17% dan sesudah
di koreksi 0,58% sedang kematian janin 14,5%. Pada 774 persalinan vang
kemudian terjadi terdapat 1,03% ruptur uteri, seksio sesarea yang di selenggarakan
pada wanita karena pernah mengalami seksio sesarea, banyak di lakukan di AS.
Mengingat bahwa bahaya terjadi ruptur uteri sesudah secsio sesarea yang di
lakukan di bawah uterus tidak begitu besar, disini di ambil sikap untuk
membolehkan wanita hamil untuk melahirkan pervaginam, kecuali penyebab tetap
seperti panggul sempit.
Di negara maju frekuensi seksio sesarea berkisar antar 1,5 % dan 77, dari
semua persalinan dengan berbagai indikasi termasuk plasenta previa. Plasenta
previa merupakan tertanamnya bagian plasenta dalam segmen bawah uterus. Hal ini
memungkinkan terhalangnya atau bayi sama sekali tidak bisa di lahirkan
pervaginam sehingga harus di lahirkan melalui operasi sesare. Insiden plasenta
previa hampir mendekati 1 dalam 200 sampai 400 kelahiran. (Supriyadi, 1994).
Di rumah sakit Dr. M. Djamil sendiri tindakan seksio sesarea cukup banyak
dilakukan dengan berbagai indikasi dimana di perlukan perawatan pasca operasi
yang baik mengingat komplikasi yang dapat di timbulkan seperti infeksi
puerperalis, perdarah, luka kandung kemih, emboli paru, kurang kuatnya jaringan
parut sehingga mudah terjadi ruptur uteri.
Perawatan setelah persalinan sectio sesara meliputi ; perawatan pasca
operatif dan post partum. Pengkajian terhadap potensial terjadinya penyakit yang
berhubungan dengan kondisi pada kedua area di lakukan bersamaan dengan
intervensi yang berhubungan dengan kondisi tersebut
Berdasarkan hal tersebut diatas maka kami mengangkat kasus : Asuhan
Keperawatan paada Post Seksio Sesarea Atas Indikasi Plasenta Previa di Ruang
Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Dr.M.D.jamil Padang.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang asuhan keperawatan pada klien
pasca seksio sesarea atas indikasi plasenta previa
2. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada klien denga pasca seksio sesarea
2. Mampu merumuskan masalah dan menegakkan diagnosa keperawatan
pada klien pasca seksio sesarea
3. Mampu membuat rencana atau intervensi keperawatan pada klien pasca
seksio sesarea.
4. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien pasca secsio
sesarea
5. Mampu melakukan evaluasi hasil asuhan keperawatan pada klien pasca
secsio sesarea.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Defenisi
Sectio caesarea adalah
Pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding, perut dan
dinding uterus (Prawirohardjo, 1997).
Sectio caesarea postpartum adalah
Apabila wanita hamil tua mendadak meninggal, misalnya karena kecelakaan,
apabila setelah ia benar-benar meninggal. Djj masih terdengar dengan segera
perut dan uterus dibuka. Kadang-kadang janin dapat diselamatkan.
3. Jenis-jenis caessrea
1. Sectio caesarea transperitoneal profunda
2. Sectio caesarea klasik atau sectio caesarea korporal
3. Sectio caesarea ekstroperitoneal
Pembedahan yang paling banyak dilakukan adalah : sectio caesarea
transperitonealis profunda dengan insisi segmen bawah uterus, keunggulannnya
adalah :
a. Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak
b. Bahaya peritonitis tidak besar
c. Parut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptura uteri dikemudian
hari tidak besar karena dalam masa nifas SBR tidak seberapa banyak
mengalami kontraksi seperti korpus uterus, sehingga luka dapat sembuh
lebih sempurna
4. Pemberian antibiotika
Pemberian antibiotika sesudah SC selektif perlu dianjurkan.
5. Komplikasi SC
1). Infeksi puerperal
Komplikasi dari ringan sampai berat, mulai dan kenaikan suhu sampai
seperti peritonitis, sepsis, dsb. Infeksi dapat terjadi jika sudah ada gejala
infeksi intrapartum atau faktor predisposisi seperti partus lama, KPD,
tindakan vaginal dan lain-lain.
2). Perdarahan
Terjadi karena cabang-cabang arteri aterian terbuka atau karena atonia
uteri.
3) Komplikasi luka seperti luka kandung kemih, emboli paru, dll
4) Kurang kuatnya perut pada dinding uteri sehingga mudah terjadi ruptur
uteri
6. Plasenta Previa
Adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim yang bisa
menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum (TAM Chalik, 129 :
1998).
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan atas tebalnya jaringan plasenta melalui
pembukaanjalan lahir :
1. Plasenta Previa totalis yaitu : plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum.
2. Plasenta previa parsialis yaitu : plasenta yang menutupi sebagian ostiurn
uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis yaitu : plasenta yang tepinya terletak persis pada
ostium uteri internum.
4. Plasenta letak rendah yaitu plasenta. yang tepinva agak jauh letaknya dari
ostium uteri internum.
Penanganan plasenta previa
1. Penanganan pasif , pada pasien dengan kehamilan prematur dilakukan sikap
berbaring di tempat tidur sampai kehamilannya matur. Pada plasenta letak
rendah dengan pembukaan lebih dari 5 cm dapat ditanggulangi dengan
amniotonli.
2. Penanganan aktif, dengan operasi seksio caesaria.
7. WOC (terlampir)
Serviks
Setelah PP serviks menganga seperti corong karena korpus uteri
berkontraksi, terbentuk cincin antara korpus dan serviks. Warna merah
kehitaman karena banyak pembuluh darah, lunak. Setelah 2 jam PP dapat
dimasukkan 2-3 jari, setelah 1 mg hanya 1 jari.
Vagina
Vagina akan Kembali nonnal. Pada mg ke-3 PP rugae mulai nampak
kembali.
Endometrium
Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta.
Hari 1 PP tebalnka 2-5mm, Selelah 3 hari PP permukaan rata karena
degenerasi endometrium. Jaringan di tempat plasenta mengalami degenerasi
dan terlepas sehingga tidak tedadi jaringan parut.
Ligamen dan diafragma
Mulai menciut kadang ligamenturn kendor sehingga uterus jatuh ke
belakang oleh karena ligamenturn, fasia jaringan penunjang alat genetalia
menjadi kendor.
Pembuluh darah rahim
Setelah persalinan, arteri mengecil, karena tidak diperlukan lagi.
c. Hemokonsentrasi
Saat hamil, terdapat hubungan pendek yang disebut SHUNT antara sirkulasi
ibu dan plasenta. Shunt akan hilang tiba-tiba setelah melahirkan, sehingga
volume darah ibu bertambah sehingga beban kerja jantung meningkat dan dapat
menimbulkan decompensasi cordis pada penderita vitium kordis.
d. Saluran Kencing
Oedema dan hiperemi, kadang menimbulkan obstruksi dari uretra dan retensio
urine. Kandung kemih kurang sensitif sehingga kapasitas benambah dan saat
kencing terdapat urine residu. Sisa urin dan trauma kandung kencing
memudahkan terjadinya infeksi.
e. Laktasi
Terjadi proliferasi jaringan pada kelenjer dari alveolus dan lemak pada mamma,
keluar cairan berwarna kuning (kolostrum) yang bersifat alkalis yang terdiri
dari protein. Hipervaskularisasi pada permukaan maupun bagian dalam
mammae. Setelah partus penekanan estrogen dan Progesteron terhadap
kelenjer hipofisis hilang sehingga prolaktin dihasilkan yang akan meransang
produksi ASI. Dengan reflek isapan bayi oksitosin vang mengakibatkan air susu
ke luar. Estrogen dan gonadotropin nienurun pada laktasi dan meningkat
apabila frekuensi menyusui dikurangi. Hari ke-3 PP payudara membesar, keras
dan nyeri pertanda sekresi air susu. Jumlah ASI tergantung cairan yang di
minum ibu, ASI juga mengandung zat imun.
f. Perubahan lain
Terjadi after pain akibat kontraksi uterus 2-3 hari post partum lebih terasa saat
menyusui, suhu badan meningkat setelah partus 5 0 C dan 12 jam kemudian
kembali normal. Nadi akan terjadi bradikardi mungkin di temukan hipertensi
post partum lokea pada hari pertama dan kedua, hari ke 3 dan 4 serosa setelah
2 minggu lokia alba. Bila terjadi infeksi akan berbau busuk
Terjadi poliuri pada hari ke-2 sampai 5 akibat retensi air selama hamil di
keluarkan sekarang terkadang reduksi positif karena adanya gula air susu,
aseton uri dapat terjadi karena pemecahan karbohidrat yang hebat dan
kelaparan, leukosit mencapai 30.000/mm3. Normal di akhir minggu pertama
dan sering terjadi anemia saat nifas badan turun 2,5 kg
C. Status Obstetrikus
Orang yang sering hamil, jarak kehamilan yang pendek, orang yang pernah
obertus dan dilakukan curetage.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda vital : TD rendah, nadi cepat dan halus
2. Keadaan umum : Biasanya lemah
3. Payudara : Mamae membesar, hipertensi areola mamae
colostrum ( +)
4. Pernafasan : Bunyi paru paru jelas dan vesikuler
5. Abdomen :
I : Terdapat bekas sectio caesaria
Tampak strie gravidarum
P : Ada his, tinggi fundus uteri, fundus kontraksi kuat
Dan terletak diumbilikus
A : Biasanya bising ususnya tidak ada, samar atau jelas
6. Lochea :
Aliran lochea sedang dan bebas bekuan berlebihan/ banyak
7. Eliminasi :
Kateter urinarius indwelling mungkin terpasang : urine
Jernih/pucat
8. Makanan /Cairan :
6 8 jam postpartum klien masih dipuasakan berhubungan dengan
efek anestesi
9. Keadaan Mental
Dapat menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai
ketakutan, marah atau mernarik diri
Klien/pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran
dalam pengalaman kelahiran
Mungkin mengekspresikan ketidakmampuan untuk menghadapi
stiuasi baru
10. Sirkulasi
Kehilangan darah selama Prosedur pembedahan kira-kira 600 800
ml
11. Neurosensori
kerusakan gerakan dan sensasi dibawah tingkat anestesia spinal
epidermis
12.Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber : mis:
trauma bedah / insisi, nyeri penyerta, distensi kandung kemih /
abdomen, efek-efek anestesia. Mulut mungkin kering
13. Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda atau kering dan utuh.
Jalur parenteral, bila digunakan, paten dan sisi bebas eritema,
bengkak dan nyeri tekan
14. Pemeriksaan Diagnostik
jumlah darah lengkap, hemoglobin / hematokrit
(Hb/Ht), mengkaji perubahan dari kadar preoperasi
dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan
Urinalisis ; kultur urine, vaginal dan lokhia,
pemeriksaan tambahan didasarkan pada kebutuhan
individual
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
PROTEKSI INFEKSI
Definisi : pencegahan dan deteksi
dini pada pasien Intervensi :
Monitor tanda dan gejala
infeksi
Monitor hitung granulosit,
WBC
Monitor kerentanan terhadap
infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
Discharge Planning
1. Evaluasi kesiapan untuk pulang. Factor yang dikaji adalah sebagai berikut :
9. pencegahan infeksi