Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sectio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus. Dewasa ini cara tersebut jauh lebih
aman daripada dahulu berhubung dengan adanya antibiotika, transfusi darah teknik
operasi yang lebih sempurna dan anestesi yang lebih baik, sehingga ada
kecendrungan dikalangan masyarakat untuk melahirkan melalui seksio sesarea
tanpa dasar yang cukup kuat. (Prowirohardjo, 1999)
Menurut statistik tentang 3509 kasus seksio sesarea yang di susun oleh Peel
dan Chamnerlain (1968), angka kematian ibu sebelum di koreksi 17% dan sesudah
di koreksi 0,58% sedang kematian janin 14,5%. Pada 774 persalinan vang
kemudian terjadi terdapat 1,03% ruptur uteri, seksio sesarea yang di selenggarakan
pada wanita karena pernah mengalami seksio sesarea, banyak di lakukan di AS.
Mengingat bahwa bahaya terjadi ruptur uteri sesudah secsio sesarea yang di
lakukan di bawah uterus tidak begitu besar, disini di ambil sikap untuk
membolehkan wanita hamil untuk melahirkan pervaginam, kecuali penyebab tetap
seperti panggul sempit.
Di negara maju frekuensi seksio sesarea berkisar antar 1,5 % dan 77, dari
semua persalinan dengan berbagai indikasi termasuk plasenta previa. Plasenta
previa merupakan tertanamnya bagian plasenta dalam segmen bawah uterus. Hal ini
memungkinkan terhalangnya atau bayi sama sekali tidak bisa di lahirkan
pervaginam sehingga harus di lahirkan melalui operasi sesare. Insiden plasenta
previa hampir mendekati 1 dalam 200 sampai 400 kelahiran. (Supriyadi, 1994).
Di rumah sakit Dr. M. Djamil sendiri tindakan seksio sesarea cukup banyak
dilakukan dengan berbagai indikasi dimana di perlukan perawatan pasca operasi
yang baik mengingat komplikasi yang dapat di timbulkan seperti infeksi
puerperalis, perdarah, luka kandung kemih, emboli paru, kurang kuatnya jaringan
parut sehingga mudah terjadi ruptur uteri.
Perawatan setelah persalinan sectio sesara meliputi ; perawatan pasca
operatif dan post partum. Pengkajian terhadap potensial terjadinya penyakit yang
berhubungan dengan kondisi pada kedua area di lakukan bersamaan dengan
intervensi yang berhubungan dengan kondisi tersebut
Berdasarkan hal tersebut diatas maka kami mengangkat kasus : Asuhan
Keperawatan paada Post Seksio Sesarea Atas Indikasi Plasenta Previa di Ruang
Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Dr.M.D.jamil Padang.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang asuhan keperawatan pada klien
pasca seksio sesarea atas indikasi plasenta previa
2. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada klien denga pasca seksio sesarea
2. Mampu merumuskan masalah dan menegakkan diagnosa keperawatan
pada klien pasca seksio sesarea
3. Mampu membuat rencana atau intervensi keperawatan pada klien pasca
seksio sesarea.
4. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien pasca secsio
sesarea
5. Mampu melakukan evaluasi hasil asuhan keperawatan pada klien pasca
secsio sesarea.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
1. Defenisi
Sectio caesarea adalah
Pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding, perut dan
dinding uterus (Prawirohardjo, 1997).
Sectio caesarea postpartum adalah
Apabila wanita hamil tua mendadak meninggal, misalnya karena kecelakaan,
apabila setelah ia benar-benar meninggal. Djj masih terdengar dengan segera
perut dan uterus dibuka. Kadang-kadang janin dapat diselamatkan.

2. Indikasi sectio caesarea adalah :


1. Disproporsi janin - panggul 21%
2. Gawat Janin 140%
3. Placenta previa 11%
4. Pernah sectio caesarea 11%
5. Kelainan letakjanin 10%
6. Incordinate uterine action 9%
7. Pre eklampsia dan hipertensi 7%
Pembedahan sectio caesarea menimbulkan jaringan parut pada uterus ibu
sehingga persalinan berikut memerlukan pengawasan yang cermat karena dapat
menimbulkan bahaya ruptur uterus.

3. Jenis-jenis caessrea
1. Sectio caesarea transperitoneal profunda
2. Sectio caesarea klasik atau sectio caesarea korporal
3. Sectio caesarea ekstroperitoneal
Pembedahan yang paling banyak dilakukan adalah : sectio caesarea
transperitonealis profunda dengan insisi segmen bawah uterus, keunggulannnya
adalah :
a. Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak
b. Bahaya peritonitis tidak besar
c. Parut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptura uteri dikemudian
hari tidak besar karena dalam masa nifas SBR tidak seberapa banyak
mengalami kontraksi seperti korpus uterus, sehingga luka dapat sembuh
lebih sempurna

4. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam SC


1. SC elektif
SC ini direncanakan lebih dahulu atas adanya indikasi.
Keuntungannya : waktu pembedahan dapat ditemukan dan persiapan dapat
dilakukan dengan baik.
Kerugiann.ya : karena persalinan belum mulai SBR belum terbentuk
dengan baik sehingga menyulitkan pembedahan, atonia mudah terjadi
sehingga mudah terjadi perdarahan karena uterus belum berkontraksi.
2. Anestesia
Anestesia berpengaruh depresif pada pusat pernafasan janin sehingga apnoe
bisa terjadi dengan mudah. Anestesia juga berpengaruh terhadap tonus otot
uterus sehingga bisa terjadi atonia uteri dan bisa terjadi perdarahan.
Anestesia spinal aman bagi janin tetapi tekanan darah ibu dapat menurun
sehingga berakibat buruk bagi ibu dan janin. Anestesia yang paling aman
adalah anestesia lokal, tetapi jarang dilakukan berhubung sikap mental
penderita.
3. Transfusi darah
Perdarahan SC lebih banyak dari persalinan pervaginam sehingga perlu
diadakan persiapan darah.

4. Pemberian antibiotika
Pemberian antibiotika sesudah SC selektif perlu dianjurkan.

5. Komplikasi SC
1). Infeksi puerperal
Komplikasi dari ringan sampai berat, mulai dan kenaikan suhu sampai
seperti peritonitis, sepsis, dsb. Infeksi dapat terjadi jika sudah ada gejala
infeksi intrapartum atau faktor predisposisi seperti partus lama, KPD,
tindakan vaginal dan lain-lain.
2). Perdarahan
Terjadi karena cabang-cabang arteri aterian terbuka atau karena atonia
uteri.
3) Komplikasi luka seperti luka kandung kemih, emboli paru, dll
4) Kurang kuatnya perut pada dinding uteri sehingga mudah terjadi ruptur
uteri

SC tidak dilakukan pada :


1. Janin mati atau terlalu kecil untuk dapat bertahan di luar uterus
2. Syok, anemia berat yang belum teratasi
3. Kelainan kongenital berat (monster)
(Prawirohardjo, 1997).

6. Plasenta Previa
Adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim yang bisa
menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum (TAM Chalik, 129 :
1998).
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan atas tebalnya jaringan plasenta melalui
pembukaanjalan lahir :
1. Plasenta Previa totalis yaitu : plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum.
2. Plasenta previa parsialis yaitu : plasenta yang menutupi sebagian ostiurn
uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis yaitu : plasenta yang tepinya terletak persis pada
ostium uteri internum.
4. Plasenta letak rendah yaitu plasenta. yang tepinva agak jauh letaknya dari
ostium uteri internum.
Penanganan plasenta previa
1. Penanganan pasif , pada pasien dengan kehamilan prematur dilakukan sikap
berbaring di tempat tidur sampai kehamilannya matur. Pada plasenta letak
rendah dengan pembukaan lebih dari 5 cm dapat ditanggulangi dengan
amniotonli.
2. Penanganan aktif, dengan operasi seksio caesaria.

7. WOC (terlampir)

8. Periode pemulihan post partum


Perawatan setelah persalinan caesarean meliputi perawatan post opeatif dan
partum. Pengkajian terhadap potensial terjadinya penyulit yang berhubungan
denagn kondisi kedua area dilakukan bersama dengan intervensi yang sesuai.
Disamping itu bila terjadi pada maternal dilakukan pengkajian dan intervensi yang
berhubungan dengan kondisi tersebut.

9. Perubahan Fisiologis Pada Masa Post Parturn


a. Genitalia Interna dan Eksterna
Terjadi involusi atau perubahan alat-alat genetalia ke keadaan sebelum
hamil.
Uterus
Tinggi fundus setelah janin lahir setinggi pusat, setelah plasenta lahir 2 jari
di bawah pusat, hari ke-5 PP simfisis- pusat, sesudah hari ke-12, tidak
teraba lagi, Berat uterus, saat hamil lebih kurang 1000 gr, 1 mg PP 500 gr,
2 mg PP 300 gr, setelah 6 mg 40-60 gr

Serviks
Setelah PP serviks menganga seperti corong karena korpus uteri
berkontraksi, terbentuk cincin antara korpus dan serviks. Warna merah
kehitaman karena banyak pembuluh darah, lunak. Setelah 2 jam PP dapat
dimasukkan 2-3 jari, setelah 1 mg hanya 1 jari.
Vagina
Vagina akan Kembali nonnal. Pada mg ke-3 PP rugae mulai nampak
kembali.
Endometrium
Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta.
Hari 1 PP tebalnka 2-5mm, Selelah 3 hari PP permukaan rata karena
degenerasi endometrium. Jaringan di tempat plasenta mengalami degenerasi
dan terlepas sehingga tidak tedadi jaringan parut.
Ligamen dan diafragma
Mulai menciut kadang ligamenturn kendor sehingga uterus jatuh ke
belakang oleh karena ligamenturn, fasia jaringan penunjang alat genetalia
menjadi kendor.
Pembuluh darah rahim
Setelah persalinan, arteri mengecil, karena tidak diperlukan lagi.

b. Dinding perut dan Peritonium


Setelah persalinan dinding perut longgar dan akan pulih kembali dalam 6
minggu. Terdapat insisi jaringan pada abodarnen. Pada wanita yang asthenis
terjadi diastasis dari otot rektus abdorninis. Sehingga dinding perut pada bagian
tengah hanya terdiri dari peritonium, fascia dan kulit, sehinga kelihatan
menonjol kalau berdiri atau mengejan.

c. Hemokonsentrasi
Saat hamil, terdapat hubungan pendek yang disebut SHUNT antara sirkulasi
ibu dan plasenta. Shunt akan hilang tiba-tiba setelah melahirkan, sehingga
volume darah ibu bertambah sehingga beban kerja jantung meningkat dan dapat
menimbulkan decompensasi cordis pada penderita vitium kordis.

d. Saluran Kencing
Oedema dan hiperemi, kadang menimbulkan obstruksi dari uretra dan retensio
urine. Kandung kemih kurang sensitif sehingga kapasitas benambah dan saat
kencing terdapat urine residu. Sisa urin dan trauma kandung kencing
memudahkan terjadinya infeksi.

e. Laktasi
Terjadi proliferasi jaringan pada kelenjer dari alveolus dan lemak pada mamma,
keluar cairan berwarna kuning (kolostrum) yang bersifat alkalis yang terdiri
dari protein. Hipervaskularisasi pada permukaan maupun bagian dalam
mammae. Setelah partus penekanan estrogen dan Progesteron terhadap
kelenjer hipofisis hilang sehingga prolaktin dihasilkan yang akan meransang
produksi ASI. Dengan reflek isapan bayi oksitosin vang mengakibatkan air susu
ke luar. Estrogen dan gonadotropin nienurun pada laktasi dan meningkat
apabila frekuensi menyusui dikurangi. Hari ke-3 PP payudara membesar, keras
dan nyeri pertanda sekresi air susu. Jumlah ASI tergantung cairan yang di
minum ibu, ASI juga mengandung zat imun.

f. Perubahan lain
Terjadi after pain akibat kontraksi uterus 2-3 hari post partum lebih terasa saat
menyusui, suhu badan meningkat setelah partus 5 0 C dan 12 jam kemudian
kembali normal. Nadi akan terjadi bradikardi mungkin di temukan hipertensi
post partum lokea pada hari pertama dan kedua, hari ke 3 dan 4 serosa setelah
2 minggu lokia alba. Bila terjadi infeksi akan berbau busuk
Terjadi poliuri pada hari ke-2 sampai 5 akibat retensi air selama hamil di
keluarkan sekarang terkadang reduksi positif karena adanya gula air susu,
aseton uri dapat terjadi karena pemecahan karbohidrat yang hebat dan
kelaparan, leukosit mencapai 30.000/mm3. Normal di akhir minggu pertama
dan sering terjadi anemia saat nifas badan turun 2,5 kg

B. ASUHAN KEPERAWATAN POST SECTIO CAESAREA


1. Pengkajian
A. Identitas diri klien
B. Data Umum Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarnag
Klien mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber,
misalnya trauma bedah/insisi, nyeri penyerta,distensi kandung
kemih/abdomen, efek-efek anestesi mulut mulut kering.
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus aliran loklia sedang dan
bebas bekuan berlebihan banyak. Bising usus tidak ada, samar atau
jelas
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mungkin mengalami bekas sectio persalinan jarak pendek, pernah
dilakukan euretage, pernah dilakukan tindakan placenta manuae
3. Riwayat kesehatan keluarga
Belum ditemukan adanya hubungan antara penyakit ini dengan riwayat
kesehatan keluarga
4. Riwayat Menstruasi
5. Riwayat Keluarga Berencana
6. Riwayat Perkawinan
Biasanya klien Palcenta praevia ini berisiko hamil dibawah umur 20
tahun dan diatas 35 tahun

C. Status Obstetrikus
Orang yang sering hamil, jarak kehamilan yang pendek, orang yang pernah
obertus dan dilakukan curetage.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda vital : TD rendah, nadi cepat dan halus
2. Keadaan umum : Biasanya lemah
3. Payudara : Mamae membesar, hipertensi areola mamae
colostrum ( +)
4. Pernafasan : Bunyi paru paru jelas dan vesikuler
5. Abdomen :
I : Terdapat bekas sectio caesaria
Tampak strie gravidarum
P : Ada his, tinggi fundus uteri, fundus kontraksi kuat
Dan terletak diumbilikus
A : Biasanya bising ususnya tidak ada, samar atau jelas
6. Lochea :
Aliran lochea sedang dan bebas bekuan berlebihan/ banyak
7. Eliminasi :
Kateter urinarius indwelling mungkin terpasang : urine
Jernih/pucat
8. Makanan /Cairan :
6 8 jam postpartum klien masih dipuasakan berhubungan dengan
efek anestesi
9. Keadaan Mental
Dapat menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai
ketakutan, marah atau mernarik diri
Klien/pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran
dalam pengalaman kelahiran
Mungkin mengekspresikan ketidakmampuan untuk menghadapi
stiuasi baru

10. Sirkulasi
Kehilangan darah selama Prosedur pembedahan kira-kira 600 800
ml
11. Neurosensori
kerusakan gerakan dan sensasi dibawah tingkat anestesia spinal
epidermis
12.Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber : mis:
trauma bedah / insisi, nyeri penyerta, distensi kandung kemih /
abdomen, efek-efek anestesia. Mulut mungkin kering
13. Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda atau kering dan utuh.
Jalur parenteral, bila digunakan, paten dan sisi bebas eritema,
bengkak dan nyeri tekan
14. Pemeriksaan Diagnostik
jumlah darah lengkap, hemoglobin / hematokrit
(Hb/Ht), mengkaji perubahan dari kadar preoperasi
dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan
Urinalisis ; kultur urine, vaginal dan lokhia,
pemeriksaan tambahan didasarkan pada kebutuhan
individual
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

1. Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN NYERI


dengan kerusakan jaringan serta keperawatan selama ...... x24 Definisi : mengurangi nyeri dan
struktur tubuh ditandai dengan : jam pasien dapat mengontrol menurunkan tingkat nyeri yang
DS : nyeri dengan indikator: dirasakan pasien.
Klien mengatakan terasa Mengenali faktor penyebab lakukan pengkajian nyeri secara
nyeri pada perut posp op Mengenali onset (lamanya komprehensif termasuk lokasi,
Klien mengatakan rasa nyeri sakit) karakteristik,durasi, frekuensi,
seperti tertusuk benda tajam Menggunakan metode kualitas.
Klien mengatakan nyeri pencegahan observasi reaksi non verbal dari
sampai kepinggang belakang Menggunakan metode ketidaknyamanan
DO : nonanalgetik untuk gunakan teknik komunikasi
Tampak meringis (+) mengurangi nyeri terapeutik untuk mengetahui
Skala nyeri 7 Menggunakan analgetik pengalaman nyeri pasien
Sakit didaerah abdomen (+) sesuai kebutuhan kaji kultur yang mempengaruhi
Gangguan tidur (+) Mencari bantuan tenaga respon nyeri
Respon autonom kesehatan evaluasi pengalaman nyeri
(diaphoresis, perubahan Melaporkan gejala pada masa lampau
tekanan darah, perubahan tenaga kesehatan evaluasi bersama pasien dan
pola nafas, nadi dan dilatasi Menggunakan sumber- tim kesehatan lain tentang
pupil) sumber yang tersedia ketidakefektifan kontrol nyeri
Tingkah laku ekspresif Mengenali gejala-gejala masa lampau
(gelisah, marah, menangis, nyeri bantu pasien dan keluarga
merintih, waspada, napas Mencatat pengalaman nyeri untuk mencari dan menemukan
panjang, iritabel) sebelumnya dukungan
Fokus menyempit Melaporkan nyeri sudah kontrol lingkungan yang dapat
(penurunan persepsi pada terkontrol mempengaruhi nyeri seperti
waktu, kerusakan proses suhu ruangan, pencahayaan dan
berfikir, penurunan kebisingan
interaksi). pilih dan lakukan penanganan
nyeri
kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
ajarkan tentang teknik non
farmakologi
berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
tingkatkan istirahat
ANALGETIC
ADMINISTRATION
Definisi : penggunaan agen
farmakologi untuk menghentikan
atau mengurangi nyeri
tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis dan frekuensi
cek riwayat alergi
pilih analgetik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgetik
ketika pemberian lebih dari satu
tentukan pilihan analgetik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
tentukan analgetik pilihan, rute
pemberian

2. Resiko tinggi cidera Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN LINGKUNGAN


berhubungan dengan keperawatan selama .......x24 Sediakan lingkungan yang
malpersentasi dan pencetus jam resiko trauma pasien dapat aman bagi pasien
kelahiran ditandai dengan : terkontrol dengan indikator : Identifiksi kebutuhan keamanan
DS : Pengetahuan tentang resiko pasien, sesuai dengan kondisi
klien mengatakan takut meningkat fisik dan fungsi kognitif pasien
terhadap tindakan yang Memonitor faktor resiko dan riwayat penyakit terdahulu
akan dilakukan pre op dari lingkungan pasien
DO : Memonitor faktor resiko hindari lingkungan yang
perubahan tanda-tanda dari personal berbahaya
vital pada klien tekanan Memodifikasi gaya hidup pasang siderail tempat tidur
darah, pernapasan, nadi, untuk mengurangi resiko sediakan tempat tidur yang
suhu Menghindari paparan yang nyaman dan bersih
wajah meringis (+) bisa mengancam kesehatan tempatkan saklar lampu di
tampak cemas (+) Memonitor perubahan tempat yang mudah dijangkau
status kesehatan pasien
batasi pengunjung
berikan penerangan yang cukup
Anjurkan keluarga menemani
pasien
Kontrol lingkungan dari
kebisingan
Pindahkan barang-barang yang
dapat membahayakan
Berikan penjelasan pada pasien
dan keluarga atau pengunjung
adanya perubahan

3. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan KONTROL INFEKSI


dengan peningkatan resiko keperawatan selama .....x24 Definisi: meminimalkan
masuknya organisme patogen jam status kekebalan pasien mendapatkan infeksi dan transmisi
ditandai dengan : meningkat dengan indilaktor: agen infeksi
DS : tidak didapatkan infeksi Intervensi :
Klien mengatakan adanya berulang Bersihkan lingkungan setelah
luka pasca operasi tidak didapatkan tumor dipakai pasien lain
DO : status rspirasi sesuai yang Pertahankan teknik isolasi
Tampak luka setelah diharapkan Batasi pengunjung bila perlu
tindakan posp op temperatur badan sesuai Instruksikan pengunjung untuk
Luas luka 5x6 cm yang diharapkan mencuci tangan saat
Luka tampak masih basah integritas kulit berkunjung dan setelah
Peningkatan Leukosit berkunjung
integritas mukosa
Peningkatan tanda-tanda Gunakan sabun anti mikroba
tidak didapatkan fatigue
vital untuk cuci tangan
kronis
tidak adekuat pertahanan Cuci tangan sebelum dan
reaksi skintes sesuai paparan
tubuh primer (kulit tidak sesudah tindakan keperawatan
WBC absolut dbn
utuh, trauma jaringan, Gunakan universal precaution
penurunan kerja silia, Setelah dilakukan tindakan dan gunakan sarung tangan
cairan tubuh statis, keperawatan selama .....x24 jam selma kontak dengan kulit yang
perubahan sekresi PH, psien mengetahui cara cara tidak utuh
perubahan peristaltik) mengontrol infeksi dengan Tingkatkan intake nutrisi dan
insisi atau laserasi (+) indikator: cairan
Mendeskripsikan proses Berikan terapi antibiotik bila
penularan penyakit perlu
Mendeskripsikan faktor Observasi dan laporkan tanda
yang mempengaruhi dan gejal infeksi seperti
terhadap proses penularan kemerahan, panas, nyeri, tumor
penyakit Kaji temperatur tiap 4 jam
Mendeskripsikan tindakan Catat dan laporkan hasil
yang dapat dialkukan untuk laboratorium, WBC
pencegahan proses Gunakan strategi untuk
penularan penyakit mencegah infeksi nosokomial
Mendeskripsikan tanda dan Istirahat yang adekuat
gejala infeksi Kaji warna kulit, turgor dan
Mendeskripsikan tekstur, cuci kulit dengan hati-
penatalaksanaan yang tepat hati
untuk infeksi Ganti IV line sesuai aturan
yang berlaku
Pastikan perawatan aseptik
pada IV line
Pastikan teknik perawatan luka
yang tepat
Berikan antibiotik sesuai autran
Ajari pasien dan keluarga tanda
dan gejal infeksi dan kalau
terjadi melaporkan pada
perawat
Ajarkan klien dan anggota
keluarga bagaimana mencegah
infeksi yang beresiko

PROTEKSI INFEKSI
Definisi : pencegahan dan deteksi
dini pada pasien Intervensi :
Monitor tanda dan gejala
infeksi
Monitor hitung granulosit,
WBC
Monitor kerentanan terhadap
infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap
penyakit menular

4. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan TERAPI AKTIVITAS


berhubungan dengan keperawatan selama .......x 24 Definisi: petunjuk rentang dan
ketidakcukupan energi secara jam daya tahan pasien akan bantuan dalam aktivitas fisik,
fisiologis maupun untuk meningkat dengan indikator: kognitif, sosial dan spiritual yang
meneruskan atau menyelesaikan Menunjukan kebiasaan rutin spesifik untuk menentukan rentang
aktivitas yang diminta atau Aktivitas frekuensi dan durasi aktivitas
aktivitas sehari-hari, serta Konsentrasi individu atau kelompok.
kelemahan fisik ditandai dengan : Tertarik dengan lingkungan Intervensi :
DS : Pola makan Kaji tanda dan gejala yang
Klien mengatakan aktivitas Tidak ada letargi menunjukan ketidaktoleransi
dibantu oleh keluarga Hb normal terhadap aktivitas dan
Klien mengatakan sulit Ht normal memerlukan pelaporan
untuk miring kanan dan kiri Gula darah normal terhadap perawat dan dokter
DO : Elektrolit serum normal Tingkatkan pelaksanaan ROM
Kelemahan fisik (+) Setelah dilakukan tindakan pasif sesuai indikasi
Aktivitas dibantu keluarga keperawatan selama .......x24 Buat jadwal latihan aktivitas
(+) jam toleransi aktivitas pasien secara bertahap untuk pasien
Ketidakseimbangan suplay akan meningkat dengan dan berikan periode istirahat
oksigen dengan kebutuhan indikator : Berikan suport dan libatkan
Penurunan Hb, Ht, serta Saturasi oksigen dalam keluarga dalam program terapi
gula darah sewaktu rentang yang diharapkan Berikan berikan reinforcemen
dalam respon aktivitas untuk pencapaian aktivitas
Heart rate dalam rentang sesuai program latihan
yang diharapkan dalam Kolaborasi ahli fisioterapi
respon aktivitas
RR dalam rentang yang
diharapkan dalam respon
aktivitas PENGELOLAAN ENERGI/
Tekanan darah dalam MANAJEMEN ENERGI
rentang yang diharapkan Definisi: pengaturan penggunaan
dalam respon aktivitas energi untuk merawat dan
mencegah kelelahan dan
mengoptimalkan fungsi.
Intervensi:
Bantu pasien untuk
mengidentifikasi pilihan-pilihan
aktivitas
Rencanakan aktivitas untuk
periode dimana pasien
mempunyai energi paling
banyak
Bantu dengan aktivitas fisik
teratur
Tentukan persepsi lain pasien
tentang penyebab fatigue
Dorong verbalisasi perasaan
keterbatasan

5. Kurang pengetahuan tentang Setelah dilakukan tindakan TEACHING: PENGETAHUAN


proses pengobatan keperawatan selama .....x24 PROSES PENYAKIT
berhubungan dengan tidak jam psien mengetahui tentang Definisi : membantu pasien
tahu sumber informasi atau proses penyakit dengan memahami informasi yang
kurangnya informasi kognitif indikator pasien dapat : berhubungan dengan penyakit
tentang hal yang spesifik ditandai Familiar dengan nama yang spesifik
dengan : penyakit Intervensi
DS : Mendeskripsikan proses Berikan penilaian tentang
Kien mengatakan tidak penyakit tingkat pengetahuan pasien
tahu dengan kondisi yang Mendeskripsikan faktor tentang proses penyakit yang
dialaminya sekarang penyebab spesifik
Klien mengatakan kurang Mendeskripsikan faktor Jelaskan patofisiologi dari
memahami tentang resiko penyakit dan bagaiman hal ini
pengobatan yang ada Mendeskripsikan efek berhubungan dengan anatomi
DO : penyakit dan fisiologi
Tampak binggung setelah Mendeskripsikan tanda dan Gambarkan tanda dan gejala
dijelaskan tentang gejala yang biasa muncul pada
penyakitnya Mendeskripsikan perjalanan penyakit
Mudah lupa penyakit Gambarkan proses penyakit
Keterbatasan kognitif Mendeskripsikan tindakan Identifikasi kemungkinan
Kurang keinginan untuk untuk menurunkan penyebab dengan cara yang
mencari informasi progresifitas penyakit tepat
Tidak mengenal sumber Mendeskripsikan komplikasi Sediakan informasi tentang
informasi Mendeskripsikan tanda dan kondisi pasien
gejala dari komplikasi Sediakan bagi keluarga atau
Mendeskripsikan tindakan SO informasi tentang kemajuan
pencegahan untuk pasien
komplikasi Sediakan pengukuran
diagnostik yang tersedia
Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan
atau proses pengontrolan
penyakit
Diskusikan pilihan terapi
Gambarkan rasional
rekomendasi manajemen terapi
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
Eksplorasi kemungkinan
sumber dukungan
Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan

Discharge Planning

1. Evaluasi kesiapan untuk pulang. Factor yang dikaji adalah sebagai berikut :

1. Status pernafasan yang stabil


2. Masukan nutrisi dan pertumbuhan yang adekuat

3. Kebutuhan obat yang stabil

4. Rencana pengobatan medis yang realistik untuk di rumah

1. orang tua dan pemberi asuhan lain dapat


memberi perawatan yang diperlukan

2. sarana di rumah dan monitor yang diperlukan


disediakan

3. orang tua memiliki dukungan social dan


finansial yang dibutuhkan

4. keperluan perawatan di rumah dan istirahat


disediakan

1. Beri instruksi pemulangan kepada orang tua seperti berikut :

1. penjelasan tentang penyakit

2. bagaimana memantau tanda tanda distress pernafasan dan masalah


medis lainnya

3. kebutuhan makan perorangan

4. kebutuhan hidup sehat

5. kapan harus memanggil dokter

6. bagaimana melakukan resusitasi jantung paru

7. penggunaan peralatan dirumah dan pemantauan

8. bagaimana memberi dan memantau efek pengobatan

9. pencegahan infeksi

10. pentingnya daerah bebas rokok


11. aktivitas perkembangan yang tepat

12. pengenalan isyarat stress dan interaksi pada pasien

13. sumber di komunitas dan sarana pendukung yang ada.

2. Lakukan program tindak lanjut untuk memantau kebutuhan pernafasan,


nutrisi, perkembangan, dan kebutuhan khsus lainnya yang sifatnya terus
menerus.

1. Bantu orang tua membuat janji kunjungan pemeriksan tindak lanjut


yang pertama, beri catatan tertulis tentang kapan janji itu harus
dilaksanakan

2. Buat rujukan untuk kunjungan keperawatan di rumah sesuai yang


dibutuhkan keluarga

Anda mungkin juga menyukai