PLASENTA PREVIA
Oleh:
Mardhiyyah Nurul Hasanah
NIM 182011101080
Pembimbing:
dr. Endang Ma’ruf Randi, Sp.OG
LAPORAN KASUS
PLASENTA PREVIA
Oleh:
Mardhiyyah Nurul Hasanah
NIM 182011101080
Pembimbing:
dr. Endang Ma’ruf Randi, Sp.OG
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................5
BAB III. LAPORAN KASUS.............................................................16
BAB IV. KESIMPULAN....................................................................24
4
BAB 1. PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan perempuan. Menurut WHO tahun 2008, angka kematian
maternal di negara-negara berkembang berkisar antara 750-1000 per 100.000
kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu salah satunya adalah perdarahan yang
disebabkan oleh plasenta previa. Berdasarkan data yang didapatkan oleh WHO
tahun 2008 prevalensi plasenta previa sekitar 458 dari 100.000 kelahiran setiap
tahunnya, sedangkan prevalensi plasenta previa menurut WHO tahun 2009 sekitar
320 dari 100.000 kelahiran. Prevalensi plasenta previa di Indonesia yang
dilaporkan oleh beberapa peneliti berkisar antara 0,26 – 0,37% dari seluruh
jumlah kehamilan.
Perdarahan obstetri yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang
terjadi setelah bayi atau plasenta lahir pada umumnya menyebabkan perdarahan
yang berat dan jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat dapat
mendatangkan syok yang fatal. Salah satu penyebabnya yaitu plasenta previa.
Antisipasi dalam perawatan prenatal sangat mungkin dilakukan karena pada
umumnya penyakit ini berlangsung perlahan diawali gejala dini berupa
perdarahan berulang yang awalnya tidak banyak, tanpa disertai rasa nyeri, dan
terjadi pada waktu yang tidak tentu tanpa didahului oleh trauma. Plasenta previa
sering disertai oleh kelainan letak janin atau pada kehamilan lanjut, bagian bawah
janin tidak masuk ke dalam panggul, tetapi masih mengambang di atas pintu atas
panggul. Perempuan yang menderita plasenta previa harus segera dirujuk ke
rumah sakit terdekat tanpa melakukan pemeriksaan dalam karena perbuatan
tersebut dapat memprovokasi perdarahan berlangsung semakin deras dengan
cepat.
5
2.1 Definisi
Implantasi plasenta yang normal ialah pada dinding depan, dinding
belakang rahim, atau di daerah fundus uteri. Plasenta previa adalah plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim (SBR) sehingga menutupi seluruh atau
sebagian dari ostium uteri internum pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Sejalan
dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim ke
arah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta
tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas
dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas pembukaan servuks yang tertutup
oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi dari
plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa antenatal maupun
dalam masa intranatal, baik dengan ultrasonografi maupun pemeriksaan digital.
Oleh karena itu, pemeriksaan ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam
asuhan antenatal araupun intranatal.
2.2 Klasifikasi
Plasenta previa dibagi berdasarkan kemungkinan implantasinya:
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi
seluruh ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum.
4. Low-laying placenta (plasenta letak rendah) adalah plasenta yang
berimplantai pada segmen bawah rahim yang tepi bawahnya berada pada
jarak ≤ 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm
dianggap plasenta letak normal.
6
2.3 Epidemiologi
Plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan paritas tinggi
dan pada usia di atas 30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda
daripada kehamilan tunggal. Uterus bercacat ikut mempertinggi angka
kejadiannya. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan
insidennya berkisar 1,7%-2,9%. Di negara maju insidensinya lebih rendah yaitu
kurang dari 1% mungkin disebabkan berkurangnya perempuan hamil paritas
tinggi. Dengan meluasnya penggunaan ultrasonografi dalam obstetrik yang
memungkinkan deteksi lebih dini, insiden plasenta previa bisa lebih tinggi.
2.4 Etiologi
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belumlah
diketahui dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa
desidua di daerah segmen bawah rahim tanpa latar belakang lain yang mungkin.
Teori lain mengemukakan sebagai salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi
7
desidua yang tidak memadai, mungkin sebagai akibat dari proses radang atau
atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah sesar,
kuretase, miomektomi, dan sebagainya berperan dalam proses peradangan dan
kejadian atrofi di endometrium yang semuanya dapat dipandang sebagai faktor
risiko bagi terjadinya plasenta previa. Cacat bekas bedah sesar berperan
menaikkan insiden dua sampai tiga kali. Pada perempuan perokok dijumpai
insidensi plasenta previa lebih tinggi 2 kali lipat. Hipoksemia akibat karbon
monoksida hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi
sebagai upaya kompensasi. Plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan
ganda dan eritroblastosis fetalis bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar
ke segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum.
2.5 Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan
rnungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah
rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagairnana diketahui tapak
plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang
tumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi
segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi di situ sedikit banyak
akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta.
Demikian pula pada waktu serviks mendatar (efficement) dan membuka (dilation)
ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi
perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus dari
plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu
perdarahan pada plasenta previa pasti akan terjadi. Perdarahan di tempat itu relatif
banyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak rnampu berkontraksi
dengan kuat karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan akibat
pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan
akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali ada laserasi mengenai sinus yang
besar dari plasenta sehingga perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih
lama. Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim berlangsung progresif dan
8
berhenti sendiri. Perdarahan kemudian terjadi tanpa sesuatu sebab yang jelas
setelah beberapa waktu kemudian. Pada setiap pengulangan terjadi perdarahan
yang lebih banyak bahkan seperti mengalir.
Pada plasenta letak rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mulai
persalinan, perdarahan biasa sedikit sampai banyak mirip pada solusio plasenta.
Perdarahan diperhebat berhubung segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi
sekuat segmen atas rahim. Dengan demikian, perdarahan bisa berlangsung sampai
pasca persalinan. Perdarahan juga bisa bertambah disebabkan serviks dan segmen
bawah rahim pada plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami robekan.
Robekan lebih mudah terjadi pada upaya pengeluaran plasenta dengan tangan
misalnya pada retensio plasenta sebagai komplikasi plasenta akreta.
Dikarenakan plasenta terletak pada bagian bawah, maka pada palpasi
abdomen sering ditemukan bagian terbawah janin masih tinggi di atas simfisis
dengan letak janin tidak dalam letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat
ibu hamil merasa nyeri dan perut tegang.
2.7 Diagnosis
1) Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan ≥20 minggu
2) Darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya anemia
3) Syok
4) Tidak ada kontraksi uterus
5) Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul
6) Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin
Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan USG
10
2.8 Komplikasi
Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang
menderita plasenta previa, di antaranya ada yang bisa menimbulkan perdarahan
yang cukup banyak dan fatal.
1. Oleh karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka
pelepasan plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan
semakin banyak, dan perdarahan yang terjadi itu tidak dapat dicegah
sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok.
2. Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan
sifat segmen ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan
kemampuan invasinya menerobos ke dalam miometrium bahkan sampai
ke perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta inkreta dan
bahkan plasenta perkreta. Paling ringan adalah plasenta akreta yang
perlekatannya lebih kuat tetapi vilinya masih belum masuk ke dalam
miometrium. Walaupun biasanya tidak seluruh permukaan maternal
plasenta mengalami akreta atau inkreta akan tetapi dengan demikian
terjadi retensio plasenta dan pada bagian plasenta yang sudah terlepas
timbullah perdarahan dalam kala tiga. Komplikasi ini lebih sering terjadi
pada uterus yang pernah seksio sesarea. Dilaporkan plasenta akreta terjadi
10%-35% pada pasien yang pernah seksio sesaria satu kali, naik menjadi
60%-65% bila telah seksio sesarea 3 kali.
3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah
sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak. Oleh
karena itu, harus sangat berhati-hati pada semua tindakan manual di
tempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada
segmen bawah rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan
tangan pada retensio plasenta. Apabila oleh salah satu sebab terjadi
perdarahan banyak yang tidak terkendali dengan cara-cara yang lebih
sederhana seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi arteria uterina,
ligasi arteria ovarika, pemasangan tampon, atau ligasi arteria hipogastrika,
maka pada keadaan yang sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah
11
2.9 Penatalaksanaan
Penanganan Aktif
1. Tujuannya adalah segera melahirkan anak (terminasi)
Indikasi :
a. Jika perdarahan merembes dan diagnosis sudah ditegakkan plasenta
previa langsung seksio sesaria tanpa double set up, dengan
memperhatikan keadaan umum ibu, perbaikan keadaan umum
dilakukan dalam waktu relatif cepat. Lakukan konsultasi dengan
anastesi selama menunggu persiapan operasi sampai memungkinkan
untuk dilakukan operasi.
b. Gawat janin, perdarahan aktif, dan banyak dengan evaluasi bertahap
(perdarahan profus lebih dari 500 cc dalam 30 menit)
2. Double set up (DSU)
a. Batasan
i. Examination in theater
12
Perawatan Konservatif
1) Dilakukan pada bayi prematur (EFW kurang dari 2500 gr dan atau umur
kehamilan kurang dari 37 minggu) dengan syarat bayi hidup dengan
perdarahn sedikit/berhenti
2) Cara perawatan konservatif
a. Observasi di kamar bersalin IRD selama 24 jam
b. Keadaan umum ibu diperbaiki, berikan transfusi sampai HB lebih dari
10 gr%
c. Berikan kortikosteroid untuk maturitas paru janin (menjaga
kemungkinan perawatan konservatif gagal) dengan deksametasone 5
mg, 4 kali tiap 6 jam.
d. Bila perdarahan berhenti penderita dipindahkan ke ruangan setelah
sebelumnya dilakukan USG di IRD
e. Observasi Hb setiap hari, tensi, nadi, denyut jantung janin, dan
perdarahan setiap 6 jam.
f. Perawatan konservatif gagal bila terjadi perdarahan berulang
(penanganan aktif).
g. Penderita dipulangkan bila tidak terjadi perdarahan ulang setelah
dilakukan mobilisasi.
14
3.1 Identitas
Nama : Ny. NF
Tanggal Lahir : 25-05-1982
Usia : 37 tahun
Alamat : Gayam Rambigundam Rambipuji
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Status : Menikah
Tanggal masuk RS : 6-Februari-2020
3.2 Anamnesis
Keluhan utama
Pasien mengeluhkan perdarahan dari jalan lahir
Riwayat Kontrasepsi
Pasien pernah menggunakan suntik KB 3 bulan
Hasil USG:
tampak janin intrauterin
janin tunggal
19
3.5 Diagnosis
G4P3003Ab000 gr. 31-32 mgg J/T/H/I + APB e.c plasenta previa totalis +
Anemia
3.6 Tatalaksana
Perawatan konservatif
Asam Mefenamat 4x1tab
Histolan 4x1 tab
Nifedipin 2x1tab
Transfusi PRC 2 kolf/hari s/d Hb ≥8
3.7 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia
Ad sanationam : dubia ad bonam
7-2-2020 Observasi
06.30 08.00
TD:130/70 mmHg TD:120/80 mmHg
HR : 88x/m HR : 88x/m
RR : 20x/m RR : 20x/m
o
Tax : 36 C Tax : 36,4oC
His : + jarang His:+jarang
Djj : 132x/m Djj : 145x/m
7-02-2020 Terapi
memberikan obat nifedipin 1 tab, histolan 1 tab, danAsam
mefenamat 1 tab.
20
24-05-2019 Observasi
09.00 12.00
TD : 120/80 mmHg TD : 130/90 mmHg
HR : 96x/m HR : 84x/m
RR : 20x/m RR : 18x/m
Tax : 35,6oC Tax : 36,6oC
His : - His : -
Djj : 140x/menit Djj : 148x/menit
7-02-2020 Terapi
Transfusi PRC
Mendapat injeksi Dexametason 2x6ml
24-05-2019 Observasi
8.30 12.00
TD : 120/60 mmHg TD : 120/70 mmHg
HR : 96x/m HR : 84x/m
RR : 20x/m RR : 20x/m
Tax : 36oC Tax : 36,5oC
TFU 28 cm TFU 28 cm
His – His –
DJJ : 138x/m DJJ : 130x/m
Fluxus + sedikit Fluxus (-)
BAB 4. KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23