Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH SEMESTER PENDEK BLOK

REPRODUKSI

PLASENTA PREVIA

Disusun oleh:

Syarifah Syarafena Bella/61114035 Dhiya Mariyah/61115028

Resti Yunus/61115070 Harmi Juliani/61115013

Rekki Samson Dakhi/61115093 Paristina/61116104

Otorius Epifanius Ndruru/61115094 Revila Aulia/61117137

Odyshe Karlinda/61115042

Dosen : dr. Andi Ipaljri, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BATAM
2018
DAFTAR ISI

Halaman Judul...................................................................................................1

Daftar Isi............................................................................................................2

Definisi Plasenta Previa.....................................................................................3

Kalsifikasi .........................................................................................................3

a. Menurut de Snoo, berdasarkan pembukaan 4 -5 cm..............................3


b. Menurut penulis buku-buku Amerika Serikat.......................................3
c. Menurut Browne....................................................................................4

Epidemiologi Plasenta Previa............................................................................4

Etiologi Plasenta Previa.....................................................................................4

Patofisiologi Plasenta Previa.............................................................................5

Diagnosis Plasenta Previa.................................................................................7

Pemeriksaan Penunjang Plasenta Previa...........................................................8

a. USG dan MRI........................................................................................8


b. Sitograf...................................................................................................9
c. Pemeriksaan Laboratorium....................................................................9

Tatalaksana Plasenta Previa..............................................................................9

Komplikasi dan Prognosis Plasenta Previa.....................................................14

Daftar Pustaka..................................................................................................16

2
PLASENTA PREVIA

1. DEFINISI

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Gejala pendarahan plasenta previa
pada umumnya berupa bercak pendarahan atau pendarahan ringan dan umumnya akan
berhenti secara spontan.

2. KALSIFIKASI

Klasifikasi plasenta previa tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan


fisiologik. Sehingga klasifikasinya akan berubah setiap waktu. Umpamanya, plasenta
previa total pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa pada
pembukaan 8 cm.

Beberapa klasifikasi plasenta previa:

a. Menurut de Snoo, berdasarkan pembukaan 4 -5 cm

1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba


plasenta menutupi seluruh ostea.
2. Plasenta previa lateralis; bila mana pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan
ditutupi oleh plasenta, dibagi 2 :
2.1 Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian menutupi ostea
bagian belakang.
2.2 Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian menutupi ostea
bagian depan.
2.3 Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir
ostea yang ditutupi plasenta.

b. Menurut penulis buku-buku Amerika Serikat :

1. Plasenta previa totalis ; seluruh ostea ditutupi uri.


2. Plasenta previa partialis ; sebagian ditutupi uri.

3
3. Plasenta letak rendah, pinggir plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir
pembukaan Pada periksa dalam tak teraba.

c. Menurut Browne:

1. Tingkat I, Lateral plasenta previa : Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai


ke segmen bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.
2. Tingkat II, Marginal plasenta previa: Plasenta mencapai pinggir pembukaan
(Ostea).

3. EPIDEMIOLOGI

Kejadian plasenta previa terjadi kira-kira 1 dari 200 persalinan, insiden dapat
meningkat diantaranya sekitar 1 dari 20 persalinan pada ibu yang paritas tinggi
(Decherney, Nathan, Goodwin, Laufer, 2007). Menurut Chalik (2008) plasenta previa
lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan paritas tinggi, dan sering terjadi pada usia di
atas 30 tahun. Uterus yang cacat juga dapat meningkatkan angka kejadian plasenta
previa. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan angka kejadian
plasenta previa berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9 %. Sedangkan di negara maju
angka kejadiannya lebih rendah yaitu kurang dari 1 % yang mungkin disebabkan oleh
berkurangnya wanita yang hamil dengan paritas tinggi.

4. ETIOLOGI

Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti. Frekuensi plasenta previa
meningkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas aborsi,
kelainan janin, dan leioma uteri. Penyebab secara pasti belum diketahui dengan jelas.
Menurut beberapa ahli penyebab plasenta previa yaitu :
a. Plasenta previa merupakan implementasi di segmen bawah rahim dapat
disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi,
endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan placenta untuk mampu
memberikan nutrisi pada janin dan villi korealis pada chorion leave yang persisten.
b. Etiologi plasenta previa belum diketahui pasti namun meningkat pada grande
multi para, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas operasi dan leiomioma
uteri. (norma, dkk. 2013).

5. PATOFISIOLOGI
4
Penyebab plasenta melekat pada segmen bawah rahim belum diketahui secara
pasti. Ada teori menyebutkan bahwa vaskularisasi desidua yang tidak memadahi yang
mungkin diakibatkan oleh proses radang atau atrofi dapat menyebabkan plasenta
berimplantasi pada segmen bawah rahim. Plasenta yang terlalu besar dapat tumbuh
melebar ke segmen bawah rahim dan menutupi ostium uteri internum misalnya pada
kehamilan ganda, eritroblastosis dan ibu yang merokok.

Pada saat segmen bawah rahim terbentuk sekitar trisemester III atau lebih awal
tapak plasenta akan mengalami pelepasan dan menyebabkan plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim akan mengalami laserasi. Selain itu, laserasi
plasenta juga disebabkan oleh serviks yang mendatar dan membuka. Hal ini
menyebabkan perdarahan pada tempat laserasi. Perdarahan akan dipermudah dan
diperbanyak oleh segmen bawah rahim dan serviks yang tidak bisa berkontraksi secara
adekuat.

5
Pembentukan segmen bawah rahim akan berlangsung secara progresif, hal tersebut
menyebabkan terjadi laserasi dan perdarahan berulang pada plasenta previa. Pada
plasenta previa totalis perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan bila
dibandingankan dengan plasenta previa parsialis ataupun plasenta letak rendah karena
pembentukan segmen bawah rahim dimulai dari ostium uteri internum. Segmen bawah
rahim mempunyai dinding yang tipis sehingga mudah diinvasi oleh pertumbuhan villi
trofoblas yang mengakibatkan terjadinya plasenta akreta dan inkreta. Selain itu segmen
bawah rahim dan serviks mempunyai elemen otot yang sedikit dan rapuh sehingga dapat
menyebabkan perdarahan postpartum pada plasenta previa.

6. DIAGNOSIS

a. Gejala yang terpenting ialah perdarahan tanpa rasa nyeri.


Pasien mungkin berdarah sewaktu tidur dan sama sekali tidak
terbangun, baru pada saat pasien bangun pasien merasa bahwa kainnya
basah,Biasanya perdarahan karena placenta previa baru timbul setelah
bulan ketujuh. Hal ini disebabkan oleh :
6
1) Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak
berbeda dari abortus.
2) Perdarahan pada placenta previa disebabkan pergerakan antara
placenta dan dinding rahim.

Ini disebabkan karena setelah bulan ke empat terjadi


regangan pada dinding rahim lebih cepat tumbuhnya dari rahim
sendiri, akibatnya istmus uteri tertarik menjadi bagian dinding
korpus uteri yang disebut segmen bawah rahim.

b. Darah segar atau kehitaman dengan bekuan.

c. Bagian terendah anak masih sangat tinggi karena placenta terletak pada kutub
bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul.

d. Pada placenta previa ukuran panjang rahim berkurang maka pada placenta previa
sering disertai kelainan letak jika perdarahan disebabkan oleh placenta previa
lateral dan marginal serta robekannya marginal, sedangkan placenta letak rendah,
robekannya beberapa sentimeter dari tepi placenta

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. USG dan MRI


Beberapa metode pemeriksaan penunjang telah digunakan untuk mendiagnosis
plasenta previa diantaranya USG transabdominal, USG transvaginal dan MRI.
Penggunaan USG transvaginal lebih direkomendasikan karena mempunyai tingkat
akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan USG transabdominal. Terdapat
beberapa kekurangan USG transabdominal yaitu visualisasi yang kurang baik pada
7
plasenta letak posterior dan segmen bawah rahim akibat terhalang kepala bayi,
obesitas serta keadaan kandung kemih yang kosong atau terlalu penuh. MRI juga
mempunyai tingkat akurasi yang lebih baik bila dibandingkan dengan USG
transabdominal. Namun tidak dapat memberikan gambaran lokasi plasenta sebaik
USG transvaginal, selain itu MRI tidak tersedia pada semua pelayanan kesehatan

Pemeriksan USG, sangat banyak digunakan serta untuk membantu menegakkan


diagnosa dan letak plasenta previa sehingga rencana pertolongan persalianan dapat
ditetapkan.  Bahkan diagnosisnya sudah dapat ditegakkan usia kehamilan 20 minggu
sehingga ibu hamil dapat diberikan nasihat untuk memperhatikan kemungkinan
perdarahan antepartum. Terminasi kehamilan juga sudah dapat direncanakan sebelum
terjadi perdarahan. Pemeriksaan USG ini dilakukan empat kali selama kehamilan agar
implantasi plasenta dengan plasenta previa sudah dapat diketahui. Kemudian
diberikan KIE dan motivasi  sehingga dapat menerima rencana terminasi persalinan
dengan cara:

 Memecahkan ketuban tanpa atau dengan induksi persalinan


 Langsung lakukan seksio

b. Sitograf
mula-mula kandungan kemih dikosongkan, lalu masukkan 40cc larutan NaCl
12,5% kepala janin ditekan kearah pintu atas panggul. Bila jarak kepala dan kemih
berselisih dari 1 cm, kemungkinan terdapat plasenta previa.

c. Pemeriksaan Laboratorium

Pada kasus perdarahan antepartum sangat penting dilakukan pemeriksaan


laboratorium.
8
1. Pemeriksaan darah lengkap
 Untuk mendapatkan gambaran keadaan darah
 Persiapan untuk memberikan transfuse
2. Pemeriksaan urin lengkap
 Kemungkinan ditemukan protein urin atau glukosa urin.
 Perhatikan jumlah urin setiap jam karena perdarahan banyak akan
menimbulkan oliguria dan anuria.
 Hasil lainnya akan menunjukkan kemungkinan sufah terjadinya gangguan
ginjal

8. PENATALAKSANAAN

a. Penanganan
Penanganan pada kasus perdarahan dengan plasenta previa dapat dibagi 2 yaitu :
1) Ekspektatif (bila usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau TBF)
(Sulaiman Sastrawinata, 2005; h. 83 - 98). Yaitu Penanganan yang
dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di
dunia luar baginya kecil sekali. Penanganan ini hanya dapat dibenarkan
jika keadaan ibu baik dan perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali.

9
Syarat terapi ekspektatif yaitu:

1. Jika usia kehamilan belum optimal/kurang dari 37 minggu,

2. perdarahan sedikit

3. kehamilan preterem dengan perdarahan sedikit yang kemudian


berhenti

4. belum ada tanda inpartu

5. janin masih hidup

6. keadaan umum baik dengan kadar Hb > 8,0% atau lebih (Saefudin,
2006; h. 162-165).

Penanganan atau terapi ekspektatif dapat dilakukan pada dua tempat dengan

syarat yang telah di tentukan.

1. Penanganan di rumah sakit yaitu pada terapi ini, pasien dirawat di rumah
sakit dengan memperbaikan cairan tubuh/darah dengan memberikan infus
cairan IV (NaCl 0,9 persen dan ringer laktat) sampai berat anak kurang lebih
2500 gr atau kehamilan sudah sampai 37 minggu, serta dianjurkan untuk
tirah baring, dan diberikan antibiotika profilaksis, serta berikan tokolitik bila
ada kontraksi sampai janin cukup matang sehingga dapat dilakukan seksio
sesarea (Linda. V,tahun 2007; h. 645) :
a) MgSo4 4g IV dosis awal dilanjutkan 4g setiap 6 jam Pemberian ini
diberikan untuk menambah aliran darah ke uterus, karena pada kasus
plasenta previa bawasanya akan terjadi vasekularisasi ke atas uteri yang
berkurang, atau perubahan atrofi pada desidua akibat persalianan yang
lampau dapat menyebabkan plasenta previa. (Sarwono, tahun 2007; h.
298 dan 367).
b) Nifedipin 3x 20 mg/hari.
c) Betametason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.

10
d) Uji pematangan paru janin dengan uji tes kocok (bubble tes) dari hasil
amniosentesis (Saefudin, 2006; h. 162-165).

Penderita plasenta previa juga harus diberikan hematinik, antibiotik,


mengingat kemungkinan terjadi infeksi yang besar disebabkan oleh
perdarahan dan tindakan-tindakan intrauterin dan pemberian tokoliti bila ada
his. Pemeriksaan laborat dievaluasi untuk mengetahui penurunan Hb
(hemoglobin) dan level hematokrit (Ht). obat-obatan untuk meningkatkan
maturitas fetal/janin diberikan jika kehamilan kurang dari 34 munggu. Tidak
boleh melakukan pemeriksaan dalam, seperti VT, pemeriksaan rektal, atau
pemasangan alat pada vagina untuk membantu pemeriksaan.

Perbaiki anemia dengan pemberian sulfas ferosus atao ferrous fumarat


per oral 60 mg selama hamil. Memastikan tersedianya sarana tranfusi
sebagai penambah darah serta persiapan mental ibu. Karena pasien / ibu
dengan plasenta previa ada yang berhari- hari bahkan berminggu-minggu
dirawat, maka seringkali pasien dan keluarganya menjadi gelisah.

Jika usia kehamilan telah mencapai 37 minggu dan paru janin telah
matur, persalinan seksio sesaria dilakukan. Selama dirawat di rumah sakit,
pasien dengan plasenta previa mungkin selalu dipertimbangkan
kemungkinan adanya keadaan emergensi /kegawatdaruratan karena
perdarahan masif (terus menerus dan banyak) dengan akibat syok
hipovolemik yang dapat terjadi segera, hal ini diperlukan seksio sesaria
segera. Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu
masih lama, pasien dapat dirawat jalan ( kecuali rumah pasien di luar kota
atau diperlukan waktu > 2 jam untuk mencapai rumah sakit) dengan pasien
segera kerumah sakit jika terjadi perdarahan. Jika setelah usia kehamilan di
atas 34 minggu, plasenta masih berada di sekitar ostium uteri internum,
maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu dilakukan
observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat
darurat.

11
Jika perdarahan berlangsung pertimbangan dari manfaat dan resiko ibu
dan janin untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan
terminasi kehamilan. (Sefudin, 2006; h. 162- 165). Penanganan di rumah
memiliki kriteria untuk pelaksanaan perawatan di rumah yaitu ibu harus
diawasi oleh petugas kesehatan (bidan/perawat, home cere yang kopenten).
Terminasi / aktif (bila usia kehamilan lebih dari 37 minggu atau lebih dan
TBF 2.500 gr (Sulaiman Sastrawinata, 2005 ; h. 83 - 98) Yaitu penanganan
dengan cara segera mengakhiri kehamilan sebelum terjadi perdarahan yang
membawa maut, misalnya kehamilan cukup bulan, perdarahan banyak, dan
anak mati (tidak selalu anak mati).

Penanganan aktif yang harus dilakukan untuk menangani plasenta previa yaitu
jenis persalinan yang dipilih untuk menangani plasenta previa dan pelaksanaannya
bergantung pada beberapa faktor yaitu:

1. perdarahan banyak atau sedikit

2. keadaan ibu dan anak

3. besarnya pembukaan

4. tingkat plasenta previa

5. paritas

Beberapa cara penanganan aktif plasenta previa dengan pervaginal terdiri dari :
a. Pecah ketuban
Pemecahan ketuban dapat dilakukan pada plasenta letak
rendah, plasenta previa marginalis, dan plasenta previa lateralis yang
menutup ostium kurang dari setengah bagian. Pada plasenta previa
lateralis yang plasentanya terdapat di sebelah belakang lebih baik
dilakukan seksio sesarea karena dengan pemecahan ketuban, kepala
kurang menekan pada plasenta. Ini disebabkan kepala tertahan
promontarium, yang dalam hal ini dilapisi lagi oleh jaringan plasenta.
Pemecahan ketuban dapat menghentikan perdarahan karena setelah
pemecahan ketuban, uterus mengadakan retraksi hingga kepala anak
menekan pada plasenta, sehingga pasenta tidak tertahan lagi oleh
ketuban dan dapat mengikuti gerakan dinding rahim hingga tidak
terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding rahim. Jika his tidak
ada atau kurang kuat setelah pemecahan ketuban, dapat diberikan
12
infus pitosin. Jika perdarahan tetap ada, dilakukan seksio sesarea.
b. Versi Bracton Hicks
Tujuan dari prasat versi braxton hicks ialah untukmengadakan
tamponade plasenta dengan bokong dan untuk menghentikan
perdarahan dalam rangka menyelamatkan ibu. Versi braxton hicks
biasanya dilakukan pada anak yang sudah mati atau pun masih
hidup. Mengingat bahayanya, yaitu robekan pada serviks dan pada
segmen bawah rahim, prasat ini tidak mempunyai tempat lagi di
rumah sakit yang besar.

c. Cunam Willett Gauss


Tujuan dilakukan tindakan ini untuk mengadakan tamponade
plasenta dengan kepala. Kulit kepala anak dijepit dengan cunam
willett gauss dan di berati dengan timbangan 500gr.

d. Seksio Sesarea
Dengan seksio sesarea, dimaksudkan untuk mengosongkan
rahim hingga rahim dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan.
Seksio sesarea juga mencegah terjadinya robekan serviks yang
agak sering terjadi pada persalinan pervaginam. Penanganan ini
dapat dilakukan pada plasenta previa totalis baik janin mati ataupun
hidup dan plasenta previa lateralis (Sulaiman astrawinata, 2005; h.
83 - 98).

13
9. KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS

KOMPLIKASI
1. Perdarahan dan syok
Karena pembentukan segmen rahim yang terjadi secara progresif,
maka pelepasan plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat
berulang dan semakin banyak, perdarahan yang terjadi tidak dapat
dicegah sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok.
2. Plasenta akreta/ inkreta/ perkreta
Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim yang
bersifat tipis memungkinkan jaringan trofoblas menerobos ke dalam
miometrium bahkan perimetrium dengan kemampuan invasinya
sehingga menyebabkan palsenta inkreta bahkan plasenta perkreta.
Paling ringan adalah plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat
tetapi vilinya masih belum masuk ke dalam miometrium.
3. Kelahiran prematur dan gawat janin
Kelahiran prematur dan gawat janin sulit dihindarkan karena
tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam
kehamilan belum aterm.

PROGNOSIS
Penurunan angka kematian maternal dari kejadian plasenta previa telah
tercapai pada akhir abad ke-20, meskipun dalam kenyataannya plasenta
previa masih sangat berkontribusi terhadap morbiditas dan mortalitas
maternal. Sedangkan persalinan preterm masih menjadi penyebab
terbanyak dari kematian perinatal pada kasus plasenta previa. Prognosis
ibu pada plasenta previa dipengaruhi oleh jumlah dan kecepatan
perdarahan serta kesegeraan pertolongannya. Kematian pada ibu dapat
dihindari apabila penderita segera memperoleh transfusi darah dan segera

14
lakukan pembedahan seksio sesarea. Prognosis terhadap janin lebih buruk
oleh karena kelahiran yang prematur lebih banyak pada penderita plasenta
previa melalui proses persalinan spontan maupun melalui tindakan
penyelesaian persalinan. Namun perawatan yang intensif pada neonatus
sangat membantu mengurangi kematian perinatal.

15
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, et all. (2005). Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta, EGC.
Diunduh dari https://student.unud.ac.id/mayaprihatnawati/news/32526

http://edunakes.bppsdmk.kemkes.go.id/images/pdf/Obsgin_4_Juni_2014/Blok
%204/Hemoragik%20antepartum%20ppt.pdf

http://library.usu.ac.id/download/fk/obstetri-tmhanafiah2.pdf

http://eprints.undip.ac.id/46235/5/TINJUNG_JATININGRUM_22010111130
088_Lap.KTI_Bab_II.pdf

http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/download/721/pdf

http://repository.ump.ac.id/994/3/Definita%20Anggereni%20BAB%20II.pdf

Miller 2009. placenta previa. Online, http:/www.obfocus.com/high-


risk/placentaprevia.htm ,aksespada tanggal 8 maret 2016 diunduh dari https://
www. Slideshare.net

Norma, Nita, dkk, 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan
Kasus. Yogyakarta : Nuha Medika

Oyelese Y, Smulian JC. Placenta previa, placenta accreta, and vasa previa.
Obstetrics and Gynecology. 2006

Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawiro hardjo di unduh dari http:// repository. unair. ac.
id/54136/13/FK.%20BID.%2024-16%20Dam%20f-min.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai