REPRODUKSI
PLASENTA PREVIA
Disusun oleh:
Odyshe Karlinda/61115042
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
2018
DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................................1
Daftar Isi............................................................................................................2
Kalsifikasi .........................................................................................................3
Daftar Pustaka..................................................................................................16
2
PLASENTA PREVIA
1. DEFINISI
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Gejala pendarahan plasenta previa
pada umumnya berupa bercak pendarahan atau pendarahan ringan dan umumnya akan
berhenti secara spontan.
2. KALSIFIKASI
3
3. Plasenta letak rendah, pinggir plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir
pembukaan Pada periksa dalam tak teraba.
c. Menurut Browne:
3. EPIDEMIOLOGI
Kejadian plasenta previa terjadi kira-kira 1 dari 200 persalinan, insiden dapat
meningkat diantaranya sekitar 1 dari 20 persalinan pada ibu yang paritas tinggi
(Decherney, Nathan, Goodwin, Laufer, 2007). Menurut Chalik (2008) plasenta previa
lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan paritas tinggi, dan sering terjadi pada usia di
atas 30 tahun. Uterus yang cacat juga dapat meningkatkan angka kejadian plasenta
previa. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan angka kejadian
plasenta previa berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9 %. Sedangkan di negara maju
angka kejadiannya lebih rendah yaitu kurang dari 1 % yang mungkin disebabkan oleh
berkurangnya wanita yang hamil dengan paritas tinggi.
4. ETIOLOGI
Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti. Frekuensi plasenta previa
meningkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas aborsi,
kelainan janin, dan leioma uteri. Penyebab secara pasti belum diketahui dengan jelas.
Menurut beberapa ahli penyebab plasenta previa yaitu :
a. Plasenta previa merupakan implementasi di segmen bawah rahim dapat
disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi,
endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan placenta untuk mampu
memberikan nutrisi pada janin dan villi korealis pada chorion leave yang persisten.
b. Etiologi plasenta previa belum diketahui pasti namun meningkat pada grande
multi para, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas operasi dan leiomioma
uteri. (norma, dkk. 2013).
5. PATOFISIOLOGI
4
Penyebab plasenta melekat pada segmen bawah rahim belum diketahui secara
pasti. Ada teori menyebutkan bahwa vaskularisasi desidua yang tidak memadahi yang
mungkin diakibatkan oleh proses radang atau atrofi dapat menyebabkan plasenta
berimplantasi pada segmen bawah rahim. Plasenta yang terlalu besar dapat tumbuh
melebar ke segmen bawah rahim dan menutupi ostium uteri internum misalnya pada
kehamilan ganda, eritroblastosis dan ibu yang merokok.
Pada saat segmen bawah rahim terbentuk sekitar trisemester III atau lebih awal
tapak plasenta akan mengalami pelepasan dan menyebabkan plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim akan mengalami laserasi. Selain itu, laserasi
plasenta juga disebabkan oleh serviks yang mendatar dan membuka. Hal ini
menyebabkan perdarahan pada tempat laserasi. Perdarahan akan dipermudah dan
diperbanyak oleh segmen bawah rahim dan serviks yang tidak bisa berkontraksi secara
adekuat.
5
Pembentukan segmen bawah rahim akan berlangsung secara progresif, hal tersebut
menyebabkan terjadi laserasi dan perdarahan berulang pada plasenta previa. Pada
plasenta previa totalis perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan bila
dibandingankan dengan plasenta previa parsialis ataupun plasenta letak rendah karena
pembentukan segmen bawah rahim dimulai dari ostium uteri internum. Segmen bawah
rahim mempunyai dinding yang tipis sehingga mudah diinvasi oleh pertumbuhan villi
trofoblas yang mengakibatkan terjadinya plasenta akreta dan inkreta. Selain itu segmen
bawah rahim dan serviks mempunyai elemen otot yang sedikit dan rapuh sehingga dapat
menyebabkan perdarahan postpartum pada plasenta previa.
6. DIAGNOSIS
c. Bagian terendah anak masih sangat tinggi karena placenta terletak pada kutub
bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul.
d. Pada placenta previa ukuran panjang rahim berkurang maka pada placenta previa
sering disertai kelainan letak jika perdarahan disebabkan oleh placenta previa
lateral dan marginal serta robekannya marginal, sedangkan placenta letak rendah,
robekannya beberapa sentimeter dari tepi placenta
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
b. Sitograf
mula-mula kandungan kemih dikosongkan, lalu masukkan 40cc larutan NaCl
12,5% kepala janin ditekan kearah pintu atas panggul. Bila jarak kepala dan kemih
berselisih dari 1 cm, kemungkinan terdapat plasenta previa.
c. Pemeriksaan Laboratorium
8. PENATALAKSANAAN
a. Penanganan
Penanganan pada kasus perdarahan dengan plasenta previa dapat dibagi 2 yaitu :
1) Ekspektatif (bila usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau TBF)
(Sulaiman Sastrawinata, 2005; h. 83 - 98). Yaitu Penanganan yang
dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di
dunia luar baginya kecil sekali. Penanganan ini hanya dapat dibenarkan
jika keadaan ibu baik dan perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali.
9
Syarat terapi ekspektatif yaitu:
2. perdarahan sedikit
6. keadaan umum baik dengan kadar Hb > 8,0% atau lebih (Saefudin,
2006; h. 162-165).
Penanganan atau terapi ekspektatif dapat dilakukan pada dua tempat dengan
1. Penanganan di rumah sakit yaitu pada terapi ini, pasien dirawat di rumah
sakit dengan memperbaikan cairan tubuh/darah dengan memberikan infus
cairan IV (NaCl 0,9 persen dan ringer laktat) sampai berat anak kurang lebih
2500 gr atau kehamilan sudah sampai 37 minggu, serta dianjurkan untuk
tirah baring, dan diberikan antibiotika profilaksis, serta berikan tokolitik bila
ada kontraksi sampai janin cukup matang sehingga dapat dilakukan seksio
sesarea (Linda. V,tahun 2007; h. 645) :
a) MgSo4 4g IV dosis awal dilanjutkan 4g setiap 6 jam Pemberian ini
diberikan untuk menambah aliran darah ke uterus, karena pada kasus
plasenta previa bawasanya akan terjadi vasekularisasi ke atas uteri yang
berkurang, atau perubahan atrofi pada desidua akibat persalianan yang
lampau dapat menyebabkan plasenta previa. (Sarwono, tahun 2007; h.
298 dan 367).
b) Nifedipin 3x 20 mg/hari.
c) Betametason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.
10
d) Uji pematangan paru janin dengan uji tes kocok (bubble tes) dari hasil
amniosentesis (Saefudin, 2006; h. 162-165).
Jika usia kehamilan telah mencapai 37 minggu dan paru janin telah
matur, persalinan seksio sesaria dilakukan. Selama dirawat di rumah sakit,
pasien dengan plasenta previa mungkin selalu dipertimbangkan
kemungkinan adanya keadaan emergensi /kegawatdaruratan karena
perdarahan masif (terus menerus dan banyak) dengan akibat syok
hipovolemik yang dapat terjadi segera, hal ini diperlukan seksio sesaria
segera. Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu
masih lama, pasien dapat dirawat jalan ( kecuali rumah pasien di luar kota
atau diperlukan waktu > 2 jam untuk mencapai rumah sakit) dengan pasien
segera kerumah sakit jika terjadi perdarahan. Jika setelah usia kehamilan di
atas 34 minggu, plasenta masih berada di sekitar ostium uteri internum,
maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu dilakukan
observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat
darurat.
11
Jika perdarahan berlangsung pertimbangan dari manfaat dan resiko ibu
dan janin untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan
terminasi kehamilan. (Sefudin, 2006; h. 162- 165). Penanganan di rumah
memiliki kriteria untuk pelaksanaan perawatan di rumah yaitu ibu harus
diawasi oleh petugas kesehatan (bidan/perawat, home cere yang kopenten).
Terminasi / aktif (bila usia kehamilan lebih dari 37 minggu atau lebih dan
TBF 2.500 gr (Sulaiman Sastrawinata, 2005 ; h. 83 - 98) Yaitu penanganan
dengan cara segera mengakhiri kehamilan sebelum terjadi perdarahan yang
membawa maut, misalnya kehamilan cukup bulan, perdarahan banyak, dan
anak mati (tidak selalu anak mati).
Penanganan aktif yang harus dilakukan untuk menangani plasenta previa yaitu
jenis persalinan yang dipilih untuk menangani plasenta previa dan pelaksanaannya
bergantung pada beberapa faktor yaitu:
3. besarnya pembukaan
5. paritas
Beberapa cara penanganan aktif plasenta previa dengan pervaginal terdiri dari :
a. Pecah ketuban
Pemecahan ketuban dapat dilakukan pada plasenta letak
rendah, plasenta previa marginalis, dan plasenta previa lateralis yang
menutup ostium kurang dari setengah bagian. Pada plasenta previa
lateralis yang plasentanya terdapat di sebelah belakang lebih baik
dilakukan seksio sesarea karena dengan pemecahan ketuban, kepala
kurang menekan pada plasenta. Ini disebabkan kepala tertahan
promontarium, yang dalam hal ini dilapisi lagi oleh jaringan plasenta.
Pemecahan ketuban dapat menghentikan perdarahan karena setelah
pemecahan ketuban, uterus mengadakan retraksi hingga kepala anak
menekan pada plasenta, sehingga pasenta tidak tertahan lagi oleh
ketuban dan dapat mengikuti gerakan dinding rahim hingga tidak
terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding rahim. Jika his tidak
ada atau kurang kuat setelah pemecahan ketuban, dapat diberikan
12
infus pitosin. Jika perdarahan tetap ada, dilakukan seksio sesarea.
b. Versi Bracton Hicks
Tujuan dari prasat versi braxton hicks ialah untukmengadakan
tamponade plasenta dengan bokong dan untuk menghentikan
perdarahan dalam rangka menyelamatkan ibu. Versi braxton hicks
biasanya dilakukan pada anak yang sudah mati atau pun masih
hidup. Mengingat bahayanya, yaitu robekan pada serviks dan pada
segmen bawah rahim, prasat ini tidak mempunyai tempat lagi di
rumah sakit yang besar.
d. Seksio Sesarea
Dengan seksio sesarea, dimaksudkan untuk mengosongkan
rahim hingga rahim dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan.
Seksio sesarea juga mencegah terjadinya robekan serviks yang
agak sering terjadi pada persalinan pervaginam. Penanganan ini
dapat dilakukan pada plasenta previa totalis baik janin mati ataupun
hidup dan plasenta previa lateralis (Sulaiman astrawinata, 2005; h.
83 - 98).
13
9. KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
KOMPLIKASI
1. Perdarahan dan syok
Karena pembentukan segmen rahim yang terjadi secara progresif,
maka pelepasan plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat
berulang dan semakin banyak, perdarahan yang terjadi tidak dapat
dicegah sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok.
2. Plasenta akreta/ inkreta/ perkreta
Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim yang
bersifat tipis memungkinkan jaringan trofoblas menerobos ke dalam
miometrium bahkan perimetrium dengan kemampuan invasinya
sehingga menyebabkan palsenta inkreta bahkan plasenta perkreta.
Paling ringan adalah plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat
tetapi vilinya masih belum masuk ke dalam miometrium.
3. Kelahiran prematur dan gawat janin
Kelahiran prematur dan gawat janin sulit dihindarkan karena
tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam
kehamilan belum aterm.
PROGNOSIS
Penurunan angka kematian maternal dari kejadian plasenta previa telah
tercapai pada akhir abad ke-20, meskipun dalam kenyataannya plasenta
previa masih sangat berkontribusi terhadap morbiditas dan mortalitas
maternal. Sedangkan persalinan preterm masih menjadi penyebab
terbanyak dari kematian perinatal pada kasus plasenta previa. Prognosis
ibu pada plasenta previa dipengaruhi oleh jumlah dan kecepatan
perdarahan serta kesegeraan pertolongannya. Kematian pada ibu dapat
dihindari apabila penderita segera memperoleh transfusi darah dan segera
14
lakukan pembedahan seksio sesarea. Prognosis terhadap janin lebih buruk
oleh karena kelahiran yang prematur lebih banyak pada penderita plasenta
previa melalui proses persalinan spontan maupun melalui tindakan
penyelesaian persalinan. Namun perawatan yang intensif pada neonatus
sangat membantu mengurangi kematian perinatal.
15
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, et all. (2005). Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta, EGC.
Diunduh dari https://student.unud.ac.id/mayaprihatnawati/news/32526
http://edunakes.bppsdmk.kemkes.go.id/images/pdf/Obsgin_4_Juni_2014/Blok
%204/Hemoragik%20antepartum%20ppt.pdf
http://library.usu.ac.id/download/fk/obstetri-tmhanafiah2.pdf
http://eprints.undip.ac.id/46235/5/TINJUNG_JATININGRUM_22010111130
088_Lap.KTI_Bab_II.pdf
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/download/721/pdf
http://repository.ump.ac.id/994/3/Definita%20Anggereni%20BAB%20II.pdf
Norma, Nita, dkk, 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan
Kasus. Yogyakarta : Nuha Medika
Oyelese Y, Smulian JC. Placenta previa, placenta accreta, and vasa previa.
Obstetrics and Gynecology. 2006
16