ELISA APRIANA
P18.07.11
2019
A. PENGERTIAN
Histerektomi adalah mengangkat rahim dengan organ di sekitarnya.(Yatim, 2005)
Histerektomi adalah suatu prosedur pembedahan mengangkat rahimyang dilakukan
oleh ahli kandungan. (Rasjidi, 2008)
Histerektomi adalah pengangkatan uterus melalui pembedahan, palingumum
dilakukan untuk keganasan dan kondisi bukan keganasan tertentu(contoh endometriosis /
tumor), untuk mengontrol perdarahan yangmengancam jiwa dan kejadian infeksi.
(Doengoes, 2000)
Jadi, dapat disimpulkan histerektomi adalah suatu prosedur pembedahan
mengangkat rahim yang umum dilakukan untuk keganasan atau bukan keganasan.
B. KLASIFIKASI
Menurut Wiknjosastro (2005), berdasarkan luas dan bagian rahim yangdiangkat, tindakan
histerektomi dapat dikategorikan menjadi 4 jenis:
1. Histerektomi parsial (subtotal) yaitu kandungan tetap diangkat tetapi mulutrahim /
servik tetap tinggal.
2. Histerektomi total yaitu mengangkat kandungan termasuk mulut rahim.
3. Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral yaitu pengangkatanuterus, mulut
rahim, kedua tuba fallopi, dan kedua ovarium.
4. Histerektomi radikal yaitu histerektomi diikuti dengan
pengangkatan bagian atas vagina serta jaringan dan kelenjar limfe dari sekitar kandung
an.
C. INDIKASI
Menurut Rasjidi (2008), indikasi histerektomi adalah:
1. Leiomioma uteri
Merupakan indikasi histerektomi tersering. Intervensi bedah biasanya diindikasikan
pada uterus yang berukuran 12-14 minggu atau lebih. Indikasi lain adalah jika terdapat
peningkatan ukuran tumor secara cepat pada wanita pre
menopause. Indikasi lainnya apabila terdapat menometrorgia berat yang menyebabkan
anemia, nyeri akibat torsi mioma,dan penekanan pada pelvis.
2. Prolaps uteri
Menjadi indikasi histerektomi jika timbul keluhan atau terdapat ulserasi pada
permukaan uterus yang prolaps.
3. Keganasan
Kanker endometrial uterus merupakan indikasi mutlak histerektomi.Indikasi lain
histerektomi adalah hiperplasia endometrial dengan atipia,yang merupakan prekursor
dari keganasan endometrial kanker ovarium diatas stadium satu merupakan indikasi
histerektomi.
4. Endometriosis
Terutama pada pasien yang sudah tidak mengharapkan kehamilan lagi.
5. Dysfunctional Uterine Bleeding
Terutama pada pasien yang gagal diterapi secara hormonal.
6. Infeksi pelvis
Jarang dilakukan. Terutama dilakukan pada pasien yang sudah tidak menginginkan
kehamilan lagi / pada infeksi uterin puerperal yang tidak dapat dikontrol secara
konservatif.
7. Masalah obstetrik
Histerektomi diindikasikan kepada pasien yang mengalami perdarahanyang tidak
terkontrol setelah aborsi / seksio secarea atau infeksi berat.
8. Pengangkatan ovarium
Jika kedua ovarium perlu diangkat pada wanita usia lanjut sebaiknyadilakukan
pengangkatan uterus karena sudah tidak lagi memiliki fungsidan berisiko menimbulkan
penyakit.
9. Nyeri pelvis kronis
Nyeri pelvis kronis saat pasien melokalisasikannya pada uterus jarangmenjadi indikasi
histerektomi. Hal tersebut sering kali merupakan masalah psikiatrik.
10. Tumor trofoblastik
Mola hidatidosa dan koriokarsinoma biasanya dapat berhasil diterapidengan
kemoterapi. Akan tetapi jika terdapat peningkatan titer
hCG persisten, histerektomi dapat dipertimbangkan jika uterus diketahuimenjadi lokasi
tumor persisten.
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Rasjidi (2008), manifestasi klinis post histerektomi meliputi:
1. Berhenti menstruasi dan tidak akan bisa punya anak
2. Angka leukosit tinggi
3. Angka eritrosit rendah
4. Nyeri perut
5. Mual
6. Tidak nyaman menggunakan kateter
7. Sulit berkemih atau buang air kecil
8. Keluar cairan atau perdarahan vagina
9. Rasa lelah dan kelemahan
10. Konstipasi
E. KOMPLIKASI
Komplikasi post operasi histerektomi menurut Abror (2004), adalah :
1. Syok
2. Perdarahan
3. Trombosis vena profunda
4. Retensi urin
5. Infeksi luka post operasi
6. Sepsis
7. Embolisme Pulmonal
8. Komplikasi Gastrointestinal
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada post operasihisterektomi menurut
Doengoes (2000), adalah sebagai berikut :
1. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketidakmampuan punya anak, perubahan
feminitas, efek hubungan seksual.
2. Perubahan eliminasi urinarius (retensi) berhubungan dengan traumamekanis, perubahan
manipulasi bedah adanya edema jaringan lokal,hematoma, gangguan sensor / motor,
paralisis saraf, eliminasi urinarius(retensi) berhubungan dengan trauma mekanis.
3. Risiko tinggi terhadap konstipasi / diare berhubungan dengan faktor bedahabdominal
dengan manipulasi usus, melemahkan otot abdominal nyeri /ketidaknyamanan
abdomen atau perineal, perubahan masukan diit.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungandengan
perjalanan penyakit.
5. Risiko tinggi terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan perubahanstruktur tubuh /
fungsinya, memendeknya kanal vaginal, perubahan kadar hormon, perubahan libido,
kemungkinan perubahanpola respon seksual,contoh tak ada irama konstraksi uterus
selama orgasme, ketidaknyamanan/ nyeri vaginal.
6. Berduka berhubungan dengan kehilangan yang diantisipasi dankesejahteraan fisiologis.
7. Risiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan intervensi pembedahandan adanya
cateter urine.
8. Risiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang
berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang insisi / perineal, tanda-
tanda komplikasi, pembatasan aktivitas, kehilangan menstruasi, terapi hormon, dan
perawatan tindak lanjut.
9. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
G. FOKUS INTERVENSI
Menurut Doengoes (2000), rencana tindakan keperawatan pada pasien postoperasi
histerektomi pada kanker endometrium, sebagai berikut:
1. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketidakmampuan memilikianak, perubahan
feminitas, efek hubungan seksual.
Tujuan : Menyatakan masalah dan menunjukkan yang sehat untuk menghadapinya.
Kriteria hasil : Menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasiterdapat
perubahan pada citra tubuh.
INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan waktu utnuk mendnegar masalah 1. Memberikan minat dan perhatian :
dan ketakutan pasien dan orang terdekat. memberikan kesempatan utnuk
Diskusikan persepsi diri pasien memperbaiki kesalahan konsep, contoh :
sehubungan dengan antisipasi perubahan wanita takut kehilangan kewanitaan dan
dan pola hidup seksualitasnya peningkatan berat badan
dan perubahan tubuh karena menopouse
2. Kaji stress emosi pasien. Indentifikasi 2. Perawat perlu menyadari apakah arti
kehilangan pada pasien/orang terdekat. tindakan ini terhadap pasien untuk
Dorong pasien utnuk mengekspresikan menghindari tindakan kurang hati-hati
dengan tepat atau terlalau menyendiri. Wanita merasa
takut atas bebas. Ia merasa tak mampu
memenuhi reproduksi dan mengalami
kehilangan.
3. Memberikan informasi akurat. Kuatkan 3. Memberikan kesempatan kepada pasien
informasi yang diberikan sebelumnya untuk bertanya dan mengasimilasi
informasi
4. Ketahui kekuatan individu dan 4. Membantu dalam membuat kekuatan
identivikasi perilaku koping positif yang telah ada bagi pasien untuk
sebelumnya digunakan dalam situasi saat ini
5. Berikan lingkungan terbuka pada pasien 5. Meningkatkan saling berbagi
untuk mendiskusikan maslah seksualitas keyakinan/nilai tentang subyek sensitive
dan mengidentifikasi kesalahan
konsep/mitos yang dapat mempengaruhi
penilaian situasi
6. Perhatikan perilaku menarik diri, 6. Mengidentifikasi tahap kehilangan atau
menganggap penolakan, atau terlalau kebutuhan
mempermasalahkan perubahan actual
yang ada
INTERVENSI RASIONAL
1. Perhatikan pola berkemih dan awasi 1. Dapat mengindikasikan resensi urin bila
keluaran urin berkemih dengan sering dlam jumlah
sedikit/kurnag (<100 ml)
2. Palapsi kandung kemih, selidiki keluhan, 2. Persepsi kandung kemih penuh, distensi
ketidaknyamanan penuh, ketidak kandung kemih di atas simpisis pubis
mampuan berkemih menunjukkan retensi urin
3. Berikan tindakan berkemih rutin, contoh 3. Meningkatkan relaksasi otot pada
privasi, posisi normal, aliran air pada perineal dan dapat mempermudaj upaya
baskom, penyiraman air hangat pad berkemih
perineum
4. Berikan perawatan kebersihan perineal 4. Meningkatkan kebersihan menurunkan
dan perawatan kateter resiko ISK asenden
5. Kaji karakteristik urin, perhatian warna, 5. Retensi draenase vaginal, dan
kejernihan, bau. kemungkinan adanya kateter intermiten/
tak menetap meningkatkan resiko infeksi,
khusus bila pasien mempunyai jahitan
parineal
2. Jelaskan perawtan luka yang tidak 2. Perawatan luka yang benar membantu
mengalami komplikasi ajarkan pasien mengurangi microorganism pada insisi
untuk : dan mencegah infeksi
- Mencuci dengan sabun dan air
(mandi bila mampu
- Mengeringkan dengan handuk,
menyibak lipatan kulit untuk
memastikan pengeringan yang
sempurna. Konsul dengan dokter
untuk perawatan luka yang
terkomplikasi
3. Jelaskan perlunya untuk meningkatkan 3. Akticvitas fisik, khusunya ambulasi dini
aktivitas sesuai dengan toleransi dan sering, dapat membantu mencegah
atau meminimalkan kram abdomen,
keluhan umum selama penyembuhan
histerektomi abdomen
4. Jelaskan pembatasan aktivitas ajarkan 4. Istirahat yang cukup memungkinkan
klien untuk melakukan hal-hal berikut : tubuh untuk memperbaikai trauma
- Terjadi keletihan dan kelemahan jaringan akibat bedah. Berjalan
selama periode pemulihan meningkatkan kekuatan dan daya tahan
- Delegasikan tugas kepada orang lain tubuh emempercepat pemulihan. Dduk
(menyapu dan mengangkat) selama dalam waktu kongesti pelvic dan
satu bulan. pembentukan trombosit
- Berjalan dengan sikap sedang, secara
bertahap tingkatkan jalan dan
langkah
- Memulai mengemudi 2 minggu jika
mobil dilengkapi dengan transmisi
otomatis
- Hindari duduk dalam waktu lama
5. Jelaskan bahwa pengangkatan uterus 5. Penjelasan apa yang diperkirakan dari
total mencegah kehamilan dan embedahan dapat mengurangi kecemasan
mengakibatkan berhentinya menstruasi. yang berhubungan dengan
Namun selama bagian ovarium tetap ada, ketidakadekuatan dan emungkinkan
pasien dapat mengalami gejala koping.
premenstruasi setiap bulan, seperti
kembung dank ram abdomen
6. Diskusikan perawtan lanjutan jelaskan 6. Perawat lanjutan yang diperlukan untuk
bahwa pemulangan biasanya dilakukan mengevaluai hasil pembedahan dan
pada hari ke lima sampai hari ke tujuh terapi estrogen, jika diindikasi dan untuk
dan pemeriksaan control dijadwalkan 4-6 mendeteksi semua komplikasis
minggu setelah pulang. Tekankan
pentingnya menepati perjanjian yang
telah di tetapkan
Carpenito, Lindo Juall (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. ed.8. Jakarta : EGC
Doengoes, E. Marilgnn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed. 3 Jakarta : EGC
Long, Barbara (1996) Perawatan Medikal Bedah 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran.
Manuaba, Ida Bagus. (2001). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita : Jakarta : Arcan
Smeltzer & Bare (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 2 eed 8. Jakarta:EGC
Wikrjosastro. Hanifa. (1997). Ilmu Kandungan: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo :
Jakarta.