Anda di halaman 1dari 32

Konsep dan Prinsip Ke

Gawatdaruratan

Peran Dan Fungsi Perawat


Bagi profesi keperawatan pelatihan kegawatdaruratan, dapat dijadikan
sebagai aspek legalitas dan kompetensi dalam melaksanakan pelayanan
keperawatan gawat darurat yang tujuannya antara lain:

Memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan keperawatan gawat


darurat yang diberikan.

Menginformasikan kepada masyarakat tentang pelayanan keperawatan gawat darurat


yang diberikan dan tanggungjawab secara professional

Memelihara kualitas/mutu pelayanan keperawatan yang diberikan

Menjamin adanya perlindungan hokum bagi perawat

Memotivasi pengembangan profesi

Meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan

Berpikir Kritis Dalam Keperawatan

Berpikir kritis dalam keperawatan menurut studi riset tahun 1997&1998


adalah komponen esensial dalam tanggung gugat profesional dan asuhan
keperawatan yang bermutu seperti : kreatifitas, fleksibelitas, rasa ingin tahu,
intuisi, pikiran terbuka (Rubenfeld, Barbara K. 2006)

Tujuan kegawatdaruratan adalah:

1
- Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada periderita gawat darurat,
hingga
dapat hidup dan berfungs kembali dalarn masyarakat sebagaimana mestinya.
2.Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penanganan
yang Iebih memadai.
- Menanggulangi korban bencana.

Prinsip Gawat Darurat

a. Bersikap tenang tapi cekatan dan berpikir sebelum bertindak (jangan panik).
b. Sadar peran perawat dalam menghadapi korban dan wali ataupun saksi.
c. Melakukan pengkajian yang cepat dan cermat terhadap masalah yang mengancam jiwa
(henti napas, nadi tidak teraba, perdarahan hebat, keracunan).
d. Melakukan pengkajian sistematik sebelum melakukan tindakan secara menyeluruh.
Pertahankan korban pada posisi datar atau sesuai (kecuali jika ada ortopnea), lindungi
korban dari kedinginan.
e. Jika korban sadar, jelaskan apa yang terjadi, berikan bantuan untuk menenangkan dan
yakinkan akan ditolong.
f. Hindari mengangkat/memindahkan yang tidak perlu, memindahkan jika hanya ada
kondisi yang membahayakan.
g. Jangan diberi minum jika ada trauma abdomen atau perkiraan kemungkinan tindakan
anastesi umum dalam waktu dekat.
h. Jangan dipindahkan (ditransportasi) sebelum pertolongan pertama selesai dilakukan dan
terdapat alat transportasi yang memadai.

Dalam beberapa jenis keadaan kegawatdaruratan yang telah disepakati pimpinan masing-
masing rumah sakit dan tentunya dengan menggunakan Protap yang telah tersedia, maka
perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat dapat bertindak langsung sesuai dengan

2
prosedur tetap rumah sakit yang berlaku. Peran ini sangat dekat kaitannya dengan upaya
penyelamatan jiwa pasien secara langsung.

Pengkajian awal dan Utama Keperawatan Gawatdarurat

Primary Survey
Primary survey menyediakan evaluasi yang sistematis, pendeteksian
dan manajemen segera terhadap komplikasi akibat trauma parah yang
mengancam kehidupan. Tujuan dari Primary survey adalah untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki dengan segera masalah yang
mengancam kehidupan. Prioritas yang dilakukan pada primary survey antara
lain (Fulde, 2009) :

 Airway maintenance dengan cervical spine protection


 Breathing dan oxygenation
 Circulation dan kontrol perdarahan eksternal
 Disability-pemeriksaan neurologis singkat
 Exposure dengan kontrol lingkungan

a) Pengkajian Airway
Tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa responsivitas
pasien dengan mengajak pasien berbicara untuk memastikan ada atau tidaknya
sumbatan jalan nafas. Seorang pasien yang dapat berbicara dengan jelas maka
jalan nafas pasien terbuka (Thygerson, 2011). Pasien yang tidak sadar mungkin
memerlukan bantuan airway dan ventilasi. Tulang belakang leher harus
dilindungi selama intubasi endotrakeal jika dicurigai terjadi cedera pada kepala,
leher atau dada. Obstruksi jalan nafas paling sering disebabkan oleh obstruksi
lidah pada kondisi pasien tidak sadar (Wilkinson & Skinner, 2000).

3
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara lain :

 Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau bernafas dengan
bebas?
 Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain:
 Adanya snoring atau gurgling
 Stridor atau suara napas tidak normal
 Agitasi (hipoksia)
 Penggunaan otot bantu pernafasan / paradoxical chest movements
 Sianosis
 Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas dan potensial
penyebab obstruksi :
 Muntahan
 Perdarahan
 Gigi lepas atau hilang
 Gigi palsu
 Trauma wajah
 Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien terbuka.
 Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien yang berisiko untuk
mengalami cedera tulang belakang.
 Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuai indikasi :
 Chin lift/jaw thrust
 Lakukan suction (jika tersedia)
 Oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway, Laryngeal Mask Airway
 Lakukan intubasi

b) Pengkajian Breathing (Pernafasan)


Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan jalan nafas
dan keadekuatan pernafasan pada pasien. Jika pernafasan pada pasien tidak
memadai, maka langkah-langkah yang harus dipertimbangkan adalah:
dekompresi dan drainase tension pneumothorax/haemothorax, closure of open
chest injury dan ventilasi buatan (Wilkinson & Skinner, 2000).

4
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien antara lain :
 Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi pasien.
 Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda sebagai
berikut : cyanosis, penetrating injury, flail chest, sucking chest wounds, dan
penggunaan otot bantu pernafasan.
 Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga, subcutaneous
emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis haemothorax dan pneumotoraks.
 Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.
 Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika perlu.
 Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut mengenai karakter
dan kualitas pernafasan pasien.
 Penilaian kembali status mental pasien.
 Dapatkan bacaan pulse oksimetri jika diperlukan
 Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau oksigenasi:
 Pemberian terapi oksigen
 Bag-Valve Masker
 Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan yang benar), jika
diindikasikan
 Catatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced airway procedures
 Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya dan berikan terapi sesuai
kebutuhan.

Pengkajian Circulation

Shock didefinisikan sebagai tidak adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan.
Hipovolemia adalah penyebab syok paling umum pada trauma. Diagnosis shock didasarkan
pada temuan klinis: hipotensi, takikardia, takipnea, hipotermia, pucat, ekstremitas dingin,
penurunan capillary refill, dan penurunan produksi urin. Oleh karena itu, dengan adanya
tanda-tanda hipotensi merupakan salah satu alasan yang cukup aman untuk mengasumsikan
telah terjadi perdarahan dan langsung mengarahkan tim untuk melakukan upaya
menghentikan pendarahan. Penyebab lain yang mungkin membutuhkan perhatian segera

5
adalah: tension pneumothorax, cardiac tamponade, cardiac, spinal shock dan anaphylaxis.
Semua perdarahan eksternal yang nyata harus diidentifikasi melalui paparan pada pasien
secara memadai dan dikelola dengan baik (Wilkinson & Skinner, 2000)..
Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi pasien, antara lain :
 Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan.
 CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan.
 Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan pemberian penekanan
secara langsung.
 Palpasi nadi radial jika diperlukan:
 Menentukan ada atau tidaknya
 Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)
 Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)
 Regularity
 Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia (capillary refill).
 Lakukan treatment terhadap hipoper

Konsep Kegawatdarurat Manajemen Perawatan di IGD , ICU , ICCU , NICU , dan


PICU
Proses Keperawatan Gawat Darurat

a. Waktu yang terbatas


b. Kondisi klien yang memerlukan bantuan segera
c. Kebutuhan pelayanan yang definitif di unit lain (OK,
ICU)
d. Informasi yang terbatas
e. Peran dan sumber daya

ICU ( Intensive Care Unit )

Merupakan ruang perawatan intensif dengan peralatan khusus dan staf khusus untuk
menanggulangi pasien gawat karena penyakit, trauma atau komplikasi lain.

6
NICU ( Neonate Intensive Care Unit )

Merupakan unit perawatan intensif untuk bayi baru lahir ( neonatus ) yang
memerlukan perawatan khusus misalnya berat badan rendah, fungsi pernafasan
kurang sempurna, prematur, mengalami kesulitan dalam persalinan, menunjukkan
tanda tanda mengkuatirkan dalam beberapa hari pertama kehidupan, yang
diperuntukan untuk bayi baru lahir sampai usia 28 hari.

PICU ( Paediatric Intensive Care Unit )

Merupakan unit perawatan intensif untuk anak-anak, adalah ICU untuk anak dengan usia 29 hari
sampai 18 tahun. Sama seperti pemantauan dan tindakan invasif dan non-invasif yang dapat
dilakukan di ICU dewasa,semua hal tersebut dapat dilakukan di NICU/PICU. Pada awalnya
NICU/PICUdiperkenalkan pada awal abad ke-20 untuk menolong bayi-bayi premature

ICCU ( Intensif Coronary Care Unit )

Merupakan unit perawatan intensif untuk penyakit jantung, terutama penyakit


jantung koroner, serangan jantung, gangguan irama jantung yang berat, gagal
jantung

UGD (Unit Gawat Darurat)


UGD merupakan unit atau bagian yang memberikan pelayanan gawat darurat
kepada masyarakat yang menderita penyakit akut atau mengalami kecelakaan. Seperti
pada kasus diatas pada klien A, ia mengalami suatu kecelakaan yang mengakibatkan
cedera tulang belakang dengan demikian yang meski dibawa ke UGD adalah yang klien
A yang mengalami kecelakaan tersebut.

Sistem Informasi Atau Komunikasi dan


Transfortasi Pasien Gawat atau Kritis di Semua
area Pelayanan

7
Transportasi Gawat Darurat :

Setelah penderita diletakan diatas tandu (atau Long Spine Board bila diduga patah tulang
belakang) penderita dapat diangkut ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan dilakukan Survey
Primer, Resusitasi jika perlu.

Mekanikan saat mengangkat


tubuh gawat darurat

Tulang yang paling kuat ditubuh manusia adalah tulang panjang dan yang paling kuat
diantaranya adalah tulang paha (femur). Otot-otot yang beraksi pada tutlang tersebut juga paling
kuat.
Dengan demikian maka pengangkatan harus dilakukan dengan tenaga terutama pada paha
dan bukan dengan membungkuk angkatlah dengan paha, bukan dengan punggung.
Alat Ekstriksi dan Transportasi.E x t r i c a t i o n ( e k s t r i k a s i ) a d a l a h t e k n i k -
t e h n i k y a n g d i l a k u k a n u n t u k m e l e p a s k a n penderita dari jepitan dan kondisi
medan yang sulit dengan mengedepankan prinsips t a b i l i s a s i A B C D . E k s t r i k a s i d a p a t
d i l a k u k a n s e t e l a h k e a d a a n a m a n b a g i p e t u g a s penolong, dan seringkali memerlukan
hal-hal yang bersifat rescue untuk mempermudah pertolongan yang akan dilakukan dan
membebaskan benda-benda yangmempersulit pelaksanaan ekstrikasi contohnya
memotong pintu kendaraan, membukakap kendaraan, mengangkat korban dari dasar
atau tepi jurang, menolong korban terjun payung yang tersangkut di gedung atau pohon
yang tinggi dsb.

Resusitasi Jantung Paru (RJP) / Kardio


Pulmonari Racusitations (CPR)

8
Pengertian Resusitasi
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah upaya mengembalikan fungsi nafas dan atau sirkulasi yang
berhenti oleh berbagai sebab dan boleh membantu memulihkan kembali kedua-dua fungsi
jantung dan paru ke keadaan normal. Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat
akibat kegagalan sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah
kematian biologis (CPR / RJP-Resusitasi Jantung Paru pada orang dewasa terbaru adalah 30
kompresi pada jantung CPR (Cardio pulmonary Resucitation)/RJP (Resusitasi Jantung – Paru)
adalah hal yang penting diketahui tenaga kesehatan, termasuk perawat dalam menyelamatan
pasien kegawat daruratan di RS ataupun di luar RS.

CPR/RJP merupakan tehnik dasar untuk safe and rescue jika terdapat korban yang mengalami
henti jantung mendadak (cardiac arrest) atau henti napas (misalnya : near drowning). RJP
dilakukan dengan 2 prinsip bantuan napas mulut ke mulut (mouth-to-mouth rescue breathing)
dan kompresi jantung (chest compression), sampai pasien respon positif atau bantuan ambulance
datang.
Tujuan
• Mengembalikan fungsi pernafasan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) atau henti jantung
(cardiac arrest) pada orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab yang memungkinkan untuk
hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali.

• Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (nafas).

• Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkukasi (fungsi jantung) dan ventilasi (fungsi
pernafasan/paru) pada pasien/korban yang mengalami henti jantung atau henti nafas melalui
Cardio Pulmonary Resuciation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP).

Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Pada


Pasien Kegagalan Pernafasan akut

9
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi
darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh
masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997)
Gagal nafas adalah suatu kegawatan yang disebabkan oleh gangguan pertukaran oksigen dan
karbondioksida, sehingga sistem pernafasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh. (Staf
pengajar ilmu kesehatan anak, 1985)
Gagal nafas adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi hipoksemia, hiperkapnea
(peningkatan konsentrasi karbondioksida arteri), dan asidosis

PENTALAKSANAAN

• Terapi oksigen
Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal prong
• Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP
• Inhalasi nebuliser
• Fisioterapi dada
• Pemantauan hemodinamik/jantung
• Pengobatan
a). Brokodilator
b). Steroid
• Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan

Monitoring Hemodinamik dan penatalaksanaan


ventilasi mekanik

Ventilasi mekanik (VM) adalah suatu alat yang mampu membantu (sebagian) atau mengambil
alih (semua) pertukaran gas paru untuk mempertahankan hidup.

Ventilasi mekanik biasa digunakan untuk meningkatkan ventilasi alveolar dengan demikian
mengurangi regangan pernafasan pada penderita yang pernah mengalami kegagalan pernapasan

10
Ventilator diklasifikasikan sesuai dengan cara mengakhiri fase inspirasi:

1. Volume-cycled mengakhiri fase inspirasi setelah memberikan sejumlah volume udara praset
tertentu.
2. Pressure-cycled mengakhiri fase inspirasi setelah memberikan sejumlah tekanan praset tertentu.
3. Time-cycled mengahiri fase inspirasi setelah praset waktu tertentu.

Dua pembagian dasar ventilator, yaitu:

1. ventilator tekanan negative.


2. Ventilator tekanan positif.

1. Ventilator tekanan negative.

 Membantu lingkungan negative sekeliling dada, mengakibatkan udara masuk paru.

2. Ventilator tekanan positif.

 Membantu tekanan positif dalan jalan nafas sehingga udara masuk paru.
 Ada 2 kelompok, yaitu: (1) ventilator yang memberi gas dengan volume besar, tekanan
tinggi dan frekuensi rendah (ventilator biasa), (2) ventilator dengan volume kecil, tekanan
rendah, memakai frekuensi tinggi (high frequency ventilator).

Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
Pada pasien Shock

Penatalaksanaan Syok Hipovolemik


Pasang satu atau lebih jalur infus intravena no. 18/16. Infus dengan cepat larutan kristaloid atau
kombinasi larutan kristaloid dan koloid sampai vena (v. jugularis) yang kolaps terisi. Sementara,
bila diduga syok karena perdarahan, ambil contoh darah dan mintakan darah. Bila telah jelas ada
peningkatan isi nadi dan tekanan darah, infus harus dilambatkan. Bahaya infus yang cepat adalah

11
udem paru, terutama pasien tua. Perhatian harus ditujukan agar jangan sampai terjadi kelebihan
cairan. Pemantauan yang perlu dilakukan dalam menentukan kecepatan infus: Nadi: nadi yang
cepat menunjukkan adanya hipovolemia. Tekanan darah: bila tekanan darah < 90 mmHg pada
pasien normotensi atau tekanan darah turun > 40 mmHg pada pasien hipertensi, menunjukkan
masih perlunya transfusi cairan. Produksi urin. Pemasangan kateter urin diperlukan untuk
mengukur produksi urin. Produksi urin harus dipertahankan minimal 1/2 ml/kg/jam. Bila kurang,
menunjukkan adanya hipovolemia. Cairan diberikan sampai vena jelas terisi dan nadi jelas
teraba. Bila volume intra vaskuler cukup, tekanan darah baik, produksi urin < 1/2 ml/kg/jam, bisa
diberikan Lasix 20-40 mg untuk mempertahankan produksi urine. Dopamin 2–5 µg/kg/menit
bisa juga digunakan pengukuran tekanan vena sentral (normal 8–12 cmH2O), dan bila masih
terdapat gejala umum pasien seperti gelisah, rasa haus, sesak, pucat, dan ekstremitas dingin,
menunjukkan masih perlu transfusicairan

Penatalaksanaan Medis Syok Kardiogenik

Patikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan intubasi. 2. Berikan oksigen
8 – 15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk mempertahankan PO2 70 – 120 mmHg 3.
Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada harus diatasi dengan
pemberian morfin. 4. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang
terjadi. 5. Bila mungkin pasang CVP. 6. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk
menelitihemodinamik.

Syok Obstruktif.
Syok obstruktif adalah syok yang diakibatkan oleh gangguan pengisian
pada ventrikel kanan maupun kiri yang dalam keadaan berat bisa
menyebabkan penurunan Cardiaac Output. Hal ini biasa terjadi pada
obstruksi vena cava, emboli pulmonal, pneumotoraks, gangguan pada
pericardium (misalnya : tamponade jantung) ataupun berupa atrial
myxoma.

12
Syok Distributif.
Syok distributive adalah syok yang diakibatkan oleh adanya gangguan pada
distribusi volume sirkulasi, baik karena perubahan resistensi pembuluh darah
ataupun akibat perubahan permeabilitasnya. Hal ini biasa terjadi pada keadaan
sepsis, anafilaktik ataupun neurogenik.

Penatalaksanaan kegawatdaruratan Asuhan


Keperawatan pada pasien cidera kepala.

PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA RINGAN (GCS 13–15)

1. Observasi atau dirawat di rumah sakit bila CT Scan tidak ada atau hasil CT Scan
abnormal, semua cedera tembus, riwayat hilang kesadaran, sakit kepala sedang–berat,
pasien dengan intoksikasi alkohol/obat-obatan, fraktur tengkorak, rinorea-otorea, cedera
penyerta yang bermakna, tidak ada keluarga yang di rumah, tidak mungkin kembali ke
rumah sakit dengan segera, dan adanya amnesia. Bila tidak memenuhi kriteria rawat
maka pasien dipulangkan dengan diberikan pengertian kemungkinan kembali ke rumah
sakit bila dijumpai tanda-tanda perburukan.
2. Observasi tanda vital serta pemeriksaan neurologis secara periodik setiap ½- 2 jam.
3. Pemeriksaan CT Scan kepala sangat ideal pada penderita CKR kecuali memang sama
sekali asimtomatik dan pemeriksaan neurologis normal.

PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA SEDANG (GCS 9-12)

1. Dirawat di rumah sakit untuk observasi, pemeriksaan neurologis


secara periodik.
2. Bila kondisi membaik, pasien dipulangkan dan kontrol kembali, bila
kondisi memburuk dilakukan CT Scan ulang dan penatalaksanaan
sesuai protokol cedera kepala berat.

PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA BERAT (GCS <= 8)

1. Pastikan jalan nafas korban clear (pasang ET), berikan oksigenasi 100% dan jangan
banyak memanipulasi gerakan leher sebelum cedera cervical dapat disingkirkan.

13
2. Berikan cairan secukupnya (ringer laktat/ringer asetat) untuk resusitasi korban agar tetap
normovolemia, atasi hipotensi yang terjadi dan berikan transfusi darah jika Hb kurang
dari 10 gr/dl.
3. Periksa tanda vital, adanya cedera sistemik di bagian anggota tubuh lain, GCS dan
pemeriksaan batang otak secara periodik.
4. Berikan manitol iv dengan dosis 1 gr/kgBB diberikan secepat mungkin pada penderita
dengan ancaman herniasi dan peningkatan TIK yang mencolok.
5. Berikan anti edema cerebri: kortikosteroid deksametason 0,5 mg 3×1, furosemide diuretik
1 mg/kg BB tiap 6-12 jam bila ada edema cerebri, berikan anti perdarahan.
6. Berikan obat-obatan neurotonik sebagai obat lini kedua, berikan anti kejang jika
penderita kejang, berikan antibiotik dosis tinggi pada cedera kepala terbuka, rhinorea,
otorea.
7. Berikan antagonis H2 simetidin, ranitidin iv untuk mencegah perdarahan gastrointestinal.
8. Koreksi asidodis laktat dengan natrium bikarbonat.
9. Operasi cito pada perkembangan ke arah indikasi operasi.
10. Fisioterapi dan rehabilitasi.

Keperawatam gawatdarurat pada


pasien dengan terauma spinal

Tujuan Penatalaksanaan adalah untuk mencegah cidera medulas


spinalis lebih lanjut dan untuk menopserpasi gejala perkembangan
deficit niurologis. Lakukan resusitasi sesuai kebutuhan dan
pertahankan ogsigenasi dan kesetabilan kardiopeskuler.

1. Berikan oksigen untuk mempertahankan PO2 ARTERIAL YANG


TINGGI
2. Terapkan perawatan yang sangan berhatihati untuk menghindari
fleksi atau extensi leher bila di perlukan intubasiendoprakeal
3. Pertimbangkan alat pacu diagfragma ( stimulasi listrik saraf frenikus
) untuk pasien dengan lesi serfikal yang tinggi

14
Penatalaksanaan Asuhan keperawatan
Gawatdarurat Pada pasien trauma
dada

Terdapat 3 mekanisme cedera dasar:

1. Deselerasi cepat ke depan (Rapid Forward


Deceleration)
2. Deselerasi cepat vertikal (Rapid Vertical
Deceleration)
3. Penetrasi proyektil (Projectile Penetration)

Tabrakan Kendaraan Bermotor

Berbagai bentuk perlukaan yang akan dijelaskan meliputi kecelakaan


mobil,sepeda motor,kendaraan lain.

Yang sering terjadi adalah Deselesari cepat ke depan yang disebabkan oleh
kecelakaan kendaraan bermotor.
Pada kecelakaan kendaraan bermotor,terdapat 3 hal yang perlu
diperhatikan,yaitu:

 Benturan mesin
 Benturan bodi
 Benturan organ

Tabrakan kendaraan bermotor bermotor terjadi dalam beberapa bentuk,tiap bentuk mempunyai
pola cederanya masing-masing.
Keempat bentuk kecelakaan yang umumnya terjadi adalah:

 Tabrak depan (The head on collision


 Tabrak samping (The T bone atau lateral compact collision)
 Tabrak belakang (The rear end collision)
 Terguling (The roalover collision)

15
Tabrak Depan
Pada jenis tabrakan ini,penumpang tanpa sabuk pengaman akan terhenti mendadak dan pemindahan
energi yang terjadi akan menimbulkan cedera ganda.

Cedera karena benturan kaca depan (Windshield Injuries)


Pada kejadian deselerasi cepat ke depan,penumpang akan membentur kaca depan,besar
kemungkinan terjadi cedera berat berupa gangguan jalan napas dan cedera tulang servikal. Pada
kejadian ini terdapat 3 akibat benturan yang perlu diperhatikan:
Cedera Dashboard (Dashboard Injuries)
Cedera ini terjadi p-ada penumpang yang tidak mengenakan sabuk pengaman. Dashboard dapat
menimbulkan bergai cedera,tergantung bagian tubuh mana yang membentur dashboard. Yang
sering terjadi adalah cedera yang mengenai muka dan lutut. Walaupun demikian berbagai cedera
dapat terjadi.
Berdasarkan konsep 3 benturan maka dapat dicatat:

1. Benturan mesin : kerusakan mobil


2. Benturan body : kerusakan dashboard
3. Benturan organ : trauma muka,trauma kepala coup/contracoup,hiperekstensi/fleksi tulang
leher,cedera lutut.

Tabrak Samping (T-Bone - Lateral Impact)


Mekanisme tabrak samping menyerupai tabrak depan,dengan tambahan pemindahan
energi ke samping. Dengan konsep 3 benturan didapatkan :

 Benturan mesin: kerusakan utama mobil,periksa benturan tempat mengemudi


dan penumpang
 Benturan bodi : kerusakan pintu (sandaran tangan bengkok,pintu
melengkung keluar atau ke dalam)
 Benturan organ (terdapat berbagai kemungkinan)

Primary Survey

A. Airway
Patensi airway dan ventilasi harus dinilai dengan mendengarkan gerakan udara pada
hidung penderita, mulut, dan dada serta dengan onspeksi pada daerah orofaring untuk
sumbatan airway oleh benda asing dan dengan mengobservasi retraksi otot-otot
interkostal dan supraklavikular.

16
Breathing
Walaupun jalan nafas sudah bersih dan paten, pernafasan masih mungkin belum adekuat.
Amati dada dan leher, harus dalam keadaan terbuka. Pergerakan penafasan dan kaulitas
pernafasan dinilai dengan observasi, palapasi, dan auskultasi. Jika perlu, ventilasi dibantu
dengan alat kantong berkatup yang dihubungkan dengan masker atau ETT.

Circulation
Denyut nadi penderita harus dinilai kualitas dan keteraturannya. Pada penderita hipovolemia,
denyut nadi arteri radialis dan arteri dorsalis pedis mungkin tidak teraba oleh karena volume
yang kecil. Tekanan darah dan tekanan nadi harus diukur dan sirkulasi perifer dinilai melalui
inspeksi dan palpasi kulit untuk warna dan temperature.

Survei sekunder

pengantar

Survei sekunder hanya akan dimulai setelah survei primer selesai dan anak tersebut stabil.
Terus pantau si anak

Kondisi kejiwaan,
Airway, laju pernafasan, saturasi oksigen,
Denyut jantung, tekanan darah, waktu pengisian kapiler.

Tension Pneumothorak

Adanya udara didalam cavum pleura mengakibatkan tension pneumothorak. Apabila ada
mekanisme ventil karena lubang pada paru maka udara akan semakin banyak pada sisi rongga
pleura, sehingga mengakibatkan :
a. Paru sebelahnya akan terekan dengan akibat sesak yang berat
b. Mediastinum akan terdorong dengan akibat timbul syok
c. Pada perkusi terdengar hipersonor pada daerah yang cedera, sedangkan
d. pada auskultasi bunyi vesikuler menurun.

17
Hematothorak
Pada keadaan ini terjadi perdarahan hebat dalam rongga dada.
Ada perkusi terdengar redup, sedang vesikuler menurun pada
auskultasi.

Flail Chest
Tulang iga patah pada 2 tempat pada lebih dari 2 iga sehingga ada satu segmen
dinding dada yang tidak ikut pada pernafasan. Pada ekspirasi segmen akan
menonjol keluar, pada inspirasi justru masuk kedalam yang dikenal dengan
pernafasan paradoksal.

Tamponade jantung
Luka tembus / tusuk jantung adalah penyebab kematian utama pada daerah
perkotaan.Tamponade jarang terjadi akibat trauma tumpul.

Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Trauma


Abdomen

Paksaan /benda tumpul


Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum.
Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik atau
pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera akibat berolahraga,
benturan, ledakan, deselarasi, kompresi atau sabuk pengaman. Lebih dari
50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.

18
Penetrasi (trauma tajam)
a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda
tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya
tim medis.
b. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan
melilitkan dengan kain kassa pada daerah antara pisau
untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka.
c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ
tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam
tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut
dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
d. Imobilisasi pasien.
e. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan
menekang.
g. Kirim ke rumah sakit.

Penatalaksanaan

TANDA DAN GEJALA TRAUMA ABDOMEN


 Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga
Peritoneum) :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri

1. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa, harus
mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian. Paramedik mungkin harus
melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus
segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak
berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas.

19
Dengan kontrol tulang belakang. Membukajalan napas menggunakan teknik ‘head tilt chin lift’
atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu,periksa adakah benda asing yang dapat
mengakibatkan tertutupnya jalan napas, muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.

Breathing

Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara ‘lihat –
dengar – rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak.
Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya
pernapasan).

Circulation

Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat,
maka bantuan napas dapatdilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi
jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali
kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).
Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul) :
a. Stop makanan dan minuman
b. Imobilisasi
c. Kirim kerumah sakit.

Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Gawatdarurat Pada


Cedera Muskulosletal

20
Penatalaksaan Medis
Penatalaksaan medis menurut menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi:
a. Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3
sampai 5 hari setelah infark serebral.
b. Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain
dalam sistem kardiovaskuler.
c. Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam
pembentukan thrombus dan embolisasi.

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


1) Diagnosa keperawatan pertama: perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan oedema
serebral.
Tujuan; kesadaran penuh, tidak gelisah
Kriteria hasil tingkat kesadaran membaik, tanda-tanda vital stabil tidak ada tanda-tanda peningkatan
tekanan intrakranial.
Intervensi;
 Pantau/catat status neurologis secara teratur dengan skala koma glascow
Rasional: Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran.
 Pantau tanda-tanda vital terutama tekanan darah
Rasional: autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan.
 Pertahankan keadaan tirah baring.
Rasional: aktivitas/ stimulasi yang kontinu dapat meningkatkan Tekanan Intra Kranial (TIK).
 Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikkan dan dalam posisi anatomis (netral).
Rasional: menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan meningkatkan
sirkulasi/ perfusi serebral.
 Berikan obat sesuai indikasi: contohnya antikoagulan (heparin)
Rasional: meningkatkan/ memperbaiki aliran darah serebral dan selanjutnya dapat mencegah
pembekuan..

21
Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk persendian
terhadap tulang lain. (Sjamsuhidajat,2011. Buku Ajar lImu Bedah, edisi 3,Halaman 1046)

Klasifikasi

Klasifikasi dislokasi menurut penyababnya (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol
3,Halaman 2356) adalah:

1. Dislokasi congenital, terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering
terlihat pada pinggul.
2. Dislokasi spontan atau patologik, akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi.
misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang
yang berkurang
3. Dislokasi traumatic, kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan
mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena
mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan
tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen,
syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.

Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini
disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan
pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan
embebatan yang terlalu kuat.

Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan pada


kasus Intoksikasi

MANIFESTASI
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara
pemberian,apakah melalui mata,paru,lambung atau melalui suntikan. Karena hal
ini mungkin mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu bahan
toksik,tetapi juga jenis dan kecepatan metabolismenya,pertimbangan lain meliputi
perbedaan respon jaringan.

22
PENGKAJIAN
Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan napas dan sirkulasi yang
mengancam jiwa, adaya gangguan asam basa, keadaan status jantung, status kesadaran. Riwayat
kesehatan : riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan,
ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan
terjadinya.

DIAGNOSIS YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan
2. Resiko kekurangan cairan tubuh.
3. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual,muntah
5. Perubahan perfusi berhubungan dengan efek toksik pada miokard
6. Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan depresi mekanisme suhu
tubuh
7. Cemas berhubungan dengan Tidak efektifnya koping individu.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan kasus keracunan adalah sebagai berikut :


1. Penatalaksanaan Kegawatan
Walaupun tidak dijumpai adanya kegawatan,setiap kasus keracunan harus diperlakukan
seperti keadaan kegawatan yang mengancam nyawa. Penilaian terhadap tanda-tanda Vital seperti
jalan napas, sirkulasi,dan penurunan kesadaran harus dilakukan secara cepat.
2. Resusitasi

23
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan nadi.Infus
dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit .,nafas buatan,oksigen,hisap lendir dalam saluran
pernafasan,hindari obat-obatan depresan saluran nafas,kalu perlu respirator pada kegagalan nafas
berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab racun organo fhosfat akan meracuni
lewat mlut penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask atau
menggunakan alat bag – valve – mask.

Envenomation

Pertolongan Pertama Pada Korban Terkena Gigitan


Binatang Berbisa

Contoh :

Kelabang atau Lipan (bahasa Inggris: centipede) merupakan hewan arthropoda yang tergolong
dari kelas Chilopoda dan upafilum Myriapoda. Kelabang adalah hewan metameric yang
memiliki sepasang kaki di setiap ruas tubuhnya. Hewan ini termasuk hewan yang berbisa, dan
termasuk hewan nokturnal.

- Efek Gigitan:

Gigitan kelabang meninggalkan bekas berupa sepasang luka, dan


menyebabkan pembengkakan, rasa sakit dan kemerahan di sekitar tempat
luka. Rasa terbakar, pegal dan sakit biasanya akan hilang dengan sendirinya
setelah 4-5 jam kemudian.

contoh keracunan sitotoksik Tanda dan gejala terkena gigitan binatang


berbisa

Gejala langsung dari racun sitotoksik:

* Nyeri lokal yang intens di lokasi gigitan yang - Pertolongan Pertama:


terjadi segera setelah envenomation / keracunan.
* Pembengkakan bertahap terlihat menjadi lebih 1. Kompres dingin dan dicuci dengan obat antiseptik
jelas seiring berjalannya waktu.
* Mual dan muntah. 2. Kalau ada, cuci bekas gigitan dengan larutan pekat
* distinct metallic taste / Rasa logam yang garam inggris
berbeda terjadi segera setelah envenomation.
* Kehilangan Conciousness / kehilangan 3. Berikan obat pelawan rasa sakit
kesadaran .
4. Apabila penderita gelisah segera bawa ke dokter.
* Tubuh biasanya masuk ke keadaan
shock sebagai akibat dari envenomation yang 24
sering menyebabkan gejala panik pada korban.
Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi menjadi perawatan di


lapangan dan manajemen di rumah sakit

a. Perawatan di Lapangan

Seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk mempertahankan pasien
sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering penatalaksanaan dengan autentisitas yang
kurang lebih memperburuk daripada memperbaiki keadaan, termasuk membuat insisi pada luka
gigitan, menghisap dengan mulut, pemasangan turniket, kompres dengan es, atau kejutan listrik.
Perawatan di lapangan yang tepat harus sesuai dengan prinsip dasar emergency life support.
Pertolongan pertama, pastikan daerah sekitar aman dan ular telah pergi segera cari pertolongan
medis jangan tinggalkan korban. Selanjutnya lakukan prinsip RIGT, yaitu:

R: Reassure: Yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istirahatkan korban,


kepanikan akan menaikan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih
cepat menyebar ke tubuh. Terkadang pasien pingsan/panik karena kaget.

I: Immobilisation: Jangan menggerakan korban, perintahkan korban untuk tidak


berjalan atau lari. Jika dalam waktu 30 menit pertolongan medis tidak datang,
lakukan tehnik balut tekan (pressure-immoblisation) pada daerah sekitar gigitan
(tangan atau kaki) lihat prosedur pressure immobilization (balut tekan).

• G: Get: Bawa korban ke rumah sakit sesegera dan seaman mungkin.

• T: Tell the Doctor: Informasikan ke dokter tanda dan gejala yang muncul ada korban.

Tenangkan pasien untuk menghindari hysteria selama implementasi ABC (Airway, Breathing,
Circulation); pertolongan pertama :

• Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit dan
menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka habis.

• Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat ditangani secara
efektif di instalasi gawat darurat. Batasi aktivitas dan imobilisasi area yang terkena (umumnya
satu ekstrimitas), dan tetap posisikan daerah yang tergigit berada di bawah tinggi jantung untuk
mengurangi aliran bisa.

25
• Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti petunjuk penggunaan. Alat
penghisap tekanan-negatif dapat memberi beberapa keuntungan jika digunakan dalam beberapa
menit setelah envenomasi. Alat ini telah direkomendasikan oleh banyak ahli di masa lalu, namun
alat ini semakin tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara signifikan, dan mungkin alat
penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal.

• Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang dapat menghambat aliran
darah jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai longgar untuk mengurangi pergerakan dari
area yang tergigit.

• Monitor tanda-tanda vital korban — temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas, dan tekanan
darah – jika mungkin. Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu jika sewaktu-waktu menjadi
membutuhkan intubasi.

• Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang mengigit
kemungkinan berbisa.

• Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan aman ke
fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak berbahaya (tidak berbisa).
Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis ular, tapi lakukan jika tanpa resiko yang
signifikan terhadap adanya gigitan sekunder atau jatuhnya korban lain. Jika aman, bawa serta
ular yang sudah mati. Hati-hati pada kepalanya saat membawa ular – ular masih dapat mengigit
hingga satu jam setelah mati (dari reflek). Ingat, identifikasi yang salah bisa fatal. Sebuah gigitan
tanpa gejala inisial dapat tetap berbahaya atau bahkan fatal.

• Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat darurat akan
lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika memasang bidai, ingat untuk memastikan
luka tidak cukup bengkak sehingga menyebabkan bidai menghambat aliran darah. Periksa untuk
memastikan jari atau ujung jari tetap pink dan hangat, yang berarti ekstrimitas tidak menjadi
kesemutan, dan tidak memperburuk rasa sakit.

• Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek mayor dari luka
lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi dengan tekanan. Teknik ini terutama
digunakan untuk gigitan oleh elapid Australia atau ular laut. Balutkan perban pada luka gigitan
dan terus sampai ke bagian atas ekstremitas dengan tekanan seperti akan membalut pergelangan
kaki yang terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan tetap
memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini membantu mencegah efek
sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi juga bisa memperburuk kerusakan lokal pada
sisi gigitan jika gejala yang signifikan terdapat di sana.

Penatalaksanaan selanjutnya

26
• Margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 78.0pt; margin-right: 0cm;
margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"> 5) ABU 2 flacon dalam NaCl
diberikan per drip dalam waktu 30 – 40 menit.

• Heparin 20.000 unit per 24 jam.

• Monitor diathese hemorhagi setelah 2 jam, bila tidak membaik, tambah 2 flacon ABU lagi.
ABU maksimal diberikan 300 cc (1 flacon = 10 cc).

• Bila ada tanda-tanda laryngospasme, bronchospasme, urtikaria atau hipotensi berikan


adrenalin 0,5 mg IM, hidrokortisone 100 mg IV.

Immobilisation: Jangan menggerakan korban,


perintahkan korban untuk tidak berjalan atau
lari. Jika dalam waktu 30 menit pertolongan
medis tidak datang, lakukan tehnik balut tekan
(pressure-immoblisation) pada daerah sekitar
gigitan (tangan atau kaki) lihat prosedur
pressure immobilization (balut tekan).

Kegawatdaruratan
Obstetri

Pengertian Kegawatdaruratan Obstetri Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan


dan dekat cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus,

27
mola hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan pada minggu
akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri,
perdarahan persalinan per vagina setelah seksio sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet),
perdarahan pasca persalinan, hematoma, dan koagulopati obstetri. Jenis-jenis Kegawatdaruratan
Obstetri Yang termasuk kegawatdaruratan obstetrik , yaitu : 1. Abortus Abortus adalah
pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya kurang dari 20 minggu. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan adanya amenore, tanda-tanda kehamilan, perdarahan hebat per vagina,
pengeluaran jaringan plasenta dan kemungkinan kematian janin.Pada abortus septik, perdarahan
per vagina yang banyak atau sedang, demam (menggigil), kemungkinan gejala iritasi
peritoneum, dan kemungkinan syok.

Hepotermi dan
Hipertermi

Hipotermia dapat terjadi setiap saat Hipertermia adalah peningkatan suhu


apabila suhu disekeliling bayi rendah tubuh di atas titik pengaturan
dan upaya mempertahankan suhu hipotalamus bila mekanisme
tubuh tetap hangat tidak diterapkan pengeluaran panas terganggu (oleh obat
secara tepat, terutama pada masa dan penyakit) atau dipengarhui oleh
stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama, panas eksternal (lingkungan) atau
setelah lahir. Misalnya bayi baru lahir internal (metabolik)
dibiarkan basah dan telanjang selama
menunggu plasenta lahir atau
meskipun lingkungan sekitar bayi
cukup hangat namun bayi dibiarkan
telanjang atau segera dimandikan.

28
Penanganan

Penanganan Hipermia Bayi Baru Lahir

o Bayi dipindahkan ke ruangan yang sejuk dengan suhu kamar seputar


26°C- 28°C

o Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai suhu bayi normal
(jangan menggunakan es atau alcohol)

o Berikan cairan dektrose NaCl = 1 : 4 secara intravena dehidrasi


teratasi

o Antibiotic diberikan apabila ada infeksi

Tindakan Pada Hipotermia

Segera hangatkan bayi apabila tersedia alat yang canggih seperti incubator,
gunakan incubator sesuai dengan ketentuan.

Cara lain adalah disesuaikan dengan tingkatan hipotermia :

1. Hipotermia sedang

a. Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih, dan hangat

b. Segera hangatkan tubuh dengan metode kanguru

c. Ulangi, sampai panas tubuh ibu menghangatkan tubuh bayi tubuh bayi
menjadi hangat

d. Cegah bayi kehilangan panas.

e. Beri ASI sedini mungkin,

f. Setelah tubuh bayi menjadi hangat, nasehati ibu cara merawat bayi di rumah

– Pencegahan hipotermia.

– Menyusui secara eksklusif.

– Pencegahan infeksi.

g. Anjurkan ibu kontrol bayinva setalah 2 hari.

29
Hipotermia berat

a. Keringkan tubuh bayi dengan handuk kering, bersih dan hangat.

b. Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila perlu ibu dan bayi
berada dalam satu selimut / kain hangat yang disertai terlebih dahulu.

c. Bila selimut mulai dingin segera ganti dengan yang hangat.

d. Cegah bayi kehilangan panas dengan:

– Memberi tutup kepala / topi bayi.

– Mengganti kain / pakaian / popok yang basah dengan yang kering dan hangat.

e. Beri ASI sedini mungkin dan lebih sering selama bayi menginginkan.

f. Segera rujuk ke rumah sakit terdekat.

Pertolongan Ketika Korban Berada dalam Air


1. Penolong mengaktifkan sistem bentuan medis darurat
2. Penolong menilai respon dan pernapasan korban

o Bila sadar, korban harus dibawa ke darat dan bantuan hidup dasar harus segera
dilakukan.
o Bila korban tidak sadar, tindakan resusitasi berupa pemberian napas (ventilasi)
buatan di dalam air akan tiga kali meningkatkan kemungkinan pasien selamat,
namun harus dilakukan oleh penolong yang terlatih. Tindakan kompresi dada di
dalam air tidak efektif. Korban biasanya akan berespon setelah pemberian beberapa
napas buatan. Bila tidak respons, kemungkinan korban mengalami henti jantung dan
harus dikeluarkan dari air atau dibawa ke darat untuk dilakukan resusitasi jantung
paru yang efektif.
3. Imobilisasi leher hanya diindikasikan pada korban yang dicurigai mengalami cedera
kepala leher, seperti pada kecelakaan saat menyelam, ski air, selancar air, atau kapal.

30
Posisi diupayakan ventrikal dan pertahankan jalan napas terbuka agar mencegah
muntah dan aspirasi air dan isi lambung.

Pertolongan Awal di Darat (Setelah korban


dikeluarkan dari dalam air)
1. Penolong membuat posisi korban terlentang
2. Penolong memeriksa respon dan pernapasan korban

o Bila tidak sadar namun masih bernapas, korban dibuat dalam posisi pemulihan
(lateral decubitus)
o Bila tidak bernapas, korban diberikan napas bantuan. Pada tenggelam korban dapat
gasping atau apneu namun jantung tetap berdetak. Henti jantung pada korban
tenggelam terjadi karena kekurangan oksigen sehingga urutan RJP mengikut urutan
ABC (airway, breathing, circulation) bukan CAB (circulation, airway, breathing).
Penolong memberikan napas bantuan 5 kali, lalu diikuti kompresi dada 30 kali,
selanjutnya napas bantuan 2 kali dan kompresi dada 30 kali

Pertolongan Ketika Korban Berada dalam Air


1. Penolong mengaktifkan sistem bentuan medis darurat
2. Penolong menilai respon dan pernapasan korban

o Bila sadar, korban harus dibawa ke darat dan bantuan hidup dasar harus segera
dilakukan.
o Bila korban tidak sadar, tindakan resusitasi berupa pemberian napas (ventilasi)
buatan di dalam air akan tiga kali meningkatkan kemungkinan pasien selamat,
namun harus dilakukan oleh penolong yang terlatih. Tindakan kompresi dada di
dalam air tidak efektif. Korban biasanya akan berespon setelah pemberian beberapa
napas buatan. Bila tidak respons, kemungkinan korban mengalami henti jantung dan
harus dikeluarkan dari air atau dibawa ke darat untuk dilakukan resusitasi jantung
paru yang efektif.
3. Imobilisasi leher hanya diindikasikan pada korban yang dicurigai mengalami cedera
kepala leher, seperti pada kecelakaan saat menyelam, ski air, selancar air, atau kapal.
Posisi diupayakan ventrikal dan pertahankan jalan napas terbuka agar mencegah
muntah dan aspirasi air dan isi lambung.

31
JURNAL TERLAMPIR

32

Anda mungkin juga menyukai