ELISA APRIANA
P18.07.11
2019
I. KONSEP MASA NIFAS
A. DEFINISI
Masa nifas ( puerperium ) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 –
8 minggu. (Rustam Mochtar,2010 )
Masa nifas adalah periode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika alat –
alat reproduksi tengah kembali kepada kondisi normal. ( Barbara F. weller 2012 )
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan
alat - alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari
24 jam. (Abdul Bari Saifuddin,2009 )
b. Ambulasi Dini
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing pasien
keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan. Ambulasi dini ini
tidak dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam
dan keadaan lain yang membutuhkan istirahat. Keuntungannya yaitu :
a. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
b. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.
c. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu mengenai cara
merawat bayinya.
d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia.
Ambulasi dini dilakukan secara perlahan namun meningkat secara berangsur-
angsur, mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke jam sampai hitungan hari hingga
pasien dapat melakukannya sendiri tanpa pendamping sehingga tujuan
memandirikan pasien dapat terpenuhi.
c. Eliminasi : Buang Air Kecil dan Besar
Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah dapat buang air kecil.
Semakin lama urine ditahan, maka dapat mengakibatkan infeksi. Maka dari itu bidan
harus dapat meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil, karena biasany ibu malas
buang air kecing karena takut akan merasa sakit. Segera buang air kecil setelah
melahirkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi post partum.
Dalam 24 jam pertama , pasien juga sudah harus dapat buang air besar. Buang air
besar tidak akan memperparah luka jalan lahir, maka dari itu buang air besar tidak
boleh ditahan-tahan. Untuk memperlancar buang air besar, anjurkan ibu untuk
mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum air putih.
d. Kebersihan Diri
Bidan/perawat harusbijaksana dalam memberikan motivasi ibu untuk melakukan
personal hygiene secara mandiri dan bantuan dari keluarga. Ada beberapa langkah
dalam perawatan diri ibu post partum, antara lain :
a) Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada
bayi.
b) Membersihakan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu dari daerah depan
ke belakang, baru setelah itu anus.
c) Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.
d) Mencuci tangan denag sabun dan air setiap kali selesai membersihkan daerah
kemaluan
e) Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh daerah luka agar
terhindar dari infeksi sekunder.
e. Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup untuk memulihkan
kembali kekeadaan fisik. Kurang istirahat pada ibu post partum akan mengakibatkan
beberapa kerugian, misalnya :
a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
c) Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan diri sendiri.
Bidan/perawat harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga agar ibu
kembali melakukan kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan dan
bertahap. Namun harus tetap melakukan istirahat minimal 8 jam sehari siang dan
malam.
f. Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti
dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.
Tetapi banyak budaya dan agama yang melarang sampai masa waktu tertentu
misalnya 40 hari atau 6 mingggu setelah melahirkan. Namun kepiutusan itu
etrgantung pada pasangan yang bersangkutan.
g. Latihan / Senam Nifas
Agar pemulihan organ-organ ibu cepat dan maksimal, hendaknya ibu melakukan
senam nifas sejak awal (ibu yang menjalani persalinan normal). Berikut ini ada
beberapa contoh gerakan yang dapat dilakukan saat senam nifas :
a) Tidur telentang, tangan disamping badan. Tekuk salah satu kaki, kemudian
gerakkan ke atas mendekati perut. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali secara
bergantian untuk kaki kanan dan kkiri. Setelah itu, rileks selama 10 hitungan.
b) Berbaring telentang, tangan di atas perut, kedua kaki ditekuk. Kerutkan otot
bokong dan perut bersamaan dengan mengangkat kepala, mata memandang ke
perut selama 5 kali hitungan. Lakukan gerakan ini senbanyak 15 kali. Roleks
selama 10 hitungan.
c) Tidur telentang, tangan di samping badan, angkat bokong sambil
mengerutkan otot anus selama 5 hitungan. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali.
Rileks selama 10 hitungan.
d) Tidur telentang, tangan di samping badan. Angkat kaki kiir lurus keatas sambil
menahan otot perut. Lakukan gerakan sebanyak 15 kali hitungan,
bergantian dengan kaki kanan. Rileks selama 10 hitungan.
e) Tidur telentang, letakan kedua tangan dibawah kepala, kemudian bangun tanpa
mengubah posisi kedua kaki (kaki tetap lurus). Lakukan gerakan sebanyak 15 kali
hitungan, kemudian rileks selama 10 hitungan sambil menarik nafas panjang lwat
hidung, keluarkan lewat mulut.
i. Posisi badan nungging, perut dan paha membentuk sudu 90 derejat. Gerakan perut
keatas sambil otot perut dan anus dikerutkan sekuat mungkin, tahan selama 5
hitungan. Lakukan gerakan in sebanyak 15 kali, kemudian rileks selama 10 hitugan.
F. TANDA-TANDA BAHAYA
Ibu nifas dan keluarga harus mendatangi tenaga kesehatan jika ditemukan tanda – tanda
bahaya masa nifas seperti berikut ini :
a. Perdarahan Pervaginam.
b. Sakit kepala yang hebat
c. Pembengkakan di wajah,tangan dan kaki
d. Payudara yang berubah merah, panas, dan terasa sakit
e. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia mudah mengalami infeksi.
f. Infeksi Bakteri
g. Demam, muntah dan nyeri berkemih.
h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
i. Kram perut
j. Merasa sangat letih atau napas terengah – engah
k. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung (Winkjosastro, 2011)
anak.
J. WOC (Wed Of Caution)
Persalinan
Normal
Resti Infeksi
kemih
2) Dx 2
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai
kepuasan menyusui dengan criteria evaluasi : ibu mengungkapkan proses situasi
menyusui, bayi mendapat ASI yang cukup.
Intervesi :
a. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui
sebelumnya.
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar
memberikan intervensi yang tepat.
b. Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional : posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang
dapat merusak dan mengganggu.
c. Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
Rasional : agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal.
3) Dx 3
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cedera pada ibu tidak
terjadi dengan criteria evaluasi : ibu dapat mendemonstrasikan prilaku unsure
untuk menurunkan faktor risiko/melindungi harga diri bebas dari komplikasi.
Intervensi :
a. Tinjau ulang kadar Hb dan kehilangan darah waktu melahirkan observasi dan
catat tanda anemia.
Rasional : dapat mengetahui kesenjangan kondisi ibu dan intervensi yang
cepat dan tepat
b. Anjurkan mobilitas dan latihan dini secara bertahap
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan aliran darah ke ekstremitas bawah
c. Kaji ada hiperfleksia sakit kepala atau gangguan penglihatan
Rasional : bahaya eklamsi ada diatas 72 jam post partum sehingga dapat
diketahui dan diinteraksikan
4) Dx 4
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi dengan
KE : dapat mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi, tidak
terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
a. Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan
episiotomi.
Rasional : untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan mengintervensi
dengan tepat.
Rasional : pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan media yang
5) Dx 5
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan ibu tidak mengalami gangguan
eliminasi (BAK) dengan KE : ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post
partum tidak merasa sakit saat BAK, jumlah urine 1,5-2 liter/hari.
Intervensi :
c. Berikan teknik merangsang berkemih seperti rendam duduk, alirkan air keran.
Rasional : agar kencing yang tidak dapat keluar, bisa dikeluarkan sehingga
6) Dx 6
Tujuan : setelah diberikan askep ibu diharapkan tidak kekurangan volume cairan
dengan KE : cairan masuk dan keluar seimbang, Hb/Ht dalam batas normal (12,0-
16,0 gr/dL)
Intervensi :
mengontrol perdarahan.
7) Dx 7
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan konstipasi tidak terjadi pada ibu
dengan KE : ibu dapat BAB maksimal hari ke 3 post partum, feses lembek.
Intervensi :
8) Dx 8
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan keluarga dapat menerima perubahan
tersebut dengan KE : mengungkapkan masalah dan pertanyaan menjadi orang
tua, mendiskusikan peran orang tua secara realistik, secara aktif mulai melakukan
perawatan dengan tepat.
Intervensi :
9) Dx 9
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan pengetahuan ibu tentang perawatan
dini dan bayi bertambah dengan KE : mengungkapkan kebutuhan ibu pada masa
post partum dan dapat melakukan aktivitas yang perlu dilakukan dan alasannya
seperti perawatan bayi, menyusui, perawatan perinium.
Intervensi :
a. Berikan informasi tentang perawatan dini (perawatan perineal) perubahan
fisiologi, lochea, perubahan peran, istirahat, KB.
10) Dx 10
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan gerak dan aktivitas terkoordinasi
dengan KE : sudah tidak nyeri pada luka jahitan saat duduk, luka jahitan perinium
sudah tidak sakit (nyeri berkurang).
Intervensi :
aktivitas.
5. EVALUASI
Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid I. Jakarta : Media Sudi Amus (08095)
Diposkan oleh Diary of Effata Zebaoth di 00.45
Cardenito, L.J. 2012. Buku Saku Doagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, M.E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta : EGC
Ida Bagus Gde Manuaba. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan
Bidan : Jakarta EGC
Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid I. Jakarta : Media Sudi Amus (08095)
Diposkan oleh Diary of Effata Zebaoth di 00.45