PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Angka kematian ibu di indonesia masih cukup tinggi. salah satu penyebab
utama tinggi angka kematian ibu ini adalah pre-eklamsia/eklampsia. Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan terutama pada kehamilan pertama,
kehamilan kembar dan wanita yang berusia diatas usia 35 tahun. Selama
kehamilan, tanda-tanda pre-eklampsia ini harus dipantau terlebih pada wanita
yang berisiko terjadi pre-eklampsia pada kehamilannya ini. Tanda khas preeklampsia ini adalah tekanan darah tinggi, ditemukan protein dalam urine dan
oedema. Adapun gejala-gejala yang juga harus diketahui yaitu kenaikan BB
berlebihan, nyeri kepala yang hebat, muntah, gangguan penglihatan. Jika tandatanda tersebut terlambat dideteksi maka akan semakin parah dan keadaan paling
berat ini akan kejang, pasien yang akan mengalami kehilangan kesadaran, bahkan
sampai pada kematian karena kegagalan jantung, kegagalan ginjal, kegagalan hati
dan pendarahan otak.
Usia sebagai salah satu faktor predisposisi terjadinya pre-eklampsia dapat
menimbulkan kematian maternal. Wanita hamil diatas usia 35 tahun mengakat 3
kali lipat terjadinya pre-eklampsia. Jika tidak terdeteksi secara dini tentu kasus
pre-eklampsia ini akan berubah menjadi eklampsia yang harus mempunyai
penanganan yang lebih khusus.
Untuk mengatasi salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu-ibu
adalah pelayanan kesehatan prenatal yang baik dan tidak boleh menganggap
remeh jika menemukan salah satu tanda dari pre-eklampsia.
Jika kasus pre-eklampsia ini menjadi semakin berat dan tidak segera
ditangani lamanya akan berakibat buruk kondisi ibu dan janin, bahkan akan
berakibatkan kematian ibu dan janin.
B.
Rumusan Masalah
penatalaksanaan
preeklamsi
dan
eklamsi
(Medis
dan
Keperawatan)?
10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada preeklamsi dan eklamsi?
C.
Tujuan
Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah uuntuk mengetahui dan memahami
konsep ibu hamil, preeklamsi dan eklamsi serta askep tentang preeklamsi dan
eklamsi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Pre Eklamsi dan Eklamsi
2.1.1
dalam masa nifas yang terdiri dari trias, hypertensi proteinuria dan odema ibu
tersebut tidak menunjukkan hipertensi sebelumnya. (Mochtar Rustam, 1998 :
1999).
Pre eklampsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah persalinan. Sedangkan eklampsia adalah pre
eklampsia yang disertai kejang atau koma yang timbul bukan akibat kelainan
neurologi ( Mansjoer. 2000 ).
Preeklamsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi edema dan
protein usia yang timbul karena kehamilan dan umumnya terjadi dalam
triwulan ke 3 kehamilan (Sarwono, 2002).
Preeklamsia adalah suatu penyakit vasopastik, yang melibatkan banyak
sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria.(Irene
M.Bobak, 2004)
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008).
Preeklampsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang
ditandai dengan terjadinya hipertensi, edema, dan proteinuria tetapi tidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,
sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 20 minggu.
(Obgynacea, 2009)
Jadi preeklampsia adalah timbulnya sekumpulan gejala yang terdiri dari
hipertensi, proteinuria, edema bahkan kadang-kadang disertai konvulsi
sampai koma pada ibu hamil, bersalin dan nifas yang sebelumnya tidak
lemak. Peroksida lemak juga akan merusak nukleus dan protein sel
endotel.
b.) Disfungsi endotel
Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya
fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel
(Kartha, Sudira & Gunung 2000). Keadaan ini disebut disfungsi
endotel, yang akan menyebabkan terjadinya:
Gangguan metabolisme prostaglandin, yaitu menurunnya
produksi prostasiklin (PGE2), yang merupakan suatu
vasodilator kuat.
Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang
mengalami kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi
tromboksan (TXA 2) yaitu suatu vasokonstriktor kuat.
Dalam keadaan normal, kadar prostasiklin lebih banyak
daripada tromboksan. Sedangkan pada pre eklamsia
kadar tromboksan lebih banyak daripada prostasiklin,
sehingga
menyebabkan
vasonstriksi
yang
akan
(glomerular endoteliosis).
Peningkatan permeabilitas kapiler
Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, yaitu
endotelin. Kadar NO menurun, sedangkan endotelin
Refrakter
ini
terjadi
akibat
adanya
sintesis
pertama
akan
dapat
dibagi
menjadi
preeklampsia
ringan
dan
preeklampsia berat.
Pembagian preeklampsia menjadi berat dan ringan tidaklah berarti
adanya dua penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali ditemukan
penderita dengan preeklampsia ringan dapat mendadak mengalami
kejang dan jatuh dalam koma.
2010)
Klasifikasi
1. Preeklampsia ringan
Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan/ atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan. (Rukiyah, 2010)
2. Preeklampsia berat
Preeklampsia berat adalah komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai
proteinuria dan/ atau edema pada kehamilan 20 atau lebih.
(Rukiyah, 2010)
2.1.5
Manifestasi klinis
Menurut nanda, 2013 :
a. Pre eklamsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
Tekanan darah 140/ 90 mmHg atau lebih yang diukur pada
posisi berbaring terlentang, atau kenaikan diastolik 15
mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau
lebih.
Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka, atau kenaikan
pada epigastrium.
Terdapat edema paru dan sianosis.
Patofisiologi
2.1.7
Komplikasi
1. Pada ibu
Eklampsia
Solusio plasenta
Perdarahan sebkapsula hepar
Kelainan pembekuan darah (DIC)
Sindrom HELLP (hermolisis, elevated, liver, enzymes, dan
low platelet count)
Ablasio retina
Gagal jantung hingga shock dan kematian
2. Pada janin
Terlambatnya pertumbuhan dalam uterus
Prematur
asfiksia neonatrum
kematian dalam uterus
peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
10
trombosis
vena
sentral,
hipertensi
2.1.8
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )
Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 43 vol%)
Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 450 ribu/mm3 )
Urinalis ditemukan protein dalam urine.
b. Pemeriksaan Fungsi hati
1) Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
2) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
3) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
4) Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat
( N= 15-45 u/ml
5) Serum glutamat oxaloacetic transaminase ( SGOT )
meningkat ( N= <31 u/l
6) Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
c. Tes kimia darah
11
2.1.9
12
adalah suatu uji klinis acak yang disponsori oleh the National Institute of
Child Health and Human development. Dalam uji yang menggunakan
penyamar-ganda ini,4589 wanita nulipara sehat dibagi secara acak untuk
mendapat 2g suplemen kalsium atau plasebo.
Manipulasi diet lainya untuk mencegah preeklamsia yang telah diteliti
adalah pemberian empat sampai sembilan kapsul yang mengandung
minyak ikan setiap hari. Suplemen harian ini dipilih sebagai upaya untuk
memodifikasi keseimbangan prostaglandin yang diperkirakan berperan
dalam patofisiologi preeklamsia.
b. Aspirin dosis rendah
Dengan aspirin 60 mg atau plasebo yang diberikan kepada wanita
primigravida
peka-angiotensin
pada
usia
kehamilan
28
minggu.
14
pada
bulan
terakhir,
gunanya
adalah
untuk
menilai
injeksi 40 mg/im.
8. Antihipertensi diberikan bila :
a. Desakan darah sistolis lebih 180 mmHg, diastolis lebih 110 mmHg
atau MAP lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan
diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan
menurunkan perfusi plasenta.
b. Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada
umumnya.
c. Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat
diberikan obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu),
catapres injeksi. Dosis yangbiasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc
cairan infus atau press disesuaikandengan tekanan darah.
d. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan
tabletantihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam,
maksimal 4-5 kali.Bersama dengan awal pemberian sublingual
maka obat yang sama mulai diberikan secara oral. (Syakib Bakri,
1997)
9. Kardiotonika
Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan
digitalisasicepat dengan cedilanid.
10. Lain-lain :
16
b.
IM.
Dosis ulangan : diberikan 4 gram intramuskuler 40% setelah 6
jam pemberian dosis awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gram
IM setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3
c.
hari.
Syarat-syarat pemberian MgSO4 :
1. Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10%, 1
gram (10% dalam 10 cc) diberikan intravenous dalam 3
menit.
2. Refleks patella positif kuat
3. Frekuensi pernapasan lebih 16 kali per menit.
4. Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5
d.
cc/kgBB/jam).
MgSO4 dihentikan bila :
1. Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi,
refleks fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu, depresi
SSP, kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan
kematian karena kelumpuhan otot-otot pernapasan karena
ada serum 10 U magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7
17
18
dengan
mikroskop
elektron
disebabkan
oleh
Sel-sel
jukstaglomeruler
dengan
pembengkakan
tampak
membesar
sitoplasma
sel
dan
dan
19
retina. Ablasio retina juga dapat terjadi tetapi komplikasi ini prognosisnya baik
karena retina akan melekat lagi beberapa minggu post partum. Perdarahan dan
eksudat jarang ditemukan pada pre eklamsia, biasanya kelainan tersebut
menunjukkan adanya hipertensi menahun.
f. Paru-Paru
Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edemma dan perubahan karena
bronkopnemonia sebagai akibat aspirasi. Kadang kadang ditemukan abses paru
paru.
g. Jantung
Pada sebagian besar penderita yang mati karena eklamsi jantung biasanya
mengalami perubahan degeneratif pada miokardium. Sering ditemukan degenerasi
lemak dan cloudy swelling serta nekrosis dan pendarahan. Sheehan (1958)
menggambarkan
pendarahan
subendokardial
disebelah
kiri
septum
penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin sekali juga dengan
retensi air garam dan air. Mekanisme retensi garam dan air belum diketahui benar,
tetapi disangka akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi
glomerulus dan tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada kehamila normal
penyerapan ini meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan
filtrasi glomerulus akibat spasmus arterioles ginjal menyebabkan fltrasi natrium
melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi garm dan dengan
demikian juga retensi air. Peranan kelenjar adrenal dalam retensi garam dan air
belum diketahui benar. Fungsi ginjal pada pre eklampsia tampaknya agak
menurun bila dilihat dari clearance asam uric. Filtrasi glomerulus dapat turun
sampai 50% dari normal, sehingga menyebabkan dieresis turun; pada keadaan
lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.
c. Perubahan pada retina
Pada pre eklampsia tampak edema retina, spasmus setempat atau
enyeluruh pada satu atau beberapa arteri; jarang terlihat perdarahan atau eksudat.
Retinopatia arteriosklerotika menunjukkan penyakit vaskuler yang menahun.
Keadaan tersebut tak tampak pada pre eklampsia, kecuali bila terjadi atas dasar
hipertensi menahun atau penyakit ginjal. Spasmus arteri retina yang nyata
menunjukkan adanya pre eklampsia berat; walaupun demikian, vasopasmus
ringan tidak selalu menunjukkan pre eklampsia ringan. Pada pre eklampsia jarang
terjadi ablasio retina. Keadaan ini disertai dengan buta sekonyong-konyong.
Pelepasan retina disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk
pengakhiran kehamilan segera. Biasanya setelah persalinan berakhir. Retina
melekat lagi dalam 2 hari sampai 2 bulan. Gangguan penglihatan secara tetap
jarang ditemukan. Skotoma, diplopia dan ambliopia pada penderita pre eklampsia
merupakan gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini
disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri
atau dalam retina.
d. Perubahan pada Paru paru
21
peningkatan
protein
serum
dan
sering
bertambah
edema,
22
laktikum dan asam organic lain naik dan bikarbonas natrikus, sehingga
menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah kejangan, zat organic dioksida
sehingga natrium dilepaskan untuk dapat bereaksi dengan asam karbonik menjadi
bikarbonas natrikus. Dengan demikian cadangan alkali dapat pulih kembali. Oleh
beberapa penulis kadar asam urat dalam darah dipakai sebagai parameter untuk
menentukan proses pre eklampsia menjadi baik atau tidak. Pada keadaan normal
asam urat melewati glemorulus dengan sempurna untuk diserap kembali dengan
sempurna oleh tubulus kontorti proksimalis dan akhirnya dikeluarkan oleh tubulus
kontorti distalis. Tampaknya perubahan pada glomerulus dengan sempurna untuk
diserap kembali dengan sempurna oleh tubulus kontorti proksimalis dan akhirnya
dikeluarkan oleh tubulus kontorti distalis. Tampaknya perubahan pada glomerulus
menyebabkan filtrasi asam urat mengurang, sehingga kadarnya dalam darah
meningkat. Akan tetapi, kadar asam urat yang tinggi tidak selalu ditemukan.
Selanjutnya, pemakaian diuretika golongan tiazid menyebabkan kadar asam urat
meningkat. Kadar keratin dan ureum pada pre eklampsia tidak meningkat, kecuali
bila terjadi oliguria atau anuria. Protein serumtotal, perbandingan albumin
globulin dan tekanan osmotic plasma menurun pada pre eklampsia, kecuali pada
penyakit yang berat dengan hemokonsentrasi. Pada kehamilan cukup bulan kadar
fibrinogen meningkat dengan nyata. Kadar tersebut lebih meningkat lagi pada pre
eklampsia. Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang
dari 1 menit pada eklampsia.
7. Frekuensi
Ada yang melaporkan angka kejadian sebanyak 6% dari seluruh
kehamilan, dan 12% pada kehamilan primigravida. Menurut beberapa penulis lain
frekuensi dilaporkan sekitar 3-10%. Lebih banyak dijumpai pada primigravida
daripada
multigravida,
terutama
primigravida
usia
muda.
Faktor-faktor
2.2.1
Pengertian eklamsia
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan/ atau koma yang
timbul bukan akibat kelainan neurologi. (Mansjoer, 2001)
Eklamsia adalah suatu penyakit yang pada umumnya terjadi pada wanita
hamil atau nifas dengan tanda-tanda pre eklamsia. (Sarwono, 2005)
Eklamsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan pre eklamsia
yang tidak dapat disebabkan oleh hal lain. (Cunningham, 2005)
Eklamsia adalah pre eklamsia yang disertai kejang-kejang, kelainan akut pada
ibu hamil. (Maimunah, 2005)
Eklampsia adalah kelainan pada masa persalinan, atau masa nifas yang
ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan saraf) dan / atau
koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia.
(Nanda, 2013)
2.2.2
Etiologi
2.2.3
Manifestasi klinis
Gejala klinis Eklamsi adalah sebagai berikut:
1. Terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih
2. Terdapat tanda-tanda pre eklamsi ( hipertensi, edema, proteinuri,
sakit kepala yang berat, penglihatan kabur, nyeri ulu hati,
kegelisahan atu hiperefleksi)
3. Kejang-kejang
atau
koma
klonik
25
koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjamjam. Kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan
akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma.
e. Kadang kadang disertai dengan gangguan fungsi organ.
2.2.4
Klasifikasi
KlasifikasiMenurut saat terjadinya eklampsia kita mengenal istilah:
1. Eklampsia ante partum ialah eklampsi yang terjadi sebelum
persalinan (paling sering setelah 20 minggu kehamilan)
2. Eklampsia intrapartum ialah eklampsia sewaktu persalinan.
3. Eklampsia postpartum, eklampsia setelah persalinan.
2.2.5
Komplikasi
Pada Ibu:
1. CVA ( Cerebro Vascular Accident )
2. Edema paru
3. Gagal ginjal
4. Gagal hepar
5. Gangguan fungsi adrenal
6. DIC ( Dissemined Intrevasculer Coagulopaathy )
7. Payah jantung.
8. Lidah tergigit (kejang)
9. Merangsang persalinan
10. Gangguan pernafasan
Pada Anak :
1.
2.
3.
4.
Prematuritas
Gawat janin
IUGR (Intra.Uterine Growth Retardation)
Kematianjanin dalam rahim.
26
2.2.6
Penatalaksanaan
2.2.7
Pengobatan eklampsia
Eklampsia merupakan gawat darurat kebidanan yang memerlukan
1. Kamar isolasi
Hindari rangsangan dari luar sinar dan keributan
Kurangi penerimaan kunjungan untuk pasien
Perawat pasien dengan jumlahnya terbatas
2. Pengobatan medis
Banyak pengobatan untuk menghindari kejang yang berkelanjutan
dan meningkatkan vitalitas janin dalam kandungan. Dengan pemberian :
Sistem iuresis f
Sodium pentothal dapat menghilangkan kejang
Magnesium sulfat dengan efek menurunkan tekanan darah ,
mengurangi sensitivitas saraf pada sinapsis, meningkatkan iuresis
dan mematahkan sirkulasi iskemia plasenta sehingga menurunkan
ASUHAN KEPERAWATAN
PRE EKLAMSIA-EKLAMSIA
3.1 Pengkajian
1. Data Biografi
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35
tahun, Jenis kelamin,
a. Riwayat Kesehatan
1. keluhan Utama : biasanya klirn dengan preeklamsia mengeluh
demam, sakit kepala,
2. Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
3. Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler
esensial, hipertensi kronik, DM
29
oleh
karenanya
perlu
kesiapan
moril
untuk
menghadapi resikonya
b. Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat
kehamilan dengan eklamsia sebelumnya.
c. Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu
pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek
samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi)
serta lamanya menggunakan kontrasepsi
d. Pola aktivitas sehari-hari
1. Aktivitas
Gejala :biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan
berat badan atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek patologis
-/-.
Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
2. Sirkulasi
Gejala :biasanya terjadi penurunan oksegen.
3. Abdomen
Gejala :
Inspeksi :biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm,
apakah adanya sikatrik bekas operasi atau tidak ( - ) Palpasi :
30
31
4. Eliminasi
Gejala :biasanya proteinuria + 5 g/24 jam atau 3 pada tes celup,
oliguria
5. Makanan / cairan
Gejala :biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan ,
muntah-muntah
Tanda :biasanya nyeri epigastrium,
6. Integritas ego
Gejala : perasaan takut.
Tanda : cemas.
7. Neurosensori
Gejala :biasanya terjadi hipertensi
Tanda :biasanya terjadi kejang atau koma
8. Nyeri / kenyamanan
Gejala :biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala,
ikterus, gangguan penglihatan.
Tanda :biasanya klien gelisah,
9. Pernafasan
Gejala :biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki,
Whezing, sonor
Tanda :biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising
atau tidak.
32
10. Keamanan
Gejala :apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan.
11. Seksualitas
Gejala : Status Obstetrikus
e. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : baik, cukup, lemah
2. Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)
3. Pemeriksaan Fisik (Persistem)
a. Sistem pernafasan
Pemeriksaan
pernapasan,
biasanya
pernapasan
mungkin
darah
: biasanya
pada
preeklamsia
terjadi
Leher
apakah
ada
bendungan
atau
33
Abdomen
adanya
nyeri
tekan
daerah
34
35
(prene
Bobak,1995:835)
3.3 Intervensi
Perencanaan
Pencernaan keperawatan merupakan tugas lanjut dari perawat setelah
mengumpulkan data yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan klien
sesuai
dengan
pengkajian
yang
telahdilakukan.
Pada tahap ini ditetapkan tujuan dan alternative tindakan yang akan
dilakukan pada tahap implementasi dalam upaya memecahkan masalah
atau mengurangi masalah klien.
36
Berikut ini akan diuraikan rencana tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan
kemungkinan diagnosa yang telah dijelaskan sebelumnya.
1. Kekurangan volume cairan / kegagalan regulasi berhubungan dengan
kehilangan
Tujuan :
protein
plasma,
penurunan
tekanan
osmatik
koloid.
normal.
Rencana Tindakan :
a. Bedakan edema kehamilan patologis dan fasiologis. Pantau lokasi dan
derajat pitting.
Rasional : adanya edema pitting pada wajah , tangan , kaki, area sakral
atau dinding abnomen , edema yang tidak hilang selama 12 jam tirah
baring adalah bermakna.
b. perhatikan tanda edema berlebihan ( nyeri epigastric , gejala gejala
serebral, mual, muntah). Kaji terhadap kemungkinan eklamsia.
Rasional : Edema dalam hepar terselubung dimanifestasikan dengan
nyeri epigastrium, dyspnea menandakan adanya hubungan dengan
pulmonal. Edema serebral memungkinkan mengarah pada kejang,
mual dan muntah menandakan edema GI
c. Perhatikan perubahan kadar Ht atau Hb.
Rasional : Mengidentifikasi derajat hemokonsentrsi yang disebabkan
oleh perpindahan cairan.
d. Kaji ulang masukan diit dari protein dan kalori. Berikan informasi
sesuai kebutuhan.
Resional : Ketidak adekuatan protein atau kalori meningkatkan resiko
pembentukan edema.
e. Pantau masukan dan pengeluaran urine, perhatikan warna urine dan
ukur berat jenis sesuai indikasi.
Rasional : Pengeluaran urine adalah indikator sensitive dari sirkulasi
volume darah.
f. Kolaborasi dalam memberikan cairan baik secara oral atau parenteral
melalui infuse sesuai andikasi.
Rasional : Penggantian cairan memperbaiki hypovolemia yang harus
diberikan hati-hati untuk menega kelebihan beban.
37
air
Tujuan
Volume
cairan
kembali
seimbang
Rencana tindakan :
a. Monitor dan catat intake dan output setiap hari
Rasional : dengan memonitor intake dan output diharapkan dapat
diketahui adanya keseimbangan cairan dan dapat diramalkan keadaan
dan kerusakan glomerulus.
b. Monitor vital sign, catatan pengisian kapiler
Rasional : Dengan memonitor vital sign dan pengisian kapiler dapat
dijadikan pedoman untuk pegganti cairan atau menilai respon dari
kardiovaskular.
c. Monitor atau timbang berat badab klien
Rasional : Dengan memonitor berat badan klien dapat diketahui berat
badan yang merupakan indicator yang tepat untuk mrnunjukan
keseimbangan cairan
39
b.
Intervensi:
1. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
40
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasi
Evaluasi disesuaikan dengan criteria hasil yang telah ditentukan.
41
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pre eklampsia merupakan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan
dalam masa nifas yang terdiri dari trias, hypertensi proteinuria dan odema ibu
tersebut tidak menunjukkan hipertensi sebelumnya.
Eklampsia adalah kelainan pada masa persalinan, atau masa nifas yang
ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan saraf) dan / atau
koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia.
Saran
Demikian dari hasil makalah kami, kami menyadari atas ketidak
sempurnaan makalah ini, saran dan kritik kami harapkan demi perbaikan
makalah yang telah kami susun.
42
DAFTAR PUSTAKA
Angsar, MD. 2009. Hipertensi dalam kehamilan, dalam ilmu kebidanan Sarwono
prawirodridjo, edk 4, eds. T rakim hadi dan wiknjosastro GH binapukoma bina pustaka
sarwono prawirodridjo, jakarta.
Cunnigham, FG, Leveno, KJ, Blong, SL, Hauth, JC, Gilstrab, L dan Wenstrom, KD 2005,
william obstetrics, 22 th edn, MC grouw-hill, new york.
Decherney, Ah & pernoll, ML 2006, obstetric & gynecologic diagnosis & treatment, 10
th edn, MC grouw-hill, new york.
Farid mose, JC, Sabarudin, U & purwara, BH 2001, perbandingan kadar nitrik oksida
serum penderita pre eklamsia dengan hamil normal, indonesian journal of obstetric &
gynecologic, vol. 25 no. 2, Hal. 69-79.
Arif Mansjoer dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, 2001, Media Aesculapius FKUI,
Jakarta.
Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Manuaba, I Gde, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono, 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP
Yeyeh, Rukiyah. 2010. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi). Jakarta: CV Trans Info Media
Winkjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
43
44