DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
PRODI DIII KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2018/201
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
yang berjudul “Eklampsia “ dengan baik tanpa hambatan.
Dengan selesainya makalah ini disusun, kami mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada yang Terhormat Dosen Pembimbing kami serta kepada
seemua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.walaupun makalah
ini telah selesai,namun karena keterbatasan kemampuan yang kami miliki,sehingga
makalah ini jauh dari sempurna,sehingga besar harapan kami untuk menerima saran dan
kritik yang bersifat konstruktif.
Kami mengucapkan selamat membaca semoga makalah ini ada manfaatnya bagi
pembaca pada umumnya dan ilmu pengetahuan khususnya.
Terimakasih
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................ i
Daftar isi ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3 Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 3
2.1 Pengertian eklampsia ........................................................................ 3
2.2 Etiologi eklampsia ............................................................................ 5
2.3 Patofisiolgi eklampsia ..................................................................... 6
2.4 Diagnosa eklampsia .......................................................................... 7`
2.5 Komplikasi eklampsia ...................................................................... 8
2.5 Prognosa eklampsia .......................................................................... 9
2.5 Pencegahan eklampsia ...................................................................... 9
2.5 Penanganan eklampsia...................................................................... 9
2.5 Pengobatan eklampsia ...................................................................... 10
BAB III STUDI KASUS ....................................................................... 12
BAB IV PENUTUP ............................................................................... 18
4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 18
4.2 Saran ................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 19
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Eklampsia
2. Mengetahui Apa saja etilogi Eklampsia
3. Mengetahui patofisiolgi Eklampsia
4. Mengetahui diagnosa Eklampsia
5. Mengetahui Apa saja komplikasi dari Eklampsia
6. Mengetahui prognosa Eklampsia
7. Mengetahui Bagaimana pencegahan Eklampsia
8. Mengetahui Bagaimana pengobatan Eklampsia
9. Mengetahui Bagaimana penanganan Eklampsia
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Eklampsia berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti “ halilintar “ karena
gejala eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam
kebidanan. Eklampsia juga disebut sebuah komplikasi akut yang mengancam nyawa
dari kehamilan , ditandai dengan munculnya kejang tonik - klonik , biasanya pada
pasien yang telah menderita preeklampsia . (Preeklamsia dan eklampsia secara kolektif
disebut gangguan hipertensi kehamilan dan toksemia kehamilan.) Prawiroharjo 2005.
Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau masa
nifas yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf ) dan atau koma
dimana sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre eklampsia. (Ong Tjandra & John
2008)
Eklampsia termasuk kejang dan koma yang terjadi selama kehamilan. Menjelang
kejang – kejang dapat didahului dengan gejalanya :
Nyeri kepala di daerah frontal
Nyeri epigastrium
Penglihatan semakin kabur
Adanya mual muntah
Pemeriksaan menunjukkan hiperrefleksia atau mudah teransang.
Kemudian dengan teori iskemia implantasi plasenta juga dapat terjadi berbagai
gejalanya eklampsia yaitu :
Kenaikan tekanan darah
Pengeluaran protein dalam urine
Edema kaki, tangan sampai muka
Terjadinya gejala subjektif :
Sakit kepala
Penglihatan kabur
Nyeri pada epigastrium
Sesak nafas
3
Berkurangnya pengeluaran urine
Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma
Terjadinya kejang
1. Tingkat awal atau aura: Berlangsung 30 – 35 detik, Tangan dan kelopak mata
gemetar, Mata terbuka dengan pandangan kosong dan Kepala di putar ke kanan
atau ke kiri
2. Tingkat kejang tonik : Berlangsung sekitar 30 detik, Seluruh tubuh kaku : wajah
kaku, pernafasan berhenti, dapat diikuti sianosis, tangan menggenggam, kaki di
putar kedalam, lidah dapat tergigit.
3. Tingkat kejang klonik: Berlangsung 1 sampai 2 menit,Kejang tonik berubah
menjadi kejang klonik,Konsentrasi otot berlangsung cepat, Mulut terbuka tertutup
dan lidah dapat tergigit sampai putus, Mata melotot, Mulut berbuih, Muka terjadi
kongesti dan tampak sianosis, Penderita dapat jatuh, menimbulkan trauma
tambahan
4. Tingkat koma: Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik nafas,
Diikuti,yang lamanya bervariasi . Selama terjadi kejang – kejang dapat terjadi
suhu naik mencapai 40 ˚c, nadi bertambah cepat, dan tekanan darah meningkat.
4
Kejang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan janin.
1. Komplikasi ibu :
Dapat menimbulkan sianosis
Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru
Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan
jantung mendadak
Lidah dapat tergigit
Jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka – luka
Gangguan fungsi ginjal
Perdarahan
Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikhterus
2. Komplikasi janin dalam rahim :
Asfiksia mendadak
Solusio plasenta
Persalinan prematuritas
2.2 Etiologi
Dengan penyebab kematian ibu adalah perdarahan otak, payah jantung atau payah
ginjal, dan aspirasi cairan lambung atau edema paru – paru. Sedangkan penyebab
kematian bayi adalah asfiksia intrauterine dan persalinan prematuritas.
5
dan sfingter ani terbuka sehingga di keluarkannya mekonium yang akan masuk ke
dalam paru – paru pada saat pertama kalinya neonatus aspirasi.
c. Sehingga bila kekurangan O2 dapat terus berlangsung keadaan akan bertambah
gawat sampai terjadinya kematian dalam rahim maupun di luar rahim .
Oleh sebab itu perlu memperhatikan komplikasi dan tingginya angka kematian
ibu dan bayi. Maka usaha utama adalah mencegah pre eklampsia menjadi eklampsia
perlu diketahui bidan dan selanjutnya melakukan rujukan ke rumah sakit.
2.3 Patofisiologi
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang
berlebihan dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia dijumpai kadar aldosteron
yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal.
Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air
dan natrium. Serta pada eklampsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein
meningkat.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta
mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin
terganggu sehingga terjadi gawat-janin sampai menyebabkan kematian karena
kekurangan oksigenisasi. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan
sering terjadi pada eklampsia, sehingga mudah terjadi partus prematurus.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun,
sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang
penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam
dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara
tingkat filtrasi glomelurus dan tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada
kehamilan normal penyerapan ini meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi
glomerulus. Penurunan filtrasi glomelurus akibat spasmus arteriolus ginjal
menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi
garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal,
sehingga menyebabkan diuresis turun pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau
anuria.
Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh
pada beberapa arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina
disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran
6
kehamilan . Setelah persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari sampai 2
bulan. Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan gejala yang menunjukkan akan
terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat
penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia.
Komplikasi disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa
resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih
tinggi pada eklampsia. Sehingga aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen pada
eklampsia akan menurun.
Metabaolisme dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia
sebabnya terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler ke ruang interstisial.
Kejadian ini, diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan
bertambahnya edema, menyebabkan volume darah berkurang, viskositet darah
meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan
diberbagai bagian tubuh berkurang akibatnya hipoksia. Dengan perbaikan keadaan,
hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai sebagai
ukuran perbaikan keadaan penyakit dan berhasilnya pengobatan.
Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk
sementara. Asidum laktikum dan asam organik lain naik, dan bikarbonas natrikus,
sehingga menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah kejang, zat organik dioksidasi
sehingga natrium dilepaskan untuk dapat bereaksi dengan asam karbonik menjadi
bikarbaonas natrikus. Dengan demikian, cadangan alkali dapat pulih kembali. Pada
kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat. Waktu pembekuan lebih pendek
dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada eklampsia.
2.4 Diagnosa
7
Eklampsia harus dibedakan dari epilepsy ; dalam anamnesis diketahui adanya
serangan sebelum hamil atau pada hamil muda dengan tanda pre eklampsia tidak ada,
kejang akibat obat anastesi, koma karena sebab lain.
2.5 Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre eklampsia dan eklampsia.
Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada pre eklampsia berat dan
eklampsia :
1. Solusio plasenta : Karena adanya takanan darah tinggi, maka pembuluh darah
dapat mudah pecah, sehingga terjadi hematom retropalsenta yang dapat
menyebabkan sebagian plasenta dapat terlepas.
2. Hipofibrinogenemia : Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah ,
biasanya di bawah 100 mg persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus
secara berkala.
3. Hemolisis : Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan
integritas membran sel darahmerah yang menyebabkan pelepasan
hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.
4. Perdarahan otak : Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal
pada penderita eklampsia.
5. Kelainan mata : Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung
sampai seminggu. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan
tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
6. Edema paru – paru
7. Nekrosis hati : Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat
vasopasmus arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan
pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
8. Sindroma HELLP : Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda :
hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan
disfungsi endotel sistemik. Sindroma HELLP dapat timbul pada pertengahan
kehamilan trimester dua sampai beberapa hari setelah melahirkan.
9. Kelainan ginjal : Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu
pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur
lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
8
10. Kopmlikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang
- kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.
11. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.
2.7 Pencegahan
Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah atau frekuensinyadi kurangi.
Usaha – usaha untuk menurunkan eklampsia terdiri atas meningkatkan jumlah balai
pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita haiml memeriksa diri
sejak hamil muda, mencari pada tiap pemeriksaan tanda – tanda pre eklampsia dan
mengobatinya segera apabila ditemukan, mengakhiri kehamilan sedapatnya pada
kehamilan 37 minggu ke atas apabila dirawat tanda – tanda pre eklampsia tidak juga
dapat hilang. ( Hanifa dalam Prawiroharjo, 2005 )
2.8 Penanganan
Tujuan utama penanganan eklampsia adalah menghentikan berulangnya serangan
kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan
ibu mengizinkan.
9
aspirasi mulut dan tenggorokan
baringkan pasien pada sisi kiri
posisikan secar trandelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
berikan oksigen 4 – 6 liter / menit.
2.9 Pengobatan
Eklampsia merupakan gawat darurat kebidanan yang memerlukan pengobatan di
rumah sakit untuk memberikan pertolongan yang adekuat.
Konsep pengobatannya :
a. Menghindari terjadinya :
Kejang berulang
Mengurangi koma
Meningkatkan jumlah dieresis
b. Perjalanan kerumah sakit dapat diberikan :
Obat penenang dengan injeksikan 20 mgr valium
Pasang infuse glukosa 5 % dan dapat di tambah dengan valium 10 sampai
20 mgr
c. Sertai petugas untuk memberikan pertolongan:
Hindari gigitan lidah dengan memasang spatel pada lidah
Lakukan resusitasi untuk melapangkan nafas dan berikan O2
Hindari terjadinya trauma tambahan
10
Magnesium sulfat dengan efek menurunkan tekanan darah , mengurangi
sensitivitas saraf pada sinapsis, meningkatkan deuresis dan mematahkan
sirkulasi iskemia plasenta sehingga menurunkan gejala klinis eklampsia.
Diazepam atau valium
Litik koktil
c. Pemilihan metode persalinan
Pilihan pervaginam diutamakan :
Dapat didahului dengan induksi persalinan
Bahaya persalinan ringan
Bila memenuhi syarat dapat dilakukan dengan memecahkan ketuban,
mempercepat pembukaan, dan tindakan curam untuk mempercepat kala
pengeluaran.
Persalinan plasenta dapat dipercepat dengan manual
Menghindari perdarahan dengan diberikan uterotonika
11
BAB III
STUDI KASUS
BIODATA
I.DATA SUBJEKTIF
B. Data Kebidanan
1. Riwayat menstruasi
Menarche :12 tahun Sifat : Cair
Lamanya : 7 hari Teratur/tidak : Teratur
Siklus : 28 hari Warna : Merah
kecoklatan
Jumlah : 3 x ganti pembalut Disminorhea : Tidak
12
2. Riwayat Perkawinan
Status perkawinan : SAH, 1 X dengan suami sekarang
Umur waktu kawin : 22 Tahun
Lamanya : 1 tahun
Perkawinan yang : pertama
4. Riwayat KB
a. Pernah mendengar tentang KB :Pernah
b. Pernah menjadi akseptor Kb :-
c. Jenis kontrasepsi yang digunakan :-
d. Lamanya menjadi akseptor KB :-
e. Alasan berhenti menjadio akseptor KB :-
f. Masalah atau keluhan :-
5. Riwayat Psikologis
a. Hubungan ibu dengan suami dan keluarga : Baik
13
b. Tanggapan ibu,suami , dan keluarga terhadap kelahiran bayi : Senang atas
kelahiran bayi
c. Pengambilan keputusan dalam keluarga : Musyawarah
d. Kebiasaan yang dilakukan dan mempengaruhi masa nifas :Tidak ada
6. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit yang pernah di derita ibu dan keluarga
Ibu menyatakan bahwa ia dan keluarga tidak ada menderita penyakit keturunan
14
5. Personal hygiene
Mandi : 2 x sehari
Gosok gigi : 3 x sehari
Ganti pembalut : 3x ganti pembalut
Ganti pakaian dalam : 3 x ganti pembalut
8. Perawatan bayi
Perawatan bayi sehari-hari : Sendiri
Perawatan tali pusat : Sendiri
A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Tidak Baik
2. Kesadaran : Stupor
3. TTV
TD : 210/100mmHg
N :120 x/menit
RR :26 x/menit
T :38,0 C
4. TB : 160 cm
5. BB : 55 gram
B. Pemeriksaan obstetric
1. inspeksi
a. Muka : tidak pucat, ada oedema
b. Mata : terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar
c. Hidung :simetris, tidak adaa tanda- tanda infiksi, dan tidak ada
polip
d. Mulut : terbuka
e. Telinga : simetris, tidak dad secret berlebih
f. Leher :tidak ada pembengkakkan kelenjar tiroid dan limfe,tidak
ada pelebaran vena jugularis
g. Payudara : Tidak ada pembengkakan ,putting susu menonjol
h. Abdomen :tidak ada luka bekas operasi
i. Ekstermitas
Atas : simetris, ujung jari tidak pucat, ada oedema,
15
Bawah : simetris, ujung jari tidak pucat, ada oedema,tidak
varises, human (-)
j. Genetalia
Perineum : tidak ada laserasi, merah, masih basa
Anus : tidak ada hemoroid
2. Palpasi
3 jari diatas pusat (28 cm ) pada fundus teraba bokong janin, pada bagian kiri perut
ibu teraba punggung, pada bagian sebelah kanan perut ibu teraba bagian- bagian kecil
janin, presentasi kepala, belum masuk PAP
3. Auskultasi
DJJ : (+)
frekuensi : 140 x/menit
Sifat : Teratur
Lokasi : Sebelah kiri perut ibu
Ekstremitas atas : Tangan bergetar, jari tangan menggenggam
Ekstermitas bawah : Tangan bergetar, jari tangan menggenggam
4. perkusi
Refleks patella :kanan (+) kiri (+)
C. Pemeriksaan penunjang
a. Golongan darah : tidak dilakukan
b. Hemoglobin : tidak dilakukan
c. Glukosa : tidak dilakukan
d. Protein urine : (++++)
Diagnosa : Eklampsi
16
IV. PENATALAKSANAAN
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau masa
nifas yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf ) dan atau koma
dimana sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre eklampsia. (Ong Tjandra & John
2008)
Eklampsia selalu didahului oleh pre eklampsia. Perawatan prenatal untuk
kehamilan dengan predisposisi pre eklampsia perlu ketat dilakukan agar dapat dideteksi
sedini mungkin gejala – gejala eklampsia. Sering di jumpai perempuan hamil yang
tampak sehat mendadak menjadi kejang – kejang eklampsia karena tidak terdeteksi
adanya pre eklampsia sebelumnya.
4.2.Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Buku ajar bidan Myles, Diane M. Fraser, Margaret A Cooper. Jakarta EGC 2009
Manuaba, Ida Bagus Gede , Ilmu kebidanan , Penyakit kandungan dan Kb untuk pendidikan
bidan , Jakarta EGC 1998
Obstetri William : panduan ringkas / Kenneth J. Lereno, Egi Komara Yudha, Nike Budhi
Subekti, Jakarta EGC 2009.
19