Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEGAWATDARURATAN

MATERNAL DAN NEONATAL


EKLAMPSIA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

1. INDAH PEBRILIA : PO.71.24.1.17.017


2. INGGA FITRIYANI : PO.71.24.1.17.018
3. IRA SEPTIANA : PO.71.24.1.17.019
4. KURNIA SARI : PO.71.24.1.17.020
5. MARLISA DARWI : PO.71.24.1.17.021
6. MARTA YUSTIRA : PO.71.24.1.17.022
7. MIA ALPIONITA : PO.71.24.1.17.023
8. MUTIARA WULANDARI : PO.71.24.1.17.024

KELAS : TINGKAT II REGULER A


DOSEN PEMBIMBING : ELITA VARSA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
PRODI DIII KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2018/201
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
yang berjudul “Eklampsia “ dengan baik tanpa hambatan.

Dengan selesainya makalah ini disusun, kami mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada yang Terhormat Dosen Pembimbing kami serta kepada
seemua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.walaupun makalah
ini telah selesai,namun karena keterbatasan kemampuan yang kami miliki,sehingga
makalah ini jauh dari sempurna,sehingga besar harapan kami untuk menerima saran dan
kritik yang bersifat konstruktif.

Kami mengucapkan selamat membaca semoga makalah ini ada manfaatnya bagi
pembaca pada umumnya dan ilmu pengetahuan khususnya.

Terimakasih

Palembang, 8 Agustus 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................ i
Daftar isi ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3 Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 3
2.1 Pengertian eklampsia ........................................................................ 3
2.2 Etiologi eklampsia ............................................................................ 5
2.3 Patofisiolgi eklampsia ..................................................................... 6
2.4 Diagnosa eklampsia .......................................................................... 7`
2.5 Komplikasi eklampsia ...................................................................... 8
2.5 Prognosa eklampsia .......................................................................... 9
2.5 Pencegahan eklampsia ...................................................................... 9
2.5 Penanganan eklampsia...................................................................... 9
2.5 Pengobatan eklampsia ...................................................................... 10
BAB III STUDI KASUS ....................................................................... 12
BAB IV PENUTUP ............................................................................... 18
4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 18
4.2 Saran ................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 19

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Eklampsia merupakan penyebab dengan peningkatan risiko morbiditas dan
mortalitas maternal dan perinatal.kejadian eklampsia di Negara berkembang berkisar 1
dari 100 hingga 1 dari 700 kelahiran. Di Indonesia pre eklampsia dan eklampsia
berkisar 1,5 % sampai 25 %. Komplikasi signifikan yang mengancam jiwa ibu akibat
eklampsia adalah edema pulmonal, gagal hati dan ginjal, DIC, sindrom HELLP dan
perdarahan otak.
Eklampsia disebut dengan antepartum, intrapartum, atau pascapartum.
Bergantung pada apakah kejang muncul sebelum, selama atau sesudah persalinan.
Eklampsia paling sering terjadi pada trimester terakhir dan menjadi semakin sering
menjelang aterm.
Masalah utama dalam mencegah dan mengobati eklampsia adalah penyebab
kondisi yang tidak diketahui. Terdapat hubungan yang kuat antara hipertensi dan
penyakit serebral yang mengidentifikasi persamaan klinis antara eklampsia dan
ensefalopati hipertensif ( Vaughan & Delanty 2000 ). Namun demikian hasil signifikan
yang diperoleh menunjukkan bahwa hipertensi tidak selalu menjadi perkursor awitan
eklampsia tetapi hampir selalu terjadi setelah kejang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Eklampsia
2. Apa saja etilogi Eklampsia
3. Bagaimana patofisiolgi Eklampsia
4. Bagaimana diagnosa Eklampsia
5. Apa saja komplikasi dari Eklampsia
6. Bagaimana prognosa Eklampsia
7. Bagaimana pencegahan Eklampsia
8. Bagaimana pengobatan Eklampsia
9. Bagaimana penanganan Eklampsia

1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Eklampsia
2. Mengetahui Apa saja etilogi Eklampsia
3. Mengetahui patofisiolgi Eklampsia
4. Mengetahui diagnosa Eklampsia
5. Mengetahui Apa saja komplikasi dari Eklampsia
6. Mengetahui prognosa Eklampsia
7. Mengetahui Bagaimana pencegahan Eklampsia
8. Mengetahui Bagaimana pengobatan Eklampsia
9. Mengetahui Bagaimana penanganan Eklampsia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Eklampsia berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti “ halilintar “ karena
gejala eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam
kebidanan. Eklampsia juga disebut sebuah komplikasi akut yang mengancam nyawa
dari kehamilan , ditandai dengan munculnya kejang tonik - klonik , biasanya pada
pasien yang telah menderita preeklampsia . (Preeklamsia dan eklampsia secara kolektif
disebut gangguan hipertensi kehamilan dan toksemia kehamilan.) Prawiroharjo 2005.

Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau masa
nifas yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf ) dan atau koma
dimana sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre eklampsia. (Ong Tjandra & John
2008)
Eklampsia termasuk kejang dan koma yang terjadi selama kehamilan. Menjelang
kejang – kejang dapat didahului dengan gejalanya :
 Nyeri kepala di daerah frontal
 Nyeri epigastrium
 Penglihatan semakin kabur
 Adanya mual muntah
 Pemeriksaan menunjukkan hiperrefleksia atau mudah teransang.
Kemudian dengan teori iskemia implantasi plasenta juga dapat terjadi berbagai
gejalanya eklampsia yaitu :
 Kenaikan tekanan darah
 Pengeluaran protein dalam urine
 Edema kaki, tangan sampai muka
 Terjadinya gejala subjektif :
 Sakit kepala
 Penglihatan kabur
 Nyeri pada epigastrium
 Sesak nafas

3
 Berkurangnya pengeluaran urine
 Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma
 Terjadinya kejang

Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkatan angiontensin,


renin dan aldosteron sebagai kompensasi sehingga peredaran darah dan metabolisme
dapat berlangsung. Pada eklampsia maka terjadi penurunan angiotensin, renin dan
aldosteron tetapi dapat dijumpai edema, hipertensi dan proteinuria

Berdasarkan waktu terjadinya eklampsia dapat di bagi :

1. Eklampsia gravidarum : Kejadian 50% sampai 60 % dan Serangan terjadi dalam


keadaan hamil
2. Eklampsia parturientum Kejadian sekitar 30 % sampai 50 %, Saat sedang inpartu
dan Batas dengan eklampsia gravidarum sukar di tentukan terutama saat mulai
inpartu
3. Eklampsia puerperium : Kejadian jarang 10 % dan Terjadi serangan kejang atau
koma seletah persalinan berakhir

Kejang – kejang pada eklampsia terdiri dari 4 tingkat :

1. Tingkat awal atau aura: Berlangsung 30 – 35 detik, Tangan dan kelopak mata
gemetar, Mata terbuka dengan pandangan kosong dan Kepala di putar ke kanan
atau ke kiri
2. Tingkat kejang tonik : Berlangsung sekitar 30 detik, Seluruh tubuh kaku : wajah
kaku, pernafasan berhenti, dapat diikuti sianosis, tangan menggenggam, kaki di
putar kedalam, lidah dapat tergigit.
3. Tingkat kejang klonik: Berlangsung 1 sampai 2 menit,Kejang tonik berubah
menjadi kejang klonik,Konsentrasi otot berlangsung cepat, Mulut terbuka tertutup
dan lidah dapat tergigit sampai putus, Mata melotot, Mulut berbuih, Muka terjadi
kongesti dan tampak sianosis, Penderita dapat jatuh, menimbulkan trauma
tambahan
4. Tingkat koma: Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik nafas,
Diikuti,yang lamanya bervariasi . Selama terjadi kejang – kejang dapat terjadi
suhu naik mencapai 40 ˚c, nadi bertambah cepat, dan tekanan darah meningkat.

4
Kejang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan janin.

1. Komplikasi ibu :
 Dapat menimbulkan sianosis
 Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru
 Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan
jantung mendadak
 Lidah dapat tergigit
 Jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka – luka
 Gangguan fungsi ginjal
 Perdarahan
 Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikhterus
2. Komplikasi janin dalam rahim :
 Asfiksia mendadak
 Solusio plasenta
 Persalinan prematuritas

Berbagai faktor yang mempengaruhi eklampsia :

1. Jumlah primigravida terutama primigravida muda


2. Distensi rahim berlebihan yaitu hidramnoin, hamil ganda dan mola hidatosa
3. Adanya penyakit yang menyertai kehamilan yaitu diabetes mellitus, kegemukan
4. Jumlah umur ibu di atas 35 tahun

2.2 Etiologi
Dengan penyebab kematian ibu adalah perdarahan otak, payah jantung atau payah
ginjal, dan aspirasi cairan lambung atau edema paru – paru. Sedangkan penyebab
kematian bayi adalah asfiksia intrauterine dan persalinan prematuritas.

Mekanisme kematian janin dalam rahim pada penderita eklampsia :

a. Akibat kekurangan O2 menyebabkan perubahan metabolisme ke arah lemak dan


protein dapat menimbulkan badan keton
b. Meransang dan mengubah keseimbangan nervus simfatis dan nervus vagus yang
menyebabkan :Perubahan denyut jantung janin menjadi takikardi dan dilanjutkan
menjadi bradikardi serta irama yang tidak teratur dan Peristaltis usus bertambah

5
dan sfingter ani terbuka sehingga di keluarkannya mekonium yang akan masuk ke
dalam paru – paru pada saat pertama kalinya neonatus aspirasi.
c. Sehingga bila kekurangan O2 dapat terus berlangsung keadaan akan bertambah
gawat sampai terjadinya kematian dalam rahim maupun di luar rahim .
Oleh sebab itu perlu memperhatikan komplikasi dan tingginya angka kematian
ibu dan bayi. Maka usaha utama adalah mencegah pre eklampsia menjadi eklampsia
perlu diketahui bidan dan selanjutnya melakukan rujukan ke rumah sakit.

2.3 Patofisiologi
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang
berlebihan dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia dijumpai kadar aldosteron
yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal.
Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air
dan natrium. Serta pada eklampsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein
meningkat.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta
mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin
terganggu sehingga terjadi gawat-janin sampai menyebabkan kematian karena
kekurangan oksigenisasi. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan
sering terjadi pada eklampsia, sehingga mudah terjadi partus prematurus.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun,
sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang
penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam
dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara
tingkat filtrasi glomelurus dan tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada
kehamilan normal penyerapan ini meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi
glomerulus. Penurunan filtrasi glomelurus akibat spasmus arteriolus ginjal
menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi
garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal,
sehingga menyebabkan diuresis turun pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau
anuria.
Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh
pada beberapa arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina
disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran

6
kehamilan . Setelah persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari sampai 2
bulan. Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan gejala yang menunjukkan akan
terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat
penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia.
Komplikasi disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa
resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih
tinggi pada eklampsia. Sehingga aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen pada
eklampsia akan menurun.
Metabaolisme dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia
sebabnya terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler ke ruang interstisial.
Kejadian ini, diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan
bertambahnya edema, menyebabkan volume darah berkurang, viskositet darah
meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan
diberbagai bagian tubuh berkurang akibatnya hipoksia. Dengan perbaikan keadaan,
hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai sebagai
ukuran perbaikan keadaan penyakit dan berhasilnya pengobatan.
Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk
sementara. Asidum laktikum dan asam organik lain naik, dan bikarbonas natrikus,
sehingga menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah kejang, zat organik dioksidasi
sehingga natrium dilepaskan untuk dapat bereaksi dengan asam karbonik menjadi
bikarbaonas natrikus. Dengan demikian, cadangan alkali dapat pulih kembali. Pada
kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat. Waktu pembekuan lebih pendek
dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada eklampsia.

2.4 Diagnosa

Eklampsia selalu didahului oleh pre eklampsia. Perawatan prenatal untuk


kehamilan dengan predisposisi pre eklampsia perlu ketat dilakukan agar dapat dideteksi
sedini mungkin gejala – gejala eklampsia. Sering di jumpai perempuan hamil yang
tampak sehat mendadak menjadi kejang – kejang eklampsia karena tidak terdeteksi
adanya pre eklampsia sebelumnya.

7
Eklampsia harus dibedakan dari epilepsy ; dalam anamnesis diketahui adanya
serangan sebelum hamil atau pada hamil muda dengan tanda pre eklampsia tidak ada,
kejang akibat obat anastesi, koma karena sebab lain.

2.5 Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre eklampsia dan eklampsia.
Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada pre eklampsia berat dan
eklampsia :

1. Solusio plasenta : Karena adanya takanan darah tinggi, maka pembuluh darah
dapat mudah pecah, sehingga terjadi hematom retropalsenta yang dapat
menyebabkan sebagian plasenta dapat terlepas.
2. Hipofibrinogenemia : Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah ,
biasanya di bawah 100 mg persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus
secara berkala.
3. Hemolisis : Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan
integritas membran sel darahmerah yang menyebabkan pelepasan
hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.
4. Perdarahan otak : Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal
pada penderita eklampsia.
5. Kelainan mata : Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung
sampai seminggu. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan
tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
6. Edema paru – paru
7. Nekrosis hati : Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat
vasopasmus arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan
pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
8. Sindroma HELLP : Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda :
hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan
disfungsi endotel sistemik. Sindroma HELLP dapat timbul pada pertengahan
kehamilan trimester dua sampai beberapa hari setelah melahirkan.
9. Kelainan ginjal : Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu
pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur
lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.

8
10. Kopmlikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang
- kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.
11. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.

2.6 Prognosa eklampsia


Eklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang
meminta korban besar dari ibu dan bayi ( Hanifa dalam Prawiroharjo, 2005 ).
Diurese dapat dipegang untuk prognosa ; jika diurese lebih dari 800 cc dalam 24
jam atau 200 cc tiap 6 jam makan prognosa agak baik. Sebaliknya oliguri dan anuri
merupakan gejala yang buruk.
Gejala – gejala lain memperberat prognosa dikemukakan oleh Eden ialah ; koma
yang lama, nadi di atas 120 x / menit, suhu di atas 39 ˚c, tekanan darah di atas 200
mmHg, proteinuria 10 gram sehari atau lebih, tidak adanya edema, edema paru – paru
dan apoplexy merupakan keadaan yang biasanya mendahului kematian.

2.7 Pencegahan
Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah atau frekuensinyadi kurangi.
Usaha – usaha untuk menurunkan eklampsia terdiri atas meningkatkan jumlah balai
pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita haiml memeriksa diri
sejak hamil muda, mencari pada tiap pemeriksaan tanda – tanda pre eklampsia dan
mengobatinya segera apabila ditemukan, mengakhiri kehamilan sedapatnya pada
kehamilan 37 minggu ke atas apabila dirawat tanda – tanda pre eklampsia tidak juga
dapat hilang. ( Hanifa dalam Prawiroharjo, 2005 )

2.8 Penanganan
Tujuan utama penanganan eklampsia adalah menghentikan berulangnya serangan
kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan
ibu mengizinkan.

Penanganan yang dilakukan :

 Beri obat anti konvulsan


 Perlengkapan untuk penanganan kejang
 Lindungi pasien dari kemungkinan trauma

9
 aspirasi mulut dan tenggorokan
 baringkan pasien pada sisi kiri
 posisikan secar trandelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
 berikan oksigen 4 – 6 liter / menit.

2.9 Pengobatan
Eklampsia merupakan gawat darurat kebidanan yang memerlukan pengobatan di
rumah sakit untuk memberikan pertolongan yang adekuat.
Konsep pengobatannya :
a. Menghindari terjadinya :
 Kejang berulang
 Mengurangi koma
 Meningkatkan jumlah dieresis
b. Perjalanan kerumah sakit dapat diberikan :
 Obat penenang dengan injeksikan 20 mgr valium
 Pasang infuse glukosa 5 % dan dapat di tambah dengan valium 10 sampai
20 mgr
c. Sertai petugas untuk memberikan pertolongan:
 Hindari gigitan lidah dengan memasang spatel pada lidah
 Lakukan resusitasi untuk melapangkan nafas dan berikan O2
 Hindari terjadinya trauma tambahan

Perawatan kolaborasi yang dilaksanakan dirumah sakit sebagai berikut :


a. Kamar isolasi
 Hindari rangsangan dari luar sinar dan keributan
 Kurangi penerimaan kunjungan untuk pasien
 Perawat pasien dengan jumlahnya terbatas
b. Pengobatan medis. Banyak pengobatan untuk menghindari kejang yang
berkelanjutan dan meningkatkan vitalitas janin dalam kandungan. Dengan
pemberian :
 Sistem stroganof
 Sodium pentothal dapat menghilangkan kejang

10
 Magnesium sulfat dengan efek menurunkan tekanan darah , mengurangi
sensitivitas saraf pada sinapsis, meningkatkan deuresis dan mematahkan
sirkulasi iskemia plasenta sehingga menurunkan gejala klinis eklampsia.
 Diazepam atau valium
 Litik koktil
c. Pemilihan metode persalinan
Pilihan pervaginam diutamakan :
 Dapat didahului dengan induksi persalinan
 Bahaya persalinan ringan
 Bila memenuhi syarat dapat dilakukan dengan memecahkan ketuban,
mempercepat pembukaan, dan tindakan curam untuk mempercepat kala
pengeluaran.
 Persalinan plasenta dapat dipercepat dengan manual
 Menghindari perdarahan dengan diberikan uterotonika

Pertimbangan seksio sesarea :


 Gagal induksi persalinan pervaginam
 Gagal pengobatan konservatif

11
BAB III
STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWAT DARURATAN

MATERNAL PADA NY ’’S’’


DI BPM KURNIA
TAHUN 2019

Tanggal /waktu : 6 Mei 2019 / pukul :08.00 WIB


Pengkajian oleh : Kurnia Sari

BIODATA

Nama Ibu : Ny.”S” Nama Suami : Tn “B”


Umur : 23 tahun Umur : 25 Tah
Agama : Islam Agama : Islam
Suku / Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Pendidikan : Diploma III Pendidikan : Strata 1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswata
Alamat :Perumnas Talang Kelapa , Blok 7

I.DATA SUBJEKTIF

A. Alasan Datang / keluhan utama


Ibu datang diantar oleh keluarga dengan kondisi kejang-kejang anak pertama hamil 8 bulan

B. Data Kebidanan
1. Riwayat menstruasi
Menarche :12 tahun Sifat : Cair
Lamanya : 7 hari Teratur/tidak : Teratur
Siklus : 28 hari Warna : Merah
kecoklatan
Jumlah : 3 x ganti pembalut Disminorhea : Tidak

12
2. Riwayat Perkawinan
Status perkawinan : SAH, 1 X dengan suami sekarang
Umur waktu kawin : 22 Tahun
Lamanya : 1 tahun
Perkawinan yang : pertama

3. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu


No Tahun Penolong Umur Jenis Penyuli Keadaan BB/P JK Nifas
partus Kehamila Persalinan t bayi B
n
1 2017 Bidan Aterm Normal Tidak Sehat 2700 P
ada gr/48
cm

3. Data kehamilan sekarang


a. GPA : G1P0A0
b. HPHT : 24-12-2018
c. TP : 01-09-2019
d. Usia kehamilan : 32 minggu 2 hari
e. ANC :3X
f. Tablet Fe : 30 Tablet
g. Status imunisas : T5
h. Keluhan selama hamil : TM I : mual muntah
TM II : tidak ada
TM III : pusing

4. Riwayat KB
a. Pernah mendengar tentang KB :Pernah
b. Pernah menjadi akseptor Kb :-
c. Jenis kontrasepsi yang digunakan :-
d. Lamanya menjadi akseptor KB :-
e. Alasan berhenti menjadio akseptor KB :-
f. Masalah atau keluhan :-

5. Riwayat Psikologis
a. Hubungan ibu dengan suami dan keluarga : Baik

13
b. Tanggapan ibu,suami , dan keluarga terhadap kelahiran bayi : Senang atas
kelahiran bayi
c. Pengambilan keputusan dalam keluarga : Musyawarah
d. Kebiasaan yang dilakukan dan mempengaruhi masa nifas :Tidak ada

6. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit yang pernah di derita ibu dan keluarga
Ibu menyatakan bahwa ia dan keluarga tidak ada menderita penyakit keturunan

7. Pola Kebiasaan sehari-hari


1. Nutrisi
a. Makan
 Pagi : sepiring nasi, sebutir telur,samangkuk sayur
sop
 Siang : sepiring nasi , sepotong ayam,semangkuk sayur
bayam,sepotong semangka
 Malam : sepiring nasi, sepotong ikan ,semangkuk sayur
katuk
b. Minum
 Air putih : lebih krang 6 gelas/ hari
 Susu : satu gelas
 Kopi/the :-
2. Eliminasi
a. BAK
 Frekuensi : 4x / hari
 Warna : kuning jernih
 Keluhan : tidak ada
b. BAB
 Frekuensi : 1 x /hari
 Warna : kuning kecoklatan
 Konsistensi : Lembek
 Keluhan : tidak ada
3. Istirahat
 Malam : 4 jam
 Siang : 1 jam
4. Aktivitas
Ibu beraktivitas seperti menyapu

14
5. Personal hygiene
 Mandi : 2 x sehari
 Gosok gigi : 3 x sehari
 Ganti pembalut : 3x ganti pembalut
 Ganti pakaian dalam : 3 x ganti pembalut
8. Perawatan bayi
 Perawatan bayi sehari-hari : Sendiri
 Perawatan tali pusat : Sendiri

II. DATA OBJEKTIF

A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Tidak Baik
2. Kesadaran : Stupor
3. TTV
TD : 210/100mmHg
N :120 x/menit
RR :26 x/menit
T :38,0 C
4. TB : 160 cm
5. BB : 55 gram

B. Pemeriksaan obstetric
1. inspeksi
a. Muka : tidak pucat, ada oedema
b. Mata : terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar
c. Hidung :simetris, tidak adaa tanda- tanda infiksi, dan tidak ada
polip
d. Mulut : terbuka
e. Telinga : simetris, tidak dad secret berlebih
f. Leher :tidak ada pembengkakkan kelenjar tiroid dan limfe,tidak
ada pelebaran vena jugularis
g. Payudara : Tidak ada pembengkakan ,putting susu menonjol
h. Abdomen :tidak ada luka bekas operasi
i. Ekstermitas
Atas : simetris, ujung jari tidak pucat, ada oedema,

15
Bawah : simetris, ujung jari tidak pucat, ada oedema,tidak
varises, human (-)
j. Genetalia
Perineum : tidak ada laserasi, merah, masih basa
Anus : tidak ada hemoroid

2. Palpasi
3 jari diatas pusat (28 cm ) pada fundus teraba bokong janin, pada bagian kiri perut
ibu teraba punggung, pada bagian sebelah kanan perut ibu teraba bagian- bagian kecil
janin, presentasi kepala, belum masuk PAP

3. Auskultasi
DJJ : (+)
frekuensi : 140 x/menit
Sifat : Teratur
Lokasi : Sebelah kiri perut ibu
Ekstremitas atas : Tangan bergetar, jari tangan menggenggam
Ekstermitas bawah : Tangan bergetar, jari tangan menggenggam

4. perkusi
Refleks patella :kanan (+) kiri (+)

C. Pemeriksaan penunjang
a. Golongan darah : tidak dilakukan
b. Hemoglobin : tidak dilakukan
c. Glukosa : tidak dilakukan
d. Protein urine : (++++)

III. ANALISIS DATA

Diagnosa : Eklampsi

16
IV. PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yaitu .


Keadaan umum : Tidak baik
TTV : TD : 210/100mmHg.
N :120 x/menit
RR :26 x / menit
T : 38 C
TFU : setengah pusat px (30 cm ) pada fundus teraba bokong janin, pada bagian kiri perut
ibu teraba punggung, pada bagian sebelah kanan perut ibu teraba bagian- bagian kecil janin,
presentasi kepala, belum masuk PAP, DJJ : 140 x/menit
2. Memberitahu keluarga pasien bahwa akan dilakukan tindakan ( keluarga menyetujui tindakan
yang dilakukan)
3. Memberitahu keluarga pasien bahwa akan dilakukan tindakan untuk melindungi pasie dari
kemungkinan trauma ( keluarga mengerti dengan penjelasan bidan )
4. Memberitahu keluarga pasien bahwa akan dipasang infus RL ( ringer laktat) ( sudah dipasang
oleh bidan )
5. Memberitahu keluarga bahwa akan diberi obat anti kejangdengan syarat pemeberian
a. Frekuensi napas minimal 16 x /menit
b. Refleks patella positif
c. Urine minimal 30 ml/ jam dalam 4 jam terakhir atau 0,5 ml/kgBB/jam
d. Menyiapkan ampul kalsium glukonas 10% dan 10 ml
(sudah di berikan bidan )
6. Memberitahu keluarga pasien akan dipasang oksigen 4-6 liter per menit (oksigen sudah
diberikan oleh bidan )
5. Membaringkan pasien ke sebelah kiri untuk mengurangi resiko aspirasi (pasien sudah
dibaringkan ke kiri )
6. Memberitahu keluarga pasien akan dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi ( rujukan
telah dilakukan ke fasilitas pelayanan lebih tinggi

17
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau masa
nifas yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf ) dan atau koma
dimana sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre eklampsia. (Ong Tjandra & John
2008)
Eklampsia selalu didahului oleh pre eklampsia. Perawatan prenatal untuk
kehamilan dengan predisposisi pre eklampsia perlu ketat dilakukan agar dapat dideteksi
sedini mungkin gejala – gejala eklampsia. Sering di jumpai perempuan hamil yang
tampak sehat mendadak menjadi kejang – kejang eklampsia karena tidak terdeteksi
adanya pre eklampsia sebelumnya.

4.2.Saran

Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya bidan agar selalu memantau


keadaan Ibu hamil dapat benar-benar mengerti tentang pencegahan dan penatalaksanaan
eklampsia

18
DAFTAR PUSTAKA

Buku ajar bidan Myles, Diane M. Fraser, Margaret A Cooper. Jakarta EGC 2009

Manuaba, Ida Bagus Gede , Ilmu kebidanan , Penyakit kandungan dan Kb untuk pendidikan
bidan , Jakarta EGC 1998

Obstetri William : panduan ringkas / Kenneth J. Lereno, Egi Komara Yudha, Nike Budhi
Subekti, Jakarta EGC 2009.

Rukiyah, Lia yulianti. 2010.Asuhan Kebidanan 4 Patologis, Jakarta Tim.

19

Anda mungkin juga menyukai