Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya lah sehingga kami mampu menyusun makalah yang kami kumpulkan dari berbagai
sumber ini, yang kemudian kami susun sedemikian rupa, hingga menjadi sebuah makalah
“Eklampsia”.

Kami sangat mengharapkan makalah ini sekiranya dapat berguna dalam rangka
mengurangi angka kematian ibu (AKI) melalui pembelajaran mengenai eklampsia yang sering
terjadi pada masyarakat yang disertai dengan cara pencegahan dan penanganannya yang telah
dijelaskan dalam makalah. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Semoga makalah ini dapat
dipahami bagi siapapun yang hendak membacanya.

Atas perhatiannya, tidak lupa pula kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang membantu hingga terciptanya makalah ini.

Surabaya, 15 Januari 2020


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum
kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas. Golongan penyakit ini
ditandai dengan hypertensi dan kadang – kadang disertai proteinuria, odema, convulsi coma atau
gejala – gejala lainnya.

Penyakit ini cukup sering dijumpai dan masih merupakan salah satu sebab dari kematian
ibu. Di USA misalnya 1/3 dari kematian ibu disebabkan penyakit ini. Hypertensi dalam
kehamilan juga menjadi penyebab yang penting dari kelahiran mati dan kematian neonatal.
Hypertensi biasa akan berakhir dengan EKLAMPSIA.

Eklampsia merupakan penyebab dengan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas


maternal dan perinatal. Kejadian EKLAMPSIA di Negara berkembang berkisar 1 dari 100
hingga 1 dari 700 kelahiran. Di Indonesia pre EKLAMPSIA dan EKLAMPSIA berkisar 1,5 %
sampai 25 %. Koknifikan yang mengancam jiwa ibu akibat eklampsia adalah edema pulmonalis,
gagal hati dan ginjal, DIC, sindrom HELLP, dan perdahan otak.

EKLAMPSIA disebut dengan antepartum, intrapartum, atau pascapartum. Bergantung pada


apakah kejang muncul sebelum, selama atau sesudah persalinan. EKLAMPSIA paling sering
terjadi pada trimester terakhir dan menjadi semakin sering menjelang aterm.

Masalah utama dalam mencegah dan mengobati EKLAMPSIA adalah penyebab kondisi
yang tidak diketahui. Terdapat hubungan yang kuat antara hipertensi dan penyakit serebral yang
mengidentifikasi persamaan klinis antara EKLAMPSIA dan ensefalopati hipertensif ( Vaughan
& Delanty 2000 ).

Dengan adanya uraian di atas maka penulis akan membahas masalah EKLAMPSIA untuk
mengurangi AKI dan AKB sekaligus menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan EKLAMPSIA?

2. Berapa jenis EKLAMPSIA?

3. Bagaimana gejala EKLAMPSIA?

4. Bagimana patologi penyakit EKLAMPSIA?

5. Apa etiologi dari EKLAMPSIA?


1.3 Tujuan penulisan makalah

1. Tujuan umum

Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang EKLAMPSIA dan demi


terlaksananya diskusi kelas.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui definisi EKLAMPSIA

b. Untuk mengetahui jenis-jenis EKLAMPSIA

c. Untuk mengetahui gejala EKLAMPSIA

d. Untuk mengetahui patologi penyakit EKLAMPSIA

e. Untuk mengetahui etiologi dari EKLAMPSIA

1.4 Manfaat penulisan makalah

1. Manfaat bagi penulis

Adapun manfaat yang dapat diperoleh kelompok yakni dapat mngerjakan tugas
kelompok dengan meningkatnya kerjasama dan kekompakan.

2. Manfaat bagi pembaca

Dapat menambah pengetahuannya tentang EKLAMPSIA.

3. Manfaat bagi dosen yang bersangkutan

Dapat memberikan penilaian kepada mahasiswa dari hasil penulisan makalah dan
diskusi kelompok dalam kelas dan mengetahui seberapa jauh mahasiswa mampu
memahami materi yang dibahas dalam diskusi.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian eclampsia

Eklampsia adalah penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan dalam masa
nifas disertai dengan hypertensi oedema dan proteinuria. (obstetric patologi,unpad,1984).

Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang
ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelianan neurologik) dan atau koma
dimana sebeblumnya sudah menunjukkan gejala – gejala pre eklampsia (asuhan patologi
kebidanan, 2009).

Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeclampsia, yang disertai dengan kejang
menyeluruh dan koma. (ilmu kebidanan, 2010).

Eklampsia lebih sering terjadi pada primagravidae dari pada multiparae. Eklampsia juga
sering terjadi pada : kehamilan kembar, hydramnion, mola hidatidosa. Eklampsia post partum
umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.

2.2 Jenis-jenis eclampsia

Menurut saat terjadinya eklampsia kita mengenal istilah :

1. Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan

2. Eklampsia intrapartum ialah eklampsia sewaktu persalinan

3. Eklampsia postpartum ialah eklampsia setalah persalinan

2.3 Gejala eclampsia

Eklampsia selalu didahului oleh gejala – gejala preeklampsia yang berat seperti :

1. Sakit kepala yang keras

2. Penglihatan kabur

3. Nyeri diulu hati

4. Kegelisahan dan hyperrefleksi sering mendahuli serangan kejang

Serangan dapat dibagi dalam 4 tingkat :

a. Tingkat invasi (tingkat permulaan)


Mata terpaku, kepala dipalingkan kesatu pihak, kejang –kejang hals terlihat pada muka.
Tingkat ini berlangsung beberapa detik.

b. Tingkat kontraksi (tingkat kejang tonis)

Seluruh badan menjadi kaku, kadang- kadang terjadi ephistholonus, lamanya 15


sampai 20 detik.

c. Tingkat konvulsi (tingkat kejang clonis)

Terjadilah kejang yang timbul hilang, rahang membuka dan menutup begitu pla
mata, otot –otot muka dan otot badan berkontraksi dan berelaksasi berulang. Kejang
ini sangat kuat hingga pasien dapat terlempar dari temapt tidur atau lidahnya tergigit.
Ludah yang berbuih bercampur darah keluar dari mulutnya, mata merah, muka biru,
berangsur kejang berkurang dan akhirnya berhenti. Lamanya ± 1 menit.

d. Tingkat coma

Setelah kejang clonis ini pasien jatuh dalam coma. Lamanya coma ini dari beberapa
menit sampai berjam –jam. Kalau pasien sadar kembali maka ia tidak ingat sama sekali
apa yang telah terjadi.

2.4 Gejala klinis :

1. Kehamilan lebih 20 minggu atau persalinan atau masa nifas

2. Tanda – tanda pre eklampsia (hipertensi, edema dan proteinuria)

3. Kejang dan atau koma

4. Kadang – kadang disertai gangguan fungsi organ.

Setelah beberapa waktu, terjadi serangan baru dan kejadian yang dilukiskan diatas berulang
lagi kadang –kadang 10 – 20 kali.

Sebab kematian eklampsia adalah odema paru –paru, apoplexy dan acidosis. Atau pasien
mati setelah beberapa hari karena pneumoni aspirasi, kerusakan hati atau gangguan faal ginjal.
Kadang–kadang terjadi eklampsia tanpa kejang ;gejala yang menonjol ialah coma. Eklampsia
se,acam ini disebut eklampsia sine eklampsia dan terjadi pada kerusakan hati yang berat. Karena
kejang merupakan gejala yang khas dari eklampsia maka eklampsia sine eklampsia sering
dimasukkan preeklampsia yang berat. Pada eklampsia tekanan darah biasanya tinggi sekitar
180/110 mmHg.

Nadi kat dan berisi tetapi kalau keadaan sudah memburuk menjadi kecil dan cepat. Demam
yang tinggi memburuk prognosa. Demam ini rupa–rupanya cerebral. Pernafasan biasanya cepat
dan berbunyi, pada eklampsia yang berat ada cyanosis.
Proteinuria hamper selalu ada malahan kadang – kadang sangat banyak juga odema
biasanya ada. Pada eklampsia antepartum biasanya persalianan mulai setelah beberapa waktu.
Tapi kadang –kadang pasien berangsr baik tidak kejang lagi dan sadar sedangkan kehamilan ters
berlangsung.

Eklampsia yang tidak segera disusul dengan persalinan disebut eklampsia intercurrent.
Dianggap bahwa pasien yang sedemikian bukan sembuh tapi jatuh ke tingkat yang lebih ringan
ialah dari eklampsia ke dalam keadaan preeklampsia. Jadi kemngkinan eklampsia tetap
mengancam pasien semacam ini sebelum persalianan terjadi.

Setelah persalianan keadaan pasien berangsr baik, kira – kira dalam 12 – 24 jam. Juga kalau
anak mati didalam kandungan sering kita lihat bahwa beratnya penyakit berkurang. Proteinria
hilang dalam 4 – 5 hari sedangkan tekanan darah normal kembali dalam kira –kira 2 minggu.
Ada kalanya pasien yang telah menderita eklampsia menjadi psychotis, biasanya pada hari ke 2
atau ke 3 postpartum dan berlangsung 2 – 3 mingg. Prognosa pada munya baik, penyulit laiannya
ialah hemiplegic dan ganguuan penglihatan karena odema retina.

2.5 Patologi Eklampsi

Pada wanita yang mati karena eklampsia terdapat kelainan pada hati, ginjal, otak, dan
paru – paru dan jantung. Pada umumnya dapat ditemukan necrose, haemorrhagia, odema,
hyperaemia atau ischaemia dan thrombosis. Pada placenta terdapat infakt – infarct karena
degenarasi syncytium. Perubahan lain yang terdapat ialah retensi air dan natrium,
haemokonsentrasi dan kadang – kadang acidosis.

2.6 Etiologi eclampsia

Sebab eklampsia belum diketahui benar, salah satu teori yang dikemukakan ialah bahwa
eklampsia disebabakan ischaemia rahim dan plasenta (ischaemia uteroplacenta). Selama
kehamilan uterus memerlukan darah lebih banyak. Pada molahydatidosa, hidramnion,
kehamilan ganda, multipara, pada akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada penyakit
pembuluh darah ibu, diabetes, perdarahan darah dalam dinding rahim kurang, maka keluarlah
zat- zat dari plasenta atau decidua yang menyebabkan vasospasmus dan hypertensi.

2.7 Diagnos Eklampsia

Untuk diagnose eklampsia harus dikesampingkan keadaan –keadaan lain dengan kejang
dan coma seperti ureami, keracunan, epilepsy, hysteri, ebcephalitis, meningitis, tumor
otak,dan atrofi kuning akut dari hati. Diagnose eklampsia lebih 24 jam postpartum harus
dicurigai.
2.8 Prognosis Eklamsia

Eklampsia adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya maka prognosa kurang baik
untuk ibu maupun anak. Prognosa juga dipengaruhi oleh paritas artinya prognosa bagi
multiparae lebih buruk, dipengaruhi juga oleh umur terutama kalau umur melebihi 35 tahun
dan juga oleh keadaan pada waktu pasien masuk rumah sakit. Juga diurese dapat dipegang
untuk prognosa jika diurese lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka
prognosa agak baik. Sebaiknya oliguri dan anuri merupakan gejala yang buruk.

Gejala –gejala lain memberikan prognosa dikemukakan oleh Eden ialah :

1. Coma yang lama

2. Nadi di atas 120

3. Suhu di atas 390 C

4. Tensi di atas 200 mmHg

5. Lebih dari 10 serangan

6. Proteinuria 10 gram sehari sehari atau lebih

7. Tidak adanya odema.

Odema paru –paru dan apoplexy merupakan keadaan yang biasanya mendahului
kematian.

2.9 Perawatan eklampsia

Perawatan dasar eklampsia ialah terapi suportif untuk stabilisasi fungsi vital, yang harus
selalu diingat airway, breathing, circulation (ABC), mengatasi dan mencegah kejang,
mengatasi hipoksemia dan asidemia, mencegah trauma pada pasien pada waktu kejang,
mengendalikan tekanan darah, khususnya pada waktu krisis hipertensi, melahirkan janin
pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat.

Perawatan medikamentosa dan perawatan suportif eklampsia merupakan peraatan yang


sangat penting. Tujuan utama pengobatan medikamentosa eklampsia ialah mencegah dan
menghentikan kejang, mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya hiprtensi krisis,
mencapai stabilisasi ibu seoptimal mungkin sehingga dapat melahirkan janin pada saat dan
dengan cara yang tepat.
1. Pengoatan medikamentosa

a. Obat anti kejang

Obat anti kejang yang menjadi pilihan utama ialah magnesium sulfat. Bila
dengan jenis obat ini kejang masih sukar diatasi, dapat dipakai obat jenis lain,
misalnya thiopental. Diazepam dapat dipakai sebagai alternative pilihan, namun
mengingat dosis yang diperlukan sangat tinggi, pemberian diazepam hanya
dilakukan oleh mereka yang telah berpengalaman. Pemberian diuretikum
hendaknya selalu disertai dengan memonitor plasma elektrolit. Obat kardiotinika
ataupun obat-obat anti hipertensi hendaknya selalu disiapkan dan diberikan
benar-benar atas indikasi.

b. Magnesium sulfat (MgSO4)

Pemberian magnesium sulfat pada dasarnya sama seperti pemberian


magnesium sulfat pada preeclampsia berat. Pengobatan suportif terutama
ditujukan untuk gangguan fungsi organ-organ penting, misalnya tindakan-
tindakan untuk memperbaiki asidosis, mempertahankan pentilasi paru-paru,
mengatur tekanan darah, mencegah dekompensasi kordis.

Pada penderita yang mengalami kejang dan koma, nursing care sanga
penting, misalnya meliputi cara-cara perawatan penderita dalam suatu kamar
isolasi, mencegah aspirasi, mengatur infuse penderita, dan monitoring produksi
urin.

c. Perawatan pada waktu kejang

Pada penderita yang mengalami kejang, tujuan pertama pertologan ialah


mencegah penderita mengalami trauma akibat kejang-kejang tersebut. Dirawat di
kamar isolasi cukup terang, tidak di kamar gelap, agar bila terjadi sianosis segera
dapat diketahui. Penderita dibaringkan di tempat tidur yang lebar, dengan rail
tempat tidur harus dipasang dan dikunci dengan kuat. Selanjutnya masukkan
sudap lidah ke dalam mulut penderita dan jangan mencoba melepas sudap lidah
yang sedang tergigit karena dapat mematahkan gigi. Kepala direndahkan dan
daerah orofarim diisap. Hendaknya dijaga agar kepala dan ekstremitas penderita
yang kejang tidak terlalu kuat menghentak-hentak benda keras disekitarnya.
Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendor, guna menghindari fraktur.
Bila penderita selesai kejang-kejang, segera beri oksigen.

d. Perawatan koma
Perlu diingat bahwa penderita koma tidak dapat beraksi atau
mempertahankan diri terhadap suhu yang ekstrim, posisi tubuh yang
menimbulkan nyeri dan aspirasi, karena hilangnya reflex muntah. Ahaya terbesar
yang mengancam penderita koma, ialah terbuntunya jalan napas atas. Setiap
penderita EKLAMPSIA yang jatuh dalm koma harus dianggap bahwa jalan napas
atas terbuntu, kecuali dibuktikan lain.

Oleh karena itu, tindakan pertama-tama pada penderita yang jatuh, (tidak
sadar), ialah menjaga dan mengusahakan agar jalan napas atas tetap terbuka.
Untuk menghindari terbuntunya jalan napas atas oleh pangkal lidah dan epiglottis
dilakukan tindakan sebagai berikut. Cara yang sederhana dan cukup efektif dalam
menjaga terbukanya jalan napas atas, ialah dengan maneuver head tilt-neck lift,
yaitu kepala direndahkan dan leher dalam posisi ekstensi ke belakang atau head
tilt- chain lift, dengan kepala direndahkan dan dagu ditarik ke atas, atau jaw-
thrust, yaitu mandibula kiri-kanan di ekstensikan ke atas sambil mengangkat
kepala ke belakang. Tindakan ini kemudian dapat dilanjutkan dengan
pemasangan orophary haringeal airway46 . hal penting ke dua yang perlu
diperhatikan ialah bahwa penderita, akan kehilangan reflex muntah sehingga
kemungkinan terjadinya aspirasi bahan lambung sangat besar. Lambung ibu
hamil harus selalu dianggap sebagai lambung penuh. Oleh karena itu, semua
benda yang ada dalam rongga mulut dan tenggorokan, baik berupa lender
maupun sisa makanan, hars segera diiasap secara intermiten. Penderita ditidurkan
dalam posisi stabil untuk drainase lendir.

Monitoring kesadaran dan dalamnya, memakai Glasgow, coma


escale.pada perawatan koma perlu diperhatikan pencehgahan dekubitus dan
makanan penderita. Pada koma yang lama, bila nutrisi tidak mungkin; dapat
diberikan melalui nasograstrik tube (NGT).

e. Perawatan edema paru.

Bila terjadi edema paru sebaiknya penderita di rawat di ICU karena


membutuhkan perawatan animasi dengan respirator.

2. Pengobata obstetric

Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan EKLAMPSIA harus


diakhiri, tanpa memandang kehamilan dan keadaan janin. Persalinan diakhiri bila sudah
mencapai stabilisasi (pemulihan). Hemodinamika dan metabolism ibu.

Pada perawatan pasca persalinan, bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring


tanda-tanda vital dilakukan sebagaimana lazimnya.
a. Penanganan kejang

1. Selalu ingat ABC (airway, breathing, circulation)

2. Beri obat anti kejang

3. Beri oksigen 4-6 liter per menit

4. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat terlalu keras

5. Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi

6. Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu


BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. ”S” UMUR 23 TAHUN USIA KEHAMILAN 30


MINGGU DENGAN EKLAMPSIA DI RSUD MAMUJU TANGGAL 14 JUNI 2015

No. Register : 65789

Masuk BPM Tanggal/ Pukul :14 Juni 2015 Jam 08.00 WITA

Dirawat diruang : Periksa

Tanggal pengkaji :14 Juni 2015 Jam : 08.00 WITA

Nama pengkaji : Kelompok II

LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR

A. Identitas istri / suami

Nama : Ny “S”

Umur : 23 Tahun

Nikah/Lamanya : 1 Kali/ ± 1 Tahun

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : Sma

Pekerjaan : Irt

Alamat : Jl. Soekarno Hatta

B. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn “K

Umur : 27 Tahu

Suku : Bugis

Agama : Islam
Pendidikan : Sma

Pekerjaan : Polisi

Alamat : Jl. Soekarno Hatta

Hubungan dengan keluarga : Suami

C. Riwayat Keluhan Utama

Keluarga mengatakan ibu mengalami kejang-kejang sejak 30 menit yang lalu

D. Riwayat Menstruasi

Menarche : 15 tahun

Siklus : 28 hari

Lama : 6 hari

Disminorhe : kadang-kadang

E. Riwayat Kehamilan Sekarang

a. HPHT :06 November 2014

b. HTP :13 Agustus 2015

c. Umur kehamilan 30 minggu

d. Kunjungan ANC

Trimester I

 Frekuensi : 2 kali

 Keluhan : mual muntah

 Komplikasi : tidak ada

 Terapi : B6 1x1

Trimester II

 Frekuensi : 2 kali

 Keluhan : pusing,odema kaki dan tangan


 Komplikasi : tidak ada

 Terapi : fe 1x1

Trimester III

 Frekuensi : 1 kali

 Keluhan : pusing,odema pada kaki dan tangan

 Komplikasi : tidak ada

 Terapi : fe 1x1

e. Imunisasi TT 2 kali

TT 1 :23 Maret 2015

TT 2 :23 April 2015

f. Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari)

Ibu mengatakan pergerakan janin lebih dari 10 kali dalam sehari

F. Riwayat Kesehatan

1. Ibu tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, paru-paru ginjal, dan diabetes militus (DM

2. Ibu mempunyai riwayat hipertensi

3. Ibu tidak pernah dioperasi atau transfuse darah

4. Ibu tidak pernah merokok dan minum minuman yang beralkohol

5. Ibu tidak ada alergi obat obatan dan makanan

G. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – hari

a. Pola nutrisi

 Makan

Frekuensi : 3-4x/ hari

Porsi : 1 Piring
Jenis : Nasi, Sayur, Lauk, Roti

 Minum

Frekuensi : 5-6x/ hari

Porsi : 1 gelas

Jenis : Air Putih, Susu

b. Pola Eliminasi

 BAK

Frekuensi : 1x/hari

Konsistensi : Padat

Warna : kuning

 BAB

Frekuensi : 3-4x perhari

Konsistensi : Cair

Warna : kekuningan dan keruh

c. Pola Istirahat

Tidur Siang

Lama : lama ±1 jam (13.00-14.00)

Tidur Malam

Lama : lama ±5 jam (24.00-05.00)

d. Personal Hygiene

Mandi : 2x/hari

Ganti baju : 2x/sehari

Gosok Gigi : 2x/sehari

Keramas : 3x/seminggu
e. Pola Seksualitas

Frekuensi : 3x/seminggu

f. Pola Aktifitas ( terkait kegiatan fisik, olahraga)

1. Ibu mengatakan melakukan kegiatan sebagai IRT(menyapu, mencuci pakaian,


memasak)

2. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu, minuman


beralkohol)

3. Ibu mengtakan tidak memiliki kebiasaan yang mengganggu kesehatan seperti


merokok, minum jamu, minuman beralkohol.

4. Data Psikososial, spiritual dan ekonomi ( Penerimaan ibu/ suami/ keluarga terhadap
kehamilan, dukungan keluarga, hubungan dengan suami/keluarga/tetangga,
perawatan bayi, kegiatan ibadah, kegiatan sosial, keadaan ekonomii keluarga)

 Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya

 Suami dan keluarga sangat mendukung kehamilannya

 Ibu menjalin silaturahmi dengan tetangga sekitar

 Ibu rajin ibadah sholat 5 waktu

 Ibu mengikuti kegiatan PKK di desanya

 Ibu sudah menabung sedikit demi sedikit untuk biaya persalinan dan
kemungkinan komplikasi

H. Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : tidak baik

b. Kesadaran : stupor

c. Status Emosional : tidak stabil

d. Tanda Vital

TekananDarah : 210/120 mmHg

Nadi : 120 x/menit


Pernapasan : 26 x/menit

Suhu : 38,60C

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : Mesochephalus, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, rambut hitam,
lurus

b. Wajah : terdapat odema, tidak ada bekas luka, ada nya cloasma grapidarum

c. Mata : terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar

d. Hidung :tidak ada polip, bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung

e. Mulut : mulut membuka

f. Telinga : simetris, tidak ada serumen, terdapat lubang telinga

g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis, limfe dan vena jugularis

h. Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada

i. Payudara : simetris putting susu menonjol hiperpigmentsi areola mamae

j. Abdomen : adanya odema, adanya linea nigra dan strie gravidarum

k. Palpasi Leopold

Leopold I : Tfu 3 jari diatas pusat, teraba bulat, lunak dan tidak melenting (bokong)

Leopold II : Punggung kanan

Leopold III: bagian terendah janin teraba bulat, (kepala)

Leopold IV: kepala belum masuk panggul

Osborn Test : tidak dilakukan

Pemeriksaan Mc. Donald

Tinggi Fundus Uteri : 28 cm

Lingkar Perut : 88,5 cm

Tafsiran Berat Janin : 2480 gram

Auskultasi DJJ : 140x/ menit


l. Ekstremitas Atas : terdapat odema, tangan bergetar, jari tangan menggenggam

m. Ekstremitas Bawah : terdapat odema

n. Genetalia luar : bersih, tidak berbau, tidak ada tanda – tanda infeksi

o. Pemeriksaaan panggul : tidak dilakukan

3. Pemeriksaan Laboraturium

Tanggal 14 juni 2015 pukul 08.30 wita

- Hemoglogin : 9,2 gr/dl

- Protein urin : (++++)

- Albumin : negative

LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL

A. Diagnosa Kebidanan

Ny. “S” umur 23 tahun G1P0A0 usia kehamilan 30 minggu dengan eklampsia

Data Subjektif :

1. Keluarga mengatakan ibu mengalami kejang-kejang sejak 30 menit yang lalu

2. Keluarga mengatakan ibu berusia 23 Tahun

3. Keluarga mengatakan bahwa ini kehamilan yang pertama

4. Kelurga mengatakan HPHT 06 november 2014

5. Ibu mengatakan tidak pernah keguguran

Data Objektif :

1. Keadaan Umum : tidak baik

2. Kesadaran : stupor

3. Tanda-Tanda Vital :

- Tekanan D arah : 210/120 mmHg

- Nadi : 120 x/menit


- Pernafasan : 26 x/menit

- Suhu : 38,6o C

4. Pemeriksaan fisik

- kepala dalam posisi mesochephalus

- Terdapat odema pada wajah

- Mata terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar

- Mulut membuka

5. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat hasil protein urin (++++)

B. Masalah

Terjadi serangan kejang tingkat konvulsi (tingkat kejang clonis).

C. Analisa dan Interpretasi Data

EKLAMPSIA selalu didahului oleh gejela-gejala preEKLAMPSIA berat yaitu salah


satunya kegelisahan dan hyperrefleksi sering mendahului serangan kejang. Salah satu
serangan kejang yaitu tingkat konvulsi ditandai dengan terjadinya kejang yang timbul
hilang; rahang membuka dan menutup begitu pla mata, otot –otot muka dan otot badan
berkontraksi dan berelaksasi berulang. Kejang ini sangat kuat hingga pasien dapat terlempar
dari temapt tidur atau lidahnya tergigit. Ludah yang berbuih bercampur darah keluar dari
mulutnya, mata merah, muka biru, berangsur kejang berkurang dan akhirnya berhenti.
Lamanya ± 1 menit. (obstetric patologi,unpad,1984, hal : 99-100).

LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL

Dengan adanya tanda-tanda kejang tingkat konvulsi maka dapat berpotensi menjadi coma.

LANGKAH IV RENCANA TINDAKAN SEGERA/ KOLABORASI

1. Mandiri

Membaringkan pasien pada posisi miring kiri.

2. Kolaborasi

Dengan rekan sejawat (bidan), Pihak transportasi (Ambulance).


3. Merujuk

Merujuk ke rumah sakit/ fasilitas kesehatan yang lebih memadai.

LANGKAH V RENCANA ASUHAN KEBIDANAN / INTERVENSI

Tanggal 14 juni 2014 pukul 08.00 wita

1. Beritahu keluarga pasien bahwa akan dilakukan tindakan

2. Rasional : dengan memberitahu keluarga pasien petugas kesehatan dapat bebas dari
gugatan jika terjadi sesuatu pada pasien. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma

3. Rasional : menghindarkan pasien dari kemungkinan trauma. Beritahu keluarga pasien


akan di Pasang infuse

4. Rasional : dengan memasang infuse dapat memenuhi kebutuhan cairan pasien.

Beritahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti kejang

5. Rasional : dengan pemberian obat anti kejang, kejang dapat mengurangi terjadinya
kejang susulan.Beritahu keluarga pasien bahwa pasien akan dipasangkan oksigen

6. Rasional : dengan memasng oksigen kebutuhan oksigen pasien terpenuhi. Baringkan


pasien pada sisi kiri

7. Rasional : untuk mengurangi resiko aspirasi. Beritahu keluarga pasien bahwa akan di
lakukan rujukan

8. Rasional : dengan dilakukannya rujukan pasien dapat memperoleh pelayanan kesehatan


dengan fasilitas lebih lengkap.
LANGKAH VI IMPLEMENTASI

Tanggal 14 juni 2015 pukul 08.05 wita

1. Memberitahu keluarga pasien bahwa akan dilakukan tindakan

Hasil : keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan

2. Melindungi pasien dari kemungkianan trauma dengan mengikat pasien tetapi jangan diikat
terlalu kuat.

Hasil : Pasien sudah dilindungi dari kemungkinan terjadinya trauma

3. Memberitahu keluarga psien bahwa akan dipasang infuse RL (Ringer Laktat).

Hasil : Infuse RL (ringer laktat) sudah dipasang pada pasien

4. Memberitahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti kejang berupa MgSO4
dengan syarat pemberian

a. Frekuensi pernafasan minimal 16x/ menit

b. Reflex patella positif

c. Urun minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir atau 0,5 ml/kgBB/ jam

d. Menyiapkan ampul Kalsium Glukonas 10% dam 10 ml

Hasil : Obat anti kejang berupa MgSO4 sudah diberikan kepada pasien.

5. Memberitahu keluarga pasien akan bahwa pasien akan diberikan oksigen 4-6 liter per menit

Hasil : Oksigen sudah diberikan 4-6 liter per menit.

6. Membaringkan posisi pasien ke sebelah kiri

Hasli : Pasien sudah dibaringkan ke posisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi.

7. Memberitahu keluarga pasien akan dilakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi

Hasil : Rujukan sudah dilakukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi

LANGKAH VII EVALUASI

Tanggal 14 Juni 2015 pukul 08.10 wita


1. Pasien sudah dilindungi dari kemungkinan terjadinya trauma

2. Infuse RL (ringer laktat) sudah dipasang pada pasien

3. Obat anti kejang berupa MgSO4 sudah diberikan kepada pasien

4. Oksigen sudah diberikan 4-6 liter per menit

5. Pasien sudah dibaringkan ke posisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi

6. Rujukan sudah dilakukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi


PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN

(SOAP)

No. Register : 65789

Masuk BPM Tanggal/ Pukul :14 Juni 2015 Jam 08.00 WITA

Dirawat diruang : Periksa

Tanggal pengkaji :14 Juni 2015 Jam : 08.00 WITA

Nama pengkaji : Kelompok II

IDENTIFIKASI DATA DASAR

Nama : Ny “S”/Tn “K

Umur : 23 Tahun/27 Tahu

Nikah/Lamanya : 1 Kali/ ± 1 Tahun

Suku : Jawa/Bugis

Agama : Islam

Pendidikan : Sma/Sma

Pekerjaan : Irt/Polisi

Alamat : Jl. Soekarno Hatta

DATA SUBJEKIF (S)

1. Keluarga mengatakan ibu mengalami kejang-kejang sejak 30 menit yang lalu

2. Keluarga mengatakan ibu berusia 23 Tahun

3. Keluarga mengatakan bahwa ini kehamilan yang pertama

4. Kelurga mengatakan HPHT 06 november 2014


5. Ibu mengatakan tidak pernah keguguran

DATA OBJEKTIF (O)

1. Keadaan Umum : tidak baik

2. Kesadaran : stupor

3. Tanda-Tanda Vital :

- Tekanan D arah : 210/120 mmHg

- Nadi : 120 x/menit

- Pernafasan : 26 x/menit

- Suhu : 38,60 C

4. Pemeriksaan fisik:

- kepala dalam posisi mesochephalus

- Terdapat odema pada wajah

- Mata terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar

- Mulut membuka

5. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat hasil protein urin (++++)

ASSESMENT (A)

Ny. “S” umur 23 tahun G1P0A0 usia kehamilan 30 minggu dengan eklampsia.

PENATALAKSANAAN (P)

Tanggal 14 juni 2015 pukul 08.05 wita

1. Memberitahu keluarga pasien bahwa akan dilakukan tindakan

Hasil : keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan


2. Melindungi pasien dari kemungkianan trauma dengan mengikat pasien tetapi jangan diikat
terlalu kuat.

Hasil : Pasien sudah dilindungi dari kemungkinan terjadinya trauma

3. Memberitahu keluarga psien bahwa akan dipasang infuse RL (Ringer Laktat).

Hasil : Infuse RL (ringer laktat) sudah dipasang pada pasien

4. Memberitahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti kejang berupa MgSO4
dengan syarat pemberian

a. Frekuensi pernafasan minimal 16x/ menit

b. Reflex patella positif

c. Urun minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir atau 0,5 ml/kgBB/ jam

d. Menyiapkan ampul Kalsium Glukonas 10% dam 10 ml

Hasil : Obat anti kejang berupa MgSO4 sudah diberikan kepada pasien.

5. Memberitahu keluarga pasien akan bahwa pasien akan diberikan oksigen 4-6 liter per menit

Hasil : Oksigen sudah diberikan 4-6 liter per menit.

6. Membaringkan posisi pasien ke sebelah kiri

Hasli : Pasien sudah dibaringkan ke posisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi.

7. Memberitahu keluarga pasien akan dilakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi

Hasil : Rujukan sudah dilakukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

EKLAMPSIA merupakan kasus akut pada penderita preeclampsia, yang disertai dengan
kejang menyeluruh dan koma. Eklampsia lebih sering terjadi pada primagravidae dari pada
multiparae. Eklampsia juga sering terjadi pada : kehamilan kembar, hydramnion, mola
hidatidosa. EKLAMPSIA post partum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama
setelah persalinan. Pemeriksaan antenatal care sangatlah penting untuk mendeteksi secara dini
dan mencegah eklmapsia.

B. Saran

Setelah membaca makalah ini, diharapkan kepada para pembaca agar menyampaikan
kepada masyarakat lainnya akan pentingnya pemeriksaan antenatar care secara rutin terutama
kepada para ibu hamil dengan menjelaskan resiko apa yang bisa terajadi bila tidak mengikuti
anjuran.
DAFTAR PUSTAKA

Prawihardjo, sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bna Pustaka

Bagian Obstetric Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.


1984.Obstetric Patologi. Bandung :Elstar Offset.

Sujiantini, M.Keb. dkk. 2009. Asuahan Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Nugroho, dr. Taufan.2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai