Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya lah sehingga kami mampu menyusun makalah yang kami kumpulkan dari berbagai
sumber ini, yang kemudian kami susun sedemikian rupa, hingga menjadi sebuah makalah
“Eklampsia”.
Kami sangat mengharapkan makalah ini sekiranya dapat berguna dalam rangka
mengurangi angka kematian ibu (AKI) melalui pembelajaran mengenai eklampsia yang sering
terjadi pada masyarakat yang disertai dengan cara pencegahan dan penanganannya yang telah
dijelaskan dalam makalah. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Semoga makalah ini dapat
dipahami bagi siapapun yang hendak membacanya.
Atas perhatiannya, tidak lupa pula kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang membantu hingga terciptanya makalah ini.
PENDAHULUAN
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum
kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas. Golongan penyakit ini
ditandai dengan hypertensi dan kadang – kadang disertai proteinuria, odema, convulsi coma atau
gejala – gejala lainnya.
Penyakit ini cukup sering dijumpai dan masih merupakan salah satu sebab dari kematian
ibu. Di USA misalnya 1/3 dari kematian ibu disebabkan penyakit ini. Hypertensi dalam
kehamilan juga menjadi penyebab yang penting dari kelahiran mati dan kematian neonatal.
Hypertensi biasa akan berakhir dengan EKLAMPSIA.
Masalah utama dalam mencegah dan mengobati EKLAMPSIA adalah penyebab kondisi
yang tidak diketahui. Terdapat hubungan yang kuat antara hipertensi dan penyakit serebral yang
mengidentifikasi persamaan klinis antara EKLAMPSIA dan ensefalopati hipertensif ( Vaughan
& Delanty 2000 ).
Dengan adanya uraian di atas maka penulis akan membahas masalah EKLAMPSIA untuk
mengurangi AKI dan AKB sekaligus menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan.
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
Adapun manfaat yang dapat diperoleh kelompok yakni dapat mngerjakan tugas
kelompok dengan meningkatnya kerjasama dan kekompakan.
Dapat memberikan penilaian kepada mahasiswa dari hasil penulisan makalah dan
diskusi kelompok dalam kelas dan mengetahui seberapa jauh mahasiswa mampu
memahami materi yang dibahas dalam diskusi.
BAB II
LANDASAN TEORI
Eklampsia adalah penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan dalam masa
nifas disertai dengan hypertensi oedema dan proteinuria. (obstetric patologi,unpad,1984).
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang
ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelianan neurologik) dan atau koma
dimana sebeblumnya sudah menunjukkan gejala – gejala pre eklampsia (asuhan patologi
kebidanan, 2009).
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeclampsia, yang disertai dengan kejang
menyeluruh dan koma. (ilmu kebidanan, 2010).
Eklampsia lebih sering terjadi pada primagravidae dari pada multiparae. Eklampsia juga
sering terjadi pada : kehamilan kembar, hydramnion, mola hidatidosa. Eklampsia post partum
umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.
Eklampsia selalu didahului oleh gejala – gejala preeklampsia yang berat seperti :
2. Penglihatan kabur
Terjadilah kejang yang timbul hilang, rahang membuka dan menutup begitu pla
mata, otot –otot muka dan otot badan berkontraksi dan berelaksasi berulang. Kejang
ini sangat kuat hingga pasien dapat terlempar dari temapt tidur atau lidahnya tergigit.
Ludah yang berbuih bercampur darah keluar dari mulutnya, mata merah, muka biru,
berangsur kejang berkurang dan akhirnya berhenti. Lamanya ± 1 menit.
d. Tingkat coma
Setelah kejang clonis ini pasien jatuh dalam coma. Lamanya coma ini dari beberapa
menit sampai berjam –jam. Kalau pasien sadar kembali maka ia tidak ingat sama sekali
apa yang telah terjadi.
Setelah beberapa waktu, terjadi serangan baru dan kejadian yang dilukiskan diatas berulang
lagi kadang –kadang 10 – 20 kali.
Sebab kematian eklampsia adalah odema paru –paru, apoplexy dan acidosis. Atau pasien
mati setelah beberapa hari karena pneumoni aspirasi, kerusakan hati atau gangguan faal ginjal.
Kadang–kadang terjadi eklampsia tanpa kejang ;gejala yang menonjol ialah coma. Eklampsia
se,acam ini disebut eklampsia sine eklampsia dan terjadi pada kerusakan hati yang berat. Karena
kejang merupakan gejala yang khas dari eklampsia maka eklampsia sine eklampsia sering
dimasukkan preeklampsia yang berat. Pada eklampsia tekanan darah biasanya tinggi sekitar
180/110 mmHg.
Nadi kat dan berisi tetapi kalau keadaan sudah memburuk menjadi kecil dan cepat. Demam
yang tinggi memburuk prognosa. Demam ini rupa–rupanya cerebral. Pernafasan biasanya cepat
dan berbunyi, pada eklampsia yang berat ada cyanosis.
Proteinuria hamper selalu ada malahan kadang – kadang sangat banyak juga odema
biasanya ada. Pada eklampsia antepartum biasanya persalianan mulai setelah beberapa waktu.
Tapi kadang –kadang pasien berangsr baik tidak kejang lagi dan sadar sedangkan kehamilan ters
berlangsung.
Eklampsia yang tidak segera disusul dengan persalinan disebut eklampsia intercurrent.
Dianggap bahwa pasien yang sedemikian bukan sembuh tapi jatuh ke tingkat yang lebih ringan
ialah dari eklampsia ke dalam keadaan preeklampsia. Jadi kemngkinan eklampsia tetap
mengancam pasien semacam ini sebelum persalianan terjadi.
Setelah persalianan keadaan pasien berangsr baik, kira – kira dalam 12 – 24 jam. Juga kalau
anak mati didalam kandungan sering kita lihat bahwa beratnya penyakit berkurang. Proteinria
hilang dalam 4 – 5 hari sedangkan tekanan darah normal kembali dalam kira –kira 2 minggu.
Ada kalanya pasien yang telah menderita eklampsia menjadi psychotis, biasanya pada hari ke 2
atau ke 3 postpartum dan berlangsung 2 – 3 mingg. Prognosa pada munya baik, penyulit laiannya
ialah hemiplegic dan ganguuan penglihatan karena odema retina.
Pada wanita yang mati karena eklampsia terdapat kelainan pada hati, ginjal, otak, dan
paru – paru dan jantung. Pada umumnya dapat ditemukan necrose, haemorrhagia, odema,
hyperaemia atau ischaemia dan thrombosis. Pada placenta terdapat infakt – infarct karena
degenarasi syncytium. Perubahan lain yang terdapat ialah retensi air dan natrium,
haemokonsentrasi dan kadang – kadang acidosis.
Sebab eklampsia belum diketahui benar, salah satu teori yang dikemukakan ialah bahwa
eklampsia disebabakan ischaemia rahim dan plasenta (ischaemia uteroplacenta). Selama
kehamilan uterus memerlukan darah lebih banyak. Pada molahydatidosa, hidramnion,
kehamilan ganda, multipara, pada akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada penyakit
pembuluh darah ibu, diabetes, perdarahan darah dalam dinding rahim kurang, maka keluarlah
zat- zat dari plasenta atau decidua yang menyebabkan vasospasmus dan hypertensi.
Untuk diagnose eklampsia harus dikesampingkan keadaan –keadaan lain dengan kejang
dan coma seperti ureami, keracunan, epilepsy, hysteri, ebcephalitis, meningitis, tumor
otak,dan atrofi kuning akut dari hati. Diagnose eklampsia lebih 24 jam postpartum harus
dicurigai.
2.8 Prognosis Eklamsia
Eklampsia adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya maka prognosa kurang baik
untuk ibu maupun anak. Prognosa juga dipengaruhi oleh paritas artinya prognosa bagi
multiparae lebih buruk, dipengaruhi juga oleh umur terutama kalau umur melebihi 35 tahun
dan juga oleh keadaan pada waktu pasien masuk rumah sakit. Juga diurese dapat dipegang
untuk prognosa jika diurese lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka
prognosa agak baik. Sebaiknya oliguri dan anuri merupakan gejala yang buruk.
Odema paru –paru dan apoplexy merupakan keadaan yang biasanya mendahului
kematian.
Perawatan dasar eklampsia ialah terapi suportif untuk stabilisasi fungsi vital, yang harus
selalu diingat airway, breathing, circulation (ABC), mengatasi dan mencegah kejang,
mengatasi hipoksemia dan asidemia, mencegah trauma pada pasien pada waktu kejang,
mengendalikan tekanan darah, khususnya pada waktu krisis hipertensi, melahirkan janin
pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat.
Obat anti kejang yang menjadi pilihan utama ialah magnesium sulfat. Bila
dengan jenis obat ini kejang masih sukar diatasi, dapat dipakai obat jenis lain,
misalnya thiopental. Diazepam dapat dipakai sebagai alternative pilihan, namun
mengingat dosis yang diperlukan sangat tinggi, pemberian diazepam hanya
dilakukan oleh mereka yang telah berpengalaman. Pemberian diuretikum
hendaknya selalu disertai dengan memonitor plasma elektrolit. Obat kardiotinika
ataupun obat-obat anti hipertensi hendaknya selalu disiapkan dan diberikan
benar-benar atas indikasi.
Pada penderita yang mengalami kejang dan koma, nursing care sanga
penting, misalnya meliputi cara-cara perawatan penderita dalam suatu kamar
isolasi, mencegah aspirasi, mengatur infuse penderita, dan monitoring produksi
urin.
d. Perawatan koma
Perlu diingat bahwa penderita koma tidak dapat beraksi atau
mempertahankan diri terhadap suhu yang ekstrim, posisi tubuh yang
menimbulkan nyeri dan aspirasi, karena hilangnya reflex muntah. Ahaya terbesar
yang mengancam penderita koma, ialah terbuntunya jalan napas atas. Setiap
penderita EKLAMPSIA yang jatuh dalm koma harus dianggap bahwa jalan napas
atas terbuntu, kecuali dibuktikan lain.
Oleh karena itu, tindakan pertama-tama pada penderita yang jatuh, (tidak
sadar), ialah menjaga dan mengusahakan agar jalan napas atas tetap terbuka.
Untuk menghindari terbuntunya jalan napas atas oleh pangkal lidah dan epiglottis
dilakukan tindakan sebagai berikut. Cara yang sederhana dan cukup efektif dalam
menjaga terbukanya jalan napas atas, ialah dengan maneuver head tilt-neck lift,
yaitu kepala direndahkan dan leher dalam posisi ekstensi ke belakang atau head
tilt- chain lift, dengan kepala direndahkan dan dagu ditarik ke atas, atau jaw-
thrust, yaitu mandibula kiri-kanan di ekstensikan ke atas sambil mengangkat
kepala ke belakang. Tindakan ini kemudian dapat dilanjutkan dengan
pemasangan orophary haringeal airway46 . hal penting ke dua yang perlu
diperhatikan ialah bahwa penderita, akan kehilangan reflex muntah sehingga
kemungkinan terjadinya aspirasi bahan lambung sangat besar. Lambung ibu
hamil harus selalu dianggap sebagai lambung penuh. Oleh karena itu, semua
benda yang ada dalam rongga mulut dan tenggorokan, baik berupa lender
maupun sisa makanan, hars segera diiasap secara intermiten. Penderita ditidurkan
dalam posisi stabil untuk drainase lendir.
2. Pengobata obstetric
4. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat terlalu keras
TINJAUAN KASUS
Masuk BPM Tanggal/ Pukul :14 Juni 2015 Jam 08.00 WITA
Nama : Ny “S”
Umur : 23 Tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : Sma
Pekerjaan : Irt
Umur : 27 Tahu
Suku : Bugis
Agama : Islam
Pendidikan : Sma
Pekerjaan : Polisi
D. Riwayat Menstruasi
Menarche : 15 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 6 hari
Disminorhe : kadang-kadang
d. Kunjungan ANC
Trimester I
Frekuensi : 2 kali
Terapi : B6 1x1
Trimester II
Frekuensi : 2 kali
Terapi : fe 1x1
Trimester III
Frekuensi : 1 kali
Terapi : fe 1x1
e. Imunisasi TT 2 kali
F. Riwayat Kesehatan
1. Ibu tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, paru-paru ginjal, dan diabetes militus (DM
a. Pola nutrisi
Makan
Porsi : 1 Piring
Jenis : Nasi, Sayur, Lauk, Roti
Minum
Porsi : 1 gelas
b. Pola Eliminasi
BAK
Frekuensi : 1x/hari
Konsistensi : Padat
Warna : kuning
BAB
Konsistensi : Cair
c. Pola Istirahat
Tidur Siang
Tidur Malam
d. Personal Hygiene
Mandi : 2x/hari
Keramas : 3x/seminggu
e. Pola Seksualitas
Frekuensi : 3x/seminggu
4. Data Psikososial, spiritual dan ekonomi ( Penerimaan ibu/ suami/ keluarga terhadap
kehamilan, dukungan keluarga, hubungan dengan suami/keluarga/tetangga,
perawatan bayi, kegiatan ibadah, kegiatan sosial, keadaan ekonomii keluarga)
Ibu sudah menabung sedikit demi sedikit untuk biaya persalinan dan
kemungkinan komplikasi
H. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
b. Kesadaran : stupor
d. Tanda Vital
Suhu : 38,60C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Mesochephalus, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, rambut hitam,
lurus
b. Wajah : terdapat odema, tidak ada bekas luka, ada nya cloasma grapidarum
d. Hidung :tidak ada polip, bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis, limfe dan vena jugularis
k. Palpasi Leopold
Leopold I : Tfu 3 jari diatas pusat, teraba bulat, lunak dan tidak melenting (bokong)
n. Genetalia luar : bersih, tidak berbau, tidak ada tanda – tanda infeksi
3. Pemeriksaan Laboraturium
- Albumin : negative
A. Diagnosa Kebidanan
Ny. “S” umur 23 tahun G1P0A0 usia kehamilan 30 minggu dengan eklampsia
Data Subjektif :
Data Objektif :
2. Kesadaran : stupor
3. Tanda-Tanda Vital :
- Suhu : 38,6o C
4. Pemeriksaan fisik
- Mulut membuka
B. Masalah
Dengan adanya tanda-tanda kejang tingkat konvulsi maka dapat berpotensi menjadi coma.
1. Mandiri
2. Kolaborasi
2. Rasional : dengan memberitahu keluarga pasien petugas kesehatan dapat bebas dari
gugatan jika terjadi sesuatu pada pasien. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
Beritahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti kejang
5. Rasional : dengan pemberian obat anti kejang, kejang dapat mengurangi terjadinya
kejang susulan.Beritahu keluarga pasien bahwa pasien akan dipasangkan oksigen
7. Rasional : untuk mengurangi resiko aspirasi. Beritahu keluarga pasien bahwa akan di
lakukan rujukan
2. Melindungi pasien dari kemungkianan trauma dengan mengikat pasien tetapi jangan diikat
terlalu kuat.
4. Memberitahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti kejang berupa MgSO4
dengan syarat pemberian
c. Urun minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir atau 0,5 ml/kgBB/ jam
Hasil : Obat anti kejang berupa MgSO4 sudah diberikan kepada pasien.
5. Memberitahu keluarga pasien akan bahwa pasien akan diberikan oksigen 4-6 liter per menit
Hasli : Pasien sudah dibaringkan ke posisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi.
7. Memberitahu keluarga pasien akan dilakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi
(SOAP)
Masuk BPM Tanggal/ Pukul :14 Juni 2015 Jam 08.00 WITA
Nama : Ny “S”/Tn “K
Suku : Jawa/Bugis
Agama : Islam
Pendidikan : Sma/Sma
Pekerjaan : Irt/Polisi
2. Kesadaran : stupor
3. Tanda-Tanda Vital :
- Pernafasan : 26 x/menit
- Suhu : 38,60 C
4. Pemeriksaan fisik:
- Mulut membuka
ASSESMENT (A)
Ny. “S” umur 23 tahun G1P0A0 usia kehamilan 30 minggu dengan eklampsia.
PENATALAKSANAAN (P)
4. Memberitahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti kejang berupa MgSO4
dengan syarat pemberian
c. Urun minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir atau 0,5 ml/kgBB/ jam
Hasil : Obat anti kejang berupa MgSO4 sudah diberikan kepada pasien.
5. Memberitahu keluarga pasien akan bahwa pasien akan diberikan oksigen 4-6 liter per menit
Hasli : Pasien sudah dibaringkan ke posisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi.
7. Memberitahu keluarga pasien akan dilakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi
PENUTUP
A. Kesimpulan
EKLAMPSIA merupakan kasus akut pada penderita preeclampsia, yang disertai dengan
kejang menyeluruh dan koma. Eklampsia lebih sering terjadi pada primagravidae dari pada
multiparae. Eklampsia juga sering terjadi pada : kehamilan kembar, hydramnion, mola
hidatidosa. EKLAMPSIA post partum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama
setelah persalinan. Pemeriksaan antenatal care sangatlah penting untuk mendeteksi secara dini
dan mencegah eklmapsia.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan kepada para pembaca agar menyampaikan
kepada masyarakat lainnya akan pentingnya pemeriksaan antenatar care secara rutin terutama
kepada para ibu hamil dengan menjelaskan resiko apa yang bisa terajadi bila tidak mengikuti
anjuran.
DAFTAR PUSTAKA
Sujiantini, M.Keb. dkk. 2009. Asuahan Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.