Anda di halaman 1dari 25

BAB II

LANDASAN TEORI

A.     Pengertian eklampsia

Eklampsia adalah penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan
dalam masa nifas disertai dengan hypertensi oedema dan proteinuria. (obstetric
patologi,unpad,1984).

Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelianan
neurologik) dan atau koma dimana sebeblumnya sudah menunjukkan gejala –
gejala pre eklampsia (asuhan patologi kebidanan, 2009).

Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeclampsia, yang disertai


dengan kejang menyeluruh dan koma. (ilmu kebidanan, 2010).

Eklampsia lebih sering terjadi pada primagravidae dari pada multiparae.


Eklampsia juga sering terjadi pada : kehamilan kembar, hydramnion, mola
hidatidosa. Eklampsia post partum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam
pertama setelah persalinan.

B.    Jenis-jenis eklampsia

Menurut saat terjadinya eklampsia kita mengenal istilah :

1.    Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan

2.    Eklampsia intrapartum ialah eklampsia sewaktu persalinan

3.    Eklampsia postpartum ialah eklampsia setalah persalinan

C.     Gejala eklampsia

Eklampsia selalu didahului oleh gejala – gejala preeklampsia yang berat seperti :

1.    Sakit kepala yang keras

2.    Penglihatan kabur

3.    Nyeri diulu hati


4.    Kegelisahan dan hyperrefleksi sering mendahuli serangan kejang

Serangan dapat dibagi dalam 4 tingkat :

a.    Tingkat invasi (tingkat permulaan)

Mata terpaku, kepala dipalingkan kesatu pihak, kejang –kejang hals terlihat pada
muka. Tingkat ini berlangsung beberapa detik.

b.    Tingkat kontraksi (tingkat kejang tonis)

Seluruh badan menjadi kaku, kadang- kadang terjadi ephistholonus, lamanya 15


sampai 20 detik.

c.    Tingkat konvulsi (tingkat kejang clonis)

Terjadilah kejang yang timbul hilang, rahang membuka dan menutup begitu pla
mata, otot –otot muka dan otot badan berkontraksi dan berelaksasi berulang.
Kejang ini sangat kuat hingga pasien dapat terlempar dari temapt tidur atau
lidahnya tergigit. Ludah yang berbuih bercampur darah keluar dari mulutnya,
mata merah, muka biru, berangsur kejang berkurang dan akhirnya berhenti.
Lamanya ± 1 menit.

d.    Tingkat coma

Setelah kejang clonis ini pasien jatuh dalam coma. Lamanya coma ini dari
beberapa menit sampai berjam –jam. Kalau pasien sadar kembali maka ia tidak
ingat sama sekali apa yang telah terjadi.

Gejala klinis :

1.    Kehamilan lebih 20 minggu atau persalinan atau masa nifas

2.    Tanda – tanda pre eklampsia (hipertensi, edema dan proteinuria)

3.    Kejang dan atau koma

4.    Kadang – kadang disertai gangguan fungsi organ.

Setelah beberapa waktu, terjadi serangan baru dan kejadian yang dilukiskan diatas
berulang lagi kadang –kadang 10 – 20 kali.
Sebab kematian eklampsia adalah odema paru –paru, apoplexy dan acidosis. Atau
pasien mati setelah beberapa hari karena pneumoni aspirasi, kerusakan hati atau
gangguan faal ginjal. Kadang–kadang terjadi eklampsia tanpa kejang ;gejala yang
menonjol ialah coma. Eklampsia se,acam ini disebut eklampsia sine eklampsia
dan terjadi pada kerusakan hati yang berat. Karena kejang merupakan gejala yang
khas dari eklampsia maka eklampsia sine eklampsia sering dimasukkan
preeklampsia yang berat. Pada eklampsia tekanan darah biasanya tinggi sekitar
180/110 mmHg.

Nadi kat dan berisi tetapi kalau  keadaan sudah memburuk menjadi kecil dan
cepat. Demam yang tinggi memburuk prognosa. Demam ini rupa–rupanya
cerebral. Pernafasan biasanya cepat dan berbunyi, pada eklampsia yang berat ada
cyanosis.

Proteinuria hamper selalu ada malahan kadang – kadang sangat banyak juga
odema biasanya ada. Pada eklampsia antepartum biasanya persalianan mulai
setelah beberapa waktu. Tapi kadang –kadang pasien berangsr baik tidak kejang
lagi dan sadar sedangkan kehamilan ters berlangsung.

Eklampsia yang tidak segera disusul dengan persalinan disebut eklampsia


intercurrent. Dianggap bahwa pasien yang sedemikian bukan sembuh tapi jatuh ke
tingkat yang lebih ringan ialah dari eklampsia ke dalam keadaan preeklampsia.
Jadi kemngkinan eklampsia tetap mengancam pasien semacam ini sebelum
persalianan terjadi.

Setelah persalianan keadaan pasien berangsr baik, kira – kira dalam 12 – 24 jam.
Juga kalau anak mati didalam kandungan sering kita lihat bahwa beratnya
penyakit berkurang. Proteinria hilang dalam 4 – 5 hari sedangkan tekanan darah
normal kembali dalam kira –kira 2 minggu. Ada kalanya pasien yang telah
menderita eklampsia menjadi psychotis, biasanya pada hari ke 2 atau ke 3
postpartum dan berlangsung 2 – 3 mingg. Prognosa pada munya baik, penyulit
laiannya ialah hemiplegic dan ganguuan penglihatan karena odema retina.

D.     Patologi Eklampsia
Pada wanita yang mati karena eklampsia terdapat kelainan pada hati, ginjal, otak,
dan paru – paru dan jantung. Pada umumnya dapat ditemukan necrose,
haemorrhagia, odema, hyperaemia atau ischaemia dan thrombosis. Pada placenta
terdapat infakt – infarct karena degenarasi syncytium. Perubahan lain yang
terdapat ialah retensi air dan natrium, haemokonsentrasi dan kadang – kadang
acidosis.

E.     Etiologi eklampsia

Sebab eklampsia belum diketahui benar, salah satu teori yang dikemukakan ialah
bahwa eklampsia disebabakan ischaemia rahim dan plasenta (ischaemia
uteroplacenta). Selama kehamilan uterus memerlukan darah lebih banyak. Pada
molahydatidosa, hidramnion, kehamilan ganda, multipara, pada akhir kehamilan,
pada persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah ibu, diabetes, perdarahan
darah dalam dinding rahim kurang, maka keluarlah zat- zat dari plasenta atau
decidua yang menyebabkan vasospasmus dan hypertensi.

F.     Diagnose Eklampsia

Untuk diagnose eklampsia harus dikesampingkan keadaan –keadaan lain dengan


kejang dan coma seperti ureami, keracunan, epilepsy, hysteri, ebcephalitis,
meningitis, tumor otak,dan atrofi kuning akut dari hati. Diagnose eklampsia lebih
24 jam postpartum harus dicurigai.

G.    Prognosis Eklampsia

Eklampsia adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya maka prognosa kurang
baik untuk ibu maupun anak. Prognosa juga dipengaruhi oleh paritas artinya
prognosa bagi multiparae lebih buruk, dipengaruhi juga oleh umur terutama kalau
umur melebihi 35 tahun dan juga oleh keadaan pada waktu pasien masuk rumah
sakit. Juga diurese dapat dipegang untuk prognosa jika diurese lebih dari 800 cc
dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka prognosa agak baik. Sebaiknya oliguri
dan anuri merupakan gejala yang buruk.

Gejala –gejala lain memberikan prognosa dikemukakan oleh Eden ialah :

1.    Coma yang lama


2.    Nadi di atas 120

3.    Suhu di atas 390 C

4.    Tensi di atas 200 mmHg

5.    Lebih dari 10 serangan

6.    Proteinuria 10 gram sehari sehari atau lebih

7.    Tidak adanya odema.

Odema paru –paru dan apoplexy merupakan keadaan yang biasanya mendahului
kematian.

H.    Perawatan eklampsia

Perawatan dasar eklampsia ialah terapi suportif untuk stabilisasi fungsi vital, yang
harus selalu diingat airway, breathing, circulation (ABC), mengatasi dan
mencegah kejang, mengatasi hipoksemia dan asidemia, mencegah trauma pada
pasien pada waktu kejang, mengendalikan tekanan darah, khususnya pada waktu
krisis hipertensi, melahirkan janin pada waktu yang tepat dan dengan cara yang
tepat.

Perawatan medikamentosa dan perawatan suportif eklampsia merupakan peraatan


yang sangat penting. Tujuan utama pengobatan medikamentosa eklampsia ialah
mencegah dan menghentikan kejang, mencegah dan mengatasi penyulit,
khususnya hiprtensi krisis, mencapai stabilisasi ibu seoptimal mungkin sehingga
dapat melahirkan janin pada saat dan dengan cara yang tepat.

1.    Pengoatan medikamentosa

a.    Obat anti kejang

Obat anti kejang yang menjadi pilihan utama ialah magnesium sulfat. Bila dengan
jenis obat ini kejang masih sukar diatasi, dapat dipakai obat jenis lain, misalnya
thiopental. Diazepam dapat dipakai sebagai alternative pilihan, namun mengingat
dosis yang diperlukan sangat tinggi, pemberian diazepam hanya dilakukan oleh
mereka yang telah berpengalaman. Pemberian diuretikum hendaknya selalu
disertai dengan memonitor plasma elektrolit. Obat kardiotinika ataupun obat-obat
anti hipertensi hendaknya selalu disiapkan dan diberikan benar-benar atas
indikasi.

b.    Magnesium sulfat (MgSO4)

Pemberian magnesium sulfat pada dasarnya sama seperti pemberian magnesium


sulfat pada preeclampsia berat. Pengobatan suportif terutama ditujukan untuk
gangguan fungsi organ-organ penting, misalnya tindakan-tindakan untuk
memperbaiki asidosis, mempertahankan pentilasi paru-paru, mengatur tekanan
darah, mencegah dekompensasi kordis.

Pada penderita yang mengalami kejang dan koma, nursing care sanga penting,
misalnya meliputi cara-cara perawatan penderita dalam suatu kamar isolasi,
mencegah aspirasi, mengatur infuse penderita, dan monitoring produksi urin.

c.    Perawatan pada waktu kejang

Pada penderita yang mengalami kejang, tujuan pertama pertologan ialah


mencegah penderita mengalami trauma akibat kejang-kejang tersebut.

Dirawat di kamar isolasi cukup terang, tidak di kamar gelap, agar bila terjadi
sianosis segera dapat diketahui. Penderita dibaringkan di tempat tidur yang lebar,
dengan rail tempat tidur harus dipasang dan dikunci dengan kuat. Selanjutnya
masukkan sudap lidah ke dalam mulut penderita dan jangan mencoba melepas
sudap lidah yang sedang tergigit karena dapat mematahkan gigi. Kepala
direndahkan dan daerah orofarim diisap. Hendaknya dijaga agar kepala dan
ekstremitas penderita yang kejang tidak terlalu kuat menghentak-hentak benda
keras disekitarnya. Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendor, guna
menghindari fraktur. Bila penderita selesai kejang-kejang, segera beri oksigen45.

d.    Perawatan koma

Perlu diingat bahwa penderita koma tidak dapat beraksi atau mempertahankan diri
terhadap suhu yang ekstrim, posisi tubuh yang menimbulkan nyeri dan aspirasi,
karena hilangnya reflex muntah. Ahaya terbesar yang mengancam penderita
koma, ialah terbuntunya jalan napas atas. Setiap penderita EKLAMPSIA yang
jatuh dalm koma harus dianggap bahwa jalan napas atas terbuntu, kecuali
dibuktikan lain.

Oleh karena itu, tindakan pertama-tama pada penderita yang jatuh, (tidak sadar),
ialah menjaga dan  mengusahakan agar jalan napas atas tetap terbuka. Untuk
menghindari terbuntunya jalan napas atas oleh pangkal lidah dan epiglottis
dilakukan tindakan sebagai berikut. Cara yang sederhana dan cukup efektif dalam
menjaga terbukanya jalan napas atas, ialah dengan maneuver head tilt-neck lift,
yaitu kepala direndahkan dan leher dalam posisi ekstensi ke belakang atau head
tilt- chain lift, dengan kepala direndahkan dan dagu ditarik ke atas, atau jaw-
thrust, yaitu mandibula kiri-kanan di ekstensikan ke atas sambil mengangkat
kepala ke belakang. Tindakan ini kemudian dapat dilanjutkan dengan pemasangan
orophary haringeal airway46 . hal penting ke dua yang perlu diperhatikan ialah
bahwa penderita, akan kehilangan reflex muntah sehingga kemungkinan
terjadinya aspirasi bahan lambung sangat besar. Lambung ibu hamil harus selalu
dianggap sebagai lambung penuh. Oleh karena itu, semua benda yang ada dalam
rongga mulut dan tenggorokan, baik berupa lender maupun sisa makanan, hars
segera diiasap secara intermiten. Penderita ditidurkan dalam posisi stabil untuk
drainase lendir.

Monitoring kesadaran dan dalamnya, memakai Glasgow, coma escale.pada


perawatan koma perlu diperhatikan pencehgahan dekubitus dan makanan
penderita. Pada koma yang lama, bila nutrisi tidak mungkin; dapat diberikan
melalui nasograstrik tube (NGT).

e.    Perawatan edema paru

Bila terjadi edema paru sebaiknya penderita di rawat di ICU karena membutuhkan
perawatan animasi dengan respirator.

2.    Pengobata obstetric

Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan EKLAMPSIA harus


diakhiri, tanpa memandang kehamilan dan keadaan janin. Persalinan diakhiri bila
sudah mencapai stabilisasi (pemulihan). Hemodinamika dan metabolism ibu.
Pada perawatan pasca persalinan, bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring
tanda-tanda vital dilakukan sebagaimana lazimnya.

I.       Penanganan kejang

1.    Selalu ingat ABC (airway, breathing, circulation)

2.    Beri obat  anti kejang

3.    Beri oksigen 4-6 liter per menit

4.    Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat terlalu keras

5.    Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi

6.    Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. ”S”   UMUR 23 TAHUN G1P0A0 USIA


KEHAMILAN 30 MINGGU DENGAN EKLAMPSIA DI RSUD MAMUJU
TANGGAL 14 JUNI 2015

No. Register                                : 65789

Masuk BPM Tanggal/ Pukul     :14 Juni 2015 Jam 08.00 WITA

Dirawat diruang                           : Periksa

Tanggal pengkaji                                   :14 Juni 2015 Jam : 08.00 WITA

Nama pengkaji                            : Kelompok II


LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR

A.   Identitas istri / suami

Nama                                    : Ny “S”/Tn “K

Umur                                     : 23 Tahun/27 Tahu

Nikah/Lamanya                   : 1 Kali/ ± 1 Tahun

Suku                                     : Jawa/Bugis

Agama                                  : Islam

Pendidikan                          : Sma/Sma

Pekerjaan                             : Irt/Polisi

Alamat                                   : Jl. Soekarno Hatta

B.   Riwayat Keluhan Utama

Keluarga mengatakan ibu mengalami kejang-kejang sejak 30 menit yang lalu

C.   Riwayat Menstruasi

Menarche                 :15 tahun

Siklus                                    :28 hari

Lama                         :6 hari

Disminorhe              :kadang-kadang

D.   Riwayat Obstetri

G1P0A0

N kehamilan Persalinan nifas


O Tahu Um Jenis Pen berlangsu B Keadaa Berlan Lam
n ur o- ng n g-sung a-nya
persalin B
long
(mg) an Ibu/ba
L
yi
1 2015 Kehamilan sekarang

E.   Riwayat Kehamilan Sekarang

a.    HPHT :06 November 2014

b.    HTP   :13 Agustus 2015

c.    umur kehamilan 30 minggu

d.    Kunjungan ANC

Trimester I

-     Frekuensi                    : 2 kali

-     Keluhan                       : mual muntah

-     Komplikasi                   : tidak ada

-     Terapi                             : B6 1x1

Trimester II

-     Frekuensi                : 2 kali

-     Keluhan                   : pusing,odema kaki dan tangan

-     Komplikasi               : tidak ada

-     Terapi                                   : fe 1x1

Trimester III

-     Frekuensi                : 1 kali

-     Keluhan                   : pusing,odema pada kaki dan


tangan

-     Komplikasi               : tidak ada

-     Terapi                                    : fe 1x1

e.    Imunisasi TT 2 kali

TT 1                                      :23 Maret 2015

TT 2                                      :23 April 2015

f.     Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari)

Ibu mengatakan pergerakan janin lebih dari 10 kali dalam sehari

F.    Riwayat Kesehatan

1.    Ibu tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, paru-paru  ginjal, dan


diabetes militus (DM

2.    Ibu mempunyai riwayat hipertensi

3.    Ibu tidak pernah dioperasi atau transfuse darah

4.    Ibu tidak pernah merokok dan minum minuman yang beralkohol

5.    Ibu tidak ada alergi obat obatan dan makanan

G.   Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – hari

a.    Pola nutrisi

·      Makan

Frekuensi      : 3-4x/ hari

Porsi               : 1 Piring

Jenis               : Nasi, Sayur, Lauk, Roti

·      Minum
Frekuensi      : 5-6x/ hari

Porsi               : 1 gelas

Jenis               : Air Putih, Susu

b.    Pola Eliminasi

·      BAB

Frekuens       : 1x/hari

Konsistensi               : Padat

Warna            : kuning

·      BAK

Frekuensi      : 3-4x perhari

Konsistensi               : Cair

Warna            : kekuningan dan keruh

c.    Pola Istirahat

·      Tidur Siang

Lama              : lama ±1 jam (13.00-14.00)

·      Tidur Malam

Lama              : lama ±5 jam (24.00-05.00)

d.    Personal Hygiene

·      Mandi             : 2x/hari

Ganti baju                  : 2x/sehari

Gosok Gigi     : 2x/sehari

Keramas        : 3x/seminggu

e.    Pola Seksualitas
·      Frekuensi      : 3x/seminggu

f.     Pola Aktifitas ( terkait kegiatan fisik, olahraga)

1.  Ibu mengatakan melakukan kegiatan sebagai IRT(menyapu, mencuci pakaian,


memasak)

2.  Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu, minuman


beralkohol)

3.  Ibu mengtakan  tidak memiliki kebiasaan yang mengganggu kesehatan seperti


merokok, minum jamu, minuman beralkohol.

4.    Data Psikososial, spiritual dan ekonomi ( Penerimaan ibu/ suami/ keluarga


terhadap kehamilan, dukungan keluarga, hubungan dengan
suami/keluarga/tetangga, perawatan bayi, kegiatan ibadah, kegiatan sosial,
keadaan ekonomii keluarga)

·           Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya

·           Suami dan keluarga sangat mendukung kehamilannya

·           Ibu menjalin silaturahmi dengan tetangga sekitar

·           Ibu rajin ibadah sholat 5 waktu

·           Ibu mengikuti kegiatan PKK di desanya

·           Ibu sudah menabung sedikit demi sedikit untuk biaya persalinan dan
kemungkinan komplikasi

H.   Pemeriksaan Fisik

1.    Pemeriksaan Umum

a.    Keadaan Umum          : tidak baik

b.    Kesadaran                   : stupor

c.    Status Emosional        : tidak stabil


d.    Tanda Vital

TekananDarah        : 210/120 mmHg

Nadi              : 120 x/menit

Pernapasan             : 26 x/menit

Suhu                         : 38,60C

2.     Pemeriksaan Fisik

a.    Kepala : Mesochephalus, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, rambut
hitam, lurus

b.    Wajah : terdapat odema, tidak ada bekas luka, ada nya cloasma grapidarum

c.    Mata   : terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar

d.    Hidung :tidak ada polip, bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung

e.    Mulut : mulut membuka

f.     Telinga : simetris, tidak ada serumen, terdapat lubang telinga

g.    Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis, limfe dan vena jugularis

h.    Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada

i.      Payudara   : simetris putting susu menonjol hiperpigmentsi areola mamae

j.      Abdomen  : adanya odema, adanya linea nigra dan strie gravidarum

k.    Palpasi Leopold

Leopold I  : Tfu 3 jari diatas pusat, teraba bulat, lunak dan tidak melenting
(bokong)

Leopold II : Punggung kanan

Leopold III: bagian terendah janin teraba bulat, (kepala)

Leopold IV:  kepala belum masuk panggul

Osborn Test : tidak dilakukan


Pemeriksaan  Mc. Donald

Tinggi Fundus Uteri  :  28 cm

Lingkar Perut            : 88,5 cm

Tafsiran Berat Janin            : 2480 gram

Auskultasi DJJ          : 140x/ menit

l.      Ekstremitas Atas      : terdapat odema, tangan bergetar, jari tangan


menggenggam

m.   Ekstremitas Bawah : terdapat odema

n.    Genetalia luar        : bersih, tidak berbau, tidak ada tanda – tanda infeksi

o.    Pemeriksaaan panggul   : tidak dilakukan

I.      Pemeriksaan Laboraturium

Tanggal 14 juni 2015 pukul 08.30 wita

-     Hemoglogin : 9,2 gr/dl

-     Protein urin : (++++)

-     Albumin       : negative

LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL

A.   Diagnosa Kebidanan

Ny. “S” umur 23 tahun G1P0A0 usia kehamilan 30 minggu dengan eklampsia

Data Subjektif           :

1.  Keluarga mengatakan ibu mengalami kejang-kejang sejak 30 menit yang lalu

2.  Keluarga  mengatakan ibu berusia 23 Tahun

3.  Keluarga mengatakan bahwa ini kehamilan yang pertama

4.  Kelurga  mengatakan HPHT 06 november 2014

5.  Ibu mengatakan tidak pernah keguguran


Data Objektif             :

1.  Keadaan Umum     : tidak baik

2.  Kesadaran              : stupor

3.  Tanda-Tanda Vital :

-     Tekanan D arah   : 210/120 mmHg

-     Nadi                            : 120 x/menit

-     Pernafasan               : 26 x/menit

-     Suhu                          : 38,60 C

4.  Pemeriksaan fisik

-     kepala dalam posisi  mesochephalus

-     Terdapat odema pada wajah

-     Mata terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar

-     Mulut membuka

5.  Pada pemeriksaan laboratorium terdapat hasil protein urin (++++)

B.   Masalah

Terjadi serangan kejang tingkat konvulsi (tingkat kejang clonis).

C.   Analisa dan Interpretasi Data

EKLAMPSIA selalu didahului oleh gejela-gejala preEKLAMPSIA berat yaitu


salah satunya kegelisahan dan hyperrefleksi sering mendahului serangan kejang.
Salah satu serangan kejang yaitu tingkat konvulsi ditandai dengan terjadinya
kejang yang timbul hilang; rahang membuka dan menutup begitu pla mata, otot –
otot muka dan otot badan berkontraksi dan berelaksasi berulang. Kejang ini sangat
kuat hingga pasien dapat terlempar dari temapt tidur atau lidahnya tergigit. Ludah
yang berbuih bercampur darah keluar dari mulutnya, mata merah, muka biru,
berangsur kejang berkurang dan akhirnya berhenti. Lamanya ± 1 menit. (obstetric
patologi,unpad,1984, hal : 99-100).

LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL

Dengan adanya tanda-tanda kejang tingkat konvulsi maka dapat berpotensi


menjadi coma.

LANGKAH IV RENCANA TINDAKAN SEGERA/ KOLABORASI

1.    Mandiri

Membaringkan pasien pada posisi miring kiri.

2.    Kolaborasi

Dengan rekan sejawat (bidan), Pihak transportasi (Ambulance).

3.    Merujuk

Merujuk ke rumah sakit/ fasilitas kesehatan yang lebih memadai.

LANGKAH V RENCANA ASUHAN KEBIDANAN / INTERVENSI

Tanggal 14 juni 2014 pukul 08.00 wita

1.     Beritahu keluarga pasien bahwa akan dilakukan tindakan


Rasional : dengan memberitahu keluarga pasien petugas kesehatan dapat bebas
dari gugatan jika terjadi sesuatu pada pasien.

2.     Lindungi pasien dari kemungkinan trauma

Rasional  : menghindarkan pasien dari kemungkinan trauma

3.     Beritahu keluarga pasien akan di Pasang infuse

Rasional : dengan memasang infuse dapat memenuhi kebutuhan cairan pasien.

4.     Beritahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti kejang

Rasional : dengan pemberian obat anti kejang, kejang dapat mengurangi


terjadinya kejang susulan.

5.     Beritahu keluarga pasien bahwa pasien akan dipasangkan oksigen

Rasional : dengan memasng oksigen kebutuhan oksigen pasien terpenuhi.

6.     Baringkan pasien pada sisi kiri

Rasional :  untuk mengurangi resiko aspirasi

7.     Beritahu keluarga pasien bahwa akan di lakukan rujukan

Rasional : dengan dilakukannya rujukan pasien dapat memperoleh pelayanan


kesehatan dengan fasilitas lebih lengkap.

LANGKAH VI IMPLEMENTASI

Tanggal 14 juni 2015 pukul 08.05 wita


1.    Memberitahu keluarga pasien bahwa akan dilakukan tindakan

Hasil : keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan

2.    Melindungi pasien dari kemungkianan trauma dengan mengikat pasien tetapi


jangan diikat terlalu kuat.

Hasil : Pasien sudah dilindungi dari kemungkinan terjadinya trauma

3.    Memberitahu keluarga psien bahwa akan dipasang infuse RL (Ringer Laktat).

Hasil : Infuse RL (ringer laktat) sudah dipasang pada pasien

4.    Memberitahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti kejang
berupa MgSO4 dengan syarat pemberian

a.    Frekuensi pernafasan minimal 16x/ menit

b.    Reflex patella positif

c.    Urun minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir atau 0,5 ml/kgBB/ jam

d.    Menyiapkan ampul Kalsium Glukonas 10%  dam 10 ml

Hasil : Obat anti kejang berupa MgSO4 sudah diberikan kepada pasien.

5.    Memberitahu keluarga pasien akan bahwa pasien akan diberikan oksigen 4-6
liter per menit

Hasil : Oksigen sudah diberikan 4-6 liter per menit.

6.    Membaringkan posisi pasien ke sebelah kiri

Hasli : Pasien sudah dibaringkan ke posisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi.

7.    Memberitahu keluarga pasien akan dilakukan rujukan ke fasilitas pelayanan


kesehatan yang lebih tinggi

Hasil : Rujukan sudah dilakukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi

LANGKAH VII EVALUASI

Tanggal 14 Juni 2015 pukul 08.10 wita


1.    Pasien sudah dilindungi dari kemungkinan terjadinya trauma

2.    Infuse RL (ringer laktat) sudah dipasang pada pasien

3.    Obat anti kejang berupa MgSO4 sudah diberikan kepada pasien

4.    Oksigen sudah diberikan 4-6 liter per menit

5.    Pasien sudah dibaringkan ke posisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi

6.    Rujukan sudah dilakukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN

(SOAP)

No. Register                                : 65789

Masuk BPM Tanggal/ Pukul     :14 Juni 2015 Jam 08.00 WITA

Dirawat diruang                           : Periksa

Tanggal pengkaji                                   :14 Juni 2015 Jam : 08.00 WITA

Nama pengkaji                            : Kelompok II


IDENTIFIKASI DATA DASAR

Nama                                    : Ny “S”/Tn “K

Umur                                     : 23 Tahun/27 Tahu

Nikah/Lamanya                   : 1 Kali/ ± 1 Tahun

Suku                                     : Jawa/Bugis

Agama                                  : Islam

Pendidikan                          : Sma/Sma

Pekerjaan                             : Irt/Polisi

Alamat                                    : Jl. Soekarno Hatta

DATA SUBJEKIF (S)

1.  Keluarga mengatakan ibu mengalami kejang-kejang sejak 30 menit yang lalu

2.  Keluarga  mengatakan ibu berusia 23 Tahun

3.  Keluarga mengatakan bahwa ini kehamilan yang pertama

4.  Kelurga  mengatakan HPHT 06 november 2014

5.  Ibu mengatakan tidak pernah keguguran

DATA OBJEKTIF (O)

1.  Keadaan Umum    : tidak baik

2.  Kesadaran              : stupor

3.  Tanda-Tanda Vital :

-        Tekanan D arah   : 210/120 mmHg

-        Nadi                          : 120 x/menit


-        Pernafasan             : 26 x/menit

-        Suhu                        : 38,60 C

4.  Pemeriksaan fisik:

-        kepala dalam posisi  mesochephalus

-        Terdapat odema pada wajah

-        Mata terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar

-        Mulut membuka

5.  Pada pemeriksaan laboratorium terdapat hasil protein urin (++++)

ASSESMENT (A)

Ny. “S” umur 23 tahun G1P0A0 usia kehamilan 30 minggu dengan eklampsia.

PENATALAKSANAAN (P)

Tanggal 14 juni 2015 pukul 08.05 wita

1.    Memberitahu keluarga pasien bahwa akan dilakukan tindakan

Hasil : keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan

2.    Melindungi pasien dari kemungkianan trauma dengan mengikat pasien tetapi


jangan diikat terlalu kuat.

Hasil : Pasien sudah dilindungi dari kemungkinan terjadinya trauma

3.    Memberitahu keluarga psien bahwa akan dipasang infuse RL (Ringer Laktat).

Hasil : Infuse RL (ringer laktat) sudah dipasang pada pasien

4.    Memberitahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti kejang
berupa MgSO4 dengan syarat pemberian

a.    Frekuensi pernafasan minimal 16x/ menit


b.    Reflex patella positif

c.    Urun minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir atau 0,5 ml/kgBB/ jam

d.    Menyiapkan ampul Kalsium Glukonas 10%  dam 10 ml

Hasil : Obat anti kejang berupa MgSO4 sudah diberikan kepada pasien.

5.    Memberitahu keluarga pasien akan bahwa pasien akan diberikan oksigen 4-6
liter per menit

Hasil : Oksigen sudah diberikan 4-6 liter per menit.

6.    Membaringkan posisi pasien ke sebelah kiri

Hasli : Pasien sudah dibaringkan ke posisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi.

7.    Memberitahu keluarga pasien akan dilakukan rujukan ke fasilitas pelayanan


kesehatan yang lebih tinggi

Hasil : Rujukan sudah dilakukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.


BAB IV

PENUTUP

A.     Kesimpulan

EKLAMPSIA merupakan kasus akut pada penderita preeclampsia, yang disertai


dengan kejang menyeluruh dan koma. Eklampsia lebih sering terjadi pada
primagravidae dari pada multiparae. Eklampsia juga sering terjadi pada :
kehamilan kembar, hydramnion, mola hidatidosa. EKLAMPSIA post partum
umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.
Pemeriksaan antenatal care sangatlah penting untuk mendeteksi secara dini dan
mencegah  eklmapsia.

B.        Saran

Setelah membaca makalah ini, diharapkan kepada para pembaca agar


menyampaikan kepada masyarakat lainnya akan pentingnya pemeriksaan
antenatar care secara rutin terutama kepada para ibu hamil dengan menjelaskan
resiko apa yang bisa terajadi bila tidak mengikuti anjuran.
DAFTAR PUSTAKA

Prawihardjo, sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bna Pustaka

Bagian Obstetric Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran


Bandung. 1984.Obstetric Patologi. Bandung :Elstar Offset.

Sujiantini, M.Keb. dkk. 2009. Asuahan Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Nugroho, dr. Taufan.2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai