LANDASAN TEORI
A. Pengertian eklampsia
Eklampsia adalah penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan
dalam masa nifas disertai dengan hypertensi oedema dan proteinuria. (obstetric
patologi,unpad,1984).
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelianan
neurologik) dan atau koma dimana sebeblumnya sudah menunjukkan gejala –
gejala pre eklampsia (asuhan patologi kebidanan, 2009).
B. Jenis-jenis eklampsia
C. Gejala eklampsia
Eklampsia selalu didahului oleh gejala – gejala preeklampsia yang berat seperti :
2. Penglihatan kabur
Mata terpaku, kepala dipalingkan kesatu pihak, kejang –kejang hals terlihat pada
muka. Tingkat ini berlangsung beberapa detik.
Terjadilah kejang yang timbul hilang, rahang membuka dan menutup begitu pla
mata, otot –otot muka dan otot badan berkontraksi dan berelaksasi berulang.
Kejang ini sangat kuat hingga pasien dapat terlempar dari temapt tidur atau
lidahnya tergigit. Ludah yang berbuih bercampur darah keluar dari mulutnya,
mata merah, muka biru, berangsur kejang berkurang dan akhirnya berhenti.
Lamanya ± 1 menit.
d. Tingkat coma
Setelah kejang clonis ini pasien jatuh dalam coma. Lamanya coma ini dari
beberapa menit sampai berjam –jam. Kalau pasien sadar kembali maka ia tidak
ingat sama sekali apa yang telah terjadi.
Gejala klinis :
Setelah beberapa waktu, terjadi serangan baru dan kejadian yang dilukiskan diatas
berulang lagi kadang –kadang 10 – 20 kali.
Sebab kematian eklampsia adalah odema paru –paru, apoplexy dan acidosis. Atau
pasien mati setelah beberapa hari karena pneumoni aspirasi, kerusakan hati atau
gangguan faal ginjal. Kadang–kadang terjadi eklampsia tanpa kejang ;gejala yang
menonjol ialah coma. Eklampsia se,acam ini disebut eklampsia sine eklampsia
dan terjadi pada kerusakan hati yang berat. Karena kejang merupakan gejala yang
khas dari eklampsia maka eklampsia sine eklampsia sering dimasukkan
preeklampsia yang berat. Pada eklampsia tekanan darah biasanya tinggi sekitar
180/110 mmHg.
Nadi kat dan berisi tetapi kalau keadaan sudah memburuk menjadi kecil dan
cepat. Demam yang tinggi memburuk prognosa. Demam ini rupa–rupanya
cerebral. Pernafasan biasanya cepat dan berbunyi, pada eklampsia yang berat ada
cyanosis.
Proteinuria hamper selalu ada malahan kadang – kadang sangat banyak juga
odema biasanya ada. Pada eklampsia antepartum biasanya persalianan mulai
setelah beberapa waktu. Tapi kadang –kadang pasien berangsr baik tidak kejang
lagi dan sadar sedangkan kehamilan ters berlangsung.
Setelah persalianan keadaan pasien berangsr baik, kira – kira dalam 12 – 24 jam.
Juga kalau anak mati didalam kandungan sering kita lihat bahwa beratnya
penyakit berkurang. Proteinria hilang dalam 4 – 5 hari sedangkan tekanan darah
normal kembali dalam kira –kira 2 minggu. Ada kalanya pasien yang telah
menderita eklampsia menjadi psychotis, biasanya pada hari ke 2 atau ke 3
postpartum dan berlangsung 2 – 3 mingg. Prognosa pada munya baik, penyulit
laiannya ialah hemiplegic dan ganguuan penglihatan karena odema retina.
D. Patologi Eklampsia
Pada wanita yang mati karena eklampsia terdapat kelainan pada hati, ginjal, otak,
dan paru – paru dan jantung. Pada umumnya dapat ditemukan necrose,
haemorrhagia, odema, hyperaemia atau ischaemia dan thrombosis. Pada placenta
terdapat infakt – infarct karena degenarasi syncytium. Perubahan lain yang
terdapat ialah retensi air dan natrium, haemokonsentrasi dan kadang – kadang
acidosis.
E. Etiologi eklampsia
Sebab eklampsia belum diketahui benar, salah satu teori yang dikemukakan ialah
bahwa eklampsia disebabakan ischaemia rahim dan plasenta (ischaemia
uteroplacenta). Selama kehamilan uterus memerlukan darah lebih banyak. Pada
molahydatidosa, hidramnion, kehamilan ganda, multipara, pada akhir kehamilan,
pada persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah ibu, diabetes, perdarahan
darah dalam dinding rahim kurang, maka keluarlah zat- zat dari plasenta atau
decidua yang menyebabkan vasospasmus dan hypertensi.
F. Diagnose Eklampsia
G. Prognosis Eklampsia
Eklampsia adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya maka prognosa kurang
baik untuk ibu maupun anak. Prognosa juga dipengaruhi oleh paritas artinya
prognosa bagi multiparae lebih buruk, dipengaruhi juga oleh umur terutama kalau
umur melebihi 35 tahun dan juga oleh keadaan pada waktu pasien masuk rumah
sakit. Juga diurese dapat dipegang untuk prognosa jika diurese lebih dari 800 cc
dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka prognosa agak baik. Sebaiknya oliguri
dan anuri merupakan gejala yang buruk.
Odema paru –paru dan apoplexy merupakan keadaan yang biasanya mendahului
kematian.
H. Perawatan eklampsia
Perawatan dasar eklampsia ialah terapi suportif untuk stabilisasi fungsi vital, yang
harus selalu diingat airway, breathing, circulation (ABC), mengatasi dan
mencegah kejang, mengatasi hipoksemia dan asidemia, mencegah trauma pada
pasien pada waktu kejang, mengendalikan tekanan darah, khususnya pada waktu
krisis hipertensi, melahirkan janin pada waktu yang tepat dan dengan cara yang
tepat.
1. Pengoatan medikamentosa
Obat anti kejang yang menjadi pilihan utama ialah magnesium sulfat. Bila dengan
jenis obat ini kejang masih sukar diatasi, dapat dipakai obat jenis lain, misalnya
thiopental. Diazepam dapat dipakai sebagai alternative pilihan, namun mengingat
dosis yang diperlukan sangat tinggi, pemberian diazepam hanya dilakukan oleh
mereka yang telah berpengalaman. Pemberian diuretikum hendaknya selalu
disertai dengan memonitor plasma elektrolit. Obat kardiotinika ataupun obat-obat
anti hipertensi hendaknya selalu disiapkan dan diberikan benar-benar atas
indikasi.
Pada penderita yang mengalami kejang dan koma, nursing care sanga penting,
misalnya meliputi cara-cara perawatan penderita dalam suatu kamar isolasi,
mencegah aspirasi, mengatur infuse penderita, dan monitoring produksi urin.
Dirawat di kamar isolasi cukup terang, tidak di kamar gelap, agar bila terjadi
sianosis segera dapat diketahui. Penderita dibaringkan di tempat tidur yang lebar,
dengan rail tempat tidur harus dipasang dan dikunci dengan kuat. Selanjutnya
masukkan sudap lidah ke dalam mulut penderita dan jangan mencoba melepas
sudap lidah yang sedang tergigit karena dapat mematahkan gigi. Kepala
direndahkan dan daerah orofarim diisap. Hendaknya dijaga agar kepala dan
ekstremitas penderita yang kejang tidak terlalu kuat menghentak-hentak benda
keras disekitarnya. Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendor, guna
menghindari fraktur. Bila penderita selesai kejang-kejang, segera beri oksigen45.
d. Perawatan koma
Perlu diingat bahwa penderita koma tidak dapat beraksi atau mempertahankan diri
terhadap suhu yang ekstrim, posisi tubuh yang menimbulkan nyeri dan aspirasi,
karena hilangnya reflex muntah. Ahaya terbesar yang mengancam penderita
koma, ialah terbuntunya jalan napas atas. Setiap penderita EKLAMPSIA yang
jatuh dalm koma harus dianggap bahwa jalan napas atas terbuntu, kecuali
dibuktikan lain.
Oleh karena itu, tindakan pertama-tama pada penderita yang jatuh, (tidak sadar),
ialah menjaga dan mengusahakan agar jalan napas atas tetap terbuka. Untuk
menghindari terbuntunya jalan napas atas oleh pangkal lidah dan epiglottis
dilakukan tindakan sebagai berikut. Cara yang sederhana dan cukup efektif dalam
menjaga terbukanya jalan napas atas, ialah dengan maneuver head tilt-neck lift,
yaitu kepala direndahkan dan leher dalam posisi ekstensi ke belakang atau head
tilt- chain lift, dengan kepala direndahkan dan dagu ditarik ke atas, atau jaw-
thrust, yaitu mandibula kiri-kanan di ekstensikan ke atas sambil mengangkat
kepala ke belakang. Tindakan ini kemudian dapat dilanjutkan dengan pemasangan
orophary haringeal airway46 . hal penting ke dua yang perlu diperhatikan ialah
bahwa penderita, akan kehilangan reflex muntah sehingga kemungkinan
terjadinya aspirasi bahan lambung sangat besar. Lambung ibu hamil harus selalu
dianggap sebagai lambung penuh. Oleh karena itu, semua benda yang ada dalam
rongga mulut dan tenggorokan, baik berupa lender maupun sisa makanan, hars
segera diiasap secara intermiten. Penderita ditidurkan dalam posisi stabil untuk
drainase lendir.
Bila terjadi edema paru sebaiknya penderita di rawat di ICU karena membutuhkan
perawatan animasi dengan respirator.
2. Pengobata obstetric
I. Penanganan kejang
4. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat terlalu keras
BAB III
TINJAUAN KASUS
Masuk BPM Tanggal/ Pukul :14 Juni 2015 Jam 08.00 WITA
Suku : Jawa/Bugis
Agama : Islam
Pendidikan : Sma/Sma
Pekerjaan : Irt/Polisi
C. Riwayat Menstruasi
Lama :6 hari
Disminorhe :kadang-kadang
D. Riwayat Obstetri
G1P0A0
d. Kunjungan ANC
Trimester I
- Frekuensi : 2 kali
Trimester II
- Frekuensi : 2 kali
- Terapi : fe 1x1
Trimester III
- Frekuensi : 1 kali
- Terapi : fe 1x1
F. Riwayat Kesehatan
a. Pola nutrisi
· Makan
Porsi : 1 Piring
· Minum
Frekuensi : 5-6x/ hari
b. Pola Eliminasi
· BAB
Frekuens : 1x/hari
Konsistensi : Padat
Warna : kuning
· BAK
Konsistensi : Cair
c. Pola Istirahat
· Tidur Siang
· Tidur Malam
d. Personal Hygiene
· Mandi : 2x/hari
Keramas : 3x/seminggu
e. Pola Seksualitas
· Frekuensi : 3x/seminggu
· Ibu sudah menabung sedikit demi sedikit untuk biaya persalinan dan
kemungkinan komplikasi
H. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
b. Kesadaran : stupor
Pernapasan : 26 x/menit
Suhu : 38,60C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Mesochephalus, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, rambut
hitam, lurus
b. Wajah : terdapat odema, tidak ada bekas luka, ada nya cloasma grapidarum
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis, limfe dan vena jugularis
k. Palpasi Leopold
Leopold I : Tfu 3 jari diatas pusat, teraba bulat, lunak dan tidak melenting
(bokong)
n. Genetalia luar : bersih, tidak berbau, tidak ada tanda – tanda infeksi
I. Pemeriksaan Laboraturium
- Albumin : negative
A. Diagnosa Kebidanan
Ny. “S” umur 23 tahun G1P0A0 usia kehamilan 30 minggu dengan eklampsia
Data Subjektif :
3. Tanda-Tanda Vital :
- Suhu : 38,60 C
4. Pemeriksaan fisik
- Mulut membuka
B. Masalah
1. Mandiri
2. Kolaborasi
3. Merujuk
4. Beritahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti kejang
LANGKAH VI IMPLEMENTASI
4. Memberitahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti kejang
berupa MgSO4 dengan syarat pemberian
c. Urun minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir atau 0,5 ml/kgBB/ jam
Hasil : Obat anti kejang berupa MgSO4 sudah diberikan kepada pasien.
5. Memberitahu keluarga pasien akan bahwa pasien akan diberikan oksigen 4-6
liter per menit
Hasli : Pasien sudah dibaringkan ke posisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi.
(SOAP)
Masuk BPM Tanggal/ Pukul :14 Juni 2015 Jam 08.00 WITA
Suku : Jawa/Bugis
Agama : Islam
Pendidikan : Sma/Sma
Pekerjaan : Irt/Polisi
3. Tanda-Tanda Vital :
- Suhu : 38,60 C
4. Pemeriksaan fisik:
- Mulut membuka
ASSESMENT (A)
Ny. “S” umur 23 tahun G1P0A0 usia kehamilan 30 minggu dengan eklampsia.
PENATALAKSANAAN (P)
4. Memberitahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti kejang
berupa MgSO4 dengan syarat pemberian
c. Urun minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir atau 0,5 ml/kgBB/ jam
Hasil : Obat anti kejang berupa MgSO4 sudah diberikan kepada pasien.
5. Memberitahu keluarga pasien akan bahwa pasien akan diberikan oksigen 4-6
liter per menit
Hasli : Pasien sudah dibaringkan ke posisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran