Anda di halaman 1dari 25

BAB II

PEMBAHASAN

A.     Definisi Kegawatdaruratan
            Kegawatdaruratan adalah mencakup diagnosis dan tindakan terhadap
semua pasien yang memerlukan perawatan yang tidak direncenakan dan
mendadak atau terhadap pasien dengan penyakit atau cidera akut untuk menekan
angka kesakitan dan kematian pasien.
            Obstetri adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan
persalinan, hal-hal yang mendahuluinya dan gejala-gejala sisanya . membahas
tentang fenomena dan penatalaksanaan kehamilian, persalinan, peurperium baik
dalam keadaan normal maupun abnormal.

B. Jenis Kegawatdaruratan Kehamilan Lanjut dan Persalinan kala I


1.    Pre-eklamsia
a.       Pengertian Pre-Eklamsia
Pre-eklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008).
Pre-eklamsia dan eklamsia, merupakan kesatuan penyakit, yakni yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal itu
terjadi. Pre eklamasi diikuti dengan timbulnya hipertensi disertai protein urin dan
oedema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI
Jakarta, 1998).
Diagnosis pre-eklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga
gejala, yaitu penambahan berat badan yang berlebihan, oedema, hipertensi dan
proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 Kg
seminggu berapa kali. Oedema terlihat sebagai peningkatan berat badan,
pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Tekanan darah > 140/90 mmHg atau
tekanan sistolik meningkat >30 mmHg atau tekanan diastolik >15 mmHg yang
1
diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. (Kapita Selekta Kedokteran,
Mansjoer Arif, Media Aesculapius, Jakarta, 2000)
b.      Penyebab pre-eklamsia
Penyebab pre-eklamsi belum diketahui secara pasti, banyak teori yang
coba dikemukakan para ahli untuk menerangkan penyebab, namun belum ada
jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang dipakai adalah teori Iskhemik
plasenta. Namun teori ini juga belum mampu menerangkan semua hal yang
berhubungan dengan penyakit ini. (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta, 1998)
c.       Klasifikasi dan diagnosis Pre-Eklamsia
Pada umumnya diagnosis diferensial antara pre-eklamsia dengan
hipertensi manahun atau penyakit ginjal tidak jarang menimbulkan kesukaran.
Pada hipertensi menahun adanya tekanan darah yang meninggi sebelum hamil
pada keadaan muda atau bulan postpartum akan sangat berguna untuk membuat
diagnosis. Untuk diagnosis penyakit ginjal saat timbulnya proteinuria banyak
menolong. Proteinuria pada pre-eklamsia jarang timbul sebelum TM ke 3,
sedangkan pada penyakit ginjal timbul lebih dulu.
Pre-eklamsia digolongkan menjadi 2 golongan :
1) Pre-eklamsia ringan :
a) Kenaikan tekanan darah diastolik 15 mmHg atau >90 mmHg dengan 2 kali
pengukuran berjarak 1jam atau tekanan diastolik sampai 110mmHg.
b) Kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau > atau mencapai 140
mmHg.
c) Protein urin positif
d) edema umum, kaki, jari tangan dan muka. Kenaikan BB > 1Kg/mgg.
2) Pre-eklampsia berat
a) Tekanan diastolik >110 mmhg,
b) Protein urin positif 3, oliguria (urine, 5gr/L).
c) Hiperlefleksia,
d) gangguan penglihatan,
e) nyeri epigastrik,
2
f) terdapat edema dan sianosis, nyeri kepala, gangguan kesadaran

d.      Gangguan klinis pre-eklamsia


a) Sakit kepala terutama daerah frontal
b) Rasa nyeri daerah epigastrium
c) Gangguan penglihatan
d) Terdapat mual samapi muntah
e) Gangguan pernafasan sampai sianosis
f) Gangguan kesadaran

f.        Pencegahan pre-eklamsia
Belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan pre-eklamsia. Beberapa
penelitian menunjukkan pendekatan nutrisi (diet rendah garam, diit tinggi protein,
suplemen kalsium, magnesium dan lain-lain). Atau medikamentosa (teofilin,
antihipertensi, diuretic, aspirin, dll) dapat mengurangi timbulnya pre-eklamsia

g.       Penanganan pre-eklamsia
a) Jika setelah penanganan diastolik tetap lebih dari 110 mmHg, beri obat
anti hipertensi sampai tekanan diastolik di antara 90-100mmHg.
b) Pasang infus dengan jarum besar (16G atau lebih besar).
c) Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload cairan.
d) Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuria.
e) Jika jumlah urin kurang dari 30 ml/jam, hentikan magnesium sulfat dan
berikan cairan IV NaCl 0,9% atau Ringer laktat 1 L/ 8 jam dan pantau
kemungkinan oedema paru.
f) Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi muntah dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin.
g) Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut jantung tiap jam.
h) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru.

3
i) Hentikan pemberian cairan IV dan beri diuretic (mis: furosemid 40 mg IV
sekali saja jika ada edema paru).
j) Nilai pembekuan darah jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit
(kemungkinan terdapat koagulopati).

2. Eklampsi
a. pengertian eklampsi
Istilah eklampsi berasal dari bahas yunani berarti halilintar, karena seolah–
olah gejala eklampsi timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda–tanda
lain. Eklampsi umumnya timbul pada pada wanita hamil atau dalam nifas dengan
tanda–tanda pre-eklampsi, timbul serangan kejang yang diikuti oleh koma.
Eklampsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, kejang timbul bukan
akibat kelainan neurologic (PBPOGI, 1991).
Eklampsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam masa persalinan
atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang atau demam (dr. Handaya, dkk).
b. Epidimiologi
Frekuensi eklampsi bervariasi. Frekuensi rendah pada umumnya merupakan
petunjuk tentangadanya pengawasan antenatal yang baik dan penanganan
preeklampsi yang sempurna. Di negara yang sedang berkembang, frekuensi
dilaporkan berkisar antara 0,3 -0,7%. Sedangkan di negara maju angka nya lebih
kecil, yaitu 0,05–0,1%.
c. Pengkajian awal
Pada umumnya kejang di dahului oleh makin memburuknya preeklampsi
dan terjadinya gejala–gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan,
mual yang hebat, nyeri di epigastrium dan hiper-refleksi. Bila keadaan ini tidak
segera diobati akan timbul kejang. Terutama pada persalinan, bahaya ini besar.
Konvulsi eklampsi dibagi dalam 4 tingkat.
a) Tingkat Awal .
Keadaaan ini berlangsung kira–kira 30 detik, mata penderita terbuka tanpa
melihat, kelopak mata bergetar. Demikian pula tangannya dan kepala berputar ke
4
kiri atau kekanan.
b) Tingkat kejang tonik.
Berlangsung 15-30 detik atau kurang dari 30 detik, dalam tingkat ini semua otot
menjadi kaku, wajahnya keliatan kaku ( distorsi ), bola mata menonjol, tangan
menggenggam, kaki membengkok ke dalam, pernapasan berhenti,muka menjadi
sianotik, lidah dapat tergigit.
c) Tingkat Kejang Klonik.
Berlangsung antara 1-2 menit, semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam
tempo yang cepat, terbukanya rahang secara tiba-tiba dan tertutup kembali dengan
kuat disertai pula dengan terbuka dan tertutupnya kelopak mata. Kemudian
disusul dengan kontraksi intermitten pada otot-oto muka dan otot seluruh tubuh.
Begitu kuat kontraksi otot-otot tubuh ini, sehingga seringkali penderita terlempar
dari tempat tidur. Seringpula lidah tergigit, dan mulut keluar liur yang berbusa
kadan disertai bercak-bercak darah, wajah tampak membengkak karena kongesti
dan sianosis, pada konjungtiva mata dijumpai bintik-bintik pendarahan, klien
menjadi tidak sadar.
d) Tingkat Koma.
Lama kesadaran tidak selalu sama, secar perlahan-lahan penderita mulai sadar
lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru dan
berulang sehingga ia tetap dalam koma. Selama serangan tekanan darah meninggi,
nadi cepat dan suhu meningkat sampai 40 derajat celcius, mungkin karena
gangguan serebral. Penderita mengalami inkontinensia disertai dengan oliguria
atauanuria dan kadang-kadang terjadi aspirasi bahkan muntah. Penderita yang
sadar kembali dari koma, umumnya mengalami disorientasi dan sedikit gelisah.
d. Komplikasi
a) Solusio plasenta.
b) Hipofibrinogenia.
c) Hemolisis
d) Perdarahan otak.
e) Kelainan mata, kehilangan penglihatan untuk sementara yang berlangsung
sampai 1 minggu, perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina. Hal ini
5
merupakan tanda gawat akan terjadinya apofleksia serebri.
f) Edema paru.
g) Nekrosis hati.
h) Sindroma help.
i) Kelainan ginjal.
j) Komplikasi lain (lidah tergigit, trama dan fraktur karena jtuh dan DIC).
k) Prematuritas, dismaturitas dan IUFD.
e. Prognosis
Kematian ibu berkisar antara 9,8%-25%, sedangkan kematian bayi berkisar antara
42,2%-48,9%. Bila penderita tidak terlambat dalam pemberian pengobatan , maka
gejala perbaikan akan tampak jelas stelah kehamilannya diakhiri. Segera setelah
persalinan berakhhir perubahan patofisiologik akan segera pula mengalami
perbaikan. Diuresis terjadi 12 jam kemudian setelah persalinan. Keadaan ini
merupakan tanda prognosis yang baik, karena hal ini merupakan gejala pertama
penyembuhan. Tekanan darah kembali normal dalam beberapa jam kemudian.
Eklampsi tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya, kecuali pada janin dari ibu
yang sudah mempunyai hipertensi kronik. Prognosis janin pada penderita
eklampsi juga tergolong buruk. Seringkali janin mati intrauterin atau mati pada
fase neonatal karena memang kondisi bayi sudah sangat inferior.
f. Faktor Predisposisi
1) Primigravida
2) Kehamilan ganda
3) Diabetes melitus
4) Hipertensi essensial kronik
5) Molahida tidosa
6) Hidrops fetalis
7) Bayi besar, obesitas
8) riwayat pernah menderita preeklampsia atau eklamsia
9) riwayat keluarga pernah menderita preeklampsia atau eklamsia
10) Lebih sering dijumpai pada penderita preeklampsia dan eklampsia.

6
g. Penatalaksanaan
Tujuan:
 Menghentikan atau mencegah kejang.
 Mempertahankan fungsi organ vital
 Koreksi hipoksia atau asidosis
 Mengendalikan tekanan darah dalam batas aman Pengakhiran
 Kehamikan mencegah atau mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi, untuk
mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin Penatalaksanaan yang
dilakukan pada ibu eklampsi:
Sikap dasar:
Semua kehamilan dengan eklampsi harus diakhiri tanpa memandang umur
kehamilan dan keadaan janin. Pertimbangannya adalah keselamatan ibu.
Kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi hemodinamika dan metabolisme
ibu, cara terminasi dengan prinsip trauma ibu seminimal mungkin (dr. Handaya,
dkk).
 Pengobatan medikamentosa
Obat Anti Kejang
yang menjadi pilihan pertama ialahmangnesium sulfat.bila denga jenis obat ini
kejang masih sukar di atasi,dapat dipakai jenis obat lain misalnya
tiopental.diazepam dapat dipakai sebagai altenatif pilihan, namun mengingat dosis
yang diperlukan sangat tinggi,pemberian diazepam hanya dilakukan oleh mereka
yang telah berpengalaman.
a). Magnesium sulfat (MgSO4)
Pemberian mangnesium sulfat ada dasar nya sama seperti pemberian mangnesium
sulfat pada pre eklampsi berat.pengobatan suportif terutama ditujukan untuk
gangguan fungsi organ – organ penting,misalnya tindakan tindakan untuk
memperbaiki asidosis,mempertahankan pentilasi paru paru,mengatur tekanan
darah, mencegah dekompensasi kordis.
b). Perawatan pada waktu kejang
Pada penderita yang mengalami kejang tujuan pertama pertolongan ialah
mencegah penderita mengalami penderita akibat kejang –kejang tersebut.dirawat
7
dikamar isolasi cukup terang agar bila terjadi sinosis segera dapat diatasi segera
dapat diketahui.
Hendaknya dijaga agar kepala dan ekstermitas penderita yang kejang tidak terlalu
kuat menghentak hentak benda kuat disekitarnya selanjutnya masukkan sudap
lidah kedalam mulut si penderita dan jangan mencoba melepas sudap lidah yang
sedang tergigit karena dapat mematah kan gigi.
c). Pengobatan obstetrik
Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan eklampsia harus
diakhiri,tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin.persalinan diakhiri
bila sudah mencapai stabilitas (pemulihan)hemodinamika dan metabolism ibu.
Pada perawatan pasca persalinan, bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring
tanda-tanda vital dilakukan sebagaimana lazimnya.
h) Asuhan Ibu Dengan Eklampsi
Penatalaksanaan asuhan pada ibu dengan eklampsi adalah:
 Segera istirahat baring selama ½-1 jam.
Nilai kembali tekanan darah, nadi, pernafasan, reflek patella, bunyi jantung bayi,
dan dieresis
 Berikan infus terapi anti kejang ( misalnya MgSO4 ) dengan catatan reflek patella
harus (+), pernafasan lebih dari 16 kali per menit serta diuresis baik (harus sesuai
instruksi dokter)
 Ambil contoh darah untuk pemeriksaan laboratorium, seperti : Hb, Ht, leukosit,
LED, ureum, kreatinin, gula darah, elektolit dan urin lengkap.
 Bila dalam 2 jam setelah pemberian obat anti kejang (MgSO4), tekanan darah
tidak turun biasanyadiberikan antihipertensi parenteral atau oral sesuai instruksi
dokter.
 Bila pasien sudah tenang, bisa dinilai keadaan kehamilan pasien dan monitor DJJ.
 Siapkan alat-alat pertolongan persalinan
 Postpartum boleh diberikan uterotonika dan perinfus.

8
 3. Plasenta Previa
a.       Definisi
Plasenta Previa adalah Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir
b.      Etiologi
Mengapa Plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu dapat
diterangkan, bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atrofi pada
dosidua akibat persalinan yang lampau dan dapat menyebabkan plasenta previa
tidak selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta previa didapati
untuk sebagian besar pada penderita dengan paritas fungsi, memang dapat
dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup atau diperlukan
lebih banyak seperti pada kehamilan kembar. Plasenta yang letaknya normal
sekalipun akan meluaskan permukaannya, sehingga mendekati atau menutupi
sama sekali pembukaan jalan lahir.
Gambaran klinis plasenta previa
1)   Perdarahan tanpa nyeri
2)   Perdarahan berulang
3)   Warna perdarahan merah segar
4)    Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
5     Timbulnya perlahan-lahan
6)    Waktu terjadinya saat hamil
7)    His biasanya tidak ada
8)    Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
9)    Denyut jantung janin ada
10)  Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
11)  Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
12)  Presentasi mungkin abnormal.

9
c.       Diagnosis
1) Anamnesis. Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu
berlangsung tanpa nyeri terutama pada multigravida, banyaknya perdarahan
tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari pada pemeriksaan
hematokrit.
2) Pemeriksaan Luar. Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas
panggul presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas
panggul mengelak ke samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas
panggul.
3) Pemeriksaan In Spekulo. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah
perdarahan berasal dari osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri
eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai.
4) Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung. Penentuan letak plasenta secara
tidak langsung dapat dilakukan radiografi, radioisotope, dan ultrasonagrafi.
Ultrasonagrafi penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat
tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya dan tidak
menimbulkan rasa nyeri.
5) Pemeriksaan Ultrasonografi. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan
implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5
cm disebut plasenta letak rendah.
6) Diagnosis Plasenta Previa Secara Defenitif.. Dilakukan dengan PDMO
yaitu melakukan perabaan secara langsung melalui pembukaan serviks pada
perdarahan yang sangat banyak dan pada ibu dengan anemia berat, tidak
dianjurkan melakukan PDMO sebagai upaya menetukan diagnosis.

d.      Klasifikasi
1. Plasenta Previa otalis, apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan
Plasenta
2. Plasenta Previa Parsialis, apabila sebahagian pembukaan tertutup oleh
jaringan Plasenta

10
3. Plasenta Previa Marginalis, apabila pinggir Plasenta berada tepat pada
pinggir pembukaan.
4. Plasenta Letak Rendah, Plasenta yang letaknya abnormal pada segmen
bawah uterus tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir
e.       Terapi
Terapi atau tindakan terhadap gangguan ini dilakukan di tempat praktik. Pada
kasus perdarahan yang banyak, pengobatan syok adalah dengan infuse Macrodex,
Periston, Haemaccel, Plasmagel, Plasmafudin. Pada kasus pasien gelisah,
diberikan 10 mg valium (diazepam) IM atau IV secara perlahan.

4.    Solusio Plasenta
a.       Definisi
Solusio plasenta adalah lepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta yang
berimplantasi normal pada kehamilan di atas 22 minggu dan sebelum anak lahir .
b.      Etiologi
Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui pasti. Meskipun
demikian ada beberapa factor yang diduga mempengaruhi nya, antara lain :
1)      Penyakit hipertensi menahun
2)      Pre-eklampsia
3)      Tali pusat yang pendek
4)      Trauma
5)      Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior uterus yang
sangat mengecil ( hidramnion pada waktu ketuban pecah, kehamilan ganda pada
waktu anak pertama lahir
Di samping hal-hal di atas, ada juga pengaruh dari :
1)      Umur lanjut
2)      Multiparitas
3)      ketuban pecah sebelum waktunya
4)      defisiensi asam folat
5)      merokok, alcohol, kokain
6)      mioma uteri
11
c.       Klasifikasi
Secara klinis solusio plasenta dibagi dalam :
1)      solusio placenta ringan
2)      solusio placenta sedang
3)      solusio placenta berat
Klasifikasi ini dibuat berdasarkan tanda-tanda klinisnya, sesuai derajat terlepasnya
placenta. Pada solusio placenta, darah dari tempat pelepasan mencari jalan keluar
antara selaput janin dan dinding rahim dan akhirnya keluar dari serviks dan
terjadilah solusio placenta dengan perdarahan keluar / tampak. Kadang-kadang
darah tidak keluar tapi berkumpul di belakang placenta membentuk hematom
retroplasenta. Perdarahan ini disebut perdarahan ke dalam/ tersembunyi. Kadang-
kadang darah masuk ke dalam ruang amnion sehingga perdarahan tetap
tersembunyi.

d.      Gejala klinis
1)      Perdarahan yang disertai nyeri, juga diluar his.
2)      Anemi dan syok, beratnya anemi dan syok sering tidak sesuai dengan
banyaknya darah yang keluar.
3)      Uterus keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi uterus bertambah
dengan darah yang berkumpul di belakang placenta sehingga uterus teregang
(uterus en bois).
4)      Palpasi sukar karena rahim keras.
5)      Fundus uteri makin lama makin naik
6)      Bunyi jantung biasanya tidak ada
7)      Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus menerus (karena isi uterus
bertambah
8)      Sering ada proteinuri karena disertai preeclampsia

e.       Diagnosis

12
Diagnosis solusio plasenta didasarkan adanya perdarahan antepartum yang
bersifat nyeri, uterus yang tegang dan nyeri. Setelah plasenta lahir, ditemukan
adanya impresi (cekungan) pada permukaan maternal plasenta akibat tekanan dari
hematom retroplasenta.
f.        Penanganan solusio plasenta
1)      Solusio plasenta ringan
Apabila kehamilannya kurang dari 36 minggu, perdarahannya kemudian berhenti,
perutnya tidak menjadi sakit, uterusnya tidak menjadi tegang maka penderita
dapat dirawat secara konservatif di rumah sakit dengan observasi ketat.
2)      Solusio plasenta sedang dan berat
Apabila perdarahannya berlangsung terus, dan gejala solusio plasenta bertambah
jelas, atau dalam pemantauan USG daerah solusio plasenta bertambah luas, maka
pengakhiran kehamilan tidak dapat dihindarkan lagi. Apabila janin hidup,
dilakukan sectio caesaria. Sectio caesaria dilakukan bila serviks panjang dan
tertutup, setelah pemecahan ketuban dan pemberian oksitosin dalam 2 jam belum
juga ada his. Apabila janin mati, ketuban segera dipecahkan untuk mengurangi
regangan dinding uterus disusul dengan pemberian infuse oksitosin 5 iu dalam
500cc glukosa 5% untuk mempercepat persalinan.

13
BAB III
PENUTUP

A.        Kesimpulan
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala
berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan
tindakan segera guna menyelamtkan jiwa/ nyawa (Campbell S, Lee C, 2000).
Plasenta previa adalah keadaaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (Ostium Uteri Internal) (Rustam mochtar, 1998).
Manajemen pada plasenta previa yaitu.
a.             Seksio sesarea segera
b.            Perawatan konservatif di rumah sakit
c.             Persalinan pervaginam
d.            Seksio sesarea terjadwal
Solusio plasenta adalah lepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta yang
berimplantasi normal pada kehamilan di atas 22 minggu dan sebelum anak lahir .
Eklampsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam masa persalinan
atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang atau demam.
Pre-eklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria

14
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ”D” G1P0A0 UK 38 MINGGU
INPARTU KALA 1 FASE AKTIF DENGAN PRE EKLAMPSIA

Tanggal            : 22-06-2018                                                                 
Jam       : 20.00 WIB                                                     

Data Subyektif
- Biodata
            Nama               : Ny “D”                       Nama suami      : Tn “A”
            Umur               : 22 th                           Umur                : 27 th
            Agama             : Islam                          Agama              : Islam
            Pendidikan       : SMA                          Pendidikan        : SMA
            Suku      : Jawa                          Suku : Jawa
            Pekerjaan         : IRT Pekerjaan          : Wiraswasta
15
            Alamat             : Binjai                      Alamat              : Binjai
- Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil anak yang pertama, usia kehamilan 9 bulan, merasa
kenceng-kenceng dan nyeri pada perutnya mulai pukul 16.00 WIB , pukul
19.00 mengeluarkan lendir bercaampur darah, merasa sakit semua pada
tangan dan kaki karena bengkak.
- Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan mempunyai riwayat penyakit menahun yaitu darah tinggi.
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti HIV/AIDS, penyakit
kuning, TBC, penyakit keturunan seperti sesak nafas, kencing manis, dan
juga tidak mempunyai riwayat kembar baik dari pihak ayah maupun ibu.
- Riwayat kesehatan yang sekarang
Ibu mengatakan sedang menderita penyakit menahun (darah tinggi) dan
tidak sedang menderita penyakit menular maupun menurun.

Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran                 : Composmentis
- HPHT    : 12-09-2017
- TTP : 19-06-2018
- TTV
TD       : 150/110 mmHg     RR     : 20 x/menit       
Nadi    : 88 x/menit             S        : 37 0C             
2. Pemeriksaan Fisik Khusus
Ekstremitas  bawah          : Oedem                       
Leopold   I       : TFU antara Px dan pusat
                II     :  Teraba keras seperti papan disebelah kiri (PUKI)
                III    :  Bagian terendah adalah kepala (bulat, keras, melenting)
16
                IV    :  Bagian terendah sudah masuk PAP : divergen 2/5
His           : 4x, 10’, 40”
- Auskultasi : DJJ : 134 x/mnt : teratur
- Perkusi : reflek patela +/+
3. Pemeriksaan Dalam
Tanggal : 22-06-2018              Jam : 20.30 WIB
a. Pembukaan                                  : 2 cm
b. Ketuban                                       : (+)
c. Bagian terdahulu                          : kepala
d. Bagian terendah                           : UUK
e. Penurunan bagian terendah          : H I
4. Pemeriksaan penunjang
Protein urin : (++)
Hb : 11 gr %
Analisa
Ny ”D” G1P0A0 , UK 38 minggu, persentase kepala, PU-KI, janin hidup,
inpartu kala I fase aktif dengan PE.
Pelaksanaan
- Memberitahukan tentang keadaan ibu kepada ibu dan keluarga
TTV ibu , suhu : 37 0C, Nadi : 80 x/menit, RR  : 20 x/menit, TD  : 150/110
mmHg
- Memberikan dukungan emosi yang dapat mengurangi kecemasan ibu
- Pemberian MgSO4  4 gr 40 % (10 cc) di ecerkan dengan aquabides 10 cc :
dimasukkan lewat IV langsung (bolus) dengan lama penyuntikan > 5
menit,
- MgSO4 6 gr 40 % ( 15 cc) dimasukkan ke dalam cairan RL 500 CC 
dengan tetesan 20 tpm habis selama 6 jam.
- Ibu dan keluarga setuju untuk dirujuk

17
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ”E” G1P0A0 UK 39 MINGGU
INPARTU KALA 1 FASE AKTIF DENGAN EKLAMPSIA

Tanggal            : 28-07-2018                                                                 
Jam       : 05.00 WIB                                                     
Data Subyektif
- Biodata
            Nama               : Ny “E”                       Nama suami      : Tn “R”
            Umur               : 27 th                            Umur               : 30 th
            Agama             : Islam                          Agama              : Islam
            Pendidikan       : SMA                          Pendidikan        : S-1
            Suku      : Batak                          Suku : Jawa
            Pekerjaan         : IRT Pekerjaan          : PNS
            Alamat             : Lau Cih                   Alamat              : Lau Cih
18
- Keluhan Utama
Suami mengatakan ibu sudah kejang berulang sebanyak 2 kali,
Ibu dalam keadaan lemas , mengeluarkan lendir bercampur darah, merasa
sakit semua pada tangan dan kaki karena bengkak.
- Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu mengatakan mempunyai riwayat penyakit keturunan dari ayah yaitu
darah tinggi, dan ibu mengalami hipertensi gestasional. Ibu tidak pernah
menderita penyakit menular seperti HIV/AIDS, penyakit kuning, TBC,
penyakit keturunan lain seperti sesak nafas, kencing manis, dan juga tidak
mempunyai riwayat kembar baik dari pihak ayah maupun ibu.
- Riwayat Kesehatan Yang Sekarang
Ibu mengatakan sedang menderita penyakit keturunan (darah tinggi) dan
tidak sedang menderita penyakit menular maupun menurun lainnya.

Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran                 : Composmentis
- HPHT    : 08-10-2017
- TTP : 15-07-2018
- TTV
TD       : 180/120 mmHg     RR     : 20 x/menit       
Nadi    : 88 x/menit             S        : 37 0C             
2. Pemeriksaan Fisik Khusus
Ekstremitas atas dan bawah          : Oedem                       
Leopold   I       : TFU antara Px dan pusat
                II     :  Teraba keras seperti papan disebelah kiri (PUKI)
                III    :  Bagian terendah adalah kepala (bulat, keras, melenting)
19
                IV    :  Bagian terendah sudah masuk PAP : divergen 3/5
His           : 3x, 10’, 40”
- Auskultasi : DJJ : 130 x/mnt : teratur
3. Pemeriksaan Dalam
Tanggal : 28-07-2018              Jam : 05.30 WIB
1. Pembukaan                                  : 3 cm
2. Ketuban                                       : (+)
3. Bagian terdahulu                          : kepala
4. Bagian terendah                           : UUK
5. Penurunan bagian terendah          : H I
4. Pemeriksaan Penunjang
Protein urin : (+++)
Hb : 12 gr %

Analisa
Ny ”E” G1P0A0 , UK 39 minggu, persentasi kepala, PU-KI, janin hidup,
inpartu kala I fase aktif dengan eklampsia.
Pelaksanaan
- Memberitahukan tentang keadaan ibu kepada ibu dan keluarga
TTV ibu , suhu : 37 0C, Nadi : 80 x/menit, RR  : 20 x/menit, TD  : 180/120
mmHg
- Memberikan dukungan emosi yang dapat mengurangi kecemasan ibu
- Pemberian MgSO4  4 gr 40 % (10 cc) di ecerkan dengan aquabides 10 cc :
dimasukkan lewat IV langsung (bolus) dengan lama penyuntikan > 5
menit,
- MgSO4 6 gr 40 % ( 15 cc) dimasukkan ke dalam cairan RL 500 CC 
dengan tetesan 20 tpm habis selama 6 jam , diberikan sampai 2 jam post
partum atau kejang berahir
- Pasang oksigen dengan kanul nasal atau sungkup
- Ibu dan keluarga setuju untuk dirujuk

20
- Jika kejang berulang setelah 15 menit pemberian dosis awal, berikan
MgSO4 2 gr 40% (5cc) diencerkan dengan cairan aquabides 5 cc
disuntikkan I.V lewat selang infus selama 5 menit, dengan tetesan cairan
infus (RL) diklem.
- Jika pemberian MgSO4 terjadi henti napas, hentikan pemberian
MgSO4 dan suntikkan larutan Calcium Gluconas 1 gr (10cc) secara IV
lewat selang infus pelan-pelan sampai pernapasan mulai lagi

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ”Y” G3P2A0 UK 38 MINGGU


INPARTU DENGAN PLASENTA PREVIA

Tanggal            : 02-08-2018                                                                 
Jam       : 14.30 WIB                                                     
Data Subyektif
- Biodata
            Nama               : Ny “Y”                    Nama suami      : Tn “Z”
            Umur               : 32 th                         Umur                : 35 th
            Agama             : Islam                        Agama             : Islam
            Pendidikan       : D-3                          Pendidikan       : S-1
            Suku      : Minang                     Suku : Jawa
            Pekerjaan         : Apoteker Pekerjaan         : PNS
21
            Alamat             : Medan Tembung        Alamat              : Medan Tembung

Keluhan :
- Ibu mengatakan ini kehamilan ke-3 dan 2 anak lahir hidup
- Ibu mengatakan HPHT 23-11-2017
- Ibu mengatakan ada merasakan gerakan janin
- Ibu mengeluh keluar darah berwarna merah segar melalui alat kelamin
sejak pukul 13.00 WIB
- Ibu mengatakan saat darah keluar tidak terasa nyeri
- Ibu mengatakan tidak ada komplikasi yang terjadi pada kehamilan pertama
dan kedua.
- Ibu mengatakan cemas dengan kehamilannya

Data Obyektif
- KU : Lemah
- Kesadaran : Composmentis
- TTV : TD : 90/70 mmHg, N :92 x/m, RR : 24 x/m, T : 36,50C
- Inspeksi terlihat pengeluaran darah pervaginam
- Leopold
Leopold I : TFU 2 jari dibawah px ,pada fundus teraba bagian lunak
dan tidak melenting
Leopold II : Pada bagian kiri perut teraba bagian keras dan
memanjang yakni punggung janin dan bagian kanan teraba
ekstremitas janin
Leopold III : Pada terbawah janin teraba ada 1 bantalan yang
mengganjal pada bagian SBR
Leopold IV : Bagian terbawah janin tidak masuk PAP
- DJJ : 144x/m
- Perkusi : (+)
- Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 02-08-2018 Pukul : 11.45 WIB
22
USG : Plasenta menutupi seluruh jalan lahir
Analisa
Ny. “Y” 32 tahun, G3P2A0, UK 38 minggu, PU-KI, persentase kepala,
janin hidup, bagian terbawah janin tidak masuk PAP. Ibu dengan plasenta previa
Pelaksanaan
- Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat ini dan
hasil pemeriksaan yaitu kehamilan ibu mengalami komplikasi, dimana
plasenta berada pada bagian bawah rahim, sehingga bayi tidak dapat
masuk ke pintu atas panggul dan tidak dapat lahir secara pervaginam
karena jalan lahir tertutupi oleh plasenta dan ibu harus dirujuk
- Lakukan observasi TTV, perdarahan, dan DJJ
- Anjurkan ibu melakukan tirah baring total dengan menghadap ke kiri
- Lakukan pemasangan infus RL 20 x/m
- Lakukan pemasangan oksigen 2 L
- Lakukan persetujuan tindakan
- Siapkan keperluan rujukan dan segera rujuk

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ”P” G4P3A0 UK 38 MINGGU


INPARTU DENGAN SOLUSIO PLASENTA

Tanggal            : 05-05-2018                                                                 
Jam       : 10.00 WIB                                                     
Data Subyektif
- Biodata
            Nama               : Ny “P”                     Nama suami      : Tn “Y”
            Umur               : 42 th                         Umur                : 45 th
            Agama             : Islam                         Agama             : Islam
            Pendidikan       : SMA                         Pendidikan       : SMA
            Suku      : Jawa                     Suku : Batak
            Pekerjaan         : IRT Pekerjaan         : Wiraswasta
23
            Alamat             : Medan Amplas        Alamat              : Medan Amplas

Keluhan :
- Ibu merasa kesakitan dan lemas
- Perut terasa tegang terus menerus dan nyeri saat ditekan
- Keluar darah merah kehitam-hitaman dari vagina sejak pukul 09.40 WIB
- Pergerakan janin berkurang
- Ibu memiliki riwayat penyakit hipertensi
Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran           : Composmentis
- HPHT    : 22-08-2017
- TTP : 29-05-2018
- TTV
TD       : 140/90 mmHg     RR     : 25 x/menit       
Nadi    : 85 x/menit             S       : 36,5 0C             

2. Pemeriksaan Fisik
Abdomen
 Konsistensi            : tegang dan keras
 Bekas operasi        : tidak ada
 Palpasi                  : nyeri tekan
His
 Frekuensi               : 2X/10 menit
 Lamanya                : 20 detik
 Kekuatan               : lemah
Auskultasi
DJJ                         : (+)
 Punctum max         :  2 jari dibawah pusat sebelah kiri

24
 Frekuensi               :  140  x/i
 Kekuatan               :  lemah
 Irama                     :  tidak teratur
Vulva/vagina
 Pengeluaran            : darah
 Warna                    : merah kehitam-hitaman
3. Pemeriksaan Penunjang
     HB                   : <11 gr%
Protein urin      : (-)
USG                 : Plasenta sedikit lepas dari endometrium
Analisa
Ny ”P” usia 42 tahun G4P3A0 UK 38 minggu, DJJ tidak teratur dan lemah.
Ibu inpartu dengan solusio plasenta
Pelaksanaan
- Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga mengukur TTV ibu dan
DJJ
- Anjurkan ibu melakukan tirah baring total dengan menghadap ke kiri
- Memberikan infus NS/RL untuk restorasi cairan dengan memberikan 500
ml dalam 15 menit pertama dan 2 L dalam 2 jam pertama
- Lakukan pemasangan oksigen 2 L
- Lakukan persetujuan tindakan
- Siapkan keperluan rujukan dan segera rujuk
- Melakukan rujukan untuk tindakan persalinan.

25

Anda mungkin juga menyukai