KEPERAWATAN MATERNITAS
Pembimbing : Ns. Indah Wulaningsih, M.Kep
DISUSUN OLEH:
ANDINI WIDANTI
2008010
PRE EKLAMSI
A. DEFINISI
1. Pre-Eklampsia
Pre-eklamsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, alergi dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada
triwulan ke tiga kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada
molahidatidosa (Sarwono, 2005).
Pre-eklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan
(Mansyur, 2000).
Pre-eklamsia adalah syndrome spesifik kehamilan berupa kerkurangnya
perfusi organ akibat fase spasme dan aktivitas endotel (Cunningham, 2005).
Pre-eklamsia yang juga disebut hipertensi karena kehamilan merupakan
keadaan yang khas dan keadaan ini ditandai dengan gejala edema, hipertensi serta
proteinuria, Pre-eklamsia paling sering ditemukan sesudah usia kehamilan 28
minggu (Farrer, 1999).
2. Klasifikasi
B. ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti tetapi
terdapat beberapa factor tertentu sebagai predisposisi :
1. Kekhasan pada kehamilan.
2. Terutama mengenai primigravida.
3. Overdistensi uterus (kehamilan kembar, polihidramnion, abnormalitas janin).
4. Penyulit beberapa kondisi medis (penyakit ginjal, diabetes, hipertensi).
5. Disfungsi plasenta (infark atau degenerasi).
6. Insiden lebih tinggi kalau makanan ibu mempunyai menu yang tidak baik.
Manurut Cunningham (1995), hipertensi yang ditimbulkan atau diperberat
oleh kehamilan lebih mungkin terjadi pada wanita yang :
1. Terpapar vili korialis untuk pertama kalinya.
2. Terpapar vili korialis yang terdapat dengan jumlah yang sangat rendah seperti
pada kehamilan kembar atau molahidatidosa.
3. Mempunyai riwayat penyakit vaskuler.
4. Mempunyai kecenderungan genetic untuk menderita hipertensi dalam kehamilan.
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab pre-eklamsia ialah
iskemia plasenta. Akan tetapi dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang
berlebihan dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu factor yang menyebabkan
pre-eklamsia. Berdasarkan teori iskemia yang dapat menimbulkan sensifitas terhadap
angiotensia II, renin dan aldesteron, spasme pembuluh darah artenoli tertahannya
garam dan air.
Teori iskemia darah implementasi plasenta didukung kenyataan sebagai :
1. Pre-eklamsia dan eklamsia lebih banyak terjadi pada primigravida, hamil ganda,
mola hidatidosa.
2. Kejadiannya makin meningkat dengan makin tuanya umur kehamilan.
3. Gejala penyakit berkurang bila terjadi kematian janin.
C. MANIFESTASI KLINIS
Pre-eklamsia ditandai dengan trias hipertensi, edema dan proteinuria. Pada
pre-eklamsia ringan tidak disertai gejala-gejala objektif, sedangkan pada pre-
eklamsia berat disertai gejala-gejala subjektif berupa salit kepala di daerahfrontal,
skotoma, diplopia pandangan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual dan muntah-
muntah. Tanda dan gejala pre-eklamsia yang disusun dengan serangan kejang
menandakan adanya eklamsia.
Serangan kejang pada eklamsia dibagi menjadi 4 tingkat :
1. Tingkat awal (aura), berlangsung kira-kira 30 detik. Mata menderita terbuka tanda
mmata bergetar, demikian pula tangannya dan kepala diputar ke kanan atau kekiri.
2. Tingkat kejang tonik, berlangsung kurang lebih 30 detik.
Seluruh otot menjadi kaku, wajah kelihatan kaku, tangan menggenggam dan kaki
membengkok kedalam. Pernafasan berhenti, muka menjadi sinotik, lidah dapat
tergigit
3. Tingkat kejang klonik.
Spasmus tonik menghilang, otot sering berkontraksi dan berulang-ulang dalam
tempo yang cepat. Bola mata menonjol, dari mulut keluar ludah yang berbusa,
muka menunjukkan kongesti dan sianosis. Penderita menjadi tak sadar, kejang
klonik ini dapat demikian hebatnya sehingga penderita dapat terjatuh dari tempat
tidur. Akhirnya kejang terhenti dan penderita menarik nafas secara mendengkur.
4. Tingkat koma lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama, secara perlahan-lahan
penderita menjadi sadar lagi. Akan tetapi, dapat terjadi pula sebelumnya timbul
serangan baru yang berulang sehingga dia tetap dalam keadaan koma. Selama
serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu meningkat sampai 40 0.
Gambaran klinis yang muncul :
1. Peningkatan tekanan darah.
Kelainan dasar pada pre-eklamsia adalah vasospasme artenola glomerulus.
Tidak mengherankan bila tanda peringatan awal yang bias diandalkan adalah
peningkatan tekanan darah. Tekanan sistolik sebesar 90 mmHg/ lebih yang
menetap menunjukkan keadaan abnormal.
2. Kenaikan berat badan.
Tanda khas pre-eklamsia adalah peningkatan BB yang mendadak serta
berlrbihan dan bukannya peningkatan secara merata selama kehamilan.
3. Proteinuria
Pada pre-eklamsia awal proteinuria mungkin hanya minimal tidak ditemukan.
Pada kasus berat protein dapat mencapai 10 gr/l
4. Nyeri kepala
Nyeri kepala yang ditemukan pada eklamsia ringan tetapi semakin sering
terjadi pada kasus berat.
5. Nyeri epigastrium
Nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas sering ditemukan pada pre-
eklamsia berat dan dapat menunjukkan serangan kejang yang akan terjadi.
6. Gangguan penglihatan
Bermacam gangguan penglihatan mulai pandangan sedikit kabur, skotoma
hingga kebutaan sebagian atau total.
(Cunningham, 1995)
D. PATOFISIOLOGI
Perubahan pokok yang didapatkan pada pre-eklamsia adalah spasme
pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air, dengan biopsy ginjal
menemukan/ spasmus yang hebat pada arteriola glomerulus pada beberapa kasus
lumen arteriola demikian kecilnya sehingga hanya dapat dilalui satu sel darah merah.
Bila menganggap spasmus arteriola juga ditemukan diseluruh tubuh maka mudah
dimengerti bahwa tekanan darah meningkat tampaknya usaha darah mengatasi
kenaikan tahanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Kenaikan berat
badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang
interstisial belum diketahui sebabnya. Teklah diketahui bahwa pada pre-eklamsia
dijumpai kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi pada
pre-eklamsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat.
Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta.
Pada hipertensi yang agak lama pertumbuhan janin terganggu. Pada hipertensi
yang lebih pendek bias terjadi gawat janin sampai kematiannya sampai kekurangan
oksigen. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering
didapatkan pada pre-eklamsia dan eklamsia, sehingga mudah terjadi partus
prematurus.
Biopsi ginjal pada pre-eklamsia menunjukkan kelainan berupa kelainan
glomerolus, hyperplasia sel-sel jukstaglomerolus, kelainan pada tubulus henle dan
spasmus pembuluh darah ke glomerolus tampak sedikit membengkak dengan
pertumbuhan sebagai berikut :
1. Sel-sel diantara kapiler bertambah, membrane basalis dinding glomerolus seolah-
olah terbelah akibat bertambahnya matrik mesangeal.
2. Sel-sel kapiler membengkak, lumen menyempit, penimbunan zat protein, sel-sel
jukstaglomerolus merangsang dan bertambah dengan pembengkakan sitoplasma
sel. Perubahan tersebut nampaknya yang menyebabkan proteinuria dan mungkin
sekali ada hubungannya dengan retensi garam dan air.
Perubahan pada ginjal disebabkan aliran darah ginjal menurun sehingga
menyebabkan filtrasi glomerolus mengurang. Mekanisme retensi garam dan air
disangka akibat perubahan perbandingan antara tingkat filtrasi glomerolus dan
tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Penurunan filtrasi menyebabkan filtrasi
natrium menurun yang mengakibatkan retensi natrium dan air. Filtrasi glomerolus
dapat turun sehingga menyebabkan diuresis turun pada keadaan lanjut terjadi oliguria
atau anuria.
Kelainan yang sering ditemukan pada retina ialah soasme pada arteriola-
arteriola terutama yang dekat discus optikus terlihat edema diktus optikus dan retina.
Ablotio retina juga dapat terjadi tetapi jarang. Keadaan ini disertai dengan buta.
Pelepasan retina disebabkan oleh edema intra okuler dan merupakan indikasi
perkiraan kehamilan segera. Skotoma, diplopia, ambliopia merupakan gejala yang
menunjukkan akan terjadi eklamsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran
darah ke pusat penglihatan di korteks serebri atau retina.
Paru-paru menunjukkan berbagai tingakt edema dan perubahan karena
bronkopneumonia akibat aspirasi. Kadang ditemukan abses paru-paru. Edema paru
biasanya disebabkan oleh dekopensasio kordis kiri.
Hemokonsentrasi yang menyertai eklamsia tidak diketahui sebabnya. Terjadi
pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke interstisial. Keadaaan ini diikuti oleh
kenaikan hemotokrit, peningkatan protein sering bertambahnya edema, menyebabkan
volume darah mengurang viskositas darah meningkat, peredaran darah lebih lama
karena aliran darah ke jaringan mengurang dengan akibat hipoksia. Jumlah air dan
natrium dalam badan lebih banyak pada penderita pre-eklamsia tidak dapat
mengeluarkan dengan sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan
oleh filtrasi menurun sedangkan penyerapan tubulus tidak berubah.
(Sarwono, 2005)
PATHWAY
Pre-eklamsia
BB ↑ Hipertensi
Oedema
COP ↓
Gawat janin
Kematian janin
Edema ekstremitas Edema hepar Edema sekitar Edema ginjal Edema cerebral Empedu paru
(hepatomegali) discus optikus
Edema Gangguan pada Sesak nafas
Tekanan pada Perdarahan aliran
glomerolus mesenohapalon,
serabut saraf nyeri darah di retina
thalamus dan
koreteks cerebri Pola nafas tidak
Nyeri ulu hati Ablasio retina Sel kapiler
(epigasttrium) bertambah efektif
Dinding Kajang
Stimuli N. vagus glomerolus
Persepsi sensori
dan pusat muntah seolah- Resiko cidera
tidak efekstif
(medulla oblongata) olahterbekah pada ibu
Akumulasi zar
protein
Mual, muntah dikapsula
bowman
Protein plasma
menurun
Gamngguan keseimbangan
cairan berlebih
E. PENATALAKSANAAN
1. Pre-Eklamsia
Pengobatan hanya dapat dilakukan secara simtomatis karena etiologi pre-
eklamsia, dalam factor-faktor apa dalam kehamilan yang menyebabkannya,
belum diketahui. Tujuan penanganan pre-eklamsia adalah :
a. Mencegah terjadinya eklamsia.
b. Anak lahir dengan kemungkinan hidup yang besar.
c. Trauma persalinan minimal.
d. Mencegah hipertensi yang menetap.
Pada dasarnya penanganan pre-eklamsia terdiri dari pengobatan medis
dan penanganan obstetric. Penanganan obstetric ditunjukkan untuk melahirkan
bayi pada saat yang optimal, yaitu sebelum janin mati dalam kandungan, akan
tetapi sudah cukup matur untuk hidup diluar uterus. Setelah persalinan berakhir
jarang terjadi eklamsia dan janin yang sudah cukup matur lebih baik hidup diluar
kandungan dari pada dalam uterus. Waktu optimal tersebut tidak selalu dapat
dicapai pada penanganan pre-eklamsia, terutama bila janin masih sangat
premature. Dalam hal ini diusahakan dengan tindakan medis untuk dapat
menunggu selama mungkin, agar janin lebih matur.
Pengobatan pre-eklamsia yang tepat ialah pengakhiran kehamilan karena
tindakan tersebut menghilangkan sebabnya dan mencegah terjadinya eklamsia
serta kematian janin intrauterine. Pada pre-eklamsia dengan bayi yang masih
premature penundaan pengakhiran kehamilan mungkin dapat menyebabkan
eklamsi atau kematian janin. Cara pengakhiran dapat dilakukan dengan induksi
untuk pengakhiran kehamilan ialah :
a. Pre-eklamsia ringan dengan kehamilan lebih cukup bulan.
b. Pre-eklamsia dengan hipertensi dan/ atau proteinuria menetap selama 10-14
hari, dan janin sudah cukup matur.
c. Pre-eklamsia berat.
d. Eklamsia.
1) Pre-eklamsia ringan
Istilah ditempat tidur masih merupakan terapi utama untuk
penanganan terapi utama pre-eklamsia. Istirahat dengan berbaring pada
sisi tubuh menyebabkan pengaliran darah keplasenta meningkat, aliran
darah keginjal juga lebih banyak, tekanan vena pada ekstremitas bawah
dan reorbsi cairan dari daerah tersebut bertambah, oleh karena itu dengan
istirahat biasanya tekanan darah turun dan edema berkurang. Pemberian
fenobarbital 3 x 30 mg sehari akan menenangkan penderita dan dapat juga
menurunkan tekanan darah.
a) Jika tekanan darah diastole berkisar 80-90 mmHg atau naik kurang
dari 15 mmHg dan tidak ditemukan proteinuria, wanita tersebut
diizinkan untuk tinggal dirumah dan dilanjutkan untuk beristirahat
sebanyak mungkin. Ia harus kembali ke klinik setiap mingu, pada
setiap kunjungan :
(1) Periksa tekanan darah.
(2) Periksa urine untuk menemukan adanya protein.
(3) Timbang berat badan pasien.
(4) Periksa untuk menemukan adanya edema.
(5) Singkirkan gejala-gejala pre-eklamsia berat.
(6) Pantau pertumbuhan janin, tanyakan pada ibu tentang gerakan
janin.
(7) Periksa denyut jantung.
b) Jika tekanan darah diastole 90 mmHg atau meningkat lebih dari 15
mmHg, ada gejala pre-eklamsia berat, atau jika ditemukan adanya
pertumbuhan buruk pada janin, wanita tersebut harus masuk ke rumah
sakit untuk diobservasi dan diberikan penatalaksanaan. Di rumah sakit
:
(1) Biarkan wanita tersebut beristirahat di ruang yang tenang.
(2) Periksa tekanan darah setiap 4 jam (setiap 2 jam bila keadaan
sangat parah).
(3) Lakukan pemeriksaan protein urine dua kali sehari.
(4) Pantau frekuensi jantung janin dua kali sehari.
(5) Tinbang berat badan wanita tersebut 2 kali seminggu jika
mungkin.
(6) Beri sedasi(misalnya : diasepam).
(7) Berikan obat anti hipertensi hanya jika tekanan diastoliknya 110
mmHg atau lebih dan harus sesuai dengan perintah dokter.
2) Pre-eklamsia berat
Pada penderita yang masuk rumah sakit dengan tanda dan gejala-
gejala pre-eklamsia berat segera harus diberi sedative yang kuat luntuk
mencegah timbulnya kejang-kejang, apabila sesudah 12-24 jam bahaya
akut padat diatasi, dapat dipikirkan cara yang baik untuk menghentikan
kehamilan. Tindakan ini perlu untuk mencegah seterusnya bahaya
eklamsia.
Penggunaan obat hipotensif pada pre-eklamsia berat diperlukan
karena dengan menurunkan tekanan darah kemungkinan kejang dan
apopleksia serebri menjadi lebih kecil. Apabila terdapat oliguria,
sebaiknya penderita diberi glukosa 20 % secara intra vena. Obat diuretic
tidak diberikan secara rutin.
Penatalaksanaan pre-eklamsia berat :
a) Penderita dirawat diruang yang tenang, tidur miring kiri.
b) Diet cukup protein, 100 gr/ hari, rendah garam 0,5 gr/ hari.
c) Infuse D5 : RL 2:1
Jumlah cairan : 1 liter + urine output.
Renal failure : jumlah cairan max 500 ml/ hari.
d) MgSO4
Dosis awal : 4 gr larutan 20 % per IV dengan kecepatan max gr/ menit
segera diikuti 8 gr larutan 40 % masing-masing 10 mg gluteus kanan/
kiri.
Maintenance : 4 gr/ jam kemudian
Syarat pemberian MgSO4 :
(1) Reflek patella +
(2) Respirasi 16 x/ menit
(3) Urine output 100 ml/ jam terakhir
(4) Tersedia antidotum : kalsium glukonas
e) Anti hipertensi
Diberikan bila tekanan darah 180/110 mmHg
(1) Hidralin : 10 mg/ 4-6 jam sesuai respon atau 5 mg per IV, tunggu
5 menit, respon 5 mg/ IV sampai dosis max 25 mg.
(2) Klodini : 0,15 mg/ + 9 ml NaCl gisiologis suntikan 5 ml/ IV,
tunggu 5 menit.
(3) Respon - : Ulangan 4 x dalam waktu 30 detik.
(4) Respon + : 0,15 mg/ IM tiap 3-4 jam.
f) Diuretika
Indikasi : Edema pulmonum dan dekompensasi kordis
g) Tindakan obstetric
(1) Konservatif : Kehamilan depertahankan hingga persalinan
spontan.
(2) Aktif :
Indikasi : Bila terdapat satu atau lebih keadaan sebagai berikut :
Umur kehamilan 37 minggu
Terdapat gejala implending eklamsia
Kegagalan terapi konservatif mendisitral : 6 jam pengobatan
terjadi kenaikan tekanan darah atau tidak terjadi perbaikan
setelah 48 jam perawatan.
Terdapat tanda-tanda gawat janin.
Terdapat tanda-tanda IUGR
Terdapat HELLP syndrome
Cara terminasi kehamilan
Belum dalam persalinan
Indikasi persalinan Sectio caecarea, bila :
o Terdapat kontra indikasi terhadap oksitosin.
o Setelah 12 jam tidak masuk fase akhir.
o Primigravida.
Sudah dalam persalinan
o Kala I fase laten : SC
o Kala I fase aktif : Amniotomi, bila telah 6 jam pembukaan
belum lengkap SC
o Kala 2 : ekstrasivacum atau estrasi fiorcipal.
2. Eklamsia
Penatalaksanaan eklamsia meliputi enam langkah :
a. Memastikan bahwa wanita tersebut dapat bernafas.
b. Mengendalikan kejang.
c. Mengendalikan tekanan darah.
d. Mengendalikan keseimbangan cairan.
e. Melahirkannya bayi.
f. Memantau dengan seksama untuk mencegah kejang lanjutan dan
mengidentifikasi komplikasi.
Penatalaksanaan pengobatan eklamsia :
a. Prinsip pengobatan sama dengan preeklamsia berat, termasuk pemberian
MgSO4.
b. Bila msih terjadi kejang, berikan tambahan MgSO4 2 gr larutan 20 % dalam
waktu 2 mnit, bila masih kejang berikan amobarbival sampai 250 mg/ IV
pelan.
c. Sebagai alternative, dapat diberikan diazepam 10 mg/ IV sebelum MgSO4
diberikan.
d. Pemberian MgSO4 dihentikan setelah 24 jam persalinan atau bila eklamsia
timbul post partum : MgSO4 diberikan 24 jam setelah serangan
kejangterakhir.
e. Persalinan diusahakan pervaginam, 4-8 setelah serangan kejang terakhir dan
penderita sudah sadar.
f. Bila diperlukan tindakan section caesaria, dikerjakan sekurang-kurangnya 12
jam bebas kejang.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang meliputi :
1. Urine : Protein, reduksi, bilirubin, sediment urin.
2. Darah : Trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, LDH dan bilirubin.
3. USG (Ultrasonografi).
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada ibudengan pre-eklamsia dan eklamsia adalah:
1. Solusio plasenta
Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderitahipertensi akut dan sering
terjadi pada pre-eklamsia. diRumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo 15,5 %
solusio plasenta disertai pre-eklamsia.
2. Hipofibrinogenemia
Pada pre-eklamsia berat Zuspan (1978) menemukan 23 % hipofibrinogenemia,
mala dari itu penuilis menganjurkan pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
3. Hemolisis
Penderita dengan pre-eklamsia berrat kadang-kadang menunjukkan gejala gejala
klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. Nelum diketahui dengan pasti
apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah.
Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsy penderita eklamsia
dapat menerangkan ikterus tersebut.
4. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utamakematian maternal penderita
eklampsia.
5. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu,
dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan
tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
6. Edema paru-paru
Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita dari 69 kasus eklamsia, hal ini
karena payah jantung.
7. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada per-eklamsia-eklamsia merupakan akibat
vasopasmus arteriaol umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklamsia, tetapi
ternyata ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui
dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
8. Sindroma HELLP
Yaitu haemolisis, elevated liver enzymes, dan low platelet.
9. Kelainan ginajl
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerolus yaitu pembengkakan sitoplasma sel
endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan strukrut lainnya. Kelianan lain yang
dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginajl.
10. Komplikasi lain
Lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang-kejang, pneumonia
aspirasi, dan DIC (disseminated intravaskuler cooagulation).
11. Prematuritas
Dismaturitas dan kematian janin intra uteri.
1. PENGKAJIAN
a. Data demografi
b. Riwayat kehamilan
c. Riwayat DM, ginjal, hipertensi kronis
d. Riwayat keluarga (misalnya pernah pre-eklamsia atau eklamsia)
e. Keluhan utama (mual muntah, nyeri frontal)
f. Pemeriksaan fisik
a. Penglihatan (gangguan visual, perdarahan retina)
b. Edema (kelopak mata, tangan, kaki)
c. Pengukuran tekanan darah
d. Pemeriksaan tinggi fundus uteri
g. Pemeriksaan laboratorium
a. Urine : Protein
b. Darah : Trombosit, ureum, kreatinin, sritrosit
8. Pemeriksaan diagnostik
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko cidera pada ibu berhubungan dengan persalinan lama kala I.
b. Resiko cidera pada janin berhubungan dengan penyakit penyerta/ hipertensi.
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (SDKI, SLKI, DAN SIKI)
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No
SDKI SLKI SIKI
1. Resiko cidera pada ibu Setelah dilakukan tindakan keerawatan Perawatan kehamilan resiko tinggi (l.14560)
berhubungan dengan selama ..x.. jam maka diharapkan Observasi:
Identifikasi faktor resiko kehamilan
persalinan lama kala I. resiko cidera pada ibu berkurang Observasi riwayat obstetri
dengan kriteria hasil: Identifikasi sosial dan demografi
1. Toleransi aktivitas meningkat Monitor status fisik dan psikologi selama
kehamilan
2. Tekanan darah meningkat Terapeutik:
3. Frekuensi nadi meningkat Dampingi ibu saat merasa cemas
4. Frekuensi Nafas meningkat Diskusikan ketidaknyamanan selama
hamil
5. Denyut jantung radialis meningkat Diskusikan persiapan persalinan dan
kelahiran
Edukasi
Anjurkan ibu untuk beraktivitas dan
beristirahat yang cukup
Ajarkan cara menghitung gerakan janin
Ajarkan aktivitas yang aman selama
hamil
Kolaborasi
Kolaborasi dengan spesialis jika ditemukan
tanda dan bahaya kehamilan
2. Resiko cidera pada janin Setelah dilakukan tindakan keerawatan Pemantauan denyut jantung janin (l.02056)
berhubungan dengan penyakit selama ..x.. jam maka diharapkan Observasi:
Identifikasi status obstetrik
penyerta/ hipertensi resiko cidera pada janin berkurang Identifikasi riwayat obstetrik
dengan kriteria hasil: Identifikasi pemeriksaan kehamilan
1. Ketegangan otot menurun sebelumnya
Periksa denyut jantung janin selama 1
2. Kejadian cedera menurun menit
3. Ekspresi kesakitan wajah menurun Monitor tanda vital ibu
Terapeutik:
4. Tekanan darah meningkat
Atur posisi pasien
5. Denyut jantung apikal meningkat Lakukan manuver leopold untuk
menentukan posisi janin
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan
DAFTAR PUSTAKA
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2020 jam 08.00WIB
I. IDENTITAS
Nama klien : Ny.S Nama Mahasiswa : Andin
Umur : 25 tahun Umur : 27 tahun
Suku : Jawa Status Obstetri : G1P0A0
Agama : Islam HPHT : 22-10-20
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Ambarawa
2. KELUHAN
Pasien datang ke IGD RSUD Dr Gunawan Mngunkusumo kiriman bidan dengan
G1P0A0 usia kehamilan 38+4 mg dengan pre eklamsi. Pasien mengeluh perutnya
terasa kencang-kencang
3. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. KEHAMILAN SEKARANG
Diagnosa: G1 P0 A0 usia kehamilan 38+4 mg. Imunisasi TT sudah lengkap
dan ANC 9 kali ke bidan. Pengobatan selama hamil mendapat Tablet Fe dan
vitamin. Tidak ada keluhan selama hamil. Pergerakan janin dirasakan sejak
usia kehamilan kurang lebih 4 bulan. Rencana perawatan bayi adalah dirawat
sendiri. Kesanggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi adalah:
- Breast care : ya - Senam nifas : tidak
- Perineal care : ya - KB : ya
- Nutrisi : ya - Menyusui : ya
B. PERSALINAN SEKARANG
1. Keluhan HIS
Mulai kontraksi pada tanggal 15 Oktober 2020 jam 05.00 WIB
Ibu mengatakan kenceng-kenceng teratur pada perut.
2. Pengeluaran pervagina :
Pada jam 05.00 keluar air, tidak keluar lendir ataupun darah, sedangkan
saat pengkajian keluar lendir dan darah sedikit.
3. Periksa dalam : jam 10.00 dilakukan oleh dokter PPDS dengan hasil :
Pemeriksaan palpasi didapatkan hasil janin tunggal, presentasi kepala,
kepala teraba 4/5 bagian, his teratur. Auskultasi DJJ 149x/menit,
pemeriksaan dalam dinding vagina licin, portio lunak, ditengah
effecement 50 %, terbuka 1 jari sempit, ada pengeluaran sekret.
4. Kala persalinan (Kala 1)
Mulai persalinan tgl 15 Oktober jam 05.00 WIB perutnya terasa kencang
teratur kemudian dibawa ke bidan. Setelah mengetahui hasil pemeriksaan
tekanan darah pasien yaitu 140/100mmHg, kemudian pasien dirujuk ke
RSUD Gunawan Mangunkusumo pada pukul 08.00 WIB untuk
penanganan lebih lanjut dikarenakan pre eklamsi. Kemudian pasien
dipasang infus dengan cairan RL 20 tetes / mnt dan dipasang kateter untuk
pemeriksaan urine serta untuk mengukur output urine per jam. Kemudian
ibu diberi MgSo4 20 % per IV selama 5 menit sambil dilakukan observasi
terhadap efek obat tersebut. Pada jam 10.00 mulai diberikan drip oksitosin
8 tetes/mnt kalf I dan cairan infus diganti dengan D5% untuk menambah
kekuatan /tenaga ibu, pada saat itu juga dilakukan observasi terhadap efek
dari pemberian oksitosin yaitu lamanya HIS dan kekuatannya serta denyut
jantung janin juga pengaturan tetesan yaitu setiap 15 menit ditambahkan
4 tetes. Hal ini dilakukan terus sampai kolf I habis dengan memperhatikan
pembukaan dan kekuatan HIS. Pada jam 12.00 dilakukan evaluasi dengan
hasil : pembukaan 5 cm, effecement 75 %, ketuban ada , presentasi kepala,
bidang hodge I, DJJ (+) : 148x/menit, kontraksi setiap 3 menit dengan
durasi 40-50 detik.Kemudian dilakukan amniotomi oleh dokter PPDS, air
ketuban berwarna kehijauan dan keruh. Hasil pemeriksaan tanda vital
didapatkan TD : 140/90 mmhg, nadi: 88 x/mnt, RR: 20 x/mnt, GCS:
CM=15 (4-5-6 ) dan edema kaki +/+. Dan DJJ (+ ) : 148x/menit. Ibu
mengeluh nyeri dibagian perut dan pinggang, saat kontraksi ibu sampai
menangis menahan nyeri dan bertanya kenapa lama sekali anaknya tidak
kunjung lahir, ibu meminta kepada petugas agar tidak meninggalkannya
sendirian. Pada jam 14.30 dilakukan evaluasi lagi : pembukaan lengkap,
HIS setiap 2-3 menit dengan durasi 40 detik, DJJ ( + ): 12-12-12, GCS :
CM+15 ( 4-5-6 ), edema kaki +/+, TD: 140/90 mmHg, nadi : 89 x/mnt,
RR : 20 x/mnt. Kemudian pasien dipersiapkan forcep extraction untuk
mempercepat kala II
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. HASIL LAB, tanggal 15 Oktober 2020
- Hb : 13,1 g/dl
- Lekosit : 9,70 ribu
- Trombosit : 225 ribu
- SGOT : 18 ui/L
- SGPT : 25 ui/L
- Ureum : 11 mg/dl
- Kreatin serum : 0,73 mg/dl
B. Sedimen Urine/Urine Lengkap, Tanggal 15 Oktober2020
- Eritrosit : 6.0 uL
- Lekosit : 691,6 uL
- Epitel : 65,1 uL
- Epitel : 65,1 uL
- Protein urine : 3+500 g/L
C. NST : 140/2-4/low variably
D. Rencana Perawatan/Terapi ;
1. NST
2. pasang infus RL
3. Lab : DR/UR/LFT/RFT/Albumin
4. Injeksi ampicillin 4x1 gram per IV
5. SM full dose
6. Nifedipin
7. Terminasi pro OD , Bila inpartu percepat kala II
B. ANALISA DATA
NO HARI/
DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
TANGGAL
1 Selasa, 15 Data subyektif : Persalinan lama Resiko cidera
Oktober 2020, - Ibu mengatakan perutnya kala I pada ibu
jam 09.00 WIB kenceng-kenceng mulai
tadi pagi
Data obyektif :
- Kesadaran : Compos
Mentis
- GCS : 15 ( 4-5-6 )
- TD : 160/110mmHg
RR : 20x/mnt
- Nadi : 92x/mnt
Suhu : 36,8 C
HARI &
No.
TANGGAL IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
DP
PUKUL
15 Oktober 2020/ 1 a. Melakukan identifikasi faktor resiko kehamilan DS: Pasien nengatakan bahwa ini Andin
10.00WIB – 15.00
meruakan kehamilan anak
WIB b. Melakukan Observasi riwayat obstetri
pertama, sebelumnya tidak
c. Identifikasi sosial dan demograf mempunyai tekanan darah tinggi
namun perutnya tidak nyaman
d. Memonitor status fisik dan psikologi selama dan terasa kenceng-kenceng
kehamilan
DO :
e. Melakukan Diskusikan ketidaknyamanan selama - Pasien tampak kesakitan namun
hamil
kooperatif
- TD : 160/110 mmHg RR : 20
f. Mengajarkan cara menghitung gerakan janin
x/mnt
- Nadi : 92 x/mnt Suhu : 36,8
C
15 Oktober 2020/ 2 a. Melakukan identifikasi status obstetri DS: Pasien nengatakan bahwa Andin
10.00WIB – 15.00
perutnya tidak nyaman dan terasa
WIB
b. Melakukan identifikasi pemeriksaan kehamilan kenceng-kenceng, pasien bersedia
sebelumnya dilakukan pemeriksaan leopold
DO :
c. Memeriksa denyut jantung janin selama 1 menit
- Pasien tampak kesakitan namun
kooperatif
d. Memonitor tanda vital ibu
- Hasil NST : 140/2-4/low variably
- DJJ (+): 148x/menit
e. Mengatur posisi pasien
- LEOPOLD I : TFU : 32 cm,
berisi kepala
f. Melakukan manuver leopold untuk menentukan
- LEOPOLD II : Letak punggung
posisi janin
kanan
- LEOPOLD III : Bagian kepala
- LEOPOLD IV : Divergen
15 Oktober 2020/ 3 a. Melakukan identifikasi lokasi, karakteristik dan Data subyektif : Pasien mengatakan Andin
10.00WIB –
intensitas nyeri perutnya kenceng-kenceng dan
16 Oktober 2020/
07.00 WIB terasa nyeri padaperut bagian
b. Melakukan identifikasi faktor memperberat dan bawah dan pinggang dan
memperingan nyeri kooperatif
Data obyektif :
c. Memfasilitasi istirahat dan tidur - Ibu tampak meringis kesakitan
- Ibu sering merubah posisi tidur
d. Melakukan penjelasan penyebab, periode dan - Hasil VT : pembukaan 1 jari
pemicu nyeri sempit , effecement 50%, ketuban
ada, presentai kepala, bidang
e. Memberikan strategi meredakan nyeri hodge I, terdapat darah dan
lendir, pemeriksaan dalam
f. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk dinding vagina licin, portio lunak
mengurangi rasa nyeri - Ibu tampak mengikuti yng
diajarkan perawat dalam relaksasi
nafas dalam
15 Oktober 2020/ 4 a. Mengidentifikasi saat tingkat anxietas berubah Data subyektif : Andin
10.00WIB –
- Ibu mengatakan sudah mengetahui
16 Oktober 2020/
07.00 WIB b. Memonitor tanda-tanda anxietas sedikit tentang apa itu hipertensi
dan pre eklamsi selama kehamilan
c. Menciptakan suasana terapeutik untuk dan resiko yang bisa terjadi bila
menumbuhkan kepercayaan tidak segera ditangani di R.S
Data obyektif :
- Ekspresi wajah ibu sudah tampak
d. Memberi informasi mengenai diagnosis, pengobatan agak tenang
dan prognosis - Ibu minta untuk ditemani oleh
keluarganya
e. Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
F. CATATAN PERKEMBANGAN
HARI &
TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN RESPON PERKEMBANGAN TTD
PUKUL
15 Oktober 2020/ Resiko cidera pada ibu berhubungan S: Pasien nengatakan bahwa sebelumnya tidak Andin
15.00 WIB
dengan persalinan lama kala I. mempunyai tekanan darah tinggi namun perutnya
tidak nyaman dan terasa kenceng-kenceng
O:
- Pasien tampak kesakitan namun kooperatif
- TD : 142/102 mmHg RR : 20x/mnt
- Nadi : 88x/mnt Suhu : 37,2 C
- Tampak oedem pada ekstremitas bawah
15 Oktober 2020/ Resiko cidera pada janin berhubungan S : Pasien mengatakan perutnya kenceng-kenceng Andin
15.00 WIB
dengan penyakit penyerta/ hipertensi. dan terasa nyeri padaperut bagian bawah dan
pinggang dan kooperatif
O:
- Ibu tampak kesakitan berkurang
- Ibu sering merubah posisi tidur
- Oedem ekstremitas bawah
- Ibu tampak mengikuti yng diajarkan perawat
dalam relaksasi nafas dalam
P : Lanjutkan intervensi
a. Melakukan identifikasi pemeriksaan
kehamilan sebelumnya
b. Memeriksa denyut jantung janin selama 1
menit
c. Memonitor tanda vital ibu
d. Mengatur posisi pasien
16 Oktober 2020/ Nyeri persalinan berhubungan dengan S : Pasien mengatakan nyeri saat melahirkan sudah Andin
08.00 WIB berkurang
proses persalinan
P : Proses melahirkan
Q: Seperti diremas-remas
R : Jalan lahir/ vagina
S : Skala 2
T : Hilang timbul
P :Lanjutkan intervensi
a. Melakukan identifikasi lokasi, karakteristik
dan intensitas nyeri
b. Melakukan identifikasi faktor memperberat
dan memperingan nyeri
c. Memfasilitasi istirahat dan tidur
d. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
16 Oktober 2020/ Anxietas berhubungan dengan penyakit S :Pasien mengatakan sudah mengerti tentang Andin
08.00 WIB hipertensi dan pre eklamsi dalam kehamilan
pre eklamsia dan hipertensi
O :Pasien tampak mengerti
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi