Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PREEKLAMSIA

RSUD ULIN BANJARMA


STASE MATERNITAS

OLEH KELOMPOK :
YETNO FRIDIANSYAH.,S.Kep
ELLENA CICILIA.,S.Kep
GREISNAULI EKLESIA HUTAPEA.,S.Kep
RICA PRAMITA.,S.Kep
ZIKARARA HAWINI., S.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAM BANJARMASIN


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN
PREEKLAMSIA

I. KONSEP DASAR MEDIS


A. PENGERTIAN
Preeklamsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang
ditandai dengan terjadinya hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak
menunjukan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya
sedangkan gejalanya biasa muncul setelah kehamilan berumur 20 minggu
(Obgynacea 2009 dalam Nurarif Amid H & Kusuma Hardhi, 2015)
Preeklampsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya
perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel (Cunningham, 2011).
Penyakit ini merupakan penyakit dengan-tanda-tanda hipertensi, edema dan
proteinima yang timbul akibat kehamilan yang biasanya terjadi pada triwulan
ketiga kehamilan tetapi dapat timbul juga sebelum triwulan ketiga seperti pada
pasien mola hidatidosa (Wiknjosastro, 2008).
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan oedema
akibat kehamilan setelah 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer,
2007).
Preeklampsia adalah sindrom spesifik yang terjadi pada kehamilan berupa
berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Preteinuria
atau terdapatnya 30mg atau lebih protein dalam urin per 24 jam merupakan
tanda yang pasti untuk ditegakkan diagnosis preeklampsia.

B. KLASIFIKASI
Menurut Mansjoer (2007), preeklampsia dibedakan menjadi dua
berdasarkan tanda dan gejala sebagai berikut :

1. Preeklampsia ringan
Tanda dan gejala yang muncul pada preeklampsia ringan adalah sebagai
berikut :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara
pengukuran sekurang-kurangnya pada dua kali pemeriksaan dengan
jarak periksa satu jam, sebaiknya 6 jam.
b. Oedema umum, kaki jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan
satu kilogram atau lebih per minggu.
c. Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kualitatif +1 atau +2
pada urin midstream.
2. Preeklampsia berat
Tanda dan gejala yang muncul pada preeklampsia berat adalah sebagai
berikut :
a. Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg atau diastolik ≥110mmHg.
b. Proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup.
c. Oliguria (< 400 ml dalam 24 jam).
d. Sakit kepala yang hebat atau gangguan penglihatan.
e. Nyeri epigastrum dan ikterus.
f. Oedema paru
g. Trombositopenia.
h. Pertumbuhan janin terhambat. Etiologi

C. ETIOLOGI
Menurut Robson dan Waugh (2011), etiologi pasti penyebab gangguan
ini masih belum jelas. Kecurigaan pada masalah plasentasi serta endothelium
ibu, akan tetapi mekanisme yang menyebabkan disfungsi endotel dan
hubungannnya dengan plasenta masih tidak jelas.

Terdapat banyak faktor risiko yang mempredisposisi terjadinya


preeklampsia. Terdapat kecenderungan bahwa memiliki lebih banyak faktor
risiko umumnya menunjukkan keadaan yang lebih buruk. Berikut ini adalah
beberapa faktor risiko yang terkait (Nurarif Amid H & Kusuma Hardhi,
2015) :
1. Pre eklamsia pada kehamilan pertama
2. Riwayat keluarga dengan pre-eklamsia atau eklamsia
3. Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
4. Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migrain
dan tekanan darah tinggi)
5. Kehamilan kembar

D. PATOFISIOLOGI
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola
glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya
sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik,
sebagai usaha-usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar
oksigenasi jaringan dapat dicukupi, sedangkan kenaikan berat badan dan
oedema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan
interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.
Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan
pada glomerolus.

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Preeklamsia Ringan
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih.

b. Oedema umum, kaki jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan
satu kilogram atau lebih per minggu.
c. Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kualitatif +1 atau +2
pada urin midstream.
2. Preeklamsia Berat
a. Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg atau diastolik ≥110mmHg
b. Proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup
c. Oliguria (< 400 ml dalam 24 jam)
d. Sakit kepala yang hebat atau gangguan penglihatan
e. Nyeri epigastrum dan ikterus
f. Oedema paru
g. Trombositopenia
h. Pertumbuhan janin terhambat. Etiologi

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium meliputi :
1. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
a. Penurunan hemoglobin (nilai rujukan untuk ibu hamil adalah 12-14 gr
%)
b. Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)
c. Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3)
2. Urinalis
Ditemukan proteinuria didalam urin
3. Pemeriksaan fungsi hati
4. Tes Kimia Darah
Asam Urat Meningkat
5. Radiologi
G. KOMPLIKASI
1. Pada Ibu
Depresi yang tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan
psikosis, prevalensi psikosis pada kehamilan tidak dilaporkan akan tetapi
hal ini diyakini sebagai kasus yang langka (Kornstein dan Clayton, 2002).
Marinescu et al. (2014) mengungkapkan bahwa komplikasi terkait dengan
adanya stres dan depresi antenatal pada ibu diantaranya adalah perdarahan,
terjadinya abortus spontan, ditemukannya kelainan pada plasenta dan
adanya nekrosis pada villi dan desidua, serta disfungsi endothelial.
Ibu dengan depresi antenatal dapat menyebabkan kegagalan inisiasi
menyusu dan berkurangnya durasi laktasi. Akan tetapi, sifat kausal belum
jelas, hal ini kemungkinan terkait dengan neuroendokrin pada ibu
(Meltzer-Brody dan Stuebe, 2014).
2. Pada Bayi
Bayi yang ibunya mengalami stres, cemas, atau bahkan depresi
antenatal mempunyai peningkatan risiko untuk terjadi kelahiran prematur
(Loomans et al., 2013), menyebabkan berat bayi lahir rendah (Wado et al.,
2014; Loomans et al., 2013), serta dapat mengganggu sirkulasi
maternalfetal (Fu et al., 2014). Stres dan adanya depresi selama kehamilan
erat kaitannya dengan munculnya gangguann perkembangan saraf janin,
kelainan plasenta, abortus yang spontan, dan kelahiran preterm (Marinescu
et al., 2014).
Anak-anak yang lahir dari ibu yang mengalami depresi antenatal
lebih mungkin mengalami penyimpangan perilaku dan masalah psikologis
misalnya depresi serta gangguan pertumbuhan dan perkembangan
(Weissman et al., 2014).

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Preeklampsia Ringan
Menurut Saifuddin (2008), di bawah ini adalah beberapa penatalaksanaan
pada ibu hamil dengan preeklampsia ringan : a. Usia kehamilan kurang
dari 37 minggu
1) Rawat Jalan
Memantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin,
Lebih banyak istirahat, Diit biasa, Tidak perlu diberikan
obatobatan, Apabila rawat jalan tidak memungkinkan, maka
dilakukan perawatan di rumah sakit.
2) Rawat Inap
Diit biasa, Memantau tekanan darah dua kali dalam sehari dan
proteinuria satu kali dalam sehari, Tidak perlu obat-obatan, Tidak
perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi
kordis atau gagal ginjal akut, Apabila tekanan diastolik turun
sampai normal, ibu dapat dipulangkan dengan memberikan nasihat
untuk istirahat, munculnya gejala preeklampsia berat, dan kontrol
dua kali dalam seminggu.
b. Usia kehamilan lebih dari 37 minggu
1) Apabila serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU
dalam 500mL dekstrose IV 10 tetes/menit atau dengan
prostaglandin.
2) Apabila serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol
atau kateter Foley, atau terminasi dengan seksio sesarea.
2. Preeklampsia Berat
Di bawah ini adalah penanganan awal yang dapat diberikan kepada pasien
dengan preeklampsia berat menurut Saifuddin (2008) :

a. Apabila tekanan diastolik lebih dari 110mmHg, berikan terapi


antihipertensi sampai tekanan diastolik di antara 90-100mmHg.

b. Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar ukuran 16 gauge


ataulebih.

c. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload.


d. Kateterisasi urine untuk pengeluaran volume dan proteinuria. Apabila
jumlah urine <30mL per jam, infus cairan diperhatikan 1 1/8 jam dan
pantau kemungkinan edema paru.

e. Jangan tinggalkan pasien sendirian karena kejang disertai aspirasi


dapat terjadi sewaktu-waktu.

f. Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap


jam.

g. Auskultasi paru untuk mencari tanda

h. Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Krepitasi merupakan


tanda edema paru. Jika terjadi edema paru, stop pemberian cairan dan
berikan diuretik misalnya furosemide 40 mg intravena.

i. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika pembekuan


tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulapati.

I. PENCEGAHAN
Pencegahan timbulnya preeklampsia dapat dilakukan dengan
pemeriksaan antenatal care secara teratur. Gejala ini ini dapat ditangani secara
tepat. Penyuluhan tentang manfaat isirahat akan banyak berguna dalam
pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti tirah baring di tempat tidur, tetapi ibu
masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari, hanya dikurangi antara kegiatan
tersebut, ibu dianjurkan duduk atau berbaring. Nutrisi penting untuk
diperhatikan selama hamil, terutama protein. Diet protein yang adekuat
bermanfaat untuk pertumbuhan dan perbaikan sel dan transformasi lipid.
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum Pasien
Nama, Usia, jenis kelamin, agama, alamat, suku/bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan
2. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang lalu
3. Riwayat Ginekologi
4. Data umum Kesehatan Saat ini
a. Status obstetric (GPAH)
b. Keadaan umum, kesadran, BB/TB
c. Tanda-tanda Vital
d. Head To Toe

POLA FUNGSI KESEHATAN

5. Aktivitas
Gejala : kelemahan, penambahan berat badan, reflek fisiologis +/+ , reflek
patologis -/-.
Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
6. Sirkulasi
Gejala : penurunan oksegen
Tanda : Inspeksi : Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, sikatrik
bekas operasi ( - ) Palpasi : Leopold I : teraba fundus uteri 3 jari di bawah
proc. Xyphoideus teraba massa besar, lunak, noduler. Leopold II : teraba
tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil janin di sebelah
kanan. Leopold III : teraba masa keras, terfiksir. Leopold IV : bagian
terbawah janin telah masuk pintu atas panggul. Auskultasi : BJA 142 x/1’
regular, Eliminasi, proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup,
oliguria.
7. Makanan / cairan
Gejala : peningkatan berat badan, muntah-muntah
Tanda : nyeri epigastrium,
8. Integritas ego Gejala : perasaan takut Tanda : cemas.
9. Neurosensori
Gejala : hipertensi
Tanda : kejang atau koma
10. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan
penglihatan
Tanda : gelisah,
11. Pernafasan
Gejala : vesikuler, Rhonki -/-, Whezing -/-, sonor
Tanda : irama teratur, bising tidak ada
12. Keamanan
Gejala : jatuh, gangguan pengihatan, perdarahan spontan.
Tanda :
13. Seksualitas
Gejala : Status Obstetrikus

B. DIAGNOSA MEDIS
1. Nyeri akut
2. Gangguan rasa nyaman
3. Resiko deficit nutrisi
4. Gangguan pola tidur
5. Resiko jatuh
6. Resiko cedera
C. INTERVENSI

SDKI SLKI SIKI Rationale


Nyeri akut Tingkat Nyeri Observasi Observasi
(D.0077) (L.08066) - Identifikasi faktor - Untuk mengetahui
Ekspektasi menurun pencetus dan pereda penyebab nyeri pasien
Kriteria hasil nyeri
- Kemampuan - Monitor kualitas nyeri - Untuk mengetahui
menuntaskan kualitas nyeri
aktivitas - Monitor lokasi dan - Untuk mengetahui lokasi
meningkat penyebaran nyeri dan penyebaran nyeri
- Keluhan nyeri - Monitor durasi dan - Untuk mengetahui durasi
menurun frekuensi nyeri dan frekuensi nyeri
- Meringis menurun - Monitor TTV - Untuk memantau TTV
- Gelisah menurun dalam keadaan normal
- Kesulitan tidur Terapeutik Terapeutik
menurun - Atur interval waktu - untuk memantauan
- Frekuensi nadi pemantauan sesuai kondisi pasien
membaik dengan kondisi pasien
- Pola nafas - Dokumentasikan hasil -sebagai bahan bukti
membaik pemantauan tindakan dan catatan
- Tekanan darah perkembangan pasien
membaik Edukasi Edukasi
- Nafsu makan - Jelaskan tujuan dan - untuk memberikan
membaik prosedur pemantauan informasi kepada pasien
- Pola tidur dan keluarga
membaik - Informasikan hasil - untuk mengetahui
pemantauan perkembangan keadaan
pasien
Kolaborasi Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat Untuk mengatasi nyeri
SOD pada pasien
Gangguan Kriteria Hasil Manajemen Lingkungan
Rasa Nyaman - kesejahteraan fisik Obsevasi Observasi
(D.0074) meningkat - Obsevasi keamanan dan - Untuk membuat pasien
- kebebasan kenyamanan lingkungan merasa nyaman
melakukan
aktivitas meningkat Terapeutik Terapeutik
- keluhan sulit tidur - Sediakan tempat tidur- Untuk membuat pasien
menurun dan lingkungan yang dapat beristirahat dengan
- pola tidur membaik bersih dan nyaman nyaman di lingkungan
rumah sakit
- Izinkan membawa - Agar pasien merasa
benda-benda yang betah dan nyaman saat
disukai dari rumah menjalankan pengobatan
rawat inap I rumah sakit
- Izinkan keluarga untuk - Agar pasien merasa
tinggal mendampingi tenng karena ada yang
pasien mendampingi sekaligus
agar ada yang menjaga
pasien
- Pertahankan konsistensi - Untuk memantau
kunjungan tenaga keadaan dan
Kesehatan perkembangan pasien
Edukasi Edukasi
- Ajarkan pasien dan - Agar pasien dan
keluarga/pengunjung keluarga/pengunjung
tentang Upaya tidak tertular penyakit
pencegahan infeksi dari pasien lain selama
berada di rumah sakit
Resiko Defisit Status Nutrisi Obsevasi Obsevasi
Nutrisi (L.03030) - Monitor asupan dan - Untuk mengetahui
(D.0032) Ekpektasi membaik keluarnya makanan dan seberapa banyak
Kriteria hasil cairan serta kebutuhan makanan atau minuman
- Porsi makan yang kalori yang keluar masuk
dihabiskan Terapeutik Terapeutik
meningktat - Timbang berat badan - Untuk mengetahui
- Berat badan secara rutin perkembangan berat
membaik badan pasien apakah
- Frekuensi makan meningkat atau menurun
membaik - Diskusikan perilaku - Agar jumlah makanan
- Nafsu makan makan dan jumlah yang masuk sesuai
membaik aktivitas fisik dengan tenaga yang
dikeluarkan
Edukasi Edukasi
- Ajarkan pengaturan diet - Agar nutrisi yang masuk
yang tepat sesuai dengan kebutuhan
dan keadaan pasien
- Ajarkan keterampilan - Agar pasien dapat
agar koping untuk mengatasi masalah
menyelesaikan masalah perilaku makan yang
perilaku makan dialami
Kolaborasi Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli - Untuk membantu pasien
gizi tentang target berat mendapatkan diet dan
badan, kebutuhan kalori nutrisi yang tepat sesuai
dan pilihan makanan dengan keadaan pasien
saat ini.
Gangguan Pola Pola Tidur (L.05045) Dukungan tidur (I.05174)
Tidur (D.0055) Ekpektasi membaik Observasi Obsevasi
Kriteria hasil - Identifikasi pola - Untuk mengetahui pola
- Keluhan sulit tidur aktivitas dan tidur aktivitas dan tidur pasien
menurun - Identifikasi faktor - Untuk mengetahui apa
- Keluhan sering pengganggu tidur saja faktor yang
terjaga menurun - Identifikasi makanan mengganggu tidur pasien
- Keluhan tidak puas dan minuman yang - Untuk mencegah pasien
mengonsumsi
tidur menurun mengganggu tidur
makanan/minuman yang
- Keluhan pola tidur seperti kopi alkohol dll dapat mengganggu tidur
berubah menurun - Identifikasi obat tidur - Untuk mengetahui
- Keluhan istirahat yang dikonsumsi apakah pasien pernah
tidak cukup menggunakan obat tidur
menurun Terapeutik sebelumnya
- Kemampuan - Modifikasi lingkungan Terapeutik
beraktivitas - Lakukan prosedur untuk - Untuk membuat pasien
meningkat meningkatkan rasa nyaman
nyaman - Untuk meningkatkan
rasa nyaman pasien
Edukasi
- Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit Edukasi
- Agar pasien memiliki
motivasi untuk
- Anjurkan kebiasaan memperbaiki pola
menepati waktu tidur tidurnya
- Agar waktu tidur dan
- Anjurkan menghinari lama istirahat pasien
makananan/minuman tercukupi
yang mengganggu waktu - Untuk mencegah pasien
mengonsumsi
tidur
makanan/minuman yang
- Anjurkan penggunaan dapat mengganggu tidur
obat tidur yang tidak - Untuk membantu pasien
mengandung supresor agar dapat tidur dan
terhadap tidur REM beristirahat
- Ajarkan faktor- faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan pola - Agar paien menghindari
gaya hidup yang dapat
tidur seperti gaya hidup
mengganggu pola tidur
- Ajarkan relaksasi otot dan istirahat
atau cara
nonfarmakologi lainnya - Agar pasien merasa
lebih nyaman dan rileks

Resiko Jatuh Mobilitas fisik Dukungan mobilisasi


(D.0143) (L.05042) (I.05173)
Ekspektasi meningkat Observasi Obsevasi
Kriteria hasil - Identifikasi adanya nyeri - Untuk mengetahui
- Pergerakan atau keluhan fisik apakah ada nyeri dan
ektremitas lainnya keluhan lain
meningkat - Identifikasi toleransi - Untuk mengetahui
- Kekuatan otot fisik melakukan kemampuan pasien
meningkat pergerakan dalam bergerak
- Rentang gerak - Monitor frekuensi - Untuk memastikan
(ROM) meningkat jantung dan tekanan frekuensi jantung dan
- Nyeri menurun darah sebelum memulai tekanan darah pasien
- Gerakan terbatas mobilisasi dalam keadaan normal
- Kelemahan fisik - Monitor keadaan umum - Untuk mencegah pasien
selama melakukan jatuh atau pingsan
mobilisasi selama mobilisasi
Terapeutik Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas - Agar pasien dapat
mobilitas dengan alat melakukan mobilitas
bantu
- Libatkan keluarga untuk dengan alat bantu
membantu pasien dalam - Agar keluarga dapat
meningkatkan membantu dan
pergerakan mengawasi pasien
Edukasi selama pasien bergerak
- Jelaskan tujuan dan Edukasi
prosedur mobilisasi - Untuk meningkatkan
- Ajarkan mobilisasi pengetahuan pasien dan
sederhana yang harus keluarganya
dilakukan - Agar pasien belajar
melakukan mobilisasi
dari yang paling mudah
Resiko Cedera Tingkat cedera Observasi Observasi
(D.0136) (L.14136) - Identifikasi area - Untuk mencegah
Ekspektasi menurun lingkungan yang terjadinya cedera pada
Kriteria hasil berpotensi menyebabkan pasien
- Toleransi aktivitas cedera
meningkat Terapeutik Terapeutik
- Nafsu makan - Sosialisasikan pasien - Agar pasien dan
meningkat dan keluarga dengan keluarga mengetahui
- Toleransi makanan lingkungan ruang rawat posisi, keadaan, dan apa
meningkat saja yang ada di
- Ekspresi wajah lingkungan yang baru
kesakitan menurun - Pastikan barang-barang - Untuk memudahkan
- Gangguan pribadi mudah dijangkau pasien
mobilitas menurun - Pastikan roda tempat - Untuk mencegah tempat
- Tekanan darah tidur atau atau kursi roda tidur atau kursi roda
membaik dalam posisi terkunci bergerak
- Denyut jantung - Gunakan pengaman - Untuk mencegah pasien
membaik tempat tidur sesuai terjatuh dari tempat tidur
- Pola istirahat/tidur sesuai dengan kebijakan
membaik fasilitas pelayanan
Kesehatan
- Diskusikn Bersama - Agar anggota keluarga
anggota keluarga yang selalu mengawasi pasien
dapat mendampingi untuk mencegah pasien
pasien jatuh
- Tingkatkan frekuensi - Untuk mengetahui
observasi dan perkembangan pasien
pengawasan pasien
sesuai kebutuhan
Edukasi Edukasi
- Jelaskan intervensi - Untuk mencegah pasien
pencegahan jatuh ke jatuh dan cedera
pasien dan keluarga
- Anjurkan berganti posisi - Untuk mencegah pasien
secara perlahan dan merasa pusing akibat
duduk selama beberapa gerakan yang tiba-tiba
menit sebelum berdiri. atau terlalu cepat

D. IMPLEMENTASI & EVALUASI


Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan
rencana keperawatan yang dibuat sesuai dengan keadaan pasien.
Evaluasi merupakan langakah proses keperawatan yang menentukan
apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatakan kondisi klien.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G., Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C. (2017). Nursing
Interventions Classification (NIC) (Edisi keenam ed.). (I. Nurjannah, Ed.)
Yogyakarta: Elsevier (mocomedia).

Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson , E. (2017). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Pengukuran Outcomes Kesehatan (Edisi Kelima ed.). (I.
Nurjanaah, Ed.) Yogyakarta: Elsevier (mocomedia).

Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani W.I., Setiowulan W. 2007. Kapita Selekta


Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. p.114-118.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC (Edisi Revisi Jilid 3 ed.). Yogyakarta:
Medication Jogja.

Sinclair, C. (2009). Buku Saku Kebidanan ( A Mid Wife's Handbook). (E. M.


Wahyuningsih, Ed.) Jakarta: Kedokteran EGC.

Saifuddin, A.B. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. p.211-214.

Wiknjosastro, Gulardi H. 2008. Buku Ilmu Kebidanan edisi Ketiga Cetakan Ketujuh.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohaijo. Jakarta, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai