PREEKLAMSIA
OLEH KELOMPOK :
YETNO FRIDIANSYAH.,S.Kep
ELLENA CICILIA.,S.Kep
GREISNAULI EKLESIA HUTAPEA.,S.Kep
RICA PRAMITA.,S.Kep
ZIKARARA HAWINI., S.Kep
B. KLASIFIKASI
Menurut Mansjoer (2007), preeklampsia dibedakan menjadi dua
berdasarkan tanda dan gejala sebagai berikut :
1. Preeklampsia ringan
Tanda dan gejala yang muncul pada preeklampsia ringan adalah sebagai
berikut :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara
pengukuran sekurang-kurangnya pada dua kali pemeriksaan dengan
jarak periksa satu jam, sebaiknya 6 jam.
b. Oedema umum, kaki jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan
satu kilogram atau lebih per minggu.
c. Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kualitatif +1 atau +2
pada urin midstream.
2. Preeklampsia berat
Tanda dan gejala yang muncul pada preeklampsia berat adalah sebagai
berikut :
a. Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg atau diastolik ≥110mmHg.
b. Proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup.
c. Oliguria (< 400 ml dalam 24 jam).
d. Sakit kepala yang hebat atau gangguan penglihatan.
e. Nyeri epigastrum dan ikterus.
f. Oedema paru
g. Trombositopenia.
h. Pertumbuhan janin terhambat. Etiologi
C. ETIOLOGI
Menurut Robson dan Waugh (2011), etiologi pasti penyebab gangguan
ini masih belum jelas. Kecurigaan pada masalah plasentasi serta endothelium
ibu, akan tetapi mekanisme yang menyebabkan disfungsi endotel dan
hubungannnya dengan plasenta masih tidak jelas.
D. PATOFISIOLOGI
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola
glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya
sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik,
sebagai usaha-usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar
oksigenasi jaringan dapat dicukupi, sedangkan kenaikan berat badan dan
oedema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan
interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.
Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan
pada glomerolus.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Preeklamsia Ringan
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih.
b. Oedema umum, kaki jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan
satu kilogram atau lebih per minggu.
c. Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kualitatif +1 atau +2
pada urin midstream.
2. Preeklamsia Berat
a. Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg atau diastolik ≥110mmHg
b. Proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup
c. Oliguria (< 400 ml dalam 24 jam)
d. Sakit kepala yang hebat atau gangguan penglihatan
e. Nyeri epigastrum dan ikterus
f. Oedema paru
g. Trombositopenia
h. Pertumbuhan janin terhambat. Etiologi
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium meliputi :
1. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
a. Penurunan hemoglobin (nilai rujukan untuk ibu hamil adalah 12-14 gr
%)
b. Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)
c. Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3)
2. Urinalis
Ditemukan proteinuria didalam urin
3. Pemeriksaan fungsi hati
4. Tes Kimia Darah
Asam Urat Meningkat
5. Radiologi
G. KOMPLIKASI
1. Pada Ibu
Depresi yang tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan
psikosis, prevalensi psikosis pada kehamilan tidak dilaporkan akan tetapi
hal ini diyakini sebagai kasus yang langka (Kornstein dan Clayton, 2002).
Marinescu et al. (2014) mengungkapkan bahwa komplikasi terkait dengan
adanya stres dan depresi antenatal pada ibu diantaranya adalah perdarahan,
terjadinya abortus spontan, ditemukannya kelainan pada plasenta dan
adanya nekrosis pada villi dan desidua, serta disfungsi endothelial.
Ibu dengan depresi antenatal dapat menyebabkan kegagalan inisiasi
menyusu dan berkurangnya durasi laktasi. Akan tetapi, sifat kausal belum
jelas, hal ini kemungkinan terkait dengan neuroendokrin pada ibu
(Meltzer-Brody dan Stuebe, 2014).
2. Pada Bayi
Bayi yang ibunya mengalami stres, cemas, atau bahkan depresi
antenatal mempunyai peningkatan risiko untuk terjadi kelahiran prematur
(Loomans et al., 2013), menyebabkan berat bayi lahir rendah (Wado et al.,
2014; Loomans et al., 2013), serta dapat mengganggu sirkulasi
maternalfetal (Fu et al., 2014). Stres dan adanya depresi selama kehamilan
erat kaitannya dengan munculnya gangguann perkembangan saraf janin,
kelainan plasenta, abortus yang spontan, dan kelahiran preterm (Marinescu
et al., 2014).
Anak-anak yang lahir dari ibu yang mengalami depresi antenatal
lebih mungkin mengalami penyimpangan perilaku dan masalah psikologis
misalnya depresi serta gangguan pertumbuhan dan perkembangan
(Weissman et al., 2014).
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Preeklampsia Ringan
Menurut Saifuddin (2008), di bawah ini adalah beberapa penatalaksanaan
pada ibu hamil dengan preeklampsia ringan : a. Usia kehamilan kurang
dari 37 minggu
1) Rawat Jalan
Memantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin,
Lebih banyak istirahat, Diit biasa, Tidak perlu diberikan
obatobatan, Apabila rawat jalan tidak memungkinkan, maka
dilakukan perawatan di rumah sakit.
2) Rawat Inap
Diit biasa, Memantau tekanan darah dua kali dalam sehari dan
proteinuria satu kali dalam sehari, Tidak perlu obat-obatan, Tidak
perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi
kordis atau gagal ginjal akut, Apabila tekanan diastolik turun
sampai normal, ibu dapat dipulangkan dengan memberikan nasihat
untuk istirahat, munculnya gejala preeklampsia berat, dan kontrol
dua kali dalam seminggu.
b. Usia kehamilan lebih dari 37 minggu
1) Apabila serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU
dalam 500mL dekstrose IV 10 tetes/menit atau dengan
prostaglandin.
2) Apabila serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol
atau kateter Foley, atau terminasi dengan seksio sesarea.
2. Preeklampsia Berat
Di bawah ini adalah penanganan awal yang dapat diberikan kepada pasien
dengan preeklampsia berat menurut Saifuddin (2008) :
I. PENCEGAHAN
Pencegahan timbulnya preeklampsia dapat dilakukan dengan
pemeriksaan antenatal care secara teratur. Gejala ini ini dapat ditangani secara
tepat. Penyuluhan tentang manfaat isirahat akan banyak berguna dalam
pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti tirah baring di tempat tidur, tetapi ibu
masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari, hanya dikurangi antara kegiatan
tersebut, ibu dianjurkan duduk atau berbaring. Nutrisi penting untuk
diperhatikan selama hamil, terutama protein. Diet protein yang adekuat
bermanfaat untuk pertumbuhan dan perbaikan sel dan transformasi lipid.
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum Pasien
Nama, Usia, jenis kelamin, agama, alamat, suku/bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan
2. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang lalu
3. Riwayat Ginekologi
4. Data umum Kesehatan Saat ini
a. Status obstetric (GPAH)
b. Keadaan umum, kesadran, BB/TB
c. Tanda-tanda Vital
d. Head To Toe
5. Aktivitas
Gejala : kelemahan, penambahan berat badan, reflek fisiologis +/+ , reflek
patologis -/-.
Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
6. Sirkulasi
Gejala : penurunan oksegen
Tanda : Inspeksi : Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, sikatrik
bekas operasi ( - ) Palpasi : Leopold I : teraba fundus uteri 3 jari di bawah
proc. Xyphoideus teraba massa besar, lunak, noduler. Leopold II : teraba
tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil janin di sebelah
kanan. Leopold III : teraba masa keras, terfiksir. Leopold IV : bagian
terbawah janin telah masuk pintu atas panggul. Auskultasi : BJA 142 x/1’
regular, Eliminasi, proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup,
oliguria.
7. Makanan / cairan
Gejala : peningkatan berat badan, muntah-muntah
Tanda : nyeri epigastrium,
8. Integritas ego Gejala : perasaan takut Tanda : cemas.
9. Neurosensori
Gejala : hipertensi
Tanda : kejang atau koma
10. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan
penglihatan
Tanda : gelisah,
11. Pernafasan
Gejala : vesikuler, Rhonki -/-, Whezing -/-, sonor
Tanda : irama teratur, bising tidak ada
12. Keamanan
Gejala : jatuh, gangguan pengihatan, perdarahan spontan.
Tanda :
13. Seksualitas
Gejala : Status Obstetrikus
B. DIAGNOSA MEDIS
1. Nyeri akut
2. Gangguan rasa nyaman
3. Resiko deficit nutrisi
4. Gangguan pola tidur
5. Resiko jatuh
6. Resiko cedera
C. INTERVENSI
Bulechek, G., Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C. (2017). Nursing
Interventions Classification (NIC) (Edisi keenam ed.). (I. Nurjannah, Ed.)
Yogyakarta: Elsevier (mocomedia).
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson , E. (2017). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Pengukuran Outcomes Kesehatan (Edisi Kelima ed.). (I.
Nurjanaah, Ed.) Yogyakarta: Elsevier (mocomedia).
Wiknjosastro, Gulardi H. 2008. Buku Ilmu Kebidanan edisi Ketiga Cetakan Ketujuh.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohaijo. Jakarta, Indonesia.