Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS DENGAN PREEKLAMSIA

DI RUANG BRAWIJAYA RSUD KANJURUHAN KEPANJEN

Oleh:

Nur Ifni Azizah

20182046101118

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019
A. Pengertian
Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dengan usia kehamilan
20 minggu atau setelah persalinan di tandai dengan meningkatnya tekanan darah menjadi
140/90 mmHg. (Sitomorang, 2016)
Preeklamsia merupakan hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
(Praworihadrjo, 2009). Preeklampsia adalah hipertensi pada kehamilan yang ditandai
dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu, disertai
dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam (Nugroho, 2012).
Preeklamsi dibagi dalam golongan ringan dan berat. Dinyatakan berat bila
ditemukan satu atau lebih dari gejala di bawah ini:
1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau
lebih.
2. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan kualitatif.
3. Oliguria, urine 400 cc atau kurang dalam 24 jam.
4. Keluhan serebral gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium.
5. Edema paru-paru atau sianosis

B. Etiologi
Sampai saat ini terjadinya preeklampsia belum diketahui penyebabnya, tetapi ada
yang menyatakan bahwa preeklampsia dapat terjadi pada kelompok tertentu diantaranya
yaitu ibu yang mempunyai faktor penyabab dari dalam diri seperti umur karena
bertambahnya usia juga lebih rentan untuk terjadinya peningkatan hipertensi kronis dan
menghadapi risiko lebih besar untuk menderita hipertensi karena kehamilan, riwayat
melahirkan, keturunan, riwayat kehamilan, riwayat preeklampsia (Sitomorang, 2016).
Penyebab pasti preeklampsia masih belum diketahui secara pasti. Menurut Angsar
(2009) beberapa faktor risiko terjadinya preeklampsia meliputi riwayat keluarga pernah
preeklampsia/eklampsia, riwayat preeklampsia sebelumnya, umur ibu yang ekstrim (35
tahun), riwayat preeklampsia dalam keluarga, kehamilan kembar, hipertensi kronik.
C. Manifestasi Klinis
Preeklamsi merupakan kumpulan dari gejala-gejala kehamilan yang di tandai
dengan hipertensi dan odem (Kusnarman, 2014) . Gambaran klinik preeklampsia mulai
dengan kenaikan berat badan diikuti edema kaki atau tangan, kenaikan tekanan darah,
dan terakhir terjadi proteinuria (Saraswati, 2016 ).
Tanda gelaja yang biasa di temukan pada preeklamsi biasanya yaitu sakit kepala
hebat. Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh perdarahan atau edema atau
sakit karena perubahan pada lambung dan gangguan penglihatan, seperti penglihatan
menjadi kabur bahkan kadang-kadang pasien buta. Gangguan ini disebabkan
penyempitan pembuluh darah dan edema (Wibowo, dkk 2015).

D. Patofisiologi
Teori lain yang lebih masuk akal adalah bahwa preeklampsia merupakan akibat dari
keadaan imun atau alergi pada ibu. Selain itu terdapat bukti bahwa preeklampsi diawali
oleh insufisiensi suplai darah ke plasenta, yang mengakibatkan pelepasan substansi
plasenta sehingga menyebabkan disfungsi endotel vascular ibu yang luas (Hutabarat dkk,
2016).
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam
dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa
kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel
darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan
darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan
dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya,
mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola
sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Mokhtar, 2009).

E. Klasifikasi
1. Pre–eklamsia Ringan
 Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mm Hg dengan interval pemeriksaan
6 jam
 Tekanan darah diastolic 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan
6 jam
 Kenaikan B 1 kg atau lebih dalam seminggu
 Proteinuria 0,3 gr atau urin aliran pertengahan
2. Pre–eklamsia Berat
Bila salah satu gejala atau tanda ditemukan pada ibu hamil sudah dapat digolongkan
pre-eklamsia berat :
 Tekanan darah 160/110 mmHg
 Oliguria, urin kurang dr 400cc/24 jam
 Proteinuria lebih dari 3 gr/liter
 Keluhan subjektif : nyeri epigastrium, gangguan pengelihatan, nyeri kepala,
edema paru dan sianosis, gangguan kesadaran

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Diagnostik Dasar
Pengukuran tekanan darah, analisis protein dalam urin, pemeriksaan edema,
pengukuran tinggi, fundus uteri, pemeriksaan funduskopik.
2. Tes laboratorium dasar
Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit),
Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat aminotransferase, dan
sebagainya), Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin), Uji untuk mengetahui
hipertensi Roll Over test. Pemberian infus angiotensin II.

G. Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti mengenai tanda-tanda
sedini mungkin (preeklampsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya
penyakit tidak menjadi lebih berat. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan
terjadinya pre-eklampsia. Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur,
ketenangan, serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan
tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan
H. Penatalaksanaan
Tujuan utama penanganan adalah:
1. Untuk mencegah terjadinya pre eklampsi dan eklampsi.
2. Hendaknya janin lahir hidup.
3. Trauma pada janin seminimal mungkin

Menurut Mansjoer (2001), penanganan preeklampsia ringan adalah:


1. Pada pasien rawat jalan, anjurkan untuk istirahat baring 2 jam siang hari dan tidur >8
jam malam hari. Bila susah tidur, berikan fenobarbital 1-2 x 30 mg kunjungan ulang
diakukan 1 minggu kemudian.
2. Rawat pasien jika tidak ada perbaikan dalam 2 minggu pengobatan rawat jalan, BB
meningkat >1kg/minggu, selama 2 kali berturut-turut atau tampak adanya tanda
preeklampsia berat. Berikan obat antihipertensi Metildopa 3 x 125 mg, nifedipin 3-8 x
5-10 mg atau pindolol 1-3 x 5 mg. Jangan berikan antidiuretik dan tidak perlu diet
rendah garam.
3. Jika keadaaan ibu membaik dan tekanan darah dapat dipertahankan 140-150/90-
100mmHg, pertahanakan sampai aterm sehingga ibu dapat berobat jalan dan anjurkan
periksa tiap minggu. Kurangi dosisi hngga mencapai dosis optimal, tekanan darah
tidak boleh < 120mmHg

Sedangkan penanganan preeklamsia berat adalah:


1. Segera rawat pasien di rumah sakit. Berikan MgSO dalam infuse Dekstrose 5%
dengan kecepatan 15-20 tetes permenit. Dosisi awal MgSO 2 g IV dalam 10 menit
selanjutnya 2 g perjam ddalam drip infuse sampai tekanan darah antara 140-150/90-
100 mmHg. Syarat pemberian MgSO adalah reflek patella kuat, RR>16 kali permenit,
dan dieresis dalam 4 jam sebelumnya (0.5ml/kg BB/jam) adalah > 100cc. Selama
pemberian MgSO perhatikan tekanan darah, suhu, perasaan panas, serta wajah merah.
2. Berikan nifedipin 9-3-4 x 10 mg per oral. Jika pada jam ke 4 diastolik belum turun
sampai 20%, tambahkan 10 mg oral. Jika tekanan diastolic meningkat ≥110mmHG,
berikan tambahan suglingual. Tujuannya adalah penurunan tekanan darah 20% dalam
6 jam, kemudian diharapkan stabil antara 140-150/90-100mmHg.
3. Periksa tekanan darah, nadi, dan pernapasan tiap jam. Pasang kateter urin dan
kantong urin. Ukur urin tiap 6 jam. Jika < 100ml/4 jam, kurangi dosis MgSO4
menjadi 1g/jam.

I. Komplikasi
Kejang (eklampsia) Eklampsia adalah keadaan ditemukannya serangan kejang
tibatiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan atau masa nifas
yang sebelumnya menunjukan gejala preeklampsia (Prawirohardjo, 2010).
Preeklampsia pada awalnya ringan sepanjang kehamilan, namun pada akhir
kehamilan berisiko terjadinya kejang yang dikenal eklampsia. Jika eklampsia tidak
ditangani secara cepat dan tepat, terjadilah kegagalan jantung, kegagalan ginjal dan
perdarahan otak yang berakhir dengan kematian (Natiqotul, 2016).

J. Pathway
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan. Suatu proses kolaborasi
melibatkan perawat, ibu, dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan melalui
wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam pengkajian dibutuhkan kecermatan dan
ketelitian agar data yang terkumpul lebih akurat, sehingga dapat dikelompokan dan
dianalisis untuk mengetahui masalah dan kebutuhan ibu terhadap perawatan (Mitayani,
2009).
1. Biodata pasien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, alamat, dan nomor register.
2. Biodata penanggung jawab
Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, alamat.
3. Riwayat kesehatan pasien
a) Keluhan Utama
Merupakan alasan utama pasien untuk datang ke tempat pelayanan kesehatan
dan apa saja yang dirasakan pasien. Yang umumnya pasien datang dengan
keluhan nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri di
epigastrium dan hiperrefleksia.
b) Riwayat kesehatan dahulu
- Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil
- Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklamsia pada kehamilan
terdahulu.
- Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas.
- Ibu mungkin pernah menderita penyakit gagal ginjal kronis.
c) Riwayat kesehatan sekarang
- Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal.
- Terasa sakit diuluhati/nyeri epigastrium.
- Mual dan muntah, tidak nafsu makan.
- Gangguan serebral lainnya: refleks tinggi, dan tidak tenang.
- Edema pada ekstremitas
- Tengkuk terasa berat.
- Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu.
d) Riwayat kesehatan keluarga
- Kemungkinan mempunyai riwayat preeklamsia dan eklamsia dalam
keluarga.
e) Riwayat Perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah dibawah usia 20 tahun atau diatas
35 tahun.
f) Riwayat psikososial
Untuk mengetahui keadaan psikososial pasien atau pasien perlu ditanyakan
antara lain : Jumlah anggota keluarga, dukungan materil dan moril yang didapat
dari keluarga, kebiasaan-kebiasaan yang menguntungkan kesehatan, kebiasaan
yang merugikan kesehatan.

Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan preeklamsia adalah:


1) Data subyektif:
- Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida < 20 tahun atau > 35 tahun
- Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tekanan darah, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.
- Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM.
- Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion
serta riwayat kehamilan dengan eklamsia sebelumnya.
- Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan.
- Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,
oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.
2) Data Obyektif: pemeriksaan Head to Toe
- Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
- Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
- Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
- Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian Magnesium
sulfat (jika refleks +)
3) Pemeriksaan penunjang:
- Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan
interval.
- Laboratorium : proteinuria dengan kateter atau midstream (biasanya meningkat
hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif), kadar hematokrit
menurun, serum kreatinin meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml.
- Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu.
- Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak.
- USG ; untuk mengetahui keadaan janin.
- NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Gangguan perfusi jaringan ginjal
3. Gangguan rasa nyaman

Anda mungkin juga menyukai