TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep KAD
2.1.1 Definisi Ketoasidosis Diabetikum
Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan salah satu kegawatdaruratan pada
diabetes melitus (DM). Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan keadaan
dekompensasi metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis.
Keadaan tersebut terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif. KAD
dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut dari diabetes melitus yang paling sering
terjadi akibat dari keadaan diuresis osmotik. Penderita KAD dapat mengalami
dehidrasi berat dan bahkan sampai menyebabkan terjadinya syok (Nusantara, 2020).
Insidensinya sulit ditentukan, berkisar antara 4-6 sampai 8 episode per 1.000 penderita
dengan DM pada studi berbasis populasi di Amerika Serikat. Ketoasidosis diabetik
tetap menjadi kondisi yang mengancam jiwa meskipun sudah ada kemajuan dalam hal
perawatan penderita DM (Febrianto & Esti Hindariati, 2021).
2.1.2 Etiologi
Etiologi yang mendasari KAD bervariasi di seluruh dunia. Pada orang dewasa,
KAD adalah presentasi awal diabetes yang terjadi hingga hingga 20% kasus. Presipitasi
yang paling umum mengenai KAD di seluruh dunia adalah infeksi, meskipun
kepatuhan yang kurang terhadap terapi insulin adalah etiologi umum lainnya pada
pasien usia muda dan orang-orang yang tinggal di lingkungan perkotaan, persentase
hingga 56% pasien dengan kejadian pertama KAD dan 78% kasus berulang di Amerika
Serikat . Etiologi lainnya termasuk penggunaan alkohol, perdarahan gastrointestinal,
obat-obatan, infark miokard, pankreatitis, kehamilan, emboli paru, penurunan asupan
oral, cedera ginjal, kejang, stroke (iskemik atau hemoragik), tiroid, kecacatan, dan
konsumsi racun (Long et al., 2020). KAD pada diagnosis diabetes mungkin timbul dari
penyakit yang baru terdiagnosa karena kurangnya kesadaran akan gejala diabetes atau
kegagalan penyedia layanan kesehatan untuk mempertimbangkan diabetes ketika ada
masyarakat datang dengan nyeri perut, mual dan muntah. Hal ini terkait dengan kontrol
6
glikemik jangka panjang yang buruk dan kejadian berulang dari KAD (Wolfsdorf et
al., 2018).
Terdapat dua faktor pemicu yang paling umum dalam terjadinya KAD, yaitu
terapi insulin yang tidak adekuat serta adanya infeksi. Faktor-faktor pemicu lainnya di
antaranya infark miokardium, serangan akut serebrovaskular, emboli paru,
pankreatitis, serta alkohol. Kriteria diagnosis KAD antara lain: (i) klinis: poliuria,
7
polidipsia, mual dan/atau muntah, pernapasan Kussmaul (dalam dan cepat), lemah,
dehidrasi, hipotensi sampai syok, kesadaran terganggu sampai koma; (ii) darah:
hiperglikemia lebih dari 300 mg/ dL (biasanya melebihi 500 mg/dL), bikarbonat
kurang dari 20 mEq/L, pH kurang dari 7,35, ketonemia; serta (iii) urine: glukosuria dan
ketonuria (Tjokroprawiro, 2015).
8
i. Peningkatan kadar kreatinin, nitrogen urea darah (BUN), dan hematocrit dapat
dijumpai pada kasus dehidrasi. Setelah hidrasi, peningkatan kadar BUN dan
kreatinin darah secara terus menerus menunjukkan insufiensi ginjal.
(Moraes & Surani, 2019; Smeltzer, 2018)
Komplikasi lain dari KAD antara lain hipokalemia, hipoglikemia, gagal ginjal
akut, dan syok. Masalah lain yang lebih jarang meliputi rabdomiolisis, trombosis dan
stroke, pneumomediastinum, interval QT yang memanjang, edema paru, dan
penurunan fungsi kognitif dan memori pada anak-anak (Febrianto & Esti Hindariati,
2021).
a. Rehidrasi
9
Pasien mungkin membutuhkan 6-10 L cairan IV(NS 0,9% yang diinfuskan
dalam kecepatan tinggi 0,5-1 L/jam selama 2-3 jam) untuk menggantikan cairan
yang hilang akibat polyuria, hiperventilasi, diare, dan muntah. Larutan NS
hipotonik (0,45%) dapat digunakan untuk kasus hipertensi atau hipernatremia
dan untuk mereka yang berisiko tinggi mengalami gagal jantung. Larutan
tersebut merupakan cairan pilihan (200 sampai 500ml/jam) untuk beberapa jam
lagi) setelah beberapa jam pertama, asalkan tekanan darah stabil dan kadar
natrium tidak rendah. Apabila kadar glukosa darah mencapai 300mg/dl (16,6
mmol/L) atau kurang, larutan IV dapat diganti menjadi dekstrosa 5% dalam air
(D5W) untuk mencegah penurunan kadar glukosa darah secara drastic.
Pengembang plasma (plasma expander) tidak berespon terhadap terapi cairan
IV.
b. Mengembalikan Elektrolit
Kalium adalah elektrolit utama dalam menangani KAD. Penggantian kalium
yang dilakukan dengan hati-hati namun pada waktu yang tepat sangat penting
untuk mencegah disritmia jantung yang menyertai hypokalemia.
c. Membalikkan Kondisi Asidosis
Kondisi asidosis KAD dibalikkan dengan insulin, yang menghambat
pemecahan lemak. Insulin (hanya insulin regular) diinfuskan dengan kecepatan
lambat secara kontinu (mis.5 unit per jam). Larutan cairan IV dengan
konsentrasi glukosa yang lebih tinggi, seperti larutan NS (mis. D5NS, D5,
45NS), diberikan ketika kadar glukosa darah mencapai 250-300 mg/dl (13,8-
16,6 mmol/L), agar kadar glukosa darah tidak anjlok terlalu cepat. Insulin IV
harus terus diinfuskan sampai kadar bikarbonat serum meningkat dan pasien
dapat makan.
10
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Subjektif: keluhan utama saat MRS dan saat pengkajian, pengkajian PQRST
apabila terdapat nyeri, riwayat kesehatan sebelum sakit dan riwayat kesehatan
keluarga
2. Objektif
a. Keadaan umum, tanda – tanda vital
b. B1 (Breathing): pergerakan dada simetris atau tidak, retraksi intercostae ada
atau tidak, suara nafas: ronchi/wheezing, batuk: produktif/tidak produktif,
apabila ada sputum bagaimana warnanya, terpasang alat bantu napas atau
tidak. Jika pasien dengan kesadaran / koma (GCS <8) dipertimbangkan
dilakukan intubasi dan ventilasi. Pada pasien tersebut sementara saluran
napas dapat dipertahankan oleh penyisipan Guedel's saluran napas. Pasang
oksigen melalui masker Hudson atau non-rebreather masker jika
ditunjukkan.
c. B2 (bleeding/cardiovascular): Periksa denyut nadi, tekanan darah dan CRT.
Pasang EKG jika perlu dan pulseoximetry untuk monitoring, JVP
normal/tidak, adakah edema diekstremitas. Pertimbangkan utuk
mengusulkan beberapa pemeriksaan di bawah ini
1) Urea (BUN), serum kreatinin
2) Serum elektrolit
3) Darah lengkap
4) Tes fungsi hati
5) Amylase
6) Serum eton
7) Laktat dan kultur darah jjika psien demam
d. B3 (Brain/persyarafan): GCS, periksa apakah pupil isokor dan memberikan
respons terhadap penyinaran.
11
e. B4 (Bladder/perkemihan): jumlah urine per 8 jam, warna dan kondisi urine,
terpasang kateter/tidak, terdapat gangguan BAK/ tidak. Pertimbangkan
pemasangan kateter urine untuk memantau produksi urin selama 24 jam.
f. B5 (Bowel): kondisi mukosa bibir apakah kering atau pucat, kondisi lidah,
terdapat nyeri telan/tidak, abdomen supel/tidak terdapay nyeri tekan/tidak,
berapa peristaltik usus permenit, ada mual/muntah, melena, terpasang
NGT/tidak, terdapat konstipasi/ tidak. Dehidrasi berat pada pasien KAD bisa
berlanjut pada shock hipovolemik.
g. B6 (Bonel/musculoskeletal): keadaan turgor, apakah terdapat perdarahan
eksternal, icterus, kondisi akral apakah terdapat sianosis, bagaimana
pergerakan sendi: bebas/terbatas, terdapat fraktur, luka terbuka atau luka
post OP
2.2.2 Diagnosa Keperawatan (SDKI)
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus Ketoasidosis
Diabetikum adalah sebagai berikut:
12
Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia (mis.poliuria,
polydipsia, polifagia, kelemahan,
malaise, pandangan kabur, sakit
kepala)
Monitor intake dan output cairan
Monitor keton urin, kadar analisa
gas darah, elektrolit, tekanan
darah ortostatik dan frekuensi
nadi
Terapeutik
Berikan asupan cairan oral
Konsultasi dengan medis jika
tanda dan gejala hiperglikemia
tetap ada atau memburuk
Fasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik
Edukasi
Anjurkan menghindari olahraga
saat kadar glukosa darah lebih
dari 250mg/dl
Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
Anjurkan kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
Ajarkan indikasi dan pentingnya
pengujian keton urin
Ajarkan pengelolaan diabetes
(mis.penggunaan insulin, obat
oral, monitor asupan cairan,
penggantian karbohidrat, dan
bantuan professional kesehatan)
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian insulin
Kolaborasi pemberian cairan IV
Kolaborasi pemberian kalium
13
2. Ketidakpatuhan b.d Program Terapi Dukungan Kepatuhan Program
Lama Pengobatan
Observasi
Identifikasi kepatuhan
menjalankan program
pengobatan
Terapeutik
Buat komitmen menjalani
program pengobatan dengan baik
Buat jadwal pendampingan
keluarga untuk bergantian
menemani pasien selama
menjalani program pengobatan
Dokumentasikan aktivitas selama
menjalani proses pengobatan
Diskusikan hal-hal yang
mendukung dan menghambat
berjalannya program pengobatan
Libatkan keluarga untuk
mendukung program pengobatan
yang dijalani
Edukasi
Informasikan program
pengobatan yang harus dijalani
Informasikan manfaat yang
diperoleh jika teratur menjalani
program pengobatan
Anjurkan keluarga untuk
mendampingi dan merawat
pasien selama menjalani program
pengobatan
Anjurkan pasien dan keluarga
melakukan konsultasi ke
pelayanan kesehatan terdekat
14
Periksa tanda dan gejala
hypovolemia
Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
Hitung kebutuhan cairan
Berikan posisi modified
Trendelenburg
Berikan asupan cairan oral
Edukasi
Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis
Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis
Kolaborasi pemberian cairan
koloid
Kolaborasi pemberian produk
darah
15
Monitor tanda dan gejala
hyponatremia
Monitor tanda dan gejala
hipernatremia
Monitor tanda dan gejala
hipokalsemia
Monitor tanda dan gejala
hiperkalsemia
Monitor tanda dan gejala
hypomagnesemia
Monitor tanda dan gejala
hipermagnesemia
Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan
Terapeutik
Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
16
Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
Jelaskan faktor risiko yang dapat
memengaruhi kesehatan
Ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
17