Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PRE EKLAMSIA BERAT (PEB)

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Maternitas


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
Arya Andika Saputra, S.Kep
11194692010061

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2020
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN PENDAHULUAN PRE EKLAMSIA BERAT (PEB)

Tanggal 08 Desember 2020

Disusun oleh :
Arya Andika Saputra, S.Kep
11194692010061

Banjarmasin, 08 Desember 2020

Mengetahui,

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

Dini Rahmayani, S.Kep., Ns., MPH Ns. Wika Rispudyani R., M.Kep
NIK. 1166122004007 NIP. 198001152009032007
LAPORAN PENDAHULUAN
PRE EKLAMSIA BERAT (PEB)

A. Pengertian Pre Eklamsia Berat


Preeklampsia berat adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,
edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya
terjadi pada triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya,
misalnya pada molahidatidosa (Maryunani, 2016).
Preeklampsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan
proteinuria, edema, atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan
setelah minggu ke-20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat
perubahan hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis (Mitayani, 2011).
Preeklampsia adalah sindroma khusus kehamilan yang ditandai dengan
derajat ketidakseimbangan plasenta dan respons ibu yang mencakup
inflamasi sistemik. Sebagian besar mempertimbangkan hipertensi dan
proteinuria sebagai ciri preeklampsia, namun manifestasi klinis sindrom ini
sangat heterogen (James et al, 2011).

B. Klasifikasi Pre Eklamsia Berat


Preeklampsia dibagi dalam dua golongan, yaitu ringan dan berat:
1. Preeklampsia Ringan:
a. Pengantar :
1) Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau
segera setelah kehamilan.
2) Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada
penyakit trofoblas.
3) Penyebab preeklampsia ringan belum diketahui secara jelas.
b. Preeklampsia dikatakan ringan apabila ditemukan tanda-tanda
dibawah ini:
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, yaitu kenaikan diastolik
15 mmHg atau lebih, dan kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih.
2) Edema umum, kaki, jari, tangan, dan wajah atau kenaikan BB 1
kg atau lebih per minggu.
3) Proteinuria kuantitatif 0,3 gram atau lebih per liter, kualitatif 1+
atau 2+ pada urine kateter / midstream.
2. Preeklampsia Berat :
a. Pre-eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih
disertai proteinuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
b. Preeklampsia dikatakan berat apabila ditemukan satu atau lebih
tanda-tanda di bawah ini:
1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2) Proteinuria 5 gram atau lebih per liter.
3) Oiguria jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.
4) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di
epigastrium.
5) Ada edema paru dan sianosis (Maryunani, 2016).

C. Etiologi
Menurut (Mitayani, 2011) Penyebab preeklampsia sampai sekarang
belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan
penyebab penyakit tersebut, tetapi tidak ada yang memberikan jawaban
yang memuaskan. Teori yang dapat diterima menerangkan sebagai berikut:
1. Sering terjadi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan
molahidatidos.
2. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan ibu dengan kematian janin
dalam uterus.
4. Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilankehamilan berikutnya.
5. Sebab timbul hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Teori-teori pada saat ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeclampsia
adalah iskemia plasenta. Faktor resiko preeclampsia antara sebagai berikut :
1. Primigravida, terutama primigravida tua dan primigravida muda.
2. Kelompok sosial ekonomi rendah.
3. Hipertensi esensial.
4. Penyakit ginjal kronis (menahun/terus menerus)
5. DM (diabetes melitus)
6. Multipara
7. Pohidramnion
8. Obesitas
9. Riwayat preeklampsia pada kehamilan yang lalu dalam keluarga.
10. Molahidatidosa
11. Gemeli
12. Umur > 35 tahun
13. Gizi buruk dan anemia

D. Patofisiologi
Preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme yang hebat pada
arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus lumen arteriola sedemikian
sempitnya sehingga hanya dapat dilalui satu sel darah merah. Jadi, jika
semua arteriola dalam tubuh mengalami spesme, maka tekanan darah
dengan sendirinya akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan
tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat tercukupi. Sedangkan
kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan air yang
berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, ada yang
mengatakan di sebabkan oleh retensi air dan garam. Proteinuria mungkin
disebabkan oleh spasme arteriola, sehingga terjadi perubahan pada
glomerulus belum diketahui sebabnya, ada yang mengatakan di sebabkan
oleh retensi air dan garam. Proteinuria mungkin disebabkan oleh spasme
arteriola, sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Mitayani, 2011).
Berdasarkan perjalanan penyakit teori 2 tahap, preeklampsia dibagi
menjadi 2 tahap penyakit tergantung gejala yang timbul. Tahap pertama
bersifat asimtomatik (tanpa gejala), dengan karakteristik perkembangan
abnormal plasenta pada trimester pertama. Perkembangan abnormal
plasenta terutama proses angiogenesis mengakibatkan insufisiensi plasenta
dan terlepasnya material plasenta memasuki sirkulasi ibu.
Terlepasnya material plasenta memicu gambaran klinis tahap 2, yaitu
tahap simtomatik (timbul gejala). Pada tahap ini berkembang gejala
hipertensi, gangguan renal, dan proteinuria, serta potensi terjadinya sindrom
HELLP, eklamsia dan kerusakan end organ lainnya.
Pathway

 Riwayat pre-eklamsi pada kehamilan sebelumnya.


 Primigravida atau multipara dengan usia lebih tua.
 Riwayat pre-eklampsia pada ibu atau saudara
perempuan.
 Obesitas.
 Mengandung lebih dari satu janin.

Pre eklamsi

Kerusakan endotel vaskuler

Vasokontraksi meningkat, Vasodilator menurun

Tekanan darah meningkat, protein uria, transudasi

Kejang / penurunan kesadaran

Terminasi kehamilan

Sistem Urologi
Sistrm kardiovaskuler Sistem saraf

Dilatasi menurun
Diskontinutas/ luka
Perubahan pereabilitas Kehilangan darah
pembuku darah dan cairan
Oliguria

Retensi sodium Perdarahan Risiko


Edem dan air Infeksi

Risiko Syok
Edem Hipovolumlemia
Nyeri Akut

Hypervolemia

(Sharon, 2011)
E. Manifestasi klinis
Gejala Preeklamsi:
Dua gejala yang sangat penting pada pre-eklampsia yaitu hipertensi dan
proteinuria yang biasanya seperti :
1. Kenaikan berat badan dan edema :
a. Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan pre-
eklampsia dan bahkan kenaikan berat badan yang berlebihan
merupakan tanda pertama preeklampsia pada sebagian wanita.
b. Peningkatan berat badan terutama disebabkan karena retensi cairan
dan selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala edema yang
terlihat jelas, seperti kelopak mata yang bengkak atau jaringan
tangan yang membesar.
2. Hipertensi
a. Peningkatan tekanan darah merupakan tanda awal yang penting
pada pre-eklampsia.
b. Tekanan diastolic merupakan tanda prognostic yang lebih andal
dibandingkan dengan tekanan sistolik.
c. Tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih yang terjadi terus-
menerus menunjukan keadaan abnormal.
3. Proteinuria
a. Pada preeklampsia ringan, proteinuria hanya minimal dan positif
satu, positif dua tidak sama sekali.
b. Pada kasus berat, protenuria dapat ditemukan dan mencapai 10 g/dl.
c. Proteinuria hampir selalu timbul kemudian dibandingkan hipertensi
dan kenaikan berat badan.
Gejala-gejala subyektif:
1. Nyeri kepala.
2. Nyeri epigastrium:
a. Merupakan keluhan yang paling sering ditemukan pada
preeklampsian berat.
b. Keluhan ini disebabkan karena tekanan pada kapsula hepar
akibat edema atau perdarahan.
3. Gangguan penglihatan.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Maternal:
a. Asam urat
Hipertensi yang disertai peningkatan asam urat berhubungan dengan
PJT. Hiperurikemia merupakan tanda dini penyakit karena terjadi
penurunan klirens asam urat sebelum penurunan filtrasi glomerular
filtration rate (GFR) ginjal terjadi. Peningkatan asam urat dalam darah
tidak hanya gangguan fungsi ginjal tetapi dapat pula disebabkan
peningkatan stres oksidatif.
b. Kreatinin
Terjadi peningkatan kreatinin pada preeklampsia berat tetapi
biasanya belum terjadi perubahan pada preeklampsia ringan.
c. Tes fungsi hepar
Peningkatan aspartat aminotranferase (AST/SGOT) dan alanine
aminotransferase (ALT/SGPT) merupakan tanda prognosis buruk
pada ibu dan janin. Konsentrasi dari protein ini berhubungan dengan
beratnya penyakit preeklampsia dengan komplikasi berat pada hepar.
d. Faktor pembekuan
Terjadi penurunan dari faktor III, faktor VIII selain trombositopenia.
Gangguan ini menimbulkan risiko terjadi perdarahan pasca
persalinan.
e. Analisis urine (proteinuria).
f. Pencocokan ulang : cross matching.
g. Pemeriksaan urine untuk ekskresi protein 24 jam.
2. Fetal:
a. Klik chart (rekaman gerakan janin).
b. CTG (kardiografi)

G. Komplikasi
Tergantung pada derajat preeklampsia yang dialami. Namun yang termasuk
komplikasi antara lain sebagai berikut:
1. Pada ibu:
a. Eklampsia
b. Solusio plasenta
c. Perdarahan subkapsula hepar
d. Kelainan pembekuan darah (DCIC)
e. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platelet
count)
f. Ablasio retina
g. Gagal jantung hingga syok dan kematian
2. Pada janin:
a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
b. Prematur
c. Asfiksia neonatorum
d. Kematian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal (Mitayani,
2011)

H. Penatalaksanaan
Penatalakasanaan Medis menurut Sujiyantini, (2019). Ditinjau dari umur
kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat selama
perawatan maka perawatan dibagi menjadi :
1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi
ditambah pengobatan medisinal.
2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah
pengobatan medisinal:
a. Perawatan Aktif Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada
setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assesment (NST &
USG).
Indikasi
1) Ibu
a) Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
b) Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia,
kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan
meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam
perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada
perbaikan).
2) Janin
a) Hasil fetal assesment jelek (NST & USG)
b) Adanya tanda IUGR
3) Laboratorium
Adanya “HELLP syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi
hepar, trombositopenia).
3. Pengobatan medikamentosa:
a. Segera masuk rumah sakit.
b. Tidur baring, miring ke satu sisi (sebaiknya kiri), tanda vital diperiksa
setiap 30 menit, refleks patella setiap jam.
c. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-
125 cc/jam) 500 cc.
d. Antasida.
e. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
f. Pemberian obat anti kejang: diazepam 20 mg IV dilanjutkan dengan
40 mg dalam Dekstrose 10% selang 4-6 jam atau MgSO4 40% 5
gram IV pelanpelan dilanjutkan 5 gram dalam RL 500 cc untuk 6 jam.
g. Diuretik tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru,
payah jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid
injeksi 40 mg/IV.
h. Antihipertensi diberikan bila: tekanan darah sistolik ”180 mmHg,
diastolik ” 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Dapat diberikan
catapres ½-1 ampul IM dapat diulang tiap 4 jam, atau alfametildopa 3
x 250 mg, dan nifidipine sublingual 5-10 mg.
i. Kardiotonika, indikasinya, bila ada tanda-tanda payah jantung,
diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid.
j. Lain-lain:
1) Konsul bagian penyakit dalam/jantung, mata.
2) Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal lebih dari 38,5
derajat celcius dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin
atau alkohol atau xylamidon 2 cc IM.
3) Antibiotik diberikan atas indikasi, diberikan ampicilin 1 gr/6
jam/IV/hari.
4) Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi
uterus, dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja,
selambat-lambatnya 2 jam sebelum jalan lahir.
4. Pengobatan obstetric:
a. Cara terminasi kehamilan yang belum inpartu
1) Induksi persalinan: tetesan oksitosin dengan syarat nilai bishop 5
atau lebih dan dengan fetal heart monitoring.
2) Sectio caesarea Sectio Caesar adalah proses persalinan melalui
pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi)
dan rahim (histeretomi) untuk mengeluarkan bayi (Maryunani A,
2014). Dilakukannya SC bila ada tanda dan gejala :
a) Plasenta Previa sentralis dan lateralis (posterior)
b) Panggul sempit
c) Disporsi sefalopelvik: yaitu ketidakseimbangan antara ukuran
kepala dan ukuran panggul
d) Rupture uteri mengancam
e) Partus lama (prolonged labor)
f) Partus tak maju (obstructed labor)
g) Distosia serviks
h) Pre-eklamsia dan hipertensi
i) Malpresentasi janin (Nanda Nic Noc. 2015).
b. Cara terminasi kehamilan yang sudah inpartu
Kala I:
1) Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan sectio
caesarea.
2) Fase aktif : amniotomi saja, bila 6 jam setelah amniotomi belum
terjadi pembukaan lengkap maka dilakukan sectio caesarea (bila
perlu dilakukan tetesan oksitosin)
Kala II
Pada persalinan per vaginam, maka kala II diselesaikan dengan
partus buatan. Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurang-
kurangnya 3 menit setelah pemberian terapi medikamentosa. Pada
kehamilan 32 minggu atau kurang; bila keadaan memungkinkan,
terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid.
5. Perawatan konservatif
a. Indikasi: bila kehamilan preterm kurang 37 minggu tanpa disertai
tanda-tanda inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.
b. Terapi medikamentosa: sama dengan terapi medikamentosa pada
pengelolaan aktif, hanya laoding dose MgSO4 tidak diberikan
intravenous, cukup intramuskular saja dimana 4 gram pada bokong
kiri dan 4 gram pada bokong kanan.
c. Pengobatan obstetri:
1) Selama perawatan konservatif: observasi dan evaluasi sama
seperti perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.
2) MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tandatanda
preeklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
3) Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap terapi
medikamentosa gagal dan harus diterminasi.
4) Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih
dahulu MgSO4 20% 2 gram intravenous.
d. Penderita dipulangkan bila:
1) Penderita kembali ke gejala-gejala/tanda-tanda preeklampsia
ringan dan telah dirawat selama 3 hari.
2) Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan preeklampsia
ringan: penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai
preeklampsia ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).

I. Pengkajian
Pengkajian Keperawatan menurut Mitayani (2011) adalah: Pengkajian
merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Suatu proses kolaborasi
melibatkan perawat, ibu, dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan
melalui wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam pengkajian dibutuhkan
kecermatan dan ketelitian agar data yang terkumpul lebih akurat, sehingga
dapat dikelompokkan dan dianalisis untuk mengetahui masalah dan
kebutuhan ibu terhadap perawatan. Pengkajian yang dilakukan terhadap ibu
preeklamsia antara lain sebagai berikut:
1. Identitas umum ibu
2. Data riwayat kesehatan:
a. Riwayat kesehatan dahulu:
1) Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.
2) Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklmpsia pada
kehamilan terdahulu.
3) Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas
4) Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis.
b. Riwayat kesehatan sekarang:
1) Ibu merasa sakit kepala daerah frontal.
2) Terasa sakit di ulu hati atau nyeri epigastrium.
3) Gangguan virus: penglihatan kabur, skotoma, dan diplopia.
4) Mual dan muntah, tidak nafsu makan.
5) Gangguan serebral lainnya: terhuyung-huyung, refleks tinggi, dan
tidak tenang.
6) Edema pada ekstremitas.
7) Tengkuk terasa berat.
8) Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia
dalam keluarga.
d. Riwayat perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah dibawah usia 20 tahun
atau di atas 35 tahun.
3. Pemeriksaan fisik biologis
a. Keadaan umum : lemah.
b. Kepala : sakit kepala, wajah edema.
c. Mata : konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina.
d. Pencernaan abdomen : nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual,
dan muntah.
e. Ekstremitas : edema pada kaki dan tangan juga pada jari-jari
f. Sistem persarafan : hiper refleks, klonus pada kaki.
g. Genitourinaria : oliguria dan proteinuria.
h. Pemeriksaan janin : bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin
melemah.
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium:
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan penghapusan darah.
a) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%).
b) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%).
c) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3).
2) Urinalisis Ditemukan protein dalam urine.
3) Pemeriksaan fungsi hati:
a) Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dl).
b) LDH (laktat dehidrogenase) meningkat.
c) Aspartat amonomtransferase (AST) > 60 ul.
d) Serum glutamat pirufat transminase (SGPT) meningkat (N =
15-45 u/ml).
e) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat
(N = 6,7-8,7 mg/dl).
f) Total protein serum menurun (N = 2,4-2,7 mg/dl).
b. Radiologi
1) Ultrasonografi
Ditemukannya retardasi perumbuhan janin intrauterus.
Pernapasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan
volume cairan ketuban sedikit.
2) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung bayi lemah.
c. Data sosial ekonomi Preeklampsia berat lebih banyak terjadi pada
wanita dan golongan ekonomi rendah, karena mereka kurang
mengkonsumsi makanan yang mengandung protein juga kurang
melakukan perawatan antenatal yang teratur.

J. Diagnosa Keperawatan
1. Hypervolemia b/d Gangguan aliran balik vena
2. Nyeri Akut b/d Agen pencidera fisik
3. Risiko Infeksi b/d Tindakan infasif
4. Risiko syok b/d Perdarahan
K. Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1 Hipervolemia b/d Setalah dilakukan Management Hipervolemia
gangguan aliran tindakan keperawatan (I.03114)
balik vena dalam 1x60 menit
(D.0022) diharapkan hipervolemia Observasi
- Periksa tanda gejala
dapat teratasi dengan
hypervolemia
kriteria hasil: - Identifikasi penyebab
hipervolemia
Keseimbangan cairan - Moitor status hemodinamik
(L.03020) - Monitor intake dan ouput cairan
Terapetik
- Edema, dari sedang (3) - Timbang BB setiap hari
ke menurun (5) - Batasi asupan cairan dan
- Tekanan darah, dari garam
o
sedang (3) ke membaik - Tinggikan kepala 30-40
(5) Edukasi
- Denyut nadi radial, dari - Anjurkan melapor jika BB
sedang (3) ke membaik bertambah lebih dari 1 kg dalam
(5) sehari
- Tekanan arteri, dari Kolaborasi
sedang (3) ke membaik - Kolaborasi pemberian deuritik
(5) jika diperlukan
- Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat deuritik

2 Nyeri akut b/d Setalah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238)


agen pencendera tindakan keperawatan Observasi
fisik dalam 1x24 jam - Identifikasi lokasi, karakteristik,
(D. 0077) diharapkan Nyeri akut durasi, frekuensi, kualitas dan
dapat teratasi dengan intensitas nyeri
kriteria hasil: - Identifikasi respon non verbal
- Identifikasi faktor yang
Tingkat Nyeri (L.08066)
memperberat dan
 Keluhan nyeri, dari
memperingan nyeri
sedang (3) ke menurun
- Monitor keberhasilan terapi
(5)
yang sudah dilakukan
 Meringis, dari sedang
Terapeutik
(3) ke menurun (5)
- Berikan tehnik non
 Gelisah, dari sedang (3)
farmakologis dalam melakukan
ke menurun (5) penanganan nyeri
- Pola tidur, dari cukup - Kontrol lingkungan yang
buruk (2) ke cukup memperberat nyeri
membaik (4)
Edukasi
- Jelaskan penyebab, priode dan
pemicu nyeri
- Ajarkan strategi meredakan
nyeri
- Mengajarkan dan
menganjurkan untuk memonitor
nyeri secara mandiri
- Mengajarkan tehnik non
farmakologis yang tepat
Kolaborasi
- Kolaborasi dalam pemberian
analgetik jika perlu
3 Risiko Infeksi b/d Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi (I.14539)
Efek Prosedur Tindakan keperawatan Observasi
Invasive selama 3x24 jam, - Monitor tanda dan gejala infeksi
(D.0142) diharapkan risiko infeksi local dan sistemik
teratasi dengan kriteria Terapeutik
hasil: - Batasi jumlah pengunjung
Tingkat Infeksi - Berikan perawatan kulit pada
area edema
(L.14137)
- Cuci tangan sebelum dan
 Demam, dari sedang (3)
sesudah kontak dengan pasien
ke menurun (5)
dan lingkungan pasien
 Kemerahan, dari - Pertahankan teknik aseptic pada
sedang (3) ke menurun pasien berisiko tinggi
(5)
Edukasi
 Nyeri, dari cukup
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
meningkat (2) ke - Ajarkan cara mencuci tangan
menurun (5) yang benar
 Bengkak, dari sedang - Ajarkan etika batuk
(3) ke menurun (5) - Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu
4 Risiko syok b.d Setelah dilakukan Pencegahan Syok (1.02068)
perdarahan Tindakan keperawatan Observasi
(D.0039) selama 1x24 jam, - Monitor tanda dan gejala syok
diharapkan risiko syok - Monitor status kardiopulmonal
teratasi dengan kriteria (frekuensi nadi,TD)
hasil: - Monitor status cairan (turgpr
kulit, crt)
Tingkat syok (L.03032)
- Monitor status oksigenasi
 Tingkat kesadaran, dari
(oksimetri nadi)
sedang (3) ke
meningkat (5)
Terapeutik
- Berikan oksigen untuk
 Saturasi oksigen, dari
mempertahankan saturasi
sedang (3) ke
oksigen >94%
meningkat (5)
- Pasang jalur IV, jika perlu
 Akral dingin, dari Edukasi
sedang (3) ke menurun - Jelaskan penyebab/faktor resiko
(5) syok
 Tekanan darah sistolik, - Jelaskan tanda gejala awal syok
dari sedang (3) ke - Anjurkan melapor jika
membaik 5) menemukan/merasakan tanda
 Tekanan darah diastolik, gejala awal syok
dari sedang (3) ke - Anjurkan meningkatkan asupan
membaik 5) cairan dan nutrisi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian tranfusi
darah, antiinflamasi, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai