Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN EKLAMPSIA

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

DISUSUN OLEH:
ABDUL HADI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi/deskripsi
Eklampsia merupakan keadaan dimana ditemukan serangan kejang tibatiba yang dapat
disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan atau masa nifas yang menunjukan
gejala preeklampsia sebelumnya. Kejang disini bersifat grand mal dan bukan diakibatkan
oleh kelainan neurologis. Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti
halilintar. Kata-kata tersebutdipergunakan karena seolah-olah gejala eklampsia timbul
dengan tiba-tiba tanpa didahului tanda-tanda lain.
Eklampsia dibedakan menjadi eklampsia gravidarum (antepartum), eklampsia
partuirentum (intrapartum), dan eklampsia puerperale (postpartum), berdasarkan saat
timbulnya serangan. Eklampsia banyak terjadi pada trimester terakhir dan semakin
meningkat saat mendekati kelahiran. Pada kasus yangjarang, eklampsia terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu. Sektar 75% kejang eklampsia terjadi sebelum
melahirkan, 50% saat 48 jam pertama setelah melahirkan, tetapi kejang juga dapat timbul
setelah 6 minggu postpartum.

B. Etiologi
Penyebab Eklampsia sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi pada
penderita yang meninggal karena eklampsia terdapat perubahan yang khas pada
berbagai alat. Tetapi kelainan yang mengenai penyakit ini adalah smapmus arteriole
retensi Na dan air dan coogulasi intravaskuler.

Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab Eklampsia yaitu :

 Bertambahnya frekuensi pada primigramivida, kehamilan ganda, hidramnion, dan


molahidatisoda.
 Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
 Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus
 Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang-kejang dan koma

C. Tanda dan gejala (manifestasi klinik)


 Bertambahnya berat badan yang berlebihan, terjadinya kenaikan 1 kg perminggu
 Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka
 Hipertensi (diukur setelah pasien istirahat selama 30 menit)
1. Td : 160/70 mmHg atau
2. Tekanan sistolik meningkat >30 mmHg
3. Diastolic >15 mmHg
4. Tekanan diastolic pada trimester ke-II yang >85 mmHg patut dicurigai sebagai
preeclampsia
 Protein Uria
1. Terdapat protein sebanyak 0,3 g/I dalam urin 24 jam atau pemeriksaan kualitatif
+1/+2
2. Kadar protein >1g/1 dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau urine porsi
tengah, diambil 2x dalam waktu 6 jam.

D. Pathway

E. Komplikasi
Tergantung derajat Eklampsia, yang termasuk komplikasi antara lain uteri ( uterus
), sindrom HELLP ( Haemolysis Elevated Liver Enzymes Low Platelet Cown). Ablasi
retina KID (Koogulasi IntraVaskuler Diseminata), gagal ginjal, perdarahan otak, edem
paru, gagal jantung, syok dan kematian.

Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut kronisnya insufiensi uteraplasental


misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuntas.

F. Prognosis
Kematian ibu antara 9.8%-25.5%, kematian bayi 42.2% -48.9%.

G. Penanganan Medis
Pemberian obat anti kejang pada Eklampsia bertujuan untuk mencegah terjadinya
kejang (eklampsia). Obat yang digunakan sebagai antikejang antara lain diazepam,
fenitoin, MgSO4. Berdasarkan buku Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2007, anti kejang yang digunakan adalah MgSO4
yaitu dengan pemberian dosis awal 8 gram IM (4 gram bokong kanan dan 4 gram
bokong kiri) dengan dosis lanjutan setiap 6 jam diberikan 4 gram (Anonim, 2007).

Saat ini magnesium sulfat tetap menjadi pilihan pertama untuk anti kejang pada
eklampsia. Pemberian magnesium sulfat dapat menurunkan risiko kematian ibu dan
didapatkan 50% dari pemberiannya menimbulkan efek flusher (rasa panas). Syarat
pemberian MgSO4 yaitu reflek patella normal, frekuensi pernapasan >16 kali per
menit, harus tersedia antidotum yaitu Kalsium Glukonat 10% (1 gram dalam 10 cc)
diberikan intravena 3 menit. Pemberian MgSO4 harus dihentikan jika Terjadi
intoksikasi maka diberikan injeksi Kalsium Glukonat 10% (1 gram dalam 10 cc) dan
setelah 24 jam pasca persalinan (Anonim, 2007). Bila terjadi refrakter terhadap
pemberian MgSO4 maka bisa diberikan tiopental sodium, sodium amobarbital,
diazepam atau fenitoin (Prawirohardjo, 2008).

H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1: ketidakefektifan jalan nafas

Definisi :

2.2.2.1 Batasan karakteristik

Subjektif

 Dispnea

Objektif

 Suara napas tambahan

 Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan

 Batuk tidak ada atau tidak efektif

 Sianosis

 Kesulitan untuk berbicara

 Penurunan suara napas

 Ortopnea

 Gelisah

 Sputum berlebihan

 Mata terbelalak

2.2.2.2 Faktor yang berhubungan


Penurunan Energi dan keletihan

Diagnosa 2 : Kelebihan volume cairan

Definisi : peningkatan retensi cairan isotonik

2.2.2.3. Batasan karakteristik :

Subjektif
 Perubahan tekanan darah
 Edema
 Kongesti paru

2.2.2.4. Faktor yang berhubungan

Asupan cairan yang berlebihan

Diagnosa 3 : Resiko cedera

Definisi : Dalam risiko cedera sebagai hasil dari interaksi kondisi lingkungan dengan
respon adaptif indifidu dan sumber pertahanan.

2.2.2.5. Batasan Karakteristik : -

2.2.2.6. Faktor yang berhubungan

Diagnosa 4 : Resiko tinggi foetal distress

Definisi : Keadaan ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen dan nutrisi janin


sehingga menimbulkan perubahan metabolisme janin menuju metabolisme anaerob
menyebabkan hasil akhir metabolismenya terakhir bukan karbondioksida.

2.2.2.7. Batasan karakteristik :

2.2.2.8. Faktor yang berhubungan

I.Perencanaan

Diagnosa 1: Tujuan dan Kriteria hasil

Tujuan :

 Menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif yang dibuktikan oleh, pencegahan
aspirasi, status pernapasan: ventilasi tidak terganggu dan status pernapasan: kepatenan jalan
napas
 Menunjukkan status pernapasan: kepatenan jalan napas, yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut:

1. gangguan eksterm

2. berat

3. sedang

4. ringan

5. tidak ada gangguan

Kriteria Hasil :

 dapat bernafas dengan normal


 tidak ada hambatan saat bernafas

2.3.1 Intervensi keperawatan dan rasional:

 Pantau rate, irama, kedalaman, dan usaha respirasi


R/ : Mengetahui tingkat gangguan yang terjadi dan membantu dalam menetukan
intervensi yang akan diberikan
 Monitor pola napas : bradypnea, tachypnea, hyperventilasi, napas kussmaul, napas
cheyne-stokes, apnea, napas biot’s dan pola ataxi
R/ : Mengetahui permasalahan jalan napas yang dialami dan keefektifan pola napas
klien untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh
 Berikan posisi yang nyaman untuk mengurangi dyspnea
R/: Posisi memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan.
Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke
jalan nafas besar untuk dikeluarkan

Diagnosa 2: Kelebihan volume cairan

2.3.2 Tujuan dan Kriteria hasil

Tujuan :

 Kelebihan volume cairan dapat dikurangi, yang dibuktikan oleh Keseimbangan


elektrolit dan asam basa, keseimbangan cairan, fungsi ginjal yang adekuat

 Keseimbangan cairan tidak akan terganggu/kelebihan yang dibuktikan oleh indicator


sebagai berikut:

1. gangguan eksterm

2. berat
3. sedang

4. ringan

5. tidak ada gangguan


Kriteria Hasil :

 kebutuhan volume cairan kembali normal


 tidak terjadinya edema

2.3.3 Intervensi keperawatan dan rasional

 Kaji masukan yang relatif terhadap keluaran secara akurat.


Rasional : perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian
cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan.
 Timbang berat badan setiap hari (ataui lebih sering jika diindikasikan).
Rasional : mengkaji retensi cairan
 Kaji perubahan edema : ukur lingkar abdomen pada umbilicus serta pantauedema
sekitar mata.
Rasional : untuk mengkaji ascites dan karena merupakan sisi umum edema.
Diagnosa 3 : resiko cedera
2.3.4. Tujuan :
 Mengurangi resiko cedera
 Mempasilitasi lingkungan sekitar pasien
Kriteria Hasil :
 Klien tidak mengalami cidera
 Klien mampu menggunakan pasilitas kesehatan yang ada
2.3.5. Intervensi keperawatan dan rasional
 Kaji tingkat energi yang dimiliki klien
R/: Energi yang besar dapat memberikan keseimbangan pada tubuh 
 Ajarkan penggunaan alat-alat alternatif dan atau alat-alat bantu untuk aktivitas klien
R/: Mengantisipasi dan meminimalkan resiko jatuh
Diagnosa 4 : resiko tinggi foetal distress
2.3.6. Tujuan :
 Tidak terjadi kejang pada ibu
Kriteria Hasil :
 Kesadaran pada ibu normal
2.3.7. Intervensi keperawatan dan rasional
  Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan
nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria
R/ : Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada  otak, ginjal, jantung
dan paru yang mendahului status kejang
  Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus
R/ : Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan
terjadinya persalinan

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, S. (2008). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : YBP
Wilkinson, Judith M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosis NANDA, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC. Alih Bahasa: Esty Wahyuningsih. Jakarta: EGC

Banjarmasin,...Desember 2020

Perseptor Akademik Ners Muda,

Hj. Ruslinawati, Ns. M. Kep Abdul Hadi

Anda mungkin juga menyukai