Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


PADA NY.L DENGAN KASUS PREKLAMSI
DI RS.TK.lll Dr,R,SOEHARSONO BANJARMASIN

NAMA MAHASISWA : Rivanki


NIM : 11409718064
TINGKAT : III B
SEMESTER : 5 (LIMA)

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA


BANJARMASIN
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

NAMA : Rivanki
NIM : 11409718064
TINGKAT : III B (R. GLATIK)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini telah menyelesaikan Asuhan


Keperawatan Post Partum pada Ny. L Dengan PREEKLAMSI Di Ruang
HESTI RS.DR.SOEHARSONO(TPT)Banjarmasin.

Kapuas, Januari 2021


MAHASISWA,

RIVANKI
NIM. 11409718064

MENGETAHUI :

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING LAHAN

Baidah, S. Kep., Ns. M. Kep


LAPORAN PENDAHULUAN
PREEKLAMPSIA

A. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita
hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein
uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau
hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah
kehamilan berumur 28 minggu atau lebih   (Rustam Muctar, 2015).
Pre-eklamsia adalah penyakit dengan tanda – tanda hipertensi,
edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.Penyakit ini
umumnya timbul pada tri wulan ke tiga kehamilan, tetapi dapat
sebelumnya, misalnya karena mola hidatidosa (Winknjosastro.2016;
282).
Anatomi dan Fisiologi

Menurut [ CITATION Dyf15 \l 1033 ]Sistem pembuluh darah


berfungsi untuk tempat mengalirnya darah dari jantung menyebar ke
seluruh jaringan tubuh kembali ke jantung.Pembuluh darah arteri
adalah pembuluh darah aorta yang sampai di arterior.Dan pembuluh
darah vena adalah pembuluh darah venolus sampai dengan vena
kava.
Pembagian anatomis sistem vaskuler:
1. Arteri dan arteriola sebagai transpor atau penyalur darah ke semua
organ dan jaringan sel tubuh serta mengatur alirannya ke bagian-
bagian tubuh yang membutuhkan disebut dengan system distribusi.
2. Sistem difusi ialah pembuluh darah kapilerr yang ditandai dengan
dindingnya yang tersusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan
proses difusi bahan didalamnya seperti: karbondioksida, oksigen, zat
gizi dan sisa metabolisme serta sel darah dapat melaluinya.
3. Sistem pengumpul ialah berfungsi menerima dan mengumpulkan
darah dari kapiler dan pembuluh limfe langsung dari sistem vena,
berfungsi mengalirkan kembali darah ke jantung. Sistem saluran
vaskuler merupakan sistem tertutup. Darah dalam vena dipompa
oleh jantung ke pembuluh darah arteri kemudian kembali ke
vena.Jantungdapat menimbulkan perubahan tekanan yang
memompakan darah dari jantung dan kembali ke jantung
denganKontraksi dan relaksasi.

Tekanan darah
Siklus jantung dapat berubah-ubah tergantung kekuatan tekanan darah
ke dindng pembuluh darah yang menampung.Saat ventrikel kiri memaksa
darah masuk ke aorta disebut tekanan sistolik, tekanan naik sampai
puncak.Tekanan diastol ialah tekanan yang turun sampai mencapai titik
terendah.
Faktor- faktor yang mempertahankan tekanan darah:
1. Tekanan yang dilakukan jantung sehingga darah bisa beredar ke
seluruh tubuh dan darah dapat kembali lagi ke jantung tergantung
kekuatan jantung memompa darah.
2. Protein plasma dan jumlah sel yang beredar dalam aliran darah
disebut Viskositas(kekentalan).
3. Elastisitas dinding aliran darah. Tekanan dilaur lebih kecil dari pada
didalam arteri dikarena oto yang membungkus arteri lebih elastis dari
pada vena.
4. Tahanan tepi. Ketahanan yang dikeluarkan oleh darah mengalir dalam
pembuluh darah dalam sirkulasi darah besar yang berada dalam
arterial. Yang menyebabkan nadi tidak teraba adalah turunnya
tekanan.

Pusat pengawasan dan pengaturan perubahan tekanan darah:


1. pusat-pusat yang terdapat di batang otak, misalnya pusat vasomotor
dan diluar susunan saraf pusat disebut system saraf.
2. Sistemik atau sistem humor, misalnya renin-angiotensin, vasopresin,
epinefrin, asetilkolin, serotinin, adenosin dan kalsium, magnesium,
hidrogen, kalium dan lainnya.
3. Volume darah banyak mempengaruhi system hemodinmik, susunan
kapiler, perubahan tekanan osmotik dan hidrostatik bagian luar dan
dalam sistem vaskuler.
2. Etiologi
Menurut [ CITATION Goe16 \l 1033 ]Etiologi penyakit ini belum
diketahui dengan pasti. Carpenito (1997:1042) menerangkan bahwa,
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pre eklamsia(hiper tensi
pada ibu hamil) sebagai berikut :
1. umur ibu hamil < 21 th.
2. Umur ibu hamil > 35 th.
3. Mempunyai riwayat penyakit pembuluh ginjal.
4. Diabetes melitus.
5. Penyakit pembuluh darah.
6. Kehamilan kembar.
7. Mola hidatidosa.
8. Penyakit hipertensi kronik.
9. Salah satu Pengaruh kehamilan adalah riwayat hipertensi.
3. Faktor predisposisi
Penyebab pre eklamsia belum diketahui secara pasti, penyakit ini
masih disebut Disease of theory (Sudhaberata, 2016). Namun
demikian, perhatian harus ditunjukan terutama pada penderita yang
mempunyai faktor predisposisi terhadap pre eklamsia(hiper tensi
pada ibu hamil). Fraktor predisposisi/risiko menurut Wiknjosastro
(2008) tersebut antara lain:
1) Usia :primigravida dengan usia < 20 tahundan semua ibu dengan
usia > 35 tahun dianggap lebih rentan.
2) Primigravida memiliki insideni hipertensi hampir dua kali lipat
disebut dengan Paritas
3) Faktor keturunan (genetic): bukti adanya pewarisan secara
genetik paling mungkin disebabkan oleh turunan resesif.
4) Status sosial ekonomi: pre eklamsia(hiper tensi pada ibu hamil)a
dan eklamsia lebih umum ditemui pada kelompok sosial ekonomi
rendah.
5) Kehamilan kembar, kehamilan mola atau hidrops fetalis disebut
dengan komplikasi obstetrik.
6) Riwayat penyakit yang sudah ada sebelumnya: Hipertensi,
Diabetes Melitus, penyakit ginjal, System Lupus Erytematosus
(SLE), sindrom antifosfolipid antibody.
4. Tanda dan Gejala
Menurut [ CITATION Tri17 \l 1033 ] gejala subjektif pada pre
eklamsia(hiper tensi pada ibu hamil) yaitu :
1. Sakit kepala..
2. Penglihatan kabur.
3. Nyeri di daerah epigastrium.
4. Mual atau muntah-muntah.
5. Tekanan darah akan meningkat lebih tinggi.
6. Edema dan proteinuria bertambah meningkat.
Selain gejala subjektif pre eklamsia(hiper tensi pada ibu hamil)
di atas, tanda dan gejala pre eklamsia(hiper tensi pada ibu hamil)
ringan diantaranya:
1. Tekanan darah naik sistolik 140 mmHg sampai kurang dari 160
mmHg;diastolik 90 mmHg sampai kurang dari 110 mmHg.
2. Proteinurea : didapatkannya protein di dalam pemeriksaan urin (air
seni).
3. Edem (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung, wajah
atau tangan.
Sedangkan tanda dan gejala pada pre eklamsiaberat diantaranya :
1. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg.
2. Tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg.
3. menignkatnya kadar enzim hati dan ikterus (kuning).
4. Trombosit < 100.000/mm3.
5. Oliguria (jumlah air seni kurang dari 400 ml/24 jam).
6. Proteinuria (protein dalam air seni lebih dari 3 g/L).
7. Nyeri ulu hati.
8. Penglihatan terganggu karena nyeri kepala bagian depan yang
berat.
9. Perdarahan di retina (bagian mata).
10. Edema (penimbunan cairan) pada paru.
11. Koma.
5. Patofisiologi
Pada sebagian ibu hamila, terjadi peningkatan sensitifitas vaskuler
terhadap angiotensin II. Kenaikan ini dapat menyebabkan hipertensi
dan kerusakan vaskuler, akibatnya akan terjadi vasospasme.
Diameter pembuluh darah ke semua organ, fungsi fungsi organ
dikarenakan vasosopasme seperti plasenta, ginjal, hati dan otak
menurun sampai 40-60 %.Apabila plasenta terganggu menimbulkan
degenerasi pada plasenta dan kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD
pada fetus. Oksitoksin akan meningkat apabila Aktivitas uterus dan
sensitivitas meningkatMenurut (Tita, 2015).
Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan
perubahan glomerolus, protein keluar melalui urin, asam urat
menurun, garam dan air di tahan, tekanan osmotik plasma menurun,
cairan keluar dari intravaskuler, menyebabkan hemokonsentrasi.
Meningkatnya viscositas darah dan edema jaringan berat dan
peningkatan hematokrit. Pada pre eklamsia(hiper tensi pada ibu
hamil) berat terjadi penurunan volume darah, edema berat dan berat
badan naik dengan cepat.
Penurunan irama hati menimbulkan gangguan fungsi hati,
edema hepar dan hemoragik sub-kapsular menyebabkan ibu hamil
mengalami nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran
atas.Rupturheper jarang terjadi tetapi merupakan komplikasi yang
hebat dari PIH, enzim enzim hati seperti SGOT dan SGPT
meningkat.vasospasme arteri dan penurunan aliran darah ke retina
menimbulkan symptom visual seperti skotoma (blind spot) dan
pandangan kabur.
Patofis yang sama menimbulkan edem cerebral dan hemoragik
serta peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat (sakit kepala,
hiperfleksia, klonus pergelangan kaki dan kejang serta perubahan
efek). Pulmonarl edem dihubungkan dengan edema umum yang
berat, komplikasi ini biasanya disebabkan oleh dekompensasi kordis
kiri.
6. PATHWAY
PREEKLAMSI

Vasospasme Kerusakan Vaskuler

Penurunan tekanan
Hipertensi Osmotik koloid

Gangguan perfusi odema Ganguan keseimbangan


cairan dan elektrolit

Otak : nyeri kepala, penurunan


kesadaran
Kardiovaskuler : penurunan
plasma,syok’ Risiko tinggi cedera
Jaringan otot : penimbunan asam
laktat
Ginjal : BUN, proteinuria

Gangguan perfusi jaringan ginjal

Gangguan rasa nyaman


Pemeriksaan penunjang
Menurut [ CITATION Tri17 \l 1033 ]
a. Uji diagnostik dasar.
a. Pengukuran tekanan darah.
b. Analisi protein dalam urine.
c. Pemeriksaan edema.
d. Pengukuran tinggi fundus uteri.
e. Pemeriksaan funduskopik.
b. Uji laboratorium.
1. Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi
eritrosit pada sediaan darah tepi).
2. Pemeriksaan fungsi liver (bilirubin, protein serum, aspartat
aminotranferase).
3. Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).
c. Uji untuk meramalkan hipertensi.
1. Roll-over test.
2. Pemberian infus angiotensin II.
7. Prognosis
Menurut [ CITATION Yel17 \l 1033 ] Prognosis preeklampsia pada
ibu dikaitkan dengan diagnosis dan pengobatan dini. Apabila penderita
mendapat penanganan cepat, terlebih untuk kasus gawat darurat,
gejala perbaikan akan tampak jelas setelah persalinan/terminasi.
8. Penatalaksanaan menurut [ CITATION jos15 \l 1033 ]
Tujuan utama penatalaksanaan adalah :
a. Untuk mencegah terjadinya pre-eklamsi dan eklamsia.
b. Hendaknya janin lahir hidup.
c. Trauma pada janin seminimal mungkin.
1. Preeklamsi
a. Medis
1) Pre-eklamsi ringan dan sedang
a) Perhatikan TD,proteinuria,reflexdan kondisi janin.
b) Lebih banyak istirahat.
c) Diet biasa.
d) Tidak perlu diberi obat-obatan.
e) Apabila rawat jakan tidak memungkinkan,segera
rawat di rumah sakit:
1. Diet biasa.
2. Perhatikan TD 2 kali sehari,proteinuria 1x
sehari.
3. Tidak perlu obat-obatan.
4. Jangan diuretic,tetapi jika terdapat edema
paru,dekompensasi kordisatau gagal ginjal
akut.
5. Apabila TD pasien normal dapat dipulangkan:
a. Beri nasehat pasien agar jangan
beraktivitas berat dan parhatikan pre
eklamsia berat.
b. Kontrol 2x seminggu.
c. Apabila TD naik kembali segera lapor ke
RS.
6. Apabila tidak ada tanda-tanda membaik pasien
tidak boleh dipulangkan.
7. apabilaterdapat ciri-ciri perutmbuhan janin
melambat,pertimbangkan terminasi kehamilan.
Pengobatan hanya bersifat sementara, maka
penderita dapat dirawat jalan dengan skema
periksa ulang yang lebih sering,
8. apabila proteinuria meningkat,tangani sebagai
preeklampsia berat.
9. Missal seminggu 2 kali, penanganan pada
penderita rawat jalan atau rawat inap adalah
dengan :
a. istirahat ditempat,
b. diit rendah garam, dan
c. berikan obat-obatan seperti
1. 5mg tablet valiumdosis sehari 3 kali atau
fenobarbital tablet 30 mg dengan dosis
3 kali 1 sehari.
2. Tidak dianjurkan untuk obat anti
hipertensi dan diuretika, karena obat ini
tidak begitu bermanfaat, bahkan bisa
menutupi tanda dan gejala pre-eklampsi
berat.
d. Apabila gejala masih ditemukan, penderita
tetap dirawat inap.
e. Pantau terus keadaan janin ibu hamil : kadar
estriol urin, lakukan aminoskopi, dan
ultrasografi, dan sebagainya.
f. Lakukan induksi partus pada usia kehamilan
> 37 minggu apabila keadaan
memungkinkan.

2) Pre-eklamsia berat
Pre-eklamsia berat pada kehamilan kurang dari 37
minggu.
Apabila janin belum menunjukan tanciri-ciri maturitas
paru-paru dengan uji kocok dan rasio L/S, maka
penanganannya adalah sebagai berikut :
a) Lakukan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis
8 gr intramusuler kemudian disusul dengan
suntikan tambahan 4 gr intramuskuler setiap
(selama tidak ada kontraindikasi).
b) Apabila ada perbaikan jalannya penyakit,
pemberian sulfas magnesikus dapat diteruskan
lagi selama 24 jam sampai dicapai criteria pre-
eklamsi ringan (kecuali ada kontraindikasi).
c) Selanjutnya ibu dirawat, dilakukan pemeriksaan,
dan janin di monitor.untuk antisipasi gejala yang
akan timbul.
d) Apabila dengan terapi di atas tidak ada perbaikan,
dilakukan terminasi kehamilan dengan induksi
partus atau tindakan lain tergantung keadaan.
e) Apabila pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-
tanda kematangan paru janin, maka
penatalaksanaan kasus sama seperti pada
kehamilan diatas 37  minggu.
Pre-eklamsi berat pada kehamilan diatas 37 minggu
Penanganan umum
a) Apabila tekananan diastolic >110 mmHg,berikan
antihipertensi,sampai tekanan diastolic diantara
90-100 mmHg.
b) Lakukan pemasangan infus RL dengan jarum
besar (16 gauge atau >)
c) Ukur keseimbangan cairan,jangan sampai terjadi
overload
d) Lakukan pemasangan kateter urin untuk
pengeluaran volume dan proteinuria
e) Apabila jumlah urin <30 ml/jam:
1. Infus cairan dipertahankan 8 jam
2. Pantau kemungkinan edema paru
f) Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang
disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian
ibu dan janin
g) Observasi TTV,refleks,dan DJJ setiap jam
h) Auskulatasi paru untuk mencari tanda-tanda
edema paru. Krepitasi merupakan tanda edema
paru.apabila ada edema paru,stop pemberian
cairan,dan berikan diuretic misalnya furosemide
40 mg IV
i) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan
bedside. Apabila pembekuan tidak terjadi sesudah
7 menit,kemungkinan terdapat koagulopati.
j) Antihipertensi obat pilihan adalah
1. hidralazin,yang diberikan 5mg IV pelan-pelan
selama 5menit sampai tekanan darah menurun
2. Apabila perlu pemberian hidralazin dapat
diulang setiap jam,atau 12,5mg IM setipa 2jam
3. apabila hidralazin tidak tersedia,dapat
diberikan:
a. Nifedipine 5mg sublingual. Apabila respon
tidak baik setelah 10 menit,beri tambahan
5mg sublingual
b. Labetolol 10 mg IV, yang apabila respon
tidak baik setelah 10 menit,diberikan lagi
labetolol 20 mg IV.
k) Antikonvulsan magnesium sulfat (MgSO4)
merupakan obat pilihan untuk mencegah dan
mengatasi kejang pada pre eklampsia dan
eklampsia.
Dosis awal
1. MgSO4 4g I.V. sebagai larutan 40% selama 5
menit
2. Segera dilanjutkan dengan pemberian 10g
larutan MgSO4 50%,masing-masing 5g
dibokong kanan dan kiri secara IM. Ditambah 1
ml lignokain 2% pada semprit yang sama.
Pasien akan merasa agak panas sewaktu
pemberian MgSO4.
3. Apabila kejang berulang setelah 15 menit,
berikan MgSO4 2g (larutn 40%) IV selama 5
menit.
Dosis pemeliharaan
1. MgSO4 (50%) 5g + lignokain 2% 1ml IM setiap
4 jam.
2. Lanjutkan sampai 2 jam pasca persalinan atau
kejang terakhir.
3. Sebelum pemberian MgSO4, periksa :
a. Frekuensi perafasan minimal 16/menit
b. Refleks pattela (+)
c. Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir.
4. Stop pemberian MgSO4, apabila :
a. Frekuensi pernafasan <16/menit
b. Refleks pattela (-)
c. Urin < 30 ml/jam
l) Siapkan antidotum :
Apabila terjadi henti nafas : bantu dengan
ventilator, beri kalsium glukonat 2g (20 ml dalam
larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan
mulai lagi.
m) Alternatif lain adalah diazepam, dengan resiko
terjadinya depresi neonatal.
Pemberian IV
a) Dosis awal
1. Diazepam 10 mg IV pelan-pelan selama 2 menit
2. Apabila kejang berulang, ulangi dosis awal
b) Dosis pemeliharaan
Diazepam 40 mg dalam 500 ml larutan RL per
infus
1. Depresi pernafasan ibu mungkin akan terjadi
apabila dosis >30 mg/jam
2. Jangan berikan >100 mg/24 jam
Pemberian melalui rektum:
a) Jika intravena tidak memungkinkan, diazepam
dapat diberikan per rektal, dengan dosis awal 20
mg dalam samprit 10 ml
b) Jika kejang masih terjadi, beri tambahan 10
mg/jam
c) Juga dapat diberikan melalui kateter urin yang
dimasukkan kedalam rektum.
b. Keperawatan
1) Pre eklamsia(hiper tensi pada ibu hamil) ringan dan
sedang
a) Diperbolehkan rawat jalan asalkan banyak
istirahat.
b) Diet rendah garam dan tinggi protein.
c) Pasien pre eklamsia(hiper tensi pada ibu hamil)
ringan yang dilakukan rawat inap, bila penyakit
membaik dapat dilakukan rawat jalan; sedangkan
apabila penyakit menetap atau memburuk,
kehamilan dapat diakhiri pada usia kehamilan 37
minggu.
2) Pre eklamsia(hiper tensi pada ibu hamil) Berat (PEB)
a) Perawatan konservatif (usia kehamilan <36
minggu) :
1. Tirah baring.
2. Diet rendah garam dan tinggi protein (diet pre
eklamsia(hiper tensi pada ibu hamil))
3. Pasang kateter tetap (bila perlu).
b) Perawatan aktif (terminasi kehamilan), yaitu pada
keadaan-keadaan di bawah ini:
1. Umur kehamilan>36 minggu.
2. Terdapat tanda-tanda impending eklamsia atau
eklamsia
3. Gawat janin.
4. Sindroma HELLP.
5. Setelah 6 jam perawatan tidak terlihat tanda-
tanda perbaikan penyakit, dikarenakan
kegagalan perawatan konservatif.
3) Eklamsia
Kehamilan eklamsia harus segara di terminasi,
sedangkan perawatan/pengobatan yang dilakukan
adalab untuk stabilisasi kondisi pasien dalam rangka
terminasi kehamilan tersebut.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Konsep Asuhan keperawatan menurut [ CITATION Wid17 \l 1033 ]


A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses
keperawatan. Proses gabungan yang melibatkan perawat, ibu dan
tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan melaui wawancara
dan pemeriksaan fisik.Saat melakukan pengkajian agar perawat
mendapatkan data yang efektif, sehingga dapat dikelompokkan
dan dianalisis untuk mengetahui masalah dan kebutuhan ibu
terhadap perawatan.
Pengkajian yang dilakukan pada ibu dengan pre eklamsia(hiper
tensi pada ibu hamil)/eklamsia antara lain sebagai berikut :
1. Identitas umum ibu.
2. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
1. Penyakit hipertensi mungkin sudah diderita ibunya
sebelum hamil.
2. Kemungkinan ibu mempunyai riwayat pre
eklamsia(hiper tensi pada ibu hamil) pada kehamilan
terdahulu.
3. Rentan terjadi pad ibu obesitas.
4. Kemungkinan ibunya pernah menderita penyakit gagal
kronis.
b. Riwayat kesehatan sekarang
1. Sakit kepala.
2. Terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrum.
3. Pengihatan kabur.
4. Pasien tidak nafsu makan,mual, dan muntah.
5. Pasien tidak tenang.
6. Edema pada ekstremitas.
7. Tengkuk terasa berat.
8. Berat badan psien meningkat 1 kg dalam seminggu.
c. Riwayat kesehatan keluarga : Kemungkinan mempunyai
riwayat pre eklamsia(hiper tensi pada ibu hamil) dan
eklamsia dalam keluarga.
d. Riwayat perkawinan :biasanya pada wanita yang menikah
< 20 th dan > 35 Th.
3. Pemeriksaan fisik biologis
a. Keadaan umum 28
: lemah.
b. Kepala : sakit kepala, wajah edema.
c. Mata : konjungtifa animes.
d. Abdomen : Nyeri pada daerah epigatrium,
serta mualdan muntah.
e. Ektremitas : edem pada daerah jari-jari tangan
dan kaki.
f. System persyarafan : hiper refliksia, klonus pada kaki.
g. Genituorinaria : oligura, proteinuria.
h. Pemeriksaan janin : DJJ tidak teratur dan lemah.
4. Pemeriksaan penunjang :
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksan HB
2) Urinalisis : Ditemukan protein dalam urine.
3) Pemeriksaan Fungsi hati
b. Radiologi
1) Ultrasonagrafii.
2) Kardiofotografi.
3) USG.
c. BB : meningkat 1 kg dalam seminggu.
d. GCS : sebagai tanda adanya kelainan pada otak.
e. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler cerebral
akibat hipertensi
2. Ansietas b.d kurang terpapar informasi
C. Rencana Keperawatan
Analisis data yang sudah terkumpul, langkah selanjutnya adalah
menentukan diagnose dan intervensi keperawatan. Diagnose
yang mungkin ditemukan pada ibu hamil dengan pre
eklamsia(hiper tensi pada ibu hamil)a/ eklamsia adalah sebagai
berikut :
1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat
hipertensi.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam diharapkan
masalah nyeri dapat teratasi dengan KH:
- Nyeri berkurang
- klien tampak bisa melakukan teknik relaksasi mandiri
Intervensi:
a. Monitor TTV
b. Managemen nyeri
c. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
d. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Rasional:
a. Agar mengetahui keadaan umum pasien
b. Agar mempermudah mengetahui penyebab
c. Untuk pasien lebih mempermudah meredakan nyeri
d. Agar lebih mudah mengenal nyeri
2. Ansietas b.d proses persalinan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan klien dapat mengendalikan diri terhadap ansietas
dengan KH :
1. Melanjutkan aktifitas seperti biasa meskipun mengalami
ansietas
2. Menunjukan kemampuan untuk berfokus
3. Mengomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif
secara tepat
4. Memiliki TTV dalam batas normal
Intervensi:
a. Monitor TTV
b. Ajarkan teknik relaksasi / menenangkan diri
c. Instruksikan untuk melaporkan timbulnya gejala-gejala
kecemasan
d. Berikan dukungan emosi selama masa stress 
D. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan
yang telah direncanakan.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses
keperawatan, dimana perawat menilai hasil yang diharapkan
terhadap perubahan diri ibu dan menilai sejauh mana masalah ibu
dapat di atasi. Disamping itu, perawat juga memberikan umpan
balik atau pengkajian ulang, seandainya tujuan yang ditetapkan
belum tercapai, maka dalam hal ini proses peawatan dapat di
modifikasi.
Hasil Evaluasi yang mungkin didapat  adalah :
1. Tujuan tercapai seluruhnya, yaitu apabila pasien
menunjukkan tanda atau gejala sesuai dengan kreteria
hasil yang di tetapkan.
2. Tujuan sebagian yaitu apabila pasien menunjukan tanda
dan gejala    sebagian dari kreteria hasil yang sudah
ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tadak menunjukan
tanda dan gejala sesuai dengan kreteria hasil yang sudah
ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Chica, D. (2015). Laporan pendahuluan. Banjarmasin.

Khairani, Y. (2017). Prognosis Preeklampsia . Jakarta Utara.

Pratiwi, W. (2017). Asuhan Keperawatan Preeklamasi pada Maternitas.


Semarang.

Rian, G. (2016). Laoran pendahuluan tentang pre eklamasi. Jawa Barat.

Tita, I. (2015). Makalah Preeklamasi Doc. Jakarta Selatan.

Trijatmo. (2017). Tanda dan gejala pre eklamasi. Jakarta.

Widya, j. (2015). penatalaksanaan pre eklamsia(hiper tensi pada ibu hamil).


Bogor.

Anda mungkin juga menyukai