A. DEFINISI
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan
atau koma yang timbul akibat kelainan neurologi (Taufan, 2011).
Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik
≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria ≥ 5
g/ 24 jam atau kualitatif 4+. Sedangkan pasien yang sebelumnya mengalami
preeklamsia kemudian disertai kejang dinamakan eklampsia (Angsar, 2010).
Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa
preeklamsi adalah suatu keadaan pada masa kehamilan yang ditandai
dengan adanya peningkatan tekanan darah, protein uria dan adanya edema.
B. KLASIFIKASI
Menurut Wiknjosastro (2012) preeklamsia dibagi menjadi :
1) Preeklamsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
a. Tekanan darah 140/90mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang, atau dengan kenaikkan diastolic 15mmHg atau
lebih,atau kenaikan sistolik 30mmHg atau lebih. Cara pengukuran
sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa
1jam, sebaiknya 6jam
b. Edema umum, kaki, jari tangan dan muka serta kenaikkan berat
badan 1kg atau lebih setiap minggunya
c. Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1 + atau 2+
pada urin kateter atau midstream
2) Preeklamsia berat
a. Tekanan darah 160/100 mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5gr atau lebih per liter
c. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam
d. Adanya gangguan serebal, gangguan visus, dan rasa nyeri pada
epigastrium
e. Terdapat edema paru atau sianosis
f. Keluhan subjektif : nyeri
g. epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala, odema paru, dan
sianosis gangguan kesadaran.
h. Pemeriksaan : kadar enzim hati meningkat disertai
i. ikterus, perdarahan pada retina, tromosit kurang dari 100.000 /mm.
C. ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Banyak teori-teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya. Teori yang dapat diterima:
1. Primigravida, kehamilan ganda, hidramnion dan mola hidatidosa
2. Makin tuanya kehamilan
3. Kematian janin dalam rahim
4. Edema, proteinuria, kejang dan koma (Prawirohardjo, 2014).
Menurut (Angsar, 2010) preeklamsia umumnya terjadi pada
kehamilan pertama, kehamilan diusia remaja dan kehamilan wanita diatas
40th, namun ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya
preeklamsia, faktor tersebut adalah :
1. Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis
2. Riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan
3. Kegemukan
4. Riwayat mengalami preeklamsia sebelumnya
5. Riwayat preeklamsia pada ibu atau saudara perempuan
6. Gizi buruk
7. Gangguan aliran darah ke Rahim
8. Kehamilan kembar
D. MANIFESTASI KLINIK
Genetik dapat merupakan faktor imunologi lain. Sibai menemukan
adanya frekuensi preeklampsi dan eklampsi pada anak dan cucu wanita yang
memiliki riwayat eklampsi, yang menunjukkan suatu gen resesif autosom
yang mengatur respons imun maternal. Faktor parental juga sedang diteliti.
1. Pre eklampsi ringan
a. Bila tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg diatas tekanan biasa,
tekanan diastolik 90 mmHg kenaikan 15 mmHg diatas tekanan biasa,
tekanan yang meninggi ini sekurangnya diukur dua kali dengan jarak
6 jam.
b. Protein urin sebesar 300 mm/dl dalam 24 jam atau > 1 gr/1 secara
rantom dengan memakai contoh urin siang hari yang dikumpulkan
pada 2 waktu dengan jarak 6 jam karena kehilangan protein adalah
bervariasi.
c. Edema dependent, bengkak di mata, wajah, jari, bunyi pulmoner tidak
terdengar. Edema timbul dengan diketahui penambahan berat badan
yang sebanyak ini disebabkan retensi air dalam jaringan dan
kemudian baru edema nampak, edema ini tidak hilang dengan
istirahat.
2. Pre eklampsi berat
a. Tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau diastolik lebih dari
110 mmHg pada dua kali pemeriksaan yang setidaknya berjarak 6
jam dengan ibu posisi tirah baring.
b. Proteinuria lebih dari 5 gr dalam urine 24 jam atau kurang lebih 3
pada pemeriksaan dipstik setidaknya pada 2 kali pemeriksaan acak
11 menggunakan contoh urine yang diperoleh cara bersih dan
berjarak setidaknya 4 jam.
c. Oliguria ≤ 400 ml dalam 24 jam.
d. Gangguan otak atau gangguan penglihatan.
e. Nyeri ulu hati
f. Edema paru/ sianosis.
3. Eklampsia
a. Kehamilan lebih dari 20 minggu atau persalinan atau nifas.
b. Tanda- tanda pre eklampsia (hipertensi, edema, protein uria)
c. Kejang dan koma
d. Terkadang disertai gangguan fungsi organ. (Angsar, 2010).
E. PATHWAY
Faktor Risiko:
Primigravida,
Molahidatidosa,
riwayat hipertensi
Perfusi
uteroplasenta
Perpindahan
cairan ke
ruang Kelelahan
interstisial
Edema Penurunan
Gangguan perfusi
volume dalam
jaringan cerebral
pembuluh
darah
F. KOMPLIKASI
1. Perubahan pada plasenta dan uterus.
Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan
fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak lama pertumbuhan janin
terganggu. Pada hipertensi yang lebih pendek bisa terjadi gawat janin
sampai kematiannya karena kekurangan oksigenasi.
2. Perubahan pada ginjal.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam
ginjal menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glumerulus berkurang.
Pada penyelidikan biopsi menunjukkan kelainan pre eklampsi berupa:
kelainan glomerulus, hiperplasia sel-sel jukstaglomerulus, kelainanpada
tubulus-tubulus Henle, dan spasmus pembuluh darah ke glomerulus.
3. Hati.
Pada pemeriksaan mikroskopik dapat ditemukan perdarahan dan
nekrosis pada tepi lobulus, disertai trombosis pada pembuluh darah kecil,
terutama disekitar vena porta.
4. Otak.
Pada pemeriksaan yang belum lanjut hanya ditemukan edema
dan anemia pada korteks serebri, pada keadaan lanjut dapat ditemukan
perdarahan.
5. Retina.
Kelainan yang sering ditemukan pada retina adalah spasmus
pada arteriola-arteriola, terutama pada siklus optikus dan retina.
6. Paru.
Yaitu menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan
karena bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi.
7. Jantung.
Biasanya mengalami perubahan degeneratif pada miokardium.
Sering ditemukan degenerasi lemak serta nekrosis dan perdarahan.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan
pre eklamsia yaitu sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Darah Lengkap dan Apusan Darah
1) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%).
2) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%).
3) Trombosit menurun (nilai rujukan 150.000-450.000/mm3)
b. Urinalisis Ditemukan protein dalam urine.
c. Pemeriksaan Fungsi Hati
1) Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dL).
2) LDH (laktat dehidrogenase) meningkat.
3) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 uL.
4) Serum Glutamat Pirufat Transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-
45 u/ml)
5) Serum Glutamat Oxaloacetic transaminase (SGOT) meningkat
(N= < 31 u/ml)
6) Total protein serum menurun (N= 6,7 – 8,7 g/dL)
d. Tes Kimia Darah
Asam urat meningkat > 2,7 mg/dL, dimana nilai normalnya
yaitu 2,4 – 2,7 mg/dL
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Ultrasonografi (USG). Hasil USG menunjukan bahwa ditemukan
retardasi perteumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus
lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
b. Kardiotografi Hasil pemeriksaan dengan menggunakan kardiotografi
menunjukan bahwa denyut jantung janin lemah
H. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti
mengenai tanda-tanda sedini mungkin (preeklampsia ringan), lalu
diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih
berat. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-
eklampsia. Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur,
ketenangan, serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta
karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang
berlebihan.
2. Penanganan
Tujuan utama penanganan adalah:
a. Untuk mencegah terjadinya pre eklampsi dan eklampsi.
b. Hendaknya janin lahir hidup.
c. Trauma pada janin seminimal mungkin.
Menurut Sumiati (2012), penanganan preeklampsia ringan adalah:
a. Pada pasien rawat jalan, anjurkan untuk istirahat baring 2 jam siang
hari dan tidur >8 jam malam hari. Bila susah tidur, berikan fenobarbital
1-2 x 30 mg kunjungan ulang diakukan 1 minggu kemudian.
b. Rawat pasien jika tidak ada perbaikan dalam 2 minggu pengobatan
rawat jalan, BB meningkat >1kg/minggu, selama 2 kali berturut-turut
atau tampak adanya tanda preeklampsia berat. Berikan obat
antihipertensi Metildopa 3 x 125 mg, nifedipin 3-8 x 5-10 mg atau
pindolol 1-3 x 5 mg. Jangan berikan antidiuretik dan tidak perlu diet
rendah garam.
c. Jika keadaaan ibu membaik dan tekanan darah dapat dipertahankan
140-150/90-100mmHg, pertahanakan sampai aterm sehingga ibu
dapat berobat jalan dan anjurkan periksa tiap minggu. Kurangi dosis
hingga mencapai dosis optimal, tekanan darah tidak boleh <
120mmHg.
I. MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan penurunan
aliran arteri vena
2. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan vacum
3. Risiko infeksi
4. Kelelahan berhubungan dengan psikologis kondisi fisik yang buruk
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi adekuat
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DX KEP NOC NIC
1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Neurologic monitoring
perfusi jaringan keperawatan selama 1 jam 1. Monitor ukuran pupil, bentuk,
cerebral diharapkan status neurologi simetris dan reaktifitas pupil
berhubungan membaik dan ketidakefektifan 2. Monitor keadaan klien dengan
dengan perfusi jaringan serebral teratasi GCS
penurunan dengan indikator: 3. Monitor TTV
aliran arteri NOC: Management neurology 4. Monitor status respirasi:
vena. 1. Pupil reaktif ABClevels, pola nafas,
2. Motorik sensorik baik kedalaman nafas, RR
3. Pola pergerakan mata 5. Monitor reflek muntah
aktif 6. Monitor pergerakan otot
4. Pola nafas normal 7. Monitor tremor
5. Vital sign normal 8. Monitor reflek babinski
6. Tidak ada muntah 9. Identifikasi kondisi gawat
darurat pada pasien.
10. Monitor tanda peningkatan
tekanan intrakranial
11. Kolaborasi dengan dokter jika
terjadi perubahan kondisi
pada klien
2. Nyeri akut Setelah diberikan asuhan Pain management:
berhubungan keperawatan selam 3x24 jam 1. Lakukan pengkajian secara
dengan diharapkan nyeri klien berkurang komprehensif tentang nyeri
pelepasan / terkontrol dengan kriteria hasil : meliputi lokasi, karakteristik,
mediator nyeri NOC: Pain level durasi, frekuensi, kualitas,
1. Klien melaporkan nyeri intensitas nyeri dan faktor
berkurang / terkontrol presipitasi.
2. Wajah tidak tampak 2. Observasi respon nonverbal
meringis dari ketidaknyamanan
3. Klien tampak rileks, (misalnya wajah meringis)
dapat berisitirahat, dan terutama ketidakmampuan
beraktivitas sesuai untuk berkomunikasi secara
kemampuan efektif.
3. Kaji efek pengalaman nyeri
terhadap kualitas hidup (ex:
beraktivitas, tidur, istirahat,
rileks, kognisi, perasaan, dan
hubungan sosial)
4. Ajarkan menggunakan teknik
nonanalgetik (relaksasi
progresif, latihan napas
dalam, imajinasi, sentuhan
terapeutik.)
5. Kontrol faktor - faktor
lingkungan yang yang dapat
mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
(ruangan, suhu, cahaya, dan
suara)
6. Kolaborasi untuk penggunaan
kontrol analgetik, jika perlu.
3. Risiko infeksi Setelah diberikan asuhan Infection Control:
keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Monitor tanda-tanda vital
diharapkan klien tidak 2. Lakukan perawatan vulva
mengalami infeksi. hygiene dan perawatan luka
Kriteria hasil: perineum
NOC: Risk Control 3. Jaga kebersihan pada area
1. Tidak ada tanda infeksi luka dan lakukan perawatan
2. Luka kering, tidak kateter
bengkak 4. Kolaborasi dengan dokter
3. TTV normal dengan pemberian antibiotik
Sumiati & Dwi F. (2012). “Hubungan obesitas terhadap pre eklamsia pada
kehamilan di RSU Haji Surabaya”. Embrio, Jurnal Kebidanan, Vol 1, No.2,
Hal. 21-24