BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pre-eklamsia dan eklamsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias: hipertensi, proteinuria dan oedema, yang
kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya (Mochtar, 1998).
Tingginya kejadian pre-eklamsia- eklamsia di negara-negara
berkembang
dihubungkan dengan masih rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang
dimiliki kebanyakan masyarakat. Kedua hal tersebut saling terkait dan sangat berperan dalam
menentukan tingkat penyerapan dan pemahaman terhadap berbagai informasi/masalah
kesehatan yang timbul baik pada dirinya ataupun untuk lingkungan sekitarnya (Zuhrina,
2010).
Menurut World Health Organization (WHO), salah satu penyebab morbiditas dan
mortalitas ibu dan janin adalah pre-eklamsia (PE), angka kejadiannya berkisar antara 0,51%38,4%. Di negara maju angka kejadian pre- eklampsia berkisar 6-7% dan eklampsia 0,10,7%. Sedangkan angka kematian ibu yang diakibatkan pre-eklampsia dan eklampsia di
negara berkembang masih tinggi (Amelda, 2008).
Berdasarkan kejadian tersebut, maka kami tertarik untuk membahas hal ini, serta
sebagai tugas dalam makalah Keperawatan Maternitas Asuhan Keperawatan Ibu Hamil
dengan Preeklamsi.
1.2
TUJUAN
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dasar dari Preeklamsia beserta Asuhan Keperawatan
pada ibu hamil dengan Preeklamsia.
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui pengertian dari Pre Eklamsi
2) Untuk mengetahui etiologi dari Pre Eklamsi
3) Untuk mengetahui Patofisiologi dari Pre Eklamsi
4) Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Preeklamsi
5) Untuk mengetahui Web of Cause dari Preeklamsi
6) Untuk mengetahui komplikasi dari Preeklamsi
1
RUMUSAN MASALAH
1) Apa pengertian dari Pre Eklamsi
2) Bagaimana etiologi dari Pre Eklamsi
3) Bagaimana Patofisiologi dari Pre Eklamsi
4) Apa tanda dan gejala dari Preeklamsi
5) BagaimanaWeb of Cause dari Preeklamsi
6) Apa komplikasi dari Preeklamsi
7) Apa klasifikasi dari Preeklamsi
8) Bagaimana manifestasi Klinik dari Preeklamsi
9) Apa pemeriksaan Penunjang dari Preeklamsi
10) Bagaimana penatalaksanaan dari Preeklamsi
11) Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan dari Preeklamsi
1.4
MANFAAT
1) Untuk mengetahui pengertian dari Pre Eklamsi
2) Untuk mengetahui etiologi dari Pre Eklamsi
3) Untuk mengetahui Patofisiologi dari Pre Eklamsi
4) Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Preeklamsi
5) Untuk mengetahui Web of Cause dari Preeklamsi
6) Untuk mengetahui komplikasi dari Preeklamsi
7) Untuk mengetahui klasifikasi dari Preeklamsi
8) Untuk mengengetahui manifestasi Klinik dari Preeklamsi
9) Untuk mengetahui pemeriksaan Penunjang dari Preeklamsi
10) Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Preeklamsi
11) Untuk mengetahui konsep Asuhan Keperawatan dari Preeklamsi
BAB 2
TINJAUAN TEORI
PENGERTIAN PREEKLAMSI
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan
nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah
kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer, 2000).
Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi,
edema, dan proteinuria (Dorland,2000).
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan
nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah
kehamilan berumur 28 minggu Preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah
tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan
cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah
persalinan (Manuaba, 1998).
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer, 2000).
Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi,
edema, dan proteinuria (Dorland,2000). atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).
2.1.2
ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori
teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu
disebut penyakit teori namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan.
Di Indonesia, setelah perdarahan dan infeksi pre eklampsia masih merupakan sebab
utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang tinggi.
Oleh karena itu diagnosis dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan
eklampsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka
kematian ibu dan anak.
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat
menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu :
a. Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan
mola hidatidosa.
b. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
c.Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
d. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut
sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori
tersebut antara lain :
a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan .
b. Peran faktor imunologis.
c. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada
pre-eklampsi/eklampsia.
d. Peran faktor genetik /familial
e. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsi
pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.
f. Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan anak
dan cucu ibu hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada
ipar mereka.
g. Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)
2.1.3
PATOFISIOLOGI
Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan
prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia pada
uterus , merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan
pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis
menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan
pelepasan tomboksan dan aktivasi / agregasi trombosit deposisi fibrin.
Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan aktivasi/
agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang
mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati
mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan
faal hemostasis. Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ
hati dan bersama- sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi
angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya
vasospasme. Vasospasme menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang
menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan
perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhab sehingga menyebabkan terjadinya
hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula
suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi
intravaskular akan menyebabkan gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ.
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah, paruparu, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan terjadinya edema
serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang
meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral , nyeri dan terjadinya kejang
sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi
enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh
darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan,sedangkan sel darah merah yang pecah akan
menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru- paru, LADEP akan meningkat
menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan
mengakibatkan terjadinya oedema paru. Oedema paru akan menyebabkan terjadinya
kerusakan pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan akan
menyebabkan gangguan kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan
memunculkan diagnosa keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh
aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi cairan dan dapat
menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan diagnosa keperawatan
kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan
penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak
2.4 WOC
2.1.5
KOMPLIKASI
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi
antara lain:
a. Pada Ibu
Eklapmsia
Solusio plasenta
Ablasio retina
b. Pada Janin
2.1.6
Asfiksia neonatorum
KLASIFIKASI
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang;
atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau
lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak
periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per
minggu.
Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin
kateter atau midstream.
b. Preeklampsia Berat
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, Proteinuria 5 gr atau lebih per liter
Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.
2.1.7
MANIFESTASI KLINIK
Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan : pertambahan berat badan
yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada pre eklampsia
ringan tidak ditemukan gejala gejala subyektif. Pada pre eklampsia berat didapatkan sakit
kepala di daerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau
muntah. Gejala gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang meningkat dan
merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan tim Tes Diagnostik.
2.1.8
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.
Pemeriksaan Laboratorium
1)
b.
Urinalisis
Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus
lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
2)
Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
2.1.9
PENATALAKSANAAN
Adapun penatalaksanaannya antara lain :
Pemeriksaan terinci diikuti oleh pemantauan setiap hari untuk mencari temuantemuan klinis seperti nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium, dan
pertambahan berat yang pesat
Analisis untuk proteinuria saat masuk dan kemudian paling tidak setiap 2 hari
Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk setiap 4 jam kecuali antara tengah
malam dan pagi hari
Pengukuran kreatinin plasma atau serum, gematokrit, trombosit, dan enzim hati dalam
serum, dan frekuensi yang ditentukan oleh keparahan hipertensi
Evaluasi terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion baik secara klinis maupun
USG
Terminasi kehamilan
Pada hipertensi sedang atau berat yang tidak membaik setelah rawat inap biasanya
dianjurkan pelahiran janin demi kesejahteraan ibu dan janin. Persalinan sebaiknya diinduksi
dengan oksitosin intravena. Apabila tampaknya induksi persalinan hampir pasti gagal atau
upaya induksi gagal, diindikasikan seksio sesaria untuk kasus-kasus yang lebih parah
2.
10
Wanita dengan hiperetensi berat biasanya harus segera menjalani pelahiran. Pada tahun-tahun
terakhir, berbagai penelitian diseluruh dunia menganjurkan pendekatan yang berbeda dalam
penatalaksanaan wanita dengan hiperetensi berat yang jauh dari aterm.
11
2.2
2.2.1
PENGKAJIAN
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah :
a.
Data subyektif :
-
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh
karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
b.
Data Obyektif :
-
Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks
+)
Pemeriksaan penunjang ;
Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan
interval 6 jam
Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
12
2.2.2
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ
( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
b. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan
pada plasenta
c. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir
d. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif
terhadap proses persalinan
2.2.3
INTERVENSI
a. Diagnosa keperawatan I :
Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ
(vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu
Kriteria Hasil :
-
Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah
: 100-120/70-80 mmHg
Suhu
: 36-37 C
Nadi
: 60-80 x/mnt
RR
:16-20 x/mnt
Intervensi :
1) Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi dari
PIH
2) Catat tingkat kesadaran pasien
R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
3) Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan
nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung
dan paru yang mendahului status kejang
4) Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus
13
R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya
persalinan
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM
R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah
terjadinya kejang
b.
Diagnosa keperawatan II :
Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada
plasenta
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin
Kriteria Hasil :
-
DJJ ( + ) : 12-12-12
Hasil NST :
Hasil USG ;
Intervensi :
1) Monitor DJJ sesuai indikasi
R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio plasenta
2) Kaji tentang pertumbuhan janin
R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga timbul
IUGR
3) Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim tegang,
aktifitas janin turun )
R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia bagi
janin
4) Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta aktifitas
janin
5) Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin
c. Diagnosa keperawatan III :
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan
jalan lahir
14
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan dapat
mengantisipasi rasa nyerinya
Kriteria Hasil :
-
Intervensi :
1) Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat menentukan
tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap nyerinya
2) Jelaskan penyebab nyerinya
R/. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif
3) Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul
R/. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh
darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi
4) Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
R/. untuk mengalihkan perhatian pasien
d. Diagnosa keperawatan IV :
Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif
terhadap proses persalinan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :\
-
Intervensi :
1) Kaji tingkat kecemasan ibu
R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian
pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
2) Jelaskan mekanisme proses persalinan
R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi emosional
ibu yang maladaptif
15
16
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL
DENGAN DENGAN PREKLAMSIA
3.1
PENGKAJIAN
1.
Data subyektif
a. Biodata
Nama
:Ny.W
Umur
:34 Thn
Agama
;islam
Suku/Bangsa
:Jawa
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
Status Perkawinan
: Kawin
Alamat
:Sukowati
Nama Suami
:Tn.N
Umur
:36 Thn
Agama
:Islam
Suku agama
: Jawa
Pendididkan
: SMA
Pekerjaan
: Dagang
Status Perkawinan
:Kawin
Alamat
: Sukowati
b. Keluhan utama
Os hamil 12 minggu masuk zaal kebidanan tanggal 15 April 2011 jam 14.15
Wib dalam keadaan sadar dengan keluhan :
-sakit kapala
-sakit pada ulu hati
-Os sering merasakan mata berkunang-kunang
16
17
2.
3.
d. Riwayat menstruasi
1.Menarche
: 14 tahun
2.Siklus menstruasi
:28 hari
3.Lamanya haid
: 6 hari
: Normal
: Tidak ada
6. HPHT
:15-1-2011
7. Tafsiran paartus
: 22-10-2011
e. Riwayat perkawinan
1.
:26 tahun
-Istri
:24 tahun
2.
Jumlah perkawinan
: 1kali
3.
lamanya kawin
:+ 10 tahun
2.
3.
4.
Riwayat KB
Sebalumnya ibu menggunakan alat kontrasepsi lippes loop ( spiral )
sudah 4 tahun , ibu hamil karena gagal KB .
G4 P3 A0
18
2.
3.
Sakit kepala
PKM dan RS
tidak ada
19
2.
Data obyektif
1). Pemeriksaan umum
a. Keasadaran
:Compos metis
b. Vital sign
-TD
:160/110 mmhg
-RR
:24x/menit
-Pols
:88x/menit
-Temp
:36,9 c
c. TB
:155 cm
d. BB
:61 kg
Keadaan bersih
b. Mata
d. Hidung
e. Mulut
f. Leher
g. Dada
Bentuk
:Simetris
Mamae
h. Abdomen
20
Bekas operasi
:Tidak ada
Striase albicane
:Ada
i. Genetalia
Kebersihan
:Baik
j. Ekstremitas
Varices
:Tidak ada
Oedema
:Ada
Urine
Darah
:HB 10 gr %
1) Pemeriksaan USG
3.1
ANALISA DATA
1. Diagnosa
Dasar :
Sakit kepala
Pada muka dan kelopak mata terlihat adanya oedema dan sembab juga pada
ekstremitas di atas dan bawah
2. Diagnosa
Dasar :
21
3. Diagnosa
Dasar :
4. Diagnosa
Dasar :
Malam hari os tidur 5jam dan siang hari os tidak pernah tidur siang
Diagnosa
Adanya perubahan dalam
Faktor resiko
Tinggi,dapat menyebabkan
Prognosa
Baik,bila dilakukan
2.
perfusi jaringan
Potensial terjadi foetal
eklampasi
Tinggi,dapat menyebabkan
di pertahankan sampai
aterm sehingga
prematurasi dapat di
3.
Sedang,mempengaruhi
hindari
Baik,dengan diberikan
4.
BAK
Gangguan tidur dan
penjelasan
Baik,segera atasi sakit
aktivitas
nyaman
22
Diagnosa
Adanya
Tujuan
Perencanaan
Penyemp Monitor TTV
perubahan
itan
dalam
jaringan
penyempit
dapat
an
teratasi
jaringan
dengan
baik
dari tentang
pengobatan
Pelaksanaan
Memonitor tekanan
darah,nadi,dan RR
tinggi protein
Memberikan penjelasan
tentang diet rendah
evaluasi
Penyempitan
jaringan
teratasi dengan
criteria:
Odema berkurang
TD menurun
yaitu 130/90
mmhg
Sakit kepala
memeriksakan
kehamilanya setiap
hati berkura-
ng
mengetahui
perkembangan dan
lebih mudah
mendektesi adanya
kelainan
Melaksanakan terapi dari
-Inf D5% gtt 20 tts/mnt.
-Inj MgSo4 40% 12,5 cc
2.
Potensial
Tidak
Pasang O2
terjadinya
terjadi
Observasi BJJ
foetal
foetal
secara IM
Memasng O2 agar janin
Foetal distress
tidak terjadi
kandungan tidak
dengan
distress(ga distress
kekurangan O2
criteria:
w-at
janin)
foetal disters
Mengobservasi BJJ bila
ada kelainan segera
lapor dokter
BJJ normal,
11-12-11
Gerakan janin
ada
23
3.
Gangguan
Pola
pala BAK
eliminasi
Pasang dower
kateter
untuk mengetahui
output
keseimbangan antara
Periksa urine
pemasukan dan
pengeluaran cairan
albumin
engan criteria:
Jumlah urine
650 cc/hari
Urine albumin
(-) negatif
urine albumin
banyak minum
dan memakan
terpenuhi
bauh-buahan
banyak minum 12
gelas/hari dan banyak
memakan buah yang
4.
mengandung air
Menempatkan penderita
Gangguan
Kebutuh Tempatkan
tidur dan
an tidur
penderita di
tidak terpenuhi
aktivitas
dan
kamar yang
dengan
aktivitas
membatasi jumlah
criteria:
sehari-hari
obatan
Kebutuhan
8 jam
Gangguan
aktivit-as
teratasi
3x sehari
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan
nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda
24
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah
kehamilan berumur 28 minggu.
Tingginya kejadian pre-eklamsia di negara-negara berkembang dihubungkan dengan
masih rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang dimiliki kebanyakan
masyarakat. Oleh karena itu perlu tindakan segera terhadap kasus Preeklamsia.
4.2 Saran
1. Kepada Pelayanan Kesehatan
Agar dapat meningkatkan pelayanan ibu hamil dan bersalin, khususnya pada
penderita Preeklamsi
2. Kepada pihak Akademis
Agar dapat membimbing para tenaga dan calon tenaga kesehatan dan meningkatkan
kualitas pelayanan terhadap ibu hamil.
3. Kepada tenaga kesehatan
Agar dapat lebih mengoptimalkan pelayanan kesehatan mengingat preeklamsi
merupakan suatau gejala penyakit yang cukup mempengaruhi kesehatan ibu hamil
2
4
25
DAFTAR PUSTAKA
-
Mansjor A, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta: Media
Aeusculapius.