Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

NY T DENGAN DIAGNOSA MEDIS PRE EKLAMSI DI RUANG


RAWAT INAP PUSKESMAS MOUTONG

DISUSUN OLEH :

RAHMAWATI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2020
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
NY T DENGAN DIAGNOSA MEDIS PRE EKLAMSI DI RUANG
RAWAT INAP PUSKESMAS MOUTONG

DISUSUN OLEH :

RAHMAWATI

Ci Klinik Ci Institusi

(Kiki Rizki Fauzya, A.Md.Keb) (………………………….)


Nip. 19890916 201704 2 006

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2020
Laporan Pendahuluan Preeklamsia

A. Pengertian

Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin
dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan
tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya
muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).
Pre eklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.  ( Taufan,
2011).
Pre eklamsi adalah suatu sindroma klinis dalam kehamilan viable ( usia
kehamilan > 20 minggu dan / berat janin 500 gram ) yang ditandai dengan hipertensi,
proteinuria dan edema. Gejala ini dapat timbul sebelum kehamilan 20 minggu bila
terjadi penyakit trofoblastik.  ( Taufan, 2011)
Pre eklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan
edema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam tri wulan ke
3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnyan mola hidatidosa.
(Prawirohardjo, 2005).

B. Klasifikasi

Pre eklamsia Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :

1. Preeklampsia Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:

 Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang;
atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau
lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak
periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam
 Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka, atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per
minggu.
 Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin
kateter.

2. Preeklampsia Berat, ditunjukan dengan gejala sebagai berikut :

 Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.


 Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
 bila timbul komplikasi berat sebagai berikut :Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari
500 cc per 24 jam, Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada
epigastrium, Terdapat edema paru dan sianosis, Nyeri epigastrum, kuadran kanan atas
abdomen, Gangguan fungsi hepar. (Icesmi dkk, 2013)

C. Etiologi

Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui. Banyak teori – teori
dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu
disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan. Di
Indonesia, setelah perdarahan dan infeksi pre eklampsia masih merupakan sebab utama
kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini
preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta penanganannya perlu
segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak.

Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat
menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu :

 Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan


mola hidatidosa.
 Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
 Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
 Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.

Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga
kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut antara
lain :

 Peran Prostasiklin dan Tromboksan .


 Peran faktor imunologis.
 Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada pre-
eklampsi/eklampsia.
 Peran faktor genetik
 Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsi pada
anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.
 Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan anak dan cucu
ibu hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada ipar mereka.

D. Patofisiologi

Pada preeklampsia terdapat penurunan  aliran darah. Perubahan ini menyebabkan 


prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia pada
uterus , merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan
pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis
menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan
pelepasan tomboksan dan aktivasi / agregasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan
akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan aktivasi/ agregasi trombosit deposisi
fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah menurun
dan konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor
pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan faal hemostasis.  Renin uterus yang
di keluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ hati dan bersama- sama
angiotensinogen menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II
bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkan
lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen hanya dapat
dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi
kebutuhab sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme,
angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron.
Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan  menyebabkan gangguan perfusi
darah dan gangguan multi organ.
      
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah, paru-
paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan terjadinya edema
serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang
meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral , nyeri dan terjadinya kejang
sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi
enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh
darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan,sedangkan sel darah merah yang pecah akan
menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru- paru, LADEP akan meningkat
menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan
mengakibatkan terjadinya oedema paru. Oedema paru akan menyebabkan terjadinya
kerusakan pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan akan
menyebabkan gangguan kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan
memunculkan diagnosa keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh
aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi cairan dan dapat
menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan diagnosa keperawatan
kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan
penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak
diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis
menurun sehingga menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atau anuri akan
memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas terhadap protein
yang meningkat akan menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomerulus dan
menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola selanjutnya
menyebabkan oedem diskus optikus dan retina. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya
diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada plasenta penurunan
perfusi akan menyebabkan hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan
pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinyaIntra Uterin Growth Retardation
serta memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat janin.
      
Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf parasimpatis akan
meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal dan ekstrimitas.
Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal dan
penumpukan ion H menyebabkan HCl meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri
epigastrik. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan
timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh. Pada ektrimitas dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP
diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat.
Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan
cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas. Keadaan
hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang terpajan informasi dan memunculkan
diagnosa keperawatan kurang pengetahuan. 

Pathway Preeklamsia
E. Tanda dan Gejala

Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gejala preaklampsia disertai kejang atau


koma, sedangkan bila terdapat gejala preeklampsia berat disertai salah satu gejalanya, yaitu
sebagai berikut:

1. Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang diikuti dengan
peningkatan tekanan darah yang abnormal. Sakit kepala tersebut terus menerus dan
tidak berkurang dengan pemberian aspirin atau obat sakit kepala lain.
2. Gangguan penglihatan pasien akan melihat kilatan-kilatan cahaya, pandangan kabur,
dan terkadang bisa terjadi kebutaan sementara.
3. Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara berisik atau
gangguan lainnya.
4. Nyeri perut pada bagian ulu hati yang kadang disertai dengan muntah
5. Gangguan pernafasan sampai cyanosis.
6. Terjadi gangguan kesadaran

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

 Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita
hamil adalah 12-14 gr% )
 Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )
 Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3)

Urinalisis

 Ditemukan protein dalam urine.

Pemeriksaan Fungsi hati

 Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )


 LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
 Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
 Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml )
 Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l )
 Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )

Tes kimia darah


 Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )

2. Radiologi

Ultrasonografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas
janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.

Kardiotografi

Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.

G. Komplikasi

Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi antara
lain:

1. Pada Ibu

 Eklapmsia
 Solusio plasenta
 Pendarahan subkapsula hepar
 Kelainan pembekuan darah ( DIC )
 Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet count )
 Ablasio retina
 Gagal jantung hingga syok dan kematian.

2. Pada Janin

 Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus


 Prematur
 Asfiksia neonatorum
 Kematian dalam uterus
 Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Pre-Eklamsia

1. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan


 Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
 Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat
kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmhg).
 Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan minimal 8
jam pada malam hari)
 Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
 Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
 Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi :
metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari,
atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30
mg/hari).
 Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu
 Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu
 Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu
rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau
pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat
antihipertensi.
 Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat.
Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan.
 Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan
pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi
terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur.
 Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan bantuan
ekstraksi untuk mempercepat kala II.

2. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat

Dapat ditangani secara aktif atau konservatif.  Aktif berarti : kehamilan diakhiri / diterminasi
bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan
bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap PEMANTAUAN JANIN dengan
klinis, USG, kardiotokografi !!!
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT
PREEKLAMSIA

A. PENGKAJIAN DATA
ANAMNESA
I. Identitas klien

Nama : Ny.T

Umur : 31 tahun

Status : Menikah

Alamat : Jl Tombolututu No 42 Moutong Tengah

Pendidikan terkahir : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Tanggal dirawat : 19 Agustus


2020 Dokter penanggung jawab : dr
Mohamad Awit
Diagnosa Medis : P1A1 + PEB
II. identitas penanggung jawab

Nama : Tn.S

Umur : 34 th

Jenis kelamin : laki laki

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : swasta

Suku bangsa : Indonesia

Alamat : Jl Tombolututu No 42 Moutong Tengah


Hubungan dengan klien : suami
2. Riwayat Kesehatan.

a. Keluhan utama: mengeluh nyeri pada daerah kepala, ibu merasa ada kontraksi
pada janin dan mulai berkurang saat ibu tarik nafas dalam, nyeri mengakibatkan
ibu tidak nafsu makan dan nyeri pada abdomen.
b. Riwayat kesehatan sekarang: klien mengeluh nyeri pada daerah kepala kemudian
di bawa ke PKM untuk menjalani perawatan medis
c. Riwayat kesehatan dahulu: hamil sebelumnya juga dulu pasien pernah mengalami
tekanan darah yang tinggi sama seperti saat ini dan ibu abortus.
d. Riwayat Ginekologi
HPHT: 10 Desember 2020
Estimate Date of Confinement (EDC): 14 Agustus 2020
Usia Menarche: 10 Desember 2020
Lamanya haid : 5 hari

Perkiraan Jumlah darah ( berapa jumlah pembalut yang digunakan dalam 24 jam
pada saat hari deras) : 4

d. Riwayat kesehatan keluarga: ibu klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang
mengalami penyakit yang sama dengan klien.
e. Riwayat alergi obat dan makanan: tidak ada alergi obat dan makanan

3. Pemeriksaan
fisik Keadaan
Umum
a. Tingkat Kesadaran

 Keadaan Umum : Baik

 Kualitatif : Compos Mentis

 Kuantitatif : 15 (E:4,V:5, M:6)

b. Tanda Tanda Vital


BP : 150/100
mm.Hg P : 88 x
/mnt
R : 25 x
/mnt T :
36,8 ° C
c. Keadaan
Gizi BB :
48 Kg TB :
151 cm

1. Data Pemeriksaan Fisik (Head to Toe), Metode : Inspeksi, Palpasi, Perkusi,


Auskultasi.
a. Kepala dan Rambut

Inspeksi : Bentuk kepala simetris warna rambut putih beruban, rambut


pendek, distribusi rambut merata, tidak ada ketombe, tidak
ada lesi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

b. Muka

Inspeksi : Bentuk muka simetris, tidak tampak odema, otot muka dan
rahang kekuatan normal, sianosis tidak ada.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

c. Mata

Inspeksi : Bentuk mata kanan dan kiri simetris, alis mata, kelopak mata
normal, konjuktiva anemis (-/-), pupil isokor, sklera putih,
reflek cahaya positif. Pergerakan bola mata baik dapat
digerakkan keatas, bawah, samping kanan dan kiri. Tajam
penglihatan menurun (Klien tidak dapat membaca nama
perawat dengan jarak ± 50 cm).
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

d. Hidung

Inspeksi : Posisi septum di tengah, tidak ada secret, tidak ada polip,
tidak ada pernapasan cuping hidung, penciuman klien baik
terbukti dapat mencium bau minyak kayu putih.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
e. Telinga

Inspeksi : Bentuk telinga kanan dan kiri simetris, kelainan daun telinga
tidak ada kelainan, letak sejajar pinna, tampak serumen
pada kedua telinga.
Palpasi : Tidak nyeri tekan pada tulang mastoid, fungsi pendengaran
menurun (klien mampu mendengar ketika perawat
menyapa nama klien dgn jarak ± 1 m setelah diulang 2
kali).

f. Mulut

Inspeksi : Mukosa bibir klien lembab, jumlah gigi 0. Tidak ada


stomatitis, tidak ada lesi, fungsi pengecapan baik, Tidak
terdapat peradangan dan pembesaran pada tonsil, lidahnya
tampak kotor.

g. Integumen

Inspeksi : Tidak ada lesi. Tampak keriput. Ada hiperpigmentasi pada


kulit tangan.
Palpasi : Terasa kasar dan kering.

h. Leher

Inspeksi : Klien dapat mengerakkan leher ke kanan dan kiri belakang


dan depan.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan. Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada peningkatan vena jugularis, tidak ada lesi, dan
trachea letak sentral.
i. Dada dan Punggung

Inspeksi : Bentuk dada simetris, pengembangan dada kanan dan kiri


sama, punggung sedikit membungkuk.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas. Jantung tidak
teraba.
Perkusi : Terdengar suara paru sonor. Vocal premitus dalam batas
normal.
Auskultasi : Suara pernapasan bersih dan teratur. Bunyi jantung normal
dan tidak terdapat bunyi nafas tambahan seperti wheezing,
ronchi.
j. Abdomen

Inspeksi : Bentuk datar, tidak ada benjolan,


Palpasi : ada nyeri tekan pada semua kuadran abdomen, hepar
teraba, tidak terdapat pembesaran hepar.

Perkusi : Terdengar suara timpani pada daerah gaster dan suara


dullness pada daerah hepar.
Auskultasi : Bising usus 11 x / menit.

k. Genitalia

Pada saat dikaji klien mengatakan tidak ada gangguan BAK. Tidak
merasa gatal pada alat kelamin, perineal dan sekitarnya.

l. Anus

Pada saat dikaji klien mengatakan tidak sakit pada bagian anus dan
tidak merasa nyeri saat BAB.
m. Ekstermit
as Atas
Inpeksi : Bentuk kedua tangan sama panjang, pada tangan kanan dan
tangan kiri terdapat hiperpigmentasi. Kuku tangan bersih.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan kekuatan otot 4/4 , akral hangat.
Perkusi : Refleks bisep dan trisep (+)
Bawah
Inspeksi : Bentuk kedua kaki sama panjang, pergerakan kaki bebas
dan terdapat udem.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan. Akral hangat, kekuatan otot
4/4.
Perkusi : Refleks patella (+), refleks babinski (+).

n. Sistem cardiovaskuler

Inspeksi : tidak tampak ictus cordis

Palpasi :tidak teraba ictus cordis,tidak ada nyeri tekan Perkusi :


Redup
Auskultasi : terdengar bunyi S1 dan S2 dan bunyi jantung murni tan
terdengar suara tambahan seperti gallop.
o. Sistem pernafasan :

Inspeksi : Tidak ada retraksi intercosta,pergerakan dada simetris


Palpasi : tidak ada nyeri tekan, taktil fremitus(+)
Perkusi : resonance
Auskultasi :
Bronkovesikuler
p. Sistem gastointestinal

Inspeksi :tampak tonus otot berlipat dan tidak ada perubahan warna
Auskultasi : 8x/menit

Palpasi : tidak ada nyeri tekan di keempat kuadaran.


Perkusi : lambung : tympani hati : dulness (8 cm)
q. Sistem perkemihan : tidak ada nyeri saat berkamih,sering berkemih
tapi sedikit.

1. Riwayat Psikososial

a. Psikologi : Klien mengatakan hawatir dengan janinnya


b. Emosi : Ny. T sulit menahan amarah. Klien tampak gelisah
c. Kemampuan adaptasi : Ny. T mampu bersosialisasi dengan
beberapa anggota puskesmas lainnya lainnya.

d. Mekanisme pertahanan diri: Jika ada masalah Ny. T tidak pernah


menceritakan kepada siapa-siapa dia akan memecahkan masalah
dengan sendiri.

B. DATA FOKUS

Data subyektif:
· klien mengatakan mengalami nyeri hebat pada daerah kepala
· P: nyeri berkurang setelah minum obat Q: nyeri berat R: nyeri pada daerah kepala

S: skala 3 T: nyeri terasa selama 3menit sekali


· klien mengatakan susah makan karena sering mual muntah
· klien mengatakan sering merasa haus
· Klien mengatakan hawatir dengan
janinnya
· Data obyektif:
· klien tampak pucat, dehidrasi
· klien tampak kurus, anoreksia, konjungtiva pucat
· klien tampak lemah, bedrest
· klien tampak gelisah

C. Diagnosa keperawatan dan prioritas masalah

1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b/d peningkatan sensitifitas pada spasme tekanan
darah
2. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif
terhadap proses persalinan

D. Intervensi / Rencana Keperawatan

Diagnosa keperawatan I :

Nyeri berhubungan dengan peningkatan sensitifitas pada spasme tekanan darah


DS : - klien mengatakan mengalami nyeri hebat pada daerah kepala
P: nyeri berkurang setelah minum obat Q: nyeri berat R: nyeri pada daerah
kepala

DO : S: skala 3 T: nyeri terasa selama 3menit sekali

Tujuan :

 Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan dapat
mengantisipasi rasa nyerinya

Kriteria Hasil :

 Ibu mengerti penyebab nyerinya


 Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya

Intervensi :

 Kaji tingkat intensitas nyeri pasien. R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan
demikian akan dapat menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon
pasien terhadap nyerinya
 Jelaskan penyebab nyerinya. R/. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga
bisa kooperatif.
 Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul. R/. Dengan
nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh darah, expansi
paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi
 Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
 R/. untuk mengalihkan perhatian pasien

Diagnosa keperawatan II :

Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap
proses persalinan
DS : Klien mengatakan hawatir dengan janinnya
DO : Klien Nampak gelisah

Tujuan :

 Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang

Kriteria Hasil :

 Ibu tampak tenang


 Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
 Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang

Intervensi :

1. Kaji tingkat kecemasan ibu. R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi
dengan pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan
medikamentosa.
2. Jelaskan mekanisme proses persalinan. R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan
diharapkan dapat mengurangi emosional ibu yang maladaptif.
3. gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif. R/. Kecemasan akan dapat
teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki ibu efektif.
4. Beri support system pada ibu. R/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi
keadaan yang sekarang secara lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan
hati.
E. Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa I
Nyeri berhubungan dengan peningkatan sensitifitas pada spasme tekanan darah
DS : - klien mengatakan mengalami nyeri hebat pada daerah kepala
P: nyeri berkurang setelah minum obat Q: nyeri berat R: nyeri pada daerah kepala
DO : S: skala 3 T: nyeri terasa selama 3menit sekali

Tujuan :

 Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan dapat mengantisipasi rasa nyerinya

Kriteria Hasil :

 Ibu mengerti penyebab nyerinya


 Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya

Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi

19-08-2020 08.00 1. Mengkaji tingkat intensitas nyeri pasien. S:


H/ -klien mengatakan mengalami
S: nyeri hebat pada daerah kepala
-klien mengatakan mengalami nyeri hebat pada daerah kepala -P: nyeri berkurang setelah minum
-P: nyeri berkurang setelah minum obat obat
-Q: nyeri berat -Q: nyeri berat
-R: nyeri pada daerah kepala -R: nyeri pada daerah kepala
O: O:
S: skala 3 T: nyeri terasa selama 3menit sekali - S: skala 3 T: nyeri terasa
selama 3menit sekali
08.15 2. Menjelaskan penyebab nyerinya. A : Masalah belum teratasi
H/ Ibu nyeri ini disebabkan karna tekanan darahnya ibu yang tinggi P : Lanjutkan intervensi 1 & 4

08.20 3. Mengajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS
timbul.
H/ Ibu coba tarik nafas dalam untuk mengurangi nyerinya

08.25 4. Membantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri


H/ membantu mengusap bagian kepala ibu yang nyeri
Diagnosa keperawatan II :

Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan
DS : Klien mengatakan hawatir dengan janinnya
DO : Klien Nampak gelisah

Tujuan :

 Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang

Kriteria Hasil :

 Ibu tampak tenang


 Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
 Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang

Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi

19-08-2020 08.00 1. Mengkaji tingkat kecemasan ibu. S:


H/ Ibu mengalami kecemasan ringan -klien mengatakan hawatir dengan
janinnya
08.15 2. Menjelaskan mekanisme proses persalinan. O:
H/Ibu mengerti tentang mekanisme persalinan - Klien Nampak gelisah
A : Masalah belum teratasi
3. Menggali dan meningkatkan mekanisme koping ibu yang efektif. P : Lanjutkan intervensi 1 & 4
08.20
H/Ibu mudah memahami penyebab kecemasannya
08.25 4. Memberi support system pada ibu.
H/ “Ibu tenang jauhkan pikiran macam-macam ya ibu harus yakin
bayinya baik baik saja”
DAFTAR PUSTAKA

 Yasmin Asih, (1995) Dasar-Dasar Keperawatan maternitas, Penerbit EGC , Jakarta


 JNPKKR – POGI (2000), Pelayanan Kesehatan maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
 Taber Ben-Zion, MD (1994) Kapita Selekta : Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, Penerbit EGC, Jakarta
 Icesmi dkk, 2013.

Anda mungkin juga menyukai