Eclampsia
ABSTRAK
Hipertensi Menurut World Health Organization (WHO) Bahwa Diperkirakan Kematian
Maternal Mencapai Lebih Dari 500.000 Kasus Per Tahun di Seluruh Dunia, Yang Terjadi Akibat
Proses Reproduksi Berkaitan Dengan Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas. Angka Kematian Ibu Di
Sebagian Besar Kasus Kematian Ibu Pada Usia Subur di Dunia Terjadi Di Negara-Negara
Berkembang, termasuk Indonesia. Menempatkan Indonesia Pada Peringkat Ke-10 Di Dunia Dan
Peringkat Ke–2 Di ASEAN Sebagai Negara Dengan Angka Kematian Ibu Terbanyak. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kejadian Eklampsia Yaitu Sering Ditemukan Antara Lain Nullipara, Usia
Kurang Dari 20 Tahun Atau Lebih Dari 35 Tahun, Obesitas Dalam Kehamilan, Penyakit Diabetes
Dalam Kehamilan, Kehamilan Ganda, Riwayat Hipertensi Kronis. Komplikasi Yang Terberat
Adalah Kematian Ibu Dan Janin, Usaha Utama Ialah Dengan Melahirkan Bayi Yang Hidup Dari
Ibu Yang Menderita Eklampsia. Tujuan penulisan ini Bahwa Perlunya Edukasi Kepada Wanita
Terkait Pencegahan Faktor Risiko Eklampsia Seperti Melakukan ANC Rutin Untuk Mencegah
Hipertensi Dalam Kehamilan Pada Ibu Hamil.
Kata Kunci: Hipertensi, Eklampsia, Kejang
ABSTRACT
belakang, kajian review literatur/ (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di
manfaat, dan tujuan penelitian. Kemudian permasalahan yang juga serius dan sampai
juga berisi hipotesis dan kebaruan saat ini belum terselesaikan. Indonesia
875
ISSN : 2721-2882
berada pada peringkat ke-10 didunia perihal meliputi 25 % keracunan kehamilan/pre-
angka kematian ibu yang mencapai 305 per eklampsia, 30% pendarahan, 12%, infeksi,
Negara yang terbanyak. Hal ini atau keracunan kehamilan di provinsi Jawa
pemerintah di Indonesia masih jauh dengan pada seorang ibu. Kemudian di tahun 2011
angka kematian ibu di Indonesia pada tahun pendarahan adalah penyebab utama
2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran kematian ibu di provinsi Jawa Timur. Akan
kelahiran hidup yang lebih tinggi penyebab utama kematian ibu yaitu
pemerintah keluarkan yaitu 25 per 1000 sebesar 373 kasus (Palupi & Indawati,
2014 dari 598 kasus jadi 642 kasus eklampsia adalah salah satu masalah yang
Timur, 2015). Adapun penyebab dari utama dari morbiditas dan mortalitas
kematian ibu berasal dari beberapa faktor, maternal, diartikan yaitu hipertensi yang
dari data SKRT 2002 dapat diketahui timbul 20 minggu kehamilan pertama kali
penyebab dari kematian wanita pada usia didiagnosis kemudian diikuti adanya
reproduksi sebagian besarnya nifas dan komponen protein pada urine atau yang
876
ISSN : 2721-2882
merupakan preeklampsia yang mengalami 2019).
877
ISSN : 2721-2882
sirkulasi sistematik wanita yang mengalami pembuluh darah mengalami dilatasi
Molekul adhesi sel (VCAM-1 dan fibrinoid dan edema pada endotel
interaksi antara fetus dan ibu hingga tyrosine kinase 1 (sFlt-1) dan activin A,
terjadi hambatan perkembangan arteri disfungsi dan reduksi VEGF serta endotel
878
ISSN : 2721-2882
pembuluh darah seorang wanita dan dimana terjadi serangan kejang atau koma
menginduksi stres oksidatif. Selain itu, setelah persalinan berakhir (Triana, 2019).
persalinan, sekitar 30% sampai 50% gelisah (kepala diputar kekanan dan
879
ISSN : 2721-2882
pendarahan lidah dengan preeklampsia. Eklampsia ialah
apabila jatuh dalam keadaan koma salah satu atau lebih tanda, berikut ini:
880
ISSN : 2721-2882
beberapa tanda pada perubahan klinis yang relaksasi secara bergantian. Kadang lidah
timbulnya kejang yaitu sakit kepala yang kejangnya otot rahang. Biasanya fase ini
perubahan mental yang sementara, nyeri secara berkala kontraksi otot menjadi
epigastrik, iritabilitas mual, muntah dan semakin jarang dan melemah hingga
fotofobia. Namun, hanya berkisar 50% penderita tak bergerak (Aghnesa &
Nilai persentase pada gejala sebelum diafragma menjadi tidak bergerak atau kaku
terjadinya kejang eklampsia yaitu nyeri serta pernapasan menjadi terhenti. Selama
pada kepala yang berat dan menetap sekitar beberapa detik terjadi henti napas pada
50-70% , gangguan penglihatan sekitar 20- penderita, lalu kemudian penderita bernapas
3%, nyeri epigastrium sekitar 20%, mual panjang dan dalam, hingga pernapasannya
dan muntah sekitar 10-15% , perubahan normal kembali. Jika tidak dilakukan
mental sementara sekitar 5-10%. Secara penanganan secara tepat, maka kejang
tiba-tiba dari kejang, gerakan kejang pertama ini akan diikuti dengan berbagai
biasanya dimulai pada daerah wajah. Dan kejang dari kejang yang ringan hingga
kemudian secara menyeluruh tubuh tidak berkelanjutan yang disebut dengan status
bisa bergerak dikarenakan kontraksi otot. epileptikus. Ketika kejang terhenti, maka
Fase ini akan berlangsung dengan durasi wanita tersebut beberapa saat akan
terbuka dan tertutup dengan keras secara pada eklampsia sesudah kejang akan
bersamaan, dan kejang juga akan terjadi bervariasi. Jika kejangnya jarang, biasanya
pada otot-otot pada wajah, kelopak mata pasien akan cepat pulih kesadarannya.
hingga akhirnya secara menyeluruh otot Sebaliknya, jika kejangnya berat, tentunya
mengalami serangkaian kontraksi dan keadaan koma ini akan berlangsung lama,
881
ISSN : 2721-2882
bahkan pasien bisa jatuh dalam keadaan demikian jika kondisi hipertensi
fatal yaitu kematian tanpa sempat pulih berlangsung kronis pasca persalinan maka
kesadarannya. Untuk kejang yang jarang, ini disebabkan adanya penyakit vaskuler
hanya sekali mengalami kejang tetapi juga kronis (Palupi & Indawati, 2014).
882
ISSN : 2721-2882
hiperosmotik, dan segera dilakukan kematian ibu. Khususnya pada bayi
terminasi kehamilan (Lestari et all, 2019). komplikasi yang dapat terjadi meliputi
DAFTAR PUSTAKA
883
ISSN : 2721-2882
6. Putra, Y. A. P. S, Abimanyu, B, &
Andayani, P. Preeklampsia Berat,
Sindrom HELLP, dan Eklampsia
Terhadap LuaranJanin (Fetal
outcome) di RSUD Ulin
Banjarmasin. Indonesian Journal
of Obstetrics & Gynecology
Science. September 2019; 2(2):
143-151.
7. Triana, E & SA, S. Eklampsia
Antepartum pada G5P40H3
Gravid Preterm 33-
34Minggu+Sindrom HELLP +
AKI + IUFD. Jurnal Kesehatan
Andalas. September 2019; 8 (1):
79-83.
884
ISSN : 2721-2882