id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Preeklampsia
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
B. Epidemiologi
Di Indonesia kematian ibu terjadi setiap 1 jam. Berdasarkan survei demografi
dan kesehatan Indonesia ( SDKI) tahun 2012, AKI sebesar 359 per 100.0000 kelahiran
hidup. Angka ini masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara - negara
tetanggga di kawasan ASEAN. Pemerintah sejak tahun 1990 telah melakukan upaya
strategis dalam upaya menekan AKI dengan pendekatan safe motherhood yaitu
memastikan semua wanita mendapatkan perawatan yang dibutuhkan sehingga selamat
dan sehat selama kehamilan dan persalinannya.
Lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. Kematian ibu di Indonesia
masih didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi
dalam kehamilan, dan infeksi. Namun proporsinya telah berubah, dimana perdarahan
dan infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin
meningkat. Lebih dari 25% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2013 disebabkan oleh
HDK.
Tampak peningkatan kasus HDK yang signifikan dari tahun ke tahun 21,5%
pada tahun 2010 dan 27,1% pada tahun 2013. Hal ini perlu menjadi perhatian serius dan
memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor – faktor apa yang
menyebabkan peningkatan kasus ini. HDK seharusnya bisa diketahui dan diidentifikasi
dari saat antenatal care apabila strategi pendekatan resikonya berjalan dengan baik.
Di Jawa Tengah, khususnya di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi
Surakarta, angka kematian ibu hamil pada tahun 2012 yang disebabkan preeklampsia
sebanyak 63,3% yaitu 19 orang dari 30 ibu hamil yang meninggal dan pada tahun 2013
sebanyak 57,14% yaitu 12 orang dari 21 ibu hamil yang meninggal (Sulistyowati et al.,
2016).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
C. Patogenesis Preeklampsia
media akan bermigrasi ke tunika intima dan mengalami proliferasi yang ditandai dengan
penebalan tunika intima sehingga mengakibatkan penyempitan pada pembuluh darah.
Selain itu pada plasenta preeklampsia dapat ditemukan adanya fibrosis stroma yang
mempunyai kaitan erat dengan gangguan vaskularisasi atau proliferasi fibroblastik yang
merupakan proses perbaikan jaringan yang rusak akibat radang kronis karena hipoksia
(Simbolon, 2013).
Menurunnya aliran darah pada ruang intervilli akibat stenosis dan atau oklusi
arteria spiralis pada preklampsia akan menyebabkan perubahan gambaran histopatologi
plasenta berupa: proliferasi sel-sel sitotrofoblas, meningkatnya syncitial knots,
penebalan membrana basalis trofoblas, nekrosis fibrinoid, aterosis akut, pengurangan
jumlah vaskuler (hipovaskuler/ avaskuler) penebalan arteri villi korialis dan
penyempitan diameter arteri villi korialis (Narasimha, 2011; Varughese et al., 2013).
Gambaran histologi plasenta tersebut ada bila pada ruang intervili terdapat
perdarahan yang sedikit/ kurang, bila ruang intervili terdapat perdarahan yang cukup
maka gambaran histologi tersebut tidak ditemukan. Stenosis atau oklusi arteri spiralis
terjadi karena gagalnya sel-sel trofoblas mengadakan remodeling, sehingga adanya
gambaran perubahan histologi plasenta tersebut menandakan bahwa pada preeklampsia
terjadi penurunan perfusi uteroplasenter yang bisa memberikan efek gangguan pada
pertumbuhan janin intrauterin (Romero, 2013).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.4. Plasenta preeklampsia dengan penebalan dinding arteri vili korialis
(Narasimha, 2011).
G. Komplikasi Preeklampsia
Preeklampsia menyebabkan komplikasi pada 5-10% kehamilan dan secara
signifikan berkontribusi terhadap kematian ibu di Amerika Serikat, Inggris, Eropa dan,
yang paling menonjol, di negara berkembang. Preeklampsia early onset dikaitkan
dengan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi pada maternal, perinatal, khususnya
pada kasus seperti eklampsia dan HELLP sindrom (Hutcheon, et al., 2011).
Adapun komplikasi lain dari preeklampsia antara lain : kardiomiopati, hipertensi
maligna, ruptur hati, gagal ginjal akut, solutio placenta, gangguan koagulopati,
gangguan pengelihatan, edema paru, pankreatitis, dan gangguan pernafasan (Nankali, et
al., 2013) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
H. Subklasifikasi Preeklampsia
Preeklampsi merupakan penyakit pada kehamilan dengan ganguan yang
bervariasi. Proses untuk memahami penyebab dari preeklampsi ini akan sangat
membantu jika dilakukan pengsubklasifikasian dari preeklampsi tersebut. Peter (2003)
dan kawan – kawan telah melakukan pengsubklasifikasian dari preeklampsi, dimana
preeklampsi dibagi menjadi early onset (< 34 minggu kehamilan) dan late onset ( ≥ 34
minggu kehamilan). Menurut beberapa pendapat, angka 34 minggu usia kehamilan
didapatkan berdasarkan data mengenai perbedaan komplikasi yang didapat pada pasien
dengan usia kehamilan sebelum dan sesudah usia 34 minggu (Cheng et al., 2011).
Beberapa pedoman untuk diagnosis dan manajemen preeklampsia dipelopori oleh
Canadian Hypertension Societ, US National High Blood Pressure Education Program
Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy dan Australasian Society for the
Study of Hypertension in Pregnancy (ASSHP) (Brown et al., 2000).
International Society for the Study of Hypertension in Pregnancy (ISSHP) telah
melakukan pembagian menjadi preeklampsia ringan yang didefinisikan sebagai tekanan
darah 140/90 mmHg atau lebih dengan proteinuria 0,3 sampai 3 g/hari dan preeklampsia
berat yang didefinisikan sebagai tekanan darah dimana sistole ditemukan diantara 160
dan 170 dan diastole 100 dan 110 mmHg, dengan proteinuria 3 sampai 5 g/hari (Brown
et al., 2001). Pendekatan ini merupakan teori yang masih tumpul untuk menjelaskan
resiko dari preeklampsi karena klasifikasi preeklampsi selama ini hanya berdasarkan
status hipertensi dan proteinuria, dimana usia kehamilan belum menjadi hal yang
penting untuk disoroti berkaitan dengan diagnosis, keparahan, dan subklasifikasi (Peter
et al., 2003).
Preeklampsia early onset disebabkan gangguan plasentasi dimana terjadi
gangguan remodeling arteria spiralis di miometrial dan invasi trofoblas dinding arteriola
spiralis. Pada preeklampsia late onset didapatkan hipotesa mengenai konstitusi maternal
yang menyebabkan kerusakan endotelial pada maternal yang tidak ada kaitannya
dengan kerusakan akibat invasi trophoblast (Mifsud dan Sebire, 2014).
Sangatlah penting untuk mengetahui komplikasi yang akan ditemukan pada
preeklampsi, baik itu komplikasi maternal maupun fetal. Sudah banyak penelitian yang
dilakukan untuk membedakan komplikasi antara early dan late onset, namun data untuk
pasien preeklampsia di Asia, khususnyacommit to user
di Indonesia sendiri masih sedikit.
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
Adapun penelitian yang telah dilakukan untuk membedakan komplikasi early dan
late onset di beberapa benua antara lain :
Benua Eropa :
Boudewijn (2008) melakukan penelitian pada wanita di Nederlands,
menyimpulkan bahwa preeklampsia early onset lebih banyak memyebabkan
morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi.
Mifsud dan Sebire (2014) melakukan penelitian pada wanita di London,
menyimpulkan bahwa early onset berhubungan dengan invasi trophoblast
yang menyebabkan hipoksia dan kemudian menyebabkan gangguan
pertumbuhan pada janin.
Benua Amerika :
lipat pada preeklampsia early onset dan 2 kali lipat pada preeklampsia late
onset dibandingkan dengan kehamilan normal.
Erez, et al. (2017) melakukan penelitian pada wanita di Amerika dengan hasil
pada early onset didapatksn lesi pada placenta yang menyebabkan abnormal
pada arteri umbilikal dan arteri uterina, sehingga berakibat IUGR, HELLP
syndrom. Sedangkan untuk late onset, didapatkan tidak adanya gangguan
berarti pada plasenta, biasa muncul pada pasien obese dan penyakit
kardiovaskular.
Transbenua :
Benua Afrika :
- Gathiram dan Moodley (2016), melakukan penelitian pada wanita Afrika,
didapatkan janin dengan luaran IUGR didapatkan pada pasien early onset,
dan tidak ditemukan pada late onset.
Benua Asia :
Fang, et al. (2009) melakukan penelitian pada wanita Thailand dan
menyimpulkan bahwa wanita dengan usia ≥ 30 tahun, obesitas dan riwayat
hipertensi pada keluarga lebih sering mendapatkan late onset preeklampsia
daripada early onset preeklampsia.
Bhadarka dan Mukherjee (2016) menyimpulkan bahwa pada wanita di India
didapatkan lebih banyak insiden preeklampsia late onset daripada early onset.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
- Abnormal
Karakteristik ibu plasentasi,
-usia ibu gangguan
remodelling arteri
-paritas
spiralis, invasi Preeklampsia
- riwayat trofoblas dinding
hipertensi arteri spiralis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
J. Hipotesis
1. Terdapat perbedaan umur ibu antara preeklampsia early onset dan preeklampsia
late onset.
2. Terdapat perbedaan jumlah paritas ibu antara preeklampsia early onset dan
preeklampsia late onset.
3. Terdapat perbedaan riwayat hipertensi ibu antara preeklampsia early onset dan
preeklampsia late onset.
4. Terdapat perbedaan riwayat diabetes mellitus ibu antara preeklampsia early
onset dan preeklampsia late onset.
5. Terdapat perbedaan jumlah trombosit ibu antara preeklampsia early onset dan
preeklampsia late onset.
6. Terdapat perbedaan kualitas proteinuria ibu antara preeklampsia early onset
dan preeklampsia late onset.
7. Terdapat perbedaan kadar LDH ibu antara preeklampsia early onset dan
preeklampsia late onset.
8. Terdapat perbedaan kejadian kematian maternal antara preeklampsia early onset
dan preeklampsia late onset.
9. Terdapat perbedaan kejadian eklampsia antara preeklampsia early onset dan
preeklampsia late onset. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
commit to user