PENDAHULUAN
E. Hematologi
Plasma darah menjadi menurun dengan meningkatnya viskositas
darah.Terjadi hemokonsentrasi, gangguan pembekuan darah, DIC dan
sindroma HELLP.
F. Ginjal dan hepar
Filtrasi glomerullus menurun dan aliran plasma meningkat.Hal ini
dapat menyebabkan gagal ginjal akut. Sedangkan pada hepar akan
terjadi nekrosis periportal dan gangguan sel hati.
G. Uterus
Solusio plasenta dapat terjadi karena adanya vasokonstriksi pembuluh
darah uteroplasental yang menyebabkan pembuluh darah tersebut
mudah lepas dan di antara plasenta dan dinding endometrium
menghasilkan darah.Apabila tidak segera ditangani maka dapat terjadi
perdarahan antepartum.
H. Kardiovaskuler
Komplikasi yang dapat terjadi adalah serangan jantung, spasme
vaskular menurun, tahanan pembuluh darah tepi meningkat, indeks
kerja ventrikel kiri meningkat, tekanan vena sentral menurun dan
tekanan paru menurun.
I. Kematian
Kematian maternal akibat eklampsia dapat disebabkan oleh perdarahan
otak, kelainan perfusi otak, infeksi, perdarahan dan sindroma HELLP.
A. Dismaturitas
Bayi baru lahir dengan berat badan yang tidak sesuai dengan usia
kehamilan disebut dengan dismaturitas. Dikatakan seperti itu apabila
berat lahir perinatal dibawah presentil ke-10 menurut kurva
pertumbuhan intrauterin Lubhenco atau dibawah 2 SD. Ketika kejang
berlangsung, maka arteriol spiralis desidua menjadi spasme sehingga
aliran darah menuju ke plasenta menurun. Perubahan-perubahan
fisiolois yang seharusnya terjadi menjadi dipercepat sehingga
mesoderm menjadi jaringan fibrotik.Hal ini menyebabkan terjadi nya
gangguan fungsi plasenta yang dapat menyebabkan dismaturitas karena
pertumbuhnan janin terganggu.Pada hipertensi pendek, dismaturitas
terjadi akibat adanya kekurangan oksigen.Dismaturitas pada perinatal
dapat menyebabkan sindrom aspirasi mekonium yang disebabkan oleh
keadaan dimana perinatal dengan sangat berusaha untuk mengadakan
gaping.Hipoglikemia simptomatik dicurigai disebabkan oleh
persediaan glikogen yang sangat kurang, Asfiksia neonatorum adalah
suatu keadaan gawat janin akibat gagal bernafas secara spontan dan
teratur.Apabila berat dan berkelanjutan maka menjadi asidosis.
Derajat asfiksia:
a. Apgar skor 7-10 : vigorous baby, maka dalam hal ini bayi dianggap
sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
b. Apgar skor 4-6 : asfiksia ringan – sedang.
Apgar skor 0-3 : asfiksia berat.
B. Prematuritas
Prematuritas sering terjadi karena adanya kenaikan tonus uterus dan
kepekaan terhadapat perangsangan.
C. Sindroma Distress Respirasi
Faktor yang berperan dalam eklampsia adalah adanya hipovolemik,
asfiksia dan aspirasi mekonium.
D. Trombositopenia
Trombositopenia pada bayi yang baru lahir dapat merupakan penyakit
sistemik primer sistem hemopoetik atau suatu transfer faktor-faktor
yang abnormal.
E. Hipermagnesemia
Kondisi ini terjadi apabila kadar magnesium serum dalam darah lebih
besar atau sama dengan 15 mEq/L. Hal sering ditemukan pada bayi
dengan ibu yang menderita eklampsia dan diobati dengan magnesium
sulfat. Pada keadaan ini dapat menyebabkan adanya depresi susunan
saraf pusat dan paralisis otot-otot skeletal.
F. Neutropenia
Bayi yang dilahirkan dengan ibu eklampsia maupun dengan sindroma
HELLP dapat ditemukan neutropenia yang sampai sekarang belum
diketahui dengan jelas, namun perkiraan yang terjadi adalah adanya
kerusakan endotel pembuluh darah ibu melewati jalan plasenta lahir.
G. Kematian Perinatal
Kematian umumnya terjadi karena adanya asfiksia neonatorum berat,
trauma saat kejang intrapartum, dismaturitas yang berat.Beberapa
kasus ditemukan bayi yang meninggal di dalam kandungan ibunya
sendiri.
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. ND
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 26 tahun
Alamat : Jl. Tanjung Selamat
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tanggal Masuk Pkm : 23 Oktober 2020
Tanggal Pemeriksaan : 23Oktober 2020
ANAMNESIS (alloanamnesis)
Keluhan utama
Kejang-kejang
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Delirium (E2V3M4)
Vital sign :
Tekanan darah : 160/110 mmHg
Nadi : 114x/m
Pernapasan : 23 x/m
Suhu : 36,50C
Status obstetrikus
Muka : Kloasma gravidarum (-)
Abdomen
Inspeksi : tampak membuncit sesuai usia kehamilan, striae
gravidarum(+)
Palpasi :
LI : Teraba massa bulat, lunak, tidak terfiksir, kesan bokong.
LII : Teraba bagian keras memanjang di bagian kiri dan bagian
terkecil janin disebelah kanan, kesan punggung kiri
LIII : Teraba massa bulat, keras di bagian bawah, melenting, kesan
kepala
LIV : belum masuk PAP
DIAGNOSIS
1. Antepartum eklamsia + G1P0A0 gravid 38 minggu + preskep + belum
inpartu
2. Anemia dalam kehamilan
3. Teenage pregnancy
TATALAKSANA
1. Injeksi Diazepam 1 Ampul IM
2. MgSO4 loading 5 gram dalam aquadest 100 cc di bolus 15 menit dilanjutkan
MgSO4 5 gram dalam RL 500 cc/6 jam sampai dengan 24 jam post partum.
3. Pasang Foley Catheter dan urin bag
4. Rencana SC emergency bila kondisi pasien stabil
5. Monitor TTV /10 menit, DJJ /30 menit, UO /4 jam
6. Sedia darah 1 unit PRC sesuai golongan darah dan crossmatch
7. Konsul TS anestesi untuk evaluasi dan tatalaksana perioperatif
8. Konsul TS pediatri untuk resusitasi neonatus
Follow Up Pasien
LAPORAN OPERASI
DPJP Operator : dr. Hermanto, Sp.OG
DPJP Anestesi : dr. Devi Ariani, Sp.An
TERAPI
IVFD RL 500 ml + 10 unit oksitosin drip 28 tpm s/d 24 jam post op
(line 1)
MgSO4 5 gr dalam 500 ml RL drip 30 tpm s/d 24 jam post op (line 2)
Ondansetron 4 mg/12jam/IV
Ranitidin 50 mg/12 jam/IV
Ketorolac 30 mg/8 jam/IV
Asam traneksamat 500 mg/8 jam/ IV
Terapi Pulang
1. Adalat oros 1 x 30 mg
2. Asam mefenamat 3 x 500 mg
3. Co-Amoxiclav 2 x 625 mg
4. Sulfas ferosus 2 x 200 mg
5. Kalk 1 x 500 mg
Eklampsia adalah suatu kondisi kejang yang dialami oleh ibu hamil
dengan diawali oleh gejala preeklampsia berat.Preeklampsia dikatakan berat
apabila tekanan darah mencapai 160/110 mmHg dan proteinuria sebanyak +2
disertai dengan gangguan serebral seperti nyeri epigastrik, nyeri kepala, dan
gangguan visual.Eklampsia merupakan suatu jenis komplikasi berat yang jarang
terjadi namun sangat membahayakan.Angka kematian ibu yang disebabkan oleh
eklampsia muali menurun karna pecegahan nya sudah banyak diketahui dan
dilaksanakan.Penyebab terjadinya eklampsia sampai sekarang masih belum
terlalu jelas diketahui, namun berbagai patofisiologi mulai diketahui.Beberapa
patofisiologi yang ada adalah terhambanya pembentukan aliran darah dalam
uterus, stres oksidatif, disfungsi endotel dan gangguan perfusi/aliran darah di
dalam otak.Patofisiologi ini saling berkesinambungan sehingga menyebabkan
suatu kondisi abnormalitas di dalam otak seperti edema serebral, pendaraha,
infark, vasospasme, koagulopati intravaskuler, dan ensefalopati hipertansi.Karena
tingkat morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi, maka penata- laksanaannya
harus di edukasikan dan dijalankan dengan tepat.Tatalaksana eklampsia dimulai
dari pencegahan dan pengobatan.Pencegahan dapat dilakukan dengan
mengobservasi dan mengawasi kondisi pasien yang memiliki tekanan darah
tinggi, baik dengan proteinuria (preeklampsia) maupun yang tidak (hipertensi
gestasional).Dalam pencegahannya, pasien dapat diberikan obat antihipertensi
yang aman bagi janin dan obat MgSO 4.Pemberian MgSO4 terbukti efektif dalam
mencegah terjadinya kejang dalam kehamilan.Selain itu, pemeriksaan penunjang
tambahan juga diperlukan seperti darah rutin, fungsi hari, profil koagulasi, dan
USG.
Dalam penatalaksanaannya, terlebih dahulu harus diperhatikan
keselamatannya dan harus dilindungi terutama jalan nafasnya.Kemudian
dilakukan penatalaksanakan umum dengan pemberian oksigen dan cairan
intravena. Lalu diberikan MgSO4 loading dose sebanyak 4gr. Obat antihipertensi
dapat juga diberikan kecuali ACE inhibitor dan ARB atau golongan diuretik.
Terapi farmakologis yang pada umumnya diberikan adalah Magnesium Sulfat.
Mekanisme kerja dari obat ini adalah dengan menghambat reseptor N- Methyl D-
Aspartat (NMDA), glutamat, dan katekolamin sehingga menghambat canel
kalsium. Oleh sebab itu, penggunaan MgSO4 bersifat perifer dan depresan
sehingga kejang dapat dihentikan. Pemberiannya diberikan 4 gr atau 10 mL dari
40% MgSO4 yang dilarutkan dalam 10 mL akuades, setelah itu dilanjutkan 6 gr
MgSO4 atau 15 mL MgSO4 cair 40%, Pemberiannya dapat diulang hingga 24 jam
pasca persalinan atau kejang berakhir. Harus diperhatikan adanya ketersian
kalsium glukonas 10% untuk menanggulangi apabila terjadi depresi
pernafasan.Atau bisa juga diberikan MgSO4 2 gr IV perlahan selama 15-20
menit.Apabila setelah pemebrian ulangan masih terjadi kejang, maka dapat
dipertimbangkan pmberian diazepam 10 mg IV selama 2 menit.Pemberian
diazepam (benzodiazepin) tidak terlalu efektif seperti pada pemberian
MgSO4.Hal ini dinyatakan bahwa dalam penggunaan diazepam, dapat
meningkatkan faktor resiko terjadinya malformalitas kongenital dan
abnormalitas.Selain itu bayi lebih cenderung menjadi flaccid dan kesulitan
bernafas.Obat diazepam dikahwatirkan dapat menurunkan denyut jantung janin
karena obat ini dapat disalurkan melalui plasenta.Melalui berbagai penelitian dan
teori yang ada, dapat disimpulkan bahwa pemberian MgSO 4 lebih efektif
daripada pemberian diazepam.Pmeberiannya juga lebih aman dan berperan secara
periferal tidak seperti diazepam yang bekerja secara sentral.Oleh sebab itu, maka
pada algoritma penatalaksanaan kejang pada ibu hamil, lebih banyak digunakan
MgSO4 baik dalam pencegahan maupun pengobatannya.
DAFTAR PUSTAKA