Dosen Pembimbing :
Disusun oleh :
LUUT TASNIM
(P27824319018)
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
serta berkat-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ” Asuhan
Kebidanan Kehamilan Terhadap Pelayanan Anemia pada Ibu Hamil di Masa Pandemi “
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan.
Dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak.Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
mengingat keterbatasan kemampuan penulis.Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sebagai masukan bagi penulis.
Akhir kata penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi penulis khususnya.Atas segala perhatiannya kami mengucapkan banyak
terima kasih.
i
DAFTAR ISI
A. KESIMPULAN ..................................................................................... 9
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Anemia adalah suatu keadaan yang mana kadar hemoglobin (Hb) dalam tubuh
dibawah nilai normal sesuai kelompok orang tertentu (Irianto, 2014). Anemia pada ibu hamil
berdampak buruk bagi ibu maupun janin. Kemungkinan dampak buruk terhadap ibu hamil
yaitu proses persalinan yang membutuhkan waktu lama dan mengakibatkan perdarahan serta
syok akibat kontraksi. Dampak buruk pada janin yaitu terjadinya prematur, bayi lahir berat
badan rendah, kecacatan bahkan kematian bayi (Fikawati, 2015).
Data dari World Health Organization (WHO) 2010, secara global prevalensi anemia
pada ibu hamil di seluruh dunia adalah sebesar 41,8%. Prevalensi anemia pada ibu hamil di
Indonesia meningkat dibandingkan dengan 2013, pada tahun 2013 sebanyak 37,1% ibu hamil
anemia sedangkan pada tahun 2018 meningkat menjadi 48,9% (Riskesdas, 2018). Prevalensi
anemia ibu hamil di Kabupaten Kulon Progo sebesar 12,88% (Dinkes DIY, 2017).
Gizi ibu hamil adalah makanan sehat dan seimbang yang harus dikonsumsi selama
masa kehamilan. Saat hamil, disamping kebutuhan ibu hamil itu sendiri, kebutuhan zat gizi
janin juga harus diperhatikan. Kebutuhan gizi pada saat kehamilan mengalami peningkatan
hingga 68% dibandingkan dengan sebelum hamil. Pada dasarnya, semua zat gizi 2 Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta mengalami peningkatan kebutuhan namun yang seringkali
kekurangan adalah energi, protein dan berbagai mineral contohnya zat besi. Pemenuhan
kebutuhan zat gizi ibu hamil sangat penting, maka jika kebutuhannya tidak terpenuhi akan
menghambat pertumbuhan ibu dan janin sekaligus menyebabkan berbagai masalah gizi.
Masalah yang sering terjadi pada ibu hamil yaitu anemia dan KEK (Proverawati, 2009).
Dengan terjadinya pandemi COVID-19, status tanggap darurat yang diikuti dengan
kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan berdampak signifikan tidak hanya
pada aktivitas masyarakat tetapi juga terhadap kondisi ekonomi sebagian besar masyarakat
yang bekerja pada sektor informal. Kondisi tersebut dikhawatirkan akan berpengaruh
terhadap menurunnya akses dan daya beli masyarakat terhadap pemenuhan pangan bergizi.
Jika hal tersebut tidak diantisipasi maka akan terjadi kerawanan pangan dan gizi terutama di
wilayah-wilayah yang teridentifikasi rentan. Kerawanan pangan dan gizi meningkatkan risiko
terjadinya masalah gizi akut (gizi kurang dan gizi buruk) pada kelompok rentan, bahkan
masalah gizi kronik (stunting) pun mungkin akan meningkat jika penetapan tanggap darurat
COVID-19 berlangsung dalam waktu yang cukup lama (prolonged emergency situation).
Pedoman Pelayanan Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Pandemi COVID-19 ini dibuat
untuk memberikan panduan kepada tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan gizi
dalam situasi tanggap darurat. Pedoman ini dapat berubah dan diperbarui sesuai dengan
perkembangan penyakit dan situasi terkini.
1
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Anemia
Dalam Kehamilan Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan di mana terjadi
kekurangan sel darah merah dan menurunnya hemoglobin kurang dari 11 gr/dl. Pada
trimester I dan III kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, pada trimester II kadar hemoglobin
kurang dari 10,5 gr/dl. Pada ibu hamil anemia yang sering terjadi yaitu anemia defisiensi
besi. (Prawirohardjo, 2010 dalam Astarina, 2014). Anemia dapat didefinisikan sebagai
kondisi dengan kadar hemoglobin (Hb) yang berada di bawah normal. Di Indonesia, anemia
umumnya disebabkan oleh kekurangan zat besi, sehingga lebih dikenal dengan istilah
Anemia Gizi Besi. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering
terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya
memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal.
Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di
bawah 11 gr/dl selama trimester III (Waryana, 2010). Anemia pada kehamilan adalah anemia
karena kekurangan zat besi, dan merupakan jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah
bahkan murah (Manuaba, 2010). . Sebagaian besar anemia adalah anemia defisiensi Fe yang
dapat disebabkan oleh konsumsi Fe dari makanan yang kurang atau terjadi perdarahan
menahun akibat parasit, seperti ankilostomiasis (Manuaba, 2007).
2. Patofisiologi Anemia
3
Kehamilan membutuhkan tambahan zat besi sekitar 800-1000 mg untuk mencukupi
kebutuhan yang terdiri dari :
1) Terjadinya peningkatan sel darah merah membutuhkan 300-400 mg zat besi dan
mencapai puncak pada 32 minggu kehamilan.
3) Pertumbuhan plasenta membutuhkan zat besi 100-200 mg. Sekitar 190 mg hilang
selama melahirkan. (Ibrahim dan Proverawati dalam Dhamayani, 2014).
3) Pertumbuhan darah janin 100 mgr Jadi, jumlah Fe yang dibutuhkan selama hamil adalah
900 mgr. saat persalinan yang disertai perdarahan sekitar 300 cc dan lahirnya plasenta, ibu
akan kehilangan Fe sebesar 200 mg dan kekurangan ini harus mendapatkan kompensasi dari
makanan untuk kelangsungan laktasi..
3. Etiologi Anemia
3) Hemoglobin bertambah 19%. Secara fisiologis, pengenceran darah ini adalah untuk
membantu meringankan kerja jantung (Pranoto, 2013). Penyebab lain dari anemia yaitu
kehilangan darah berat akibat menstruasi, atau parasit infeksi seperti cacing tambang, ascaris,
serta schistosomiasis yang dapat menurunkan konsentrasi hemoglobin darah (Hb). Infeksi
akut dan kronis, termasuk malaria, kanker, TBC, dan HIV juga dapat menurunkan
konsentrasi Hb. Kekurangan mikronutrien lain, termasuk vitamin A dan B12, folat,
riboflavin, dan tembaga juga dapat meningkatkan risiko anemia (Benoist, 2008).
b. pusing, lemah;
c. nyeri kepala;
4
e. kulit pucat;
1) Gangguan his.
2)Kala I memanjang.
4) Retensio plasenta.
5) Atonia uteri.
1) Subinvolusi.
3) Infeksi puerperium.
6) Infeksi mamae.
Dampak Anemia Terhadap Janin Berikut adalah dampak anemia terhdap janin
2) IUFD
3) BBLR.
5
5) Cacat bawaan.
1. Faktor Dasar
a. Sosial ekonomi Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis
akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Status gizipun akan
meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas. Tingkat sosial ekonomi terbukti sangat
berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil (Sulistyawati, 2009
dalam Nurhidayati, 2013).
b. Umur Ibu Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil,
akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan.
5.Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil pada masa pademi
Ibu hamil merupakan kelompok rentan yang memiliki risiko tinggi mengalami anemia.
Hal itu disebabkan adanya peningkatan volume darah selama kehamilan untuk pembentukan
plasenta, janin dan cadangan zat besi dalam ASI. Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh
sehingga rentan terhadap berbagai infeksi, termasuk infeksi COVID-19 dan penyakit yang
ditimbulkannya. Selain itu, anemia pada ibu hamil akan meningkatkan bayi berat lahir
rendah, yang tentunya akan meningkatkan risiko terjadinya stunting.
Pencegahan anemia gizi pada ibu hamil dilakukan dengan memberikan minimal 90
Tablet Tambah Darah (TTD) selama kehamilan dan dimulai sedini mungkin. Pemberian TTD
setiap hari selama kehamilan dapat menurunkan risiko anemia maternal 70% dan defisiensi
besi 57%. Sedangkan untuk pengobatan anemia mengacu pada Pedoman Penatalaksanaan
Pemberian Tablet Tambah Darah (Kemenkes, 2015). Konseling gizi pada saat kehamilan,
6
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi
TTD. Pesan kunci yang harus disampaikan kepada ibu hamil untuk meningkatkan konsumsi
TTD antara lain:
Bila pemerintah daerah belum menerapkan PSBB, belum ada transmisi lokal, serta
mobilisasi penduduk antar wilayah yang sangat minimal, pemberian TTD ibu hamil tetap
dilakukan sesuai dengan Pedoman Penatalaksanaan Pemberian Tablet Tambah Darah
(Kemenkes, 2015). Untuk daerah dengan penerapan PSBB dan terdapat transmisi lokal,
pelayanan diberikan secara terbatas. Program pemberian TTD ibu hamil tetap dilaksanakan
saat pemeriksaan kehamilan di Fasyankes sesuai jadwal kunjungan dan/ atau melalui
kunjungan rumah. Kadar Hb ibu hamil harus diperiksa untuk mengetahui status anemia. Bila
ibu menderita anemia, pemberian TTD mengacu pada Pedoman Penatalaksanaan Pemberian
Tablet Tambah Darah (Kemenkes, 2015).
7
Mengingatkan ibu hamil untuk mencatat TTD yang dikonsumsi, baik TTD program
maupun TTD mandiri di kartu kontrol minum TTD, di buku KIA atau dicatat secara
manual untuk dilaporkan ke bidan/ tenaga gizi setelah keadaan menjadi normal.
Melakukan upaya peningkatan edukasi kepada masyarakat terkait risiko anemia,
pentingnya konsumsi gizi seimbang dan kepatuhan minum TTD bagi ibu hamil.
Melakukan supervisi suportif kepada bidan desa dan kader dengan menggunakan
sambungan telpon, SMS, aplikasi chat atau media daring lainnya.
Apabila masa Pandemi COVID-19 telah berakhir, ibu hamil bisa mendapatkan
kembali TTD melalui pelayanan pemeriksaan kehamilan rutin di Puskesmas.
Pada masa pandemi COVID-19 pemberian TTD ibu hamil tetap dilaksanakan baik
melalui kunjungan Fasyankes terjadwal, atau melalui kunjungan rumah.
TTD dapat diperoleh dari bidan desa atau tenaga gizi maupun secara mandiri.
Konseling kepada ibu serta edukasi kepada masyarakat perlu dilakukan untuk
mengurangi risiko anemia, baik melalui media daring, media cetak seperti poster
maupun media eletronik seperti radio.
Untuk ibu hamil dalam pengawasan (ODP), terduga (PDP), dan terkonfirmasi
positif, pemberian TTD ditunda dan dikonsultasikan ke dokter untuk jadwal
konsumsinya.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam Kehamilan Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan di mana terjadi
kekurangan sel darah merah dan menurunnya hemoglobin kurang dari 11 gr/dl. Pada
trimester I dan III kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, pada trimester II kadar hemoglobin
kurang dari 10,5 gr/dl. Pada ibu hamil anemia yang sering terjadi yaitu anemia defisiensi besi
Ibu hamil merupakan kelompok rentan yang memiliki risiko tinggi mengalami anemia.
Hal itu disebabkan adanya peningkatan volume darah selama kehamilan untuk pembentukan
plasenta, janin dan cadangan zat besi dalam ASI. Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh
sehingga rentan terhadap berbagai infeksi, termasuk infeksi COVID-19 dan penyakit yang
ditimbulkannya. Selain itu, anemia pada ibu hamil akan meningkatkan bayi berat lahir
rendah, yang tentunya akan meningkatkan risiko terjadinya stunting.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://covid19.papua.go.id/file/detail/11
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1017/3/Chapter%201.pdf
10