Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

asuhan keperawatan ibu hamil anemia

Disusun oleh :

Kelompok 1

1. Achmad Wahyu Wicaksono (P1337420120352)


2. Aisya Diva Nurmalia (P1337420120346)
3. Atha Zharifah (P1337420120310)
4. Citria Herti Anggraini (P1337420120309)
5. Dhohirotul Fitri (P1337420120356)
6. Friska Ameliana Dewi (P1337420120331)
7. Indri Putri Amalia (P1337420120344)
8. Intan Puji Lestari (P1337420120349)
9. Novia Ramadhani (P1337420120311)
10. Shallma Putri Nuryshanti (P1337420120317)
11. Wahyu Tiyo Takeshi Perdana (P1337420120325)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEMARANG


KELAS KENDAL
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “asuhan keperawatan ibu hamil anemia”
dengan baik dan tepat waktu. Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat mambantu proses
pembelajaran dan manambah pengetahuan kita mengenai konsep perawat dalam pemberian obat
kepada pasien.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya karena keterbatasan kami yang masih
dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. akhir kata, kami sampaikan terimakasih krepada
semua pihak yang telah berperan dan bertanggung jawab serta dalam penyusunan makalah ini
dari awal sampai akhir. Semoga Allah meridhai hasil usaha kami dan makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembacanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN………………………………………………………………………………….

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………..

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………………

1.3 Tujuan …………………………………………………………………………………….......

1.4 Manfaat ………………………………………………………………………………………

BAB II

PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………

2.1 Apa yang dimaksud dengan kehamilan, anemia dan ibu hamil dengan anemia?
2.2 Apa saja perubahan fisiologis pada ibu hamil dengan anemia?
2.3 Apa saja klasifikasi anemia dalam kehamilan?
2.4 Apa saja penyebab anemia pada ibu hamil?
2.5 Apa saja tanda dan gejala anemia pada ibu hamil?
2.6 Bagaimana patofisiologi anemia pada ibu hamil?
2.7 Apa saja komplikasi anemia pada ibu hamil dan janin?
2.8 Bagaimana respon tubuh ibu hamil dengan anemia?
2.9 Bagaimana penatalaksaanan medis dan keperawatan pada ibu hamil dengan anemia?

BAB III

PENUTUP……………………………………………………………………………………………

3.1 KESIMPULAN………………………………………………………………………………..

3.2 SARAN…………………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gizi ibu hamil adalah makanan sehat dan seimbang yang harus dikonsumsi
selama masa kehamilan. Saat hamil, disamping kebutuhan ibu hamil itu sendiri,
kebutuhan zat gizi janin juga harus diperhatikan. Kebutuhan gizi pada saat kehamilan
mengalami peningkatan hingga 68% dibandingkan dengan sebelum hamil. Pada
dasarnya, semua zat gizi mengalami peningkatan kebutuhan namun yang seringkali
kekurangan adalah energi, protein dan berbagai mineral contohnya zat besi. Pemenuhan
kebutuhan zat gizi ibu hamil sangat penting, maka jika kebutuhannya tidak terpenuhi
akan menghambat pertumbuhan ibu dan janin sekaligus menyebabkan berbagai masalah
gizi. Masalah yang sering terjadi pada ibu hamil yaitu anemia dan KEK (Proverawati,
2009).

Anemia adalah suatu keadaan yang mana kadar hemoglobin (Hb) dalam tubuh
dibawah nilai normal sesuai kelompok orang tertentu (Irianto, 2014). Anemia pada ibu
hamil berdampak buruk bagi ibu maupun janin. Kemungkinan dampak buruk terhadap
ibu hamil yaitu proses persalinan yang membutuhkan waktu lama dan mengakibatkan
perdarahan serta syok akibat kontraksi. Dampak buruk pada janin yaitu terjadinya
prematur, bayi lahir berat badan rendah, kecacatan bahkan kematian bayi (Fikawati,
2015).

Data dari World Health Organization (WHO) 2010, secara global prevalensi
anemia pada ibu hamil di seluruh dunia adalah sebesar 41,8%. Prevalensi anemia pada
ibu hamil di Indonesia meningkat dibandingkan dengan 2013, pada tahun 2013 sebanyak
37,1% ibu hamil anemia sedangkan pada tahun 2018 meningkat menjadi 48,9%
(Riskesdas, 2018).

Anemia dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Ada faktor langsung dan tidak
langsung. Faktor langsungnya yaitu kecukupan konsumsi tablet tambah darah, jarak
kehamilan, paritas, status gizi, serta penyakit infeksi. Penyebab terjadinya anemia yang
utama adalah kurangnya asupan zat besi dalam makanan atau tablet tambah darah
(Rahmawati, 2012). Anemia pada ibu hamil yang disebabkan oleh kekurangan zat besi
biasa disebut dengan anemia gizi besi atau AGB. Anemia gizi besi memang biasa diderita
oleh ibu hamil, wanita menyusui dan wanita usia subur. Kekurangan zat gizi besi atau
defisiensi zat besi di Indonesia merupakan masalah defisiensi yang harus ditanggulangi
secara serius.

Menurut data Riskesdas (2018), pada bagian cakupan tablet tambah darah (TTD),
ibu hamil yang memperoleh TTD ≥ 90 butir, hanya 38,1% nya yang mengonsumsi ≥ 90
butir, sisanya yaitu 61,9% mengonsumsi < 90 butir. Data tersebut berarti bahwa 61,9%
ibu hamil tidak mengonsumsi TTD sesuai anjuran. Selain itu, Kementerian Kesehatan
mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan no.8 tentang TTD. Kementerian kesehatan
pun menetapkan kebijakan guna menanggulangi atau mencegah anemia, dengan cara
pemberian TTD dengan harapan agar seluruh wanita usia subur khususnya ibu hamil
mudah menjangkau TTD dan mendapat asupan zat besi yang cukup. Maka dari itu, agar
lebih jelas di dalam makalah ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan anemia pada
ibu hamil.

1.2 Rumusan Masalah

2 Apa yang dimaksud dengan kehamilan, anemia dan ibu hamil dengan anemia?

3 Apa saja perubahan fisiologis pada ibu hamil dengan anemia?

4 Apa saja klasifikasi anemia dalam kehamilan?

5 Apa saja penyebab anemia pada ibu hamil?

6 Apa saja tanda dan gejala anemia pada ibu hamil?

7 Bagaimana patofisiologi anemia pada ibu hamil?

8 Apa saja komplikasi anemia pada ibu hamil dan janin?


9 Bagaimana respon tubuh ibu hamil dengan anemia?

10 Bagaimana penatalaksaanan medis dan keperawatan pada ibu hamil dengan anemia?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian tentang kehamilan, anemia dan ibu hamil dengan
anemia.

b. Untuk mengetahui perubahan fisiologis pada ibu hamil dengan anemia.

c. Untuk mengetahui klasifikasi anemia dalam kehamilan.

d. Untuk mengetahui penyebab anemia pada ibu hamil.

e. Untuk mengetahui tanda dan gejala anemia pada ibu hamil.

f. Untuk mengetahui patofisiologi anemia pada ibu hamil.

g. Untuk mengetahui komplikasi anemia pada ibu hamil dan janin

h. Untuk mengetahui respon tubuh ibu hamil dengan anemia

i. Untuk mengetahui penatalaksaanan medis dan keperawatan pada ibu hamil dengan
anemia.

1.4 Manfaat

a. Bagi mahasiswa, makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan maupun


wawasan tentang ibu hamil dengan anemia, menjadi media pengembangan ilmu
pengetahuan serta memberi referensi untuk pembuatan makalah/penelitian selanjutnya
yang serupa.

b. Bagi masyarakat umum, makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan


maupun wawasan tentang ibu hamil dengan anemia dan meningkatkan kesadaran akan
pentingnya kesehatan bagi ibu hamil
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Kehamilan

Kehamilan merupakan mata rantai yang ber kesinambungan dan melalui proses
ovulasi,migrasi spermatozoa menuju ovum,konsepsi dan pertumbuhan zigot ,nidasi,implementasi
pada uterus,pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai waktunya di
lahirkan. Kehamilan di iringi dengan perubahan bentuk tubuh baik secara anatomis ,fisiologis
maupun kimiawi lalu pada tahap tahap kehamilan di bagi menjadi 3 triwulan yaitu triwulan
pertama di mulai pada usia 0-12 minggu pertama , triwulan ke dua di mulai 13-28 minggu dan
triwulan ke tiga di mulai dari 29 -42 minggu

B. Anemia

Anemia merupakan suatu keadaan saat jumlah sel darahh merah atau konsentrasi
pengangkut oksigrn dalam darah atau haemoglobin (hb) tidak mencukupi untuk seluruh
kebutuhan fisiologis tubuh .sedangkan anemia pada kehamilan adalah kondisi tubuh dengan
jumlah kadar hemoglobin dalam darah

C. Etimologi anemia pada ibu hamil

Anemia pada ibu hamil adalah gangguan pada kehamilan merupakan gangguan
pencernaan dan absorpsi,hypervolemia yang dapat menyebabkan terjadinya pengenceran darah
kebutuhan zat besi meningkat,dan kurangnya zat besi dalam makanan serta pertambahan darah
tidak sebanding dengan pertambahan plasma

D. Fisiologi anemia pada ibu hamil

Anemia fisiologi pada ibu hamil yaitu perubahan alami yang terjadi selama kehamilan
akan mempengaruhi jumlah sel darah merah menjadi normal pada kehamilan dan kenailan ini di
sebabkan oleh peningkatan plasma bukan akibat dari meningkatan sel darah merah
E. Perubahan Fisiologi Pada Ibu Hamil Dengan Anemia

Kehamilan memicu perubahan-perubahan fisiologis yang sering mengaburkan diagnosis


sejumlah kelainan hematologis serta pengkajiannya. Hal ini terutama berlaku pada anemia, salah
satu perubahan yang paling bermakna adalah ekspansi volume darah dengan peningkatan volume
plasma yang tidak sepadan sehingga hematokrit biasanya menurun. Penyesuaian hemopoesis
merupakan salah satu dari perubahan yang mengambil tempat pada tubuh ibu selama kehamilan.
Peningkatan dari volume plasma adalah penyebab anemia fisiologis pada kehamilan. Volume
plasma yang meningkat menyebabkan hematokrit, konsentrasi hemoglobin darah, dan jumlah
eritrosit di sirkulasi mengalami penurunan tetapi tidak mengurangi jumlah absolut dari
hemoglobin atau jumlah eritrosit pada keseluruhan sirkulasi. Volume plasma mulai meningkat
dari minggu ke-6 kehamilan tetapi tidak sesuai dengan jumlah sel darah merah. Biasanya
peningkatan volume plasma mencapai puncaknya pada minggu ke-24 kehamilan tetapi bisa juga
meningkat terus hingga minggu ke-37 kehamilan. Volume plasma mengikat lebih banyak
darpada volume sel darah merah. Karena itu, terjadi keadaan hemodilusi dengan penurunan
kadar haemoglobin. Keadaan ini disebut

anemia fisiologis kehamilan ( Setyadi, 2018)

F. Peredaran darah pada ibu hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan


perkembangan dan pertumbuhanjanin dalam rahim.

b. Terjadinya hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-plasenter.

c. Pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang semakin meningkat.


Klasifikasi Anemia Pada Kehamilan Menurut Prawirohardjo (2010) klasifikasi anemia
dalam kehamilan sebagai berikut :

1. Defisiensi Besi Pada kehamilan,

Resiko meningkatnya anemia deesiensi zat besi berkaitan dengan asupan besi yang tidak
adekuat dibandingkan kebutuhan pertumbuhan janin yang cepat. Kehilangan zat besi terjadi
akibat pengalihan besi maternal ke janin untuk eritropoienis, kehilanan darah pada saat
persalinan, dan laktasi yang jumlah keseluruhanya dapat mencapai 900 mg atau setara dengan 2
liter darah. Sebagian perempuan mengawali kehamilan dengan cadangan besi yang rendah, maka
kebutuhan tambahan ini berakibat pada defesiensi zat besi.

Pencegahan anemia defesiensi zat besi dapat dilakukan dengan suplemen besi dan asam
folat. WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg zat besi selama 6 bulan untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis selma kehamilan. Namun, banyak literatur menganjukan dosis 100 mg besi
setiap hari selama 16 minggu atau lebih pada kehamilan. Di wilayah-wilayah dengan prevalensi
anemia yang tinggi, dianjurkan untuk memberikan suplemen sampai 3 minggu postpartum.

2. Defisiensi Asam Folat Pada kehamilan,

Kebutuhan folat meningkat lima sampai sepuluh kali lipat karena transfer folat dari ibu
kejanin yang menyebabkan dilepasnya cadangan folat maternal. Peningkatan lebih besar dapat
terjadi karena kehamilan multiple, diet yang buruk, infeksi, adanya nemia hemolitik. Kadar
estrogen dan progesteron yang tinggi selama kehamilan tampaknya memeliki efek penghambat
terhadap absorbsi folat. Defesiensi asam folat sangat umum terjadi pada kehamilan dan
merupakan penyebab utama anemia megabolik pada kehamilan. Anemia tipe megabolik karena
defesiensi asam folat merupakan penyebab kedua terbanyak anemia defesiensi zat gizi.

Penyebabnya oleh gangguan sitesis DNA dan ditandai dengan adanya sel-sel
megaloblastik yang khas untuk anemia jenis ini. Defesiensi asam folat ringan juga telah
dikaitkan dengan anomali kongenital janin, tertama dapat pada penutupan tabung neural (neural
tube defects). Selain itu, defesiensi asam folat dapat menyebabkan kelainan pada jantung, saluran
kemih, alat gerak, dan organ lainya. Penatalaksanaan defesiensi asam folat adalah pemberian
folat secara oral sebanyak 1 sampai 5 mg per hari. Pada dosis 1 mg, anemia umumnya dapat
dikoreksi meskipun pasien mengalami pula malabsorbsi. Ibu hamil sebaiknya mendapat
sedikitnya 400 ug folat perhari.

3. Anemia Plastik

Ada beberapa laporan mengenai anemia aplastik yang terkait dengan kehamilan, tetapi
hubungan antara keduanya tidak jelas. Pada beberapa kasus eksaserbasi anemia aplastik yang
telah ada sebelumnya oleh kehamilan dan hanya membaik setela terminasi kehamilan. Pada
kasus-kasus lainya, aplasia terjadi selama kehamilan dan dapat kambuh pada kehamilan
berikutnya. Terminasi kehamilan atau persalinan dapat memperbaiki fungsi sumsum tulang,
tetapi meliputi terminasi kehamilan elektif, terapi suportif, imunosupresi, atau transplantasi
sumsum tulang setelah persalinan. 10

4. Anemia Penyakit Sel Sabit

Kehamilan pada perempuan penderita Anemia Penyakit Sel Sabit Kehamilan pada
perempuan penderita anemia sel sabit (sickle cell anemia) disertai dengan peningkatan insidens
pielonefritis, infar pulmonal, pneomonia, perdaraan antepartum, prematuritas, dan kematian
janin. Peningkatan anemia megaloblastik yang responsif dengan asam folat, terutama pada akhir
masa kehamilan, juga meningkat frekuensinya.

Berat lahir bayi dari ibu yang menderita anemia sel sabit dibawah rata-rata, dan kematian
janin tinggi. Mortalitas ibu dengan penyakit sel sabit telah menurun dari sekitar 33% menjadi
1,5% pada masa kini karena perbaikan pelayanan prenatal. Pemberian tranfusi darah profilaktin
belum terbukti efektifnya walaupun beberapa pasien tampak memberi hasil yang memuaskan.

G. Penyebab anemia pada ibu hamil

Anemia adalah kondisi yang terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah, lebih
rendah daripada batas normalnya.

Dilansir dari Mayo Clinic, kondisi ini juga bisa terjadi jika sel darah merah tidak
mengandung cukup hemoglobin yang bertugas menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh.
Kekurangan darah merah dapat menyebabkan cepat merasa lelah atau lemah karena
organ dalam tubuh tidak menerima cukup oksigen dan nutrisi. Anda juga mungkin mengalami
gejala lain, seperti sesak napas, pusing, atau sakit kepala. Kondisi ini umumnya diakibatkan oleh
masalah kekurangan gizi pada ibu hamil dan dipengaruhi perubahan hormon tubuh yang
mengubah proses produksi sel-sel darah. Beberapa kondisi kesehatan selain anemia seperti
perdarahan, penyakit ginjal, dan gangguan sistem imun tubuh juga dapat menyebabkan tubuh
kekurangan sel darah merah. Faktor yang meningkatkan risiko anemia pada ibu hamil Anemia
dapat terjadi pada siapa pun, tapi ibu hamil termasuk orang yang paling rentan mengalaminya.
Semua wanita hamil berisiko mengalami anemia. Anemia disebabkan oleh tubuh yang tidak
mampu mencukupi kebutuhan pasokan darah, zat besi, dan asam folat yang lebih banyak dari
biasanya semasa kehamilan. Anemia juga paling berisiko pada ibu yang memiliki kondisi
berikut: Sedang hamil kembar. Semakin banyak bayi yang dikandung, semakin banyak darah
yang dibutuhkan. Dua kali hamil dalam waktu berdekatan. Muntah dan mual di pagi hari
(morning sickness). Hamil di usia remaja. Kurang mengonsumsi makanan kaya zat besi dan
asam folat. Sudah memiliki anemia sejak sebelum hamil. Gejala anemia ibu hamil

Terjadinya anemia pada ibu hamil bisa menyebabkan kurangnya kebutuhan sel darah.
Jika hal ini terjadi maka kebutuhan oksigen yang akan diberikan kepada jaringan tubuh dan juga
janin akan lebih terbatas. Jika kondisi ini tidak ditangani dengan benar maka bisa menyebabkan
risiko terjadinya sebuah komplikasi.

Akan tetapi seiring berjalannya waktu maka kondisi anemia akan menjadi semakin parah.
Lantas apa gejala yang terjadi bila kondisi anemia sudah semakin parah ? Berikut merupakan
gejala yang akan dialami.

1. Ibu hamil akan merasa cepat lelah dan tubuh akan terasa lebih lelah.

2. Warna kulit yang dimiliki oleh ibu hamil akan lebih pucat dari biasanya.

3. Kondisi denyut jantung pada penderita anemia akan menjadi tidak menentu.

4. Sesak napas juga akan dialami oleh ibu hamil yang mengalami kondisi anemia.
5. Pada bagian dada akan terasa nyeri dan diiringi dengan sakit kepala.

Jika poin di atas menjelaskan berbagai gejala yang sering terjadi pada penderita anemia
ketika hamil. Maka penjelasan berikutnya adalah beberapa gejala yang jarang terjadi.

1. Gatal pada bagian tubuh.

2. Indra perasa akan sedikit memiliki perubahan.

3. Semakin lama rambut akan semakin rontok.

4. Keadaan telinga akan lebih sering bordering.

5. Sariawan pada bagian sisi mulut.

Patofisiologi

Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan oeh banyak faktor, antara lain; kurang zat
besi; kehilangan darah yang berlebihan; proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum
waktunya; peningkatan kebutuhan zat besi (Pratami, 2016). Selama kehamilan, kebutuhan
oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropenin. Akibatnya, volume
plasma bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi
dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi
penurunan konsentrasi Hb (Prawirohardjo, 2010).

Sedangkan volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht), konsentrasi


hemoglobin darah (Hb) dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan jumlah Hb atau eritrosit
dalam sirkulasi. Ada spekulasi bahwa anemia fisiologik dalam kehamilan bertujuan untuk
viskositas darah maternal sehingga meningkatkan perfusi plasenta dan membantu penghantaran
oksigen serta nutrisi ke janin (Prawirohardjo, 2010).

Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke 6 kehamilan dan mencapai maksimum
pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat sampai minggu ke 37. Pada titik
puncaknya, volume plasma sekitar 40% lebih tinggi pada ibu hamil. Penurunan hematokrit,
konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada minggu ke 7 sampai ke 8
kehamilan dan terus menurun sampai minggu ke 16 sampai 22 ketika titik keseimbangan tercapai
(Prawirohardjo, 2010).
Jumlah eritrosit dalam sirkulasi darah meningkat sebanyak 450 ml. Volume plasma
meningkat 45-65 %, yaitu sekitar 1.000 ml. Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya
pengenceran darah karena jumlah eritrosit tidak sebanding dengan peningkatan plasma darah.
Pada akhirnya, volume plasma akan sedikit menurun menjelang usia kehamilan cukup bulan dan
kembali normal tiga bulan postpartum. Persentase peningkatan volume plasma yang terjadi
selama kehamilan, antara lain plasma darah 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pada
awal kehamilan, volume plasma meningkat pesat sejak usia gestasi 6 minggu dan selanjutnya
laju peningkatan melaambaat. Jumlah eritrosit mulai meningkat pada trimester II dan memuncak
pada trimester III (Pratami, 2016).

Respon Tubuh

a. Respon tubuh secara fisik

Pada ibu hamil yang menderita anemia biasanya disebabkan karena penurunan
konsentrase Hb dan asupan nutrisi yang kurang sehingga tubuh menjadi mudah cepat lelah, mata
berkunang kunang, sering merasa pusing dan keluhan saat hamil bertambah (Manuaba,dkk,
2007).

b. Respon tubuh secara psikologis

Menurut Pratami (2016) pada ibu hamil yang menderita anemia biasanya ibu hamil
tersebut lebih sensitif dan merasa cemas dengan keadaannya dan janinnya karena sangat
berbahaya, contonya bagi ibu bisa menyebabkan abortus, persalinan prematur, peningkatan
terjadi infeksi, ancaman dekompensasi jantung jika Hb kurang dari 6,0 g/dl.

Komplikasi

Komplikasi adalah perubahan yang terjadi pada sebuah penyakit yang dapat memicu penyakit
lain.

Penyakit dapat berubah menjadi lebih buruk dan berdampak pada sistem organ dalam lainnya.
Penyakit baru juga dapat muncul sebagai bentuk komplikasi dari penyakit yang ada sebelumnya.
a. Komplikasi Anemia Pada Ibu Hamil
Menurut (Pratami, 2016) kondisi anemia sanggat menggangu kesehatan ibu hamil
sejak awal kehamilan hingga masa nifas. Anemia yang terjadi selama masa kehamilan
dapat menyebabkan abortus, persalinan prematur, hambatan tumbuh kembang janin
dalam rahim, peningkatan resiko terjadinya infeksi, ancaman dekompensasi jantung jika
Hb kurang dari 6,0 g/dl, mola hidatidosa, hiperemis gravidarum, perdarahan ante partum,
atau ketuban pecah dini. Anemia juga dapat menyebabkan gangguan selama persalinan
seperti gangguan his, gangguan kekuatan mengejan, kala pertama yang berlangsung
lama, kala kedua yang lama hingga dapat melelahkan ibu dan sering kali mengakibatkan
tindakan operasi, kala ketiga yang retensi plasenta dan perdaraan postpartum akibat
atonia uterus, atau perdarahan postpartum sekunder dan atonia uterus pada kala
keempat.Bahaya yang dapat timbul adalah resiko terjadinya sub involusi uteri yang
mengakibatkan perdarahan postpartum, resiko terjadinya dekompensasi jantung segera
setelah persalinan, resiko infeksi selama masa puerperium, atau peningkatan resiko
terjadinya infeksi payudara.

b. Komplikasi Anemia Pada Janin


Menurut (Pratami, 2016) anemia yang terjadi pada ibu hamil juga membahayakan
janin yang dikandungnya. Karena asupan nutrisi, O2 dan plasenta menurun ke dalam
tubuh janin sehingga dapat timbul pada janin adalah resiko terjadinya kematian intra-
uteri, resiko terjadinya abortus, berat badan lahir rendah, resiko terjadinya cacat bawaan,
peningkatan resiko infeksi pada bayi hingga kematian perinatal, atau tingkat intiligensi
bayi rendah.

Penatalaksanaan secara medis

A. Rumah sakit

Penanganan anemia yang tepat merupakan hal penting untuk mengatasi anemia pada
awal untuk mencegah atau meminimalkan konsekuensi serius perdarahan. Penanganan anemia
secara efektif perlu dilakukan. Ibu hamil berhak memilih kadar Hb normal selama kehamilan dan
memperoleh pengobatan yang aman dan efektif. Rumah sakit merupakan layanan kesehatan
tingkat lanjutan jika puskesmas tidak dapat menangani kasus anemia pada ibu hamil. Wewenang
rumah sakit dalam menangani kasus anemia pada ibu hamil meluputi :

a. Membuat diagnosis dan terapi

b. Diagnosis thalasemia dengan elektroforesis Hb, bila ibu ternyata pembawa sifat, perlu tes
pada suami untuk menentukan risiko pada bayi

c. Pemberian suplemen zat besi secara rutin pada ibu hamil yang tidak menunjukan tanda
kekurangan zat besi dan memiliki kadar Hb lebih dari 10,0 g/dl

Dalam menagani anemia, profesional kesehatan harus menerapkan strategi yang sesuai dengan
kondisi yang dialami oleh ibu hamil. Penanganan anemia defesiensi zat besi yang tepat akan
meningkatkan parameter kehamilan fisiologis dan mencegah kebutuhan akan intervensi lebih
lanjut.

B. Rumah

Pendidikan Kesehatan pada ibu hamil yang menderita anemia adalah dengan
mengkonsumsi nutrisi yang baik untuk mencegah terjadinya anemia jika sedang hamil,makan
makanan yang tinggi kandungan zat besi (sepertisayuran berdaun hijau, daging merah, sereal,
telur, dan kacang tanah ). Yang dapat membantu memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi
yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik. Selain itu pemberian vitamin adalah cara tebaik
untuk memastikan bahwa tubuh memiliki cukup asam besi dan folat, dan pastikan tubuh
mendapatkan setidaknya 27 mg zat besi setiap hari, yaitu dengan cara mengkonsumsi makanan
yang tinggi kandungan zat besi. (Proverawati,2011).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi
darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa
oksigen keseluruh jaringan (Tarwono, dkk 2007). Kehamilan merupakan kondisi alamiah tetapi
seringkali menyebabkan komplikasi akibat berbagai perubahan anatomik serta fisiologis dalam
tubuh ibu.

Menurut Prawirohardjo(2010) klasifikasi anemia dalam kehamilan sebagai berikut :

a. Defisiensi Besi

b. Defisiensi Asam Folat

c. Anemia Plastik

d. Anemia Penyakit Sel Sabit

Menurut Prawirohardjo (2010), Proverawati (2011) dan Pratami (2016) penyebab anemia dalam
kehamilan adalah :

a. Peningkatan volume plasma sementara jumlah eritrosit tidak sebanding dengan


peningkatan volume plasma

b. Defesiensi zat besi mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb), dimana zat besi
adalah salah satu pembentuk hemoglobin.
c. Ekonomi : tidak mampu memenuhi asupan gizi dan nutrisi dan ketidaktahuan
tentang pola makan yang benar

3.2. Saran

Semoga, apa yang kita pelajari dalam makalah ini dapat kita pelajari dengan sungguh-
sungguh, dan dapat kita terapkan dengan baik. Demikianlah makalah tentang pengkajian resiko
jatuh ini kami buat, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua baik kami yang membuat
maupun anda yang membaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Pratami, E. (2016). Evidence-Based dalam Kebidanan. Jakarta : ECG.

Prawirohardjo, S.(2010).Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka.

Proverawati, A. (2011). Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Ramadani , M, Mayorita, L & Fitrayeni. (2012). Penyebab Kejadian anemia Ibu Hamil di
Puskesmas Seberang Padang Kota Padang.

Anda mungkin juga menyukai