Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH

KEPERAWATAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN DI RUANG HEMODIALISA


RSUD SUMEDANG

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah


pada Program Profesi Ners Angkatan XLIV

Perseptor Klinis
Yani Sutiani, S.Kep., Ners.
NAMA MAHASISWA
Nabila Nur Fadilah Hidayat
220112220023

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2022
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI GAGAL GINJAL KRONIS

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal
yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2010).

B. ETIOLOGI
Terdapat beberapa penyebab terjadinya gagal ginjal kronis, yakni (Corwin, 2010) :
a. Diabetes
b. Hipertensi
c. Glomerulusnefritik kronis
d. Nefritis interstisial
e. Obstruksi saluran kemih
f. Nefropati analgesic
g. Destruksi papilla ginjal

C. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Smeltzer (2010), terdapat tanda dan gejala yang umum terjadi pada penderita gagal
ginjal kronis, yakni :
 Anemia
Terjadi akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, sehingga menyebabkan
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk
mengalami perdarahan akibat status uremik pasien terutama dari saluran gastrointestinal.
 Poliuria
Terjadi peningkatan pengeluaran urine karena ginjal tidak mampu memekatkan urine
seiring dengan perburukan pernyakit.
 Penyakit tulang uremik atau osteodistrofi renal
Laju penurunan ginjal dan perkembangan gagal ginjal kronis berkaitan dengan gangguan
yang mendasari, eksresi protein dan urin, dan adanya hipertensi.
 Kardiovaskular
Pada gagal ginjal kronis mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari
aktivasi renin-angiotensin-aldosteron, gagal jantung kongestif, dan edema pulmoner
(akibat cairan berlebih)) dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh toksin
uremik).

Berdasarkan sistemnya, tanda dan gejala pada penderita gagal ginjal kronis dapat dibedakan
menjadi (Brunner & Suddarth, 2010) :
 Sistem Kardiovaskular : hipertensi, pitting edema, edema periorbital, perikarditis,
tamponade perikardium, hiperkalemia , hiperlipidemia serta perbesaran vena di leher.
 Sistem Integumen : warna kulit keabu abuan, kulit kering dan gampang terkelupas,
pruritus berat, ekimosis, purpura, kuku rapuh, rambut kasar dan tipis.
 Sistem Pernapasan : bunyi paru crackles, pernapasan Kussmaul, penurunan refleks batuk,
nyeri pleura, sesak napas, takipnea, pneumonitis uremik, sputum kental dan lengket.
 Sistem Gastrointestinal : pengecapan rasa logam, ulserasi, perdarahan mulut, mual
muntah, konstipasi, diare, serta perdarahan pada saluran cerna.
 Sistem Neurologis : kelemahan dan keletihan, tremor, kejang, asteriksis, tungkai tidak
nyaman, telapak kaki terasa terbakar, serta perubahan perilaku.
 Sistem Muskuloskeletal : kram otot, kehilangan kekuatan otot, osteodigrafi ginjal, serta
nyeri tulang.
 Sistem Reproduksi : amenorrea, atrofi testis, ketidak suburban dan penurunan libido.
 Sistem Hematologi : anemia dan trombositpenia.

D. PATOFISIOLOGI
Pada gagal ginjal kronik fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin kemudian tertimbun dalam darah (uremia) sehingga
memengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sisa, maka gejala akan
semakin berat. Penurunan jumlah glomeruli yang normal menyebabkan penurunan klirens
substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal. Dengan menurunnya GFR
mengakibatkan penurunan klirens kreatinin dan peningkatan kadar kreatinin serum. Hal ini
menimbulkan gangguan metabolisme protein dalam usus yang menyebabkan anoreksia, nausea,
dan vomitus yang menimbulkan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Peningkatan ureum kreatinin sampai ke otak memengaruhi fungsi kerja tubuh,
mengakibatkan gangguan pada saraf, terutama pada neurosensori. Selain itu BUN biasanya juga
meningkat. Pada penyakit ginjal tahap akhir urin tidak dapat dikonsentrasikan/diencerkan secara
normal sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan elektrolit. Natrium dan cairan tertahan
meningkatkan resiko gagal jantung kongestif. Pasien dapat menjadi sesak nafas, akibat
ketidakseimbangan suplai oksigen. Dengan tertahannya natrium dan cairan dapat menyebabkan
edema dan asites. Hal ini menimbulkan resiko kelebihan cairan dalam tubuh.
Semakin menurunnya fungsi renal terjadi asidosis metabolic akibat ginjal mengekskresikan
muatan asam (H+) yang berlebihan. Terjadi penurunan produksi eritropoetin mengakibatkan
terjadinya anemia, sehingga pada pasien dapat timbul keluhan kelemahan dan kulit terlihat pucat
menyebabkan tubuh tidak toleran terhadap aktivitas. Dengan menurunnya filtrasi melalui
glomerulus ginjal terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan penurunan kadar serum kalsium.
Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Laju
penurunan fungsi ginjal dan perkembangan gagal ginjal kronis berkaitan dengan gangguan yang
mendasari, ekskresi protein dalam urin, dan adanya hipertensi (Corwin, 2010).

E. KOMPLIKASI

 Komplikasi yang sering terjadi (Brunner & Suddarth, 2010) :


1. Hipertensi
2. Anemia
3. Osteodistrofi
4. Hiperkalemia
5. Ensefalopati uremik
6. Pruritus (gatal)
 Komplikasi yang memerlukan pendekatan kolaboratif, diantaranya (Corwin, 2010):
1. Hiperkalemia (kalium darah tinggi) akibat penurunan eksresi, asidosis metabolik,
katabolisme dan masukan diet berlebih (berkaitan dengan gangguan keseimbangan ion K
dan distribusi di intrasel dan ekstrasel)
2. Perikarditis, Efusi perikardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi renin-angiotensin-aldosteron
4. Anemia akibat penurunan eritopoetin, penurunan rentang usia sel darah merah dan
kehilangan darah ketika hemodialysis.
5. Hiperfosfatemia akibat penuruan ekskresi fosfat.
6. Hipokalsemia akibat penurunan absorpsi kalsium.
7. Penyakit tulang serta metastatik akibat retensi fosfat, kadar kalsium rendah, metabolisme
vitamin D abnormal dan peningkatan kadar alumunium.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yakni (Corwin, 2010) :
1. USG, CT scan dan MRI
Pada hasil pemeriksaan pasien gagal ginjal kronis, akan terlihat ukuran ginjal yang
abnormal atau atrofi ginjal.
2. Pemeriksaan darah
Pada hasil pemeriksaan pasien gagal ginjal kronis, akan terlihat nilai BUN serum, kreatinin
dan GFR yang tidak normal. Selain itu, akan terlihat pula penurunan pada hematokrit dan
hemoglobin yang diserta nilai rendah pada pH plasma.

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan ini dilakukan untuk mempertahankan fungsi ginjal dan mempertahankan
homeostasis selama mungkin (Brunner & Suddarth, 2010).
 Penatalaksanaan Farmakologis
- Hiperfosfatemia dan hipokalsemia ditangani dengan obat yang dapat mengikat fosfat dalam
saluran cerna (misal kalsium karbonat, kalsium asetat, sevelamer hydrochloride), semua gen
pengikat harus diberikan bersama makanan.
- Hipertensi ditangani dengan pengontrolan volume intravascular dan obat anti hipertensi
- Gagal jantung dan edema pulmonal ditangani dengan pembatasan cairan, diet rendah natrium,
dieresis, agens inotropik (misal digoxin, dobutamin), dan dialysis.
- Kejang dapat ditangani dengan diazepam intravascular, atau fenitoin.
- Asidosis metabolic diatasi jika perlu dengan suplemen natrium bikarbonat atau dialysis
- Anemia ditangani dengan rekombinan eritropoetin (epogen), hemoglobin, dan hematokrit.
- Heparin diberikan sesuai kebutuhan untuk mencegah bekuan darah pada jalur dialysis selama
terapi.
 Terapi Nutrisi
- Intervensi diet dengan pengaturan cermat tekait protein, asupan cairan, asupan natrium serta
pembatasan kalium.
- Asupan kalori dan vitamin memadai. Kalori diberikan dalam bentuk karbohidrat dan lemak.
- Pembatasan protein, protein yang diperbolehkan harus bersumber biologis (produk susu,
keju, telur dan daging)
- Diet cairan dengan 500-600 ml cairan lebih dari jumlah haluaran urine 24 jam pada hari
sebelumnya
- Pemberian suplemen dan vitamin
 Dialisis (Terapi Hemodialisa)
Hemodialisis adalah salah satu terapi untuk menggantikan kinerja tubuh seperti :
- Menyaring dan membuang sisa metabolisme dan kelebihan cairan.
- Membantu menyeimbangkan unsur kimiawi dalam tubuh.
- Membantu menjaga tekanan darah
ASUHAN KEPERAWATAN NY. W

I. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA

a. Identitas Pasien
Nama : Ny. Warhanah
Tanggal Lahir : 23 Maret 1949
Usia : 73 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Pendidikan Terakhir :-
Suku : Sunda
Agama : Islam
Alamat : Gorowong, RW04, Kelurahan Cisitu, Kecamatan
Cisitu, Kabupaten Sumedang
No. RM : 766930
Diagnosis medis : CKD stage V (ESRD)
Hari, Tanggal pengkajian : Rabu, 28 September 2022
b. Identitas Keluarga
Nama : Ny. Ita
Usia : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Sunda
Alamat :-
Hubungan dengan keluarga : Anak Kandung
II. RIWAYAT KESEHATAN

a. Keluhan utama

Sesak napas
b. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluhkan sesak napas. Sesak napas yang dirasakan Ny. W seperti
ditekan pada area dada. Ny. W juga mengatakan sesak napas terasa saat beraktivitas
dan berkurang saat ia beristirahat. Klien mengatakan setelah selesai cuci darah
biasanya sesak napas berkurang sampai 3 hari kedepan, kemudian setelah 3 hari pasca
cuci darah ia akan mulai merasa sesak napas kembali.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi. Sebelum memiliki
penyakit gagal ginjal, Ny. W mengatakan ia memiliki hipertensi yang menahun. Ny.
W juga mengatakan bahwa ia divonis memiliki penyakit ginjal pada akhir 2018,
sehingga mulai menjalani dialysis pada tahun 2019 dengan frekuensi seminggu satu
kali. Baru pada tahun 2022 beliau dijadwalkan rutin untuk melakukan dialysis
sbanyak 2 kali seminggu, yakni hari Rabu dan hari Sabtu.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan bahwa keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit seperti
hipertensi dan diabetes. Ny. W juga mengatakan bahwa tidak ada keluarga lain yang
memiliki riwayat gagal ginjal.
e. Riwayat psikososial spiritual
Klien mengatakan dalam proses hemodialisa ini is selalu mendapatkan dukungan
penuh dari keluarga. Keluarga diketahui sering mengantar Ny. W untuk melakukan
dialysis ke RSUD Sumedang. Ny. W mengatakan bahwa dirinya sudah pada tahap
menerima dan menjalani pengobatan seperti rutinitas biasa, karena sudah memasuki
tahun ke 3 pengobatan dialysis atau cuci darah. Ny. W juga mengatakan bahwa
penyakit ini tidak mengganggu kondisi sosial spiritualnya, karena ia tetap melakukan
sholat lima waktu serta kegiatan sosial lainnya seperti biasa. Selanjutnya, Ny. W
juga menyatakan bahwa Ny. W beserta keluarga tidak memiliki pantangan dalam
keyakinan, nilai-nilai, maupun kepercayaan baik dalam hal perawatan, ataupun
tindakan kesehatan.
f. Riwayat ADL

Pemeriksaan Sebelum Sakit Setelah Sakit

Nutrisi
- 2x/hari - 2x/hari
- Frekuensi
- Nasi+lauk pauk+sayur - Nasi +lauk pauk+sayur
- Jenis
- Tidak ada pantangan - Air berlebih, dan
- Pantangan
- Tidak ada keluhan makanan yang
- Keluhan
mengandung garam
berlebih
- Hindari garam dan air
berlebih
Cairan Elektrolit
- Frekuensi - 7-8 gelas/hari - 5-6 gelas/hari

- Jenis - Air putih - Air putih

- Pantangan - Tidak ada - Minum dibatasi

- Keluhan - Tidak ada - Selalu merasa haus

Eliminasi
BAB
- Frekuensi - 1x/hari - 1x/hari
- Konsistensi - Lunak - Lunak
- Keluhan - Tidak ada - Tidak ada

BAK
- Frekuensi - 4-5x/hari - 3-4x/hari
- Konsistensi - Jernih - Jernih
- Keluhan - Tidak ada - Klien mengatakan
frekuensi dan banyaknya
volume BAK berkurang
semenjak sakit
Istirahat dan Tidur
- Frekuensi - ∓6 jam - ∓6 jam
- Keluhan - Tidak ada - Tidak ada
- Kualitas - Nyenyak - Nyenyak
Personal Hygiene
- Mandi dan gosok - 2x/hari - 2x/hari
gigi - 2x ganti/hari - 2xganti/hari
- Berpakaian - Tidak ada - Tidak ada
- Keluhan
III. PENGKAJIAN PRE HEMODIALISA

a. Keadaan Umum : Klien tampak sedikit sesak napas

b. Tingkat kesadaran : Compos mentis

c. Antropometri

- BB pre HD : 54 Kg

- BB post HD : 52 Kg

- TB : 150 cm

d. Tanda-tanda vital

- TD : 120/80 mmHg

- RR : 24x/menit

- HR : 86x/menit

- Suhu : 36,5 ’C

- SpO2 : 98 %

e. Pemeriksaan Sistem Tubuh

Sistem Tubuh Hasil Pemeriksaan

Sistem Neurologi N. I : Penciuman klien baik.


NII : Tidak terkaji.
N III, IV, VI : Klien dapat menggerakan kedua bola
mata, dapat menggerakan konjungtiva, refleks
pupilbaik mengecil ketika diberikan cahaya.
N. V : Klien dapat menggerakan rahang kesemua
sisi,klien dapat memejamkan mata.
N. VII : Tes weber tidak terkaji.
N. IX : Klien masih dapat merasakan rasa manis, asam.
N. X : Klien dapat menelan.
N. XI : Klien dapat meggerakan kedua bahu
N. Hipoglosus : Klien dapat menjulurkan lidah
dari sisike sisi
Sistem Pernafasan - Inspeksi : Klien terlihat sesak, napas cepat dan
dangkal (RR 24)
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,
- Perkusi : Suara resonan di area lapang paru.
- Auskultasi : Terdengar sedikit ronchi

Sistem Inspeksi : Tidak ada pembesaran JVP, tidak


Karidovaskular ada bengkak di area dada
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri
diarea sinus
- Perkusi : suara dullnes di ICS II dan ICS II
- Auskultasi : Bunyi S1 diikuti dengan S2

Sistem Integumen Inspeksi : Warna kulit merata, tidak ada lesi,


kulitkering, warna gelap
Palpasi : Tidak ada nyeri

Sistem - Inspeksi : Tidak ada trauma, tidak ada cedera,


Muskuloskeletal tidak ada lesi , tidak ada kemerahan, tidak ada
deformitas tulang, ekskremitas bawah kiri dan
kanan tidak terlihat edema
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Kekuatan otot : kekuatan otot ektremitas atas bawah
5/5
Sistem Endokrin a. Inspeksi : Terdapat ada keringat berlebih, distribusi
rambut kurang merata pada kepala karena usia
b. Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada pembesaran kelenjar getah bening

IV. PENGKAJIAN INTRA HEMODIALISA

a. Tanda-Tanda Vital (Dikaji pada jam 12.20)

1. Tekanan Darah : 120/80 mmHg

2. HR : 78x/menit

3. RR : 20x/menit

4. SpO2 :98%

5. Suhu :36,0
b. Keluhan : Tidak terdapat keluhan

c. Terapi HD

1. Jenis Terapi : Hemodialisa Rutin 2x/minggu

2. Hemodialisa Ke- : 146

3. Akses Vaskuler : AV-Shunt pada lengan kiri

4. Nomor Mesin : 19B

5. Tipe Dialiser : E13H R2

6. Durasi HD (TD) : 4 jam

7. Queue Dialisat : 500 ml/menit

8. UF Goal : 1500 ml (1 ,5L)

d. Terapi Heparin

1. Dosis Awal : 2000 iu

2. Dosis Kontinyu : 1000 iu

e. Terapi Dialisat

1. Dialisat : Solution

2. Akses Sirkulasi : Cimino

3. Heparinisasi : Standar

V. PENGKAJIAN POST HEMODIALISA

a. Tanda-Tanda Vital (Dikaji pada jam 15.10)

1. Tekanan Darah : 120/80 mmHg

2. HR : 80x/menit

3. RR : 18x/menit

b. Keadaan Umum : Compos mentis, jalan normal dan tidak dibantu


c. Keluhan : Tidak ada keluhan
VI. ANALISA DATA & DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

DS : Gangguan mekanisme Hipervolemia


- Klien mengatakan regulasi

selalu terasa haus


karena minum dibatasi Pasien didiagnosis mengalami
- Klien mengatakan CKD Stage V

rutin menjalani terapi ↓

HD 2x/minggu di tiap Terjadi ↓ fungsi ginjal


hari Rabu dan Sabtu ↓
- Klien mengatakan Aliran darah ke ginjal
BAK keluar sedikit menurun
dan frekuensi ↓
berkurang Retensi Na dan H20

DO : Terjadi kelebihan volume

- Klien sedang cairan dalam tubuh

menjalani hemodialisa ↓

- BB Pre HD : 54 Kg Hipervolemia

- BB post HD : 52 Kg

DS : Perubahan membrane Gangguan


alveolus dan kapiler pertukaran
- Klien mengatakan
merasa sesak napas gas
CKD
DO :

- Frekuensi pernapasan : Edema (kelebihan volume
24x/menit cairan)
- Terdengar bunyi napas ↓
tambahan ronkhi Tekanan vena pulmonalis

Kapiler paru meningkat

Edema paru

Gangguan pertukaran gas

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan tubuh
ditandai dengan

DS :
- Klien mengatakan selalu terasa haus karena minum dibatasi
- Klien mengatakan rutin menjalani terapi HD 2x/minggu di tiap hari Rabu dan Sabtu
- Klien mengatakan BAK keluar sedikit dan frekuensi berkurang

DO :
- Klien sedang menjalani hemodialisa
- BB Pre HD : 54 Kg
BB post HD : 52 Kg

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-


kapiler ditandai dengan

DS :

- Klien mengatakan merasa sesak napas

DO :

- Frekuensi pernapasan :24x/menit

- Terdengar bunyi napas tambahan ronkhi


VII. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No. DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

D.0022 Setelah dilakukan Terapi Hemodialisa Terapi Hemodialisa


asuhan keperawatan Intervensi terapi hemodialisia memiliki Terapi hemodialisa atau cuci darah dilakukan
selama 1 x 24jam, pengaruh yang signifikan terhadap URR (terjadi untuk dapat menggantikan kinerja tubuh bagian
diharapkan penurunan ureum setelah dilakukannya organ ginjal, yakni :
keseimbangan cairan hemodialisis) (Wahyuni et al., 2016) - Menyaring dan membuang sisa metabolisme
dapat meningkat dengan
dan kelebihan cairan.
kriteria hasil :
Manajemen Hipervolemia (I.03114) - Membantu menyeimbangkan unsur kimiawi
- Keluaran cairan meningkat
Observasi dalam tubuh.
- Edema menurun
1. Periksa tanda & gejala hipervolemia - Membantu menjaga tekanan darah
- Dehidrasi menurun
2. Identifikasi penyebab hipervolemia
- Tekanan darah membaik
3. Monitor status hemodinamik Manajemen Hipervolemia
- Berat badan membaik
4. Monitor intake & output cairan Observasi
5. Monitor tanda hemokonsentrasi - Untuk mengetahui tanda gejalahipovelemia
6. Monitor tanda peningkatan tekanan - Untuk mengetahui penyebab hipervolemia
onkotik plasma - Untuk mengetahui intake output
7. Monitor efek samping diuretik - Untuk mengetahui tekanan onkotik
Terapeutik - Untuk mengetahui efek diuretik
1. Timbang berat badan setiap hari pada Terapeutik
waktu yang sama - Untuk mengetahui berat badan
2. Batasi asupan cairan dan garam - Untuk membatasi asupan garam yang
3. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40° berkaitan dengan fungsi ginjal dan jantung
Edukasi - Untuk memberikan posisi nyaman pada klien
1. Anjurkan melapor jika haluaran urine Edukasi
<0,5 ml/kg/jam dalam 6 jam - Untuk memantau haluaran urin
2. Anjurkan melapor jika BB bertambah >1 - Untuk memantau berat badan
Kg dalam sehari - Mengajarkan klien untuk memantau kondisi
3. Ajarkan cara mengukur dan mencatat nya sendiri kaitannnya dalam haluaran urin
asupan dan haluaran cairan - Agar tidak terjadi kelebihan volume cairan
4. Ajarkan cara membatasi cairan Kolaborasi

Kolaborasi - Untuk mengurangi terjadinya udem

1. Kolaborasi pemberian diuretik - Untuk menambah kalium tubuh

2. Kolaborasi penggantian kehilangan


kalium akibat diuretic
3. Kolaborasi pemberian Continuous
Renal Replacement Therapy (CRRT)
D.0003 Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi (l.01014) Pemantauan Respirasi
tindakan keperawatan
Observasi Observasi
selama 1x24jam,
- Monitor frekuensi irama, kedalaman,upaya - Untuk mengetahui karakteristik napas pasien
diharapkan pertukaran
napas - Untuk mengetahui pola napas pasien
gas dapat meningkat
dengan kriteria hasil : - Monitor pola napas - Untuk mengetahui kemampuan batuk efektif
- Frekuensi pernapasan - Monitor kemampuan batuk efektif pasien
16-20x/menit
- Monitor adanya produksi sputum - Untuk mengetahui sekresi pasien
- Bunyi napas tambahan
- Auskultasi bunyi napas - Untuk mengetahui jika ada bunyi napas
berkurang
- Monitor saturasi oksigen tambahan
- Warna kulit
membaik Terapeutik - Untuk mengetahui status oksigen dalam darah
- Pola napas membaik - Atur interval pemantauan respirasisesuai pasien

kondisi pasien Terapeutik

- Posisikan semi fowler atau fowler - Untuk memantau interval respirasi pasien

Edukasi - Untuk memudahkan pasien bernapas

- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan Edukasi

- Informasikan hasil pemantauan - Agar pasien mengetahui tujuan dan prosedur


pemantauan

- Agar pasien mengetahui hasil pemantauan


VIII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Waktu Impelementasi Respon Evaluasi Paraf
28/09/2022 - Mengkaji kondisi umum - Klien kooperatif Subjektif:

klien ketika dilakukan - Klien mengatakan kondisinya


11.00
tindakan terasa lebih baik dari
- Melakukan TTV
hemodialisa sebelumnya
- Melakukan kolaborasi - Klien mengatakan sesak
tindakan hemodialisa dan napas berkurang
pemberian medikasi - Klien mengatakan bahwa
penunjang heparin (1000u) penting untuk membatasi
cairan bagi kondisi tubuhnya
14.00 - Mengecek tekanan darah - Klien memahami - Klien mengatakan tidak ada

- Mengidentifikasi melakukan batuk keluhan sama sekali pasca HD

hipervolemia efektif Objektif:


- Memberikan latihan batuk - Klien mengatakan - TD 130/80 mmHg
efektif tidak ada keluhan
- Pasien dapat berdiri dan
- Menjelaskan tujuandan pusing
berjalan tanpa sesak
prosedur batuk efektif
- BB post HD: 52 Kg
- Menganjurkan tarik napas
dalam melalui hidung Assessment:

selama 3 detik, ditahan Masalah teratasi sebagian

selama 4 detik,kemudian
keluarkan dari mulut Planning:

dengan bibir dibulatkan Tindakan HD kembali dilanjutkan dan


selama 5 detik dilakukan 3 hari kemudian, tepatnya
- Menganjurkan mengulangi pada hari Sabtu
tarik napas dalam hingga 3 x
15.00 - Mengecek tekanan darah - Klien mengatakan
- Memberikan penjelasan posisi sudah
dancara mengatasi efek nyaman
samping dari hemodialisa - Klien kooperatif
- Mengatur posisi pada pemeriksaan
semi fowler atau tekanan darah
fowler terakhir
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 1.
Jakarta: EGC

Elizabeth, J. Corwin. (2010). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta:
EGC.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik
(1st ed.). DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan : Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st
ed.). DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. DPP PPNI
Smeltzer, S. C. (2010). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart Edisi 12. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Wahyuni Armezya, Ellyza Nasrul, dan Elizabet Bahar. (2016). Pengaruh Hemodialisis
terhadap Urea Reduction Ratio pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Stadium V di RSUP
Dr. M. Djamil. Diambil dari : unand.ac.id pada 14 April 2019

Anda mungkin juga menyukai