Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN PENGKAJIAN FISIK PADA Tn S

DENGAN KEBUTUHAN DASAR


MANUSIA CAIRAN

DISUSUN OLEH :
NAMA : NUNUNG KRISTIANA
NIM : 12.030

AKADEMI KEBIDANAN
MEDIKA WIYATA KEDIRI
2013
LAPORAN PENDAHULUAN PEMENUHAN CAIRAN
A. Definisi
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini
terjadi pengeluaran air lebih banyak dari pada pemasukan (misalnya air minum).
(sarwono,2008)
Tanda- tanda dehidrasi
 Mulut kering.
 Sedikit atau tidak ada air mata ketika menangis.
 Bayi rewel.
 Kurang dari empat popok basah per hari pada bayi.
 Kulit kering.
 Tidak aktif atau penurunan kesadaran.
 Lemah.
 Mata cekung.
 Tidur terus menerus.
 Bernafas dalam dan cepat.
 Nadi cepat atau lemah.
 Kepala terasa pusing.
(sarwono,2008)
Penyebab Dehidrasi
 Diare.
 Muntah.
 Penggunaan obat deuretik yang mengakibatkan ginjal mengeluarkan
sejumlah air dan garam.
 Panas yang berlebihan.
 Demam.
 Kurangnya asupan cairan karena penyakit tertentu seperti diabetes dan
penyakit addison.
(Arief mansjoer,2000)
B. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita dehidrasi
1. Obat-obatan antiemetik untuk mengatasi muntah.
2. Obat-obatan anti diare , pengeluaran feses yang berlebihan dapat diberikan
obat-obat anti diare serta dapat diberikan oralit.
3. Pemberian air minum yang mengandung natrium cukup memadai untuk
mengatasi ketidakseimbangan yang terjadi.
4. Pemberian cairan intravena .
Pada kekurangan cairan yang berat, maka diperlukan pemberian cairan
intravena .Larutan garam isotonik (0,95%) merupakan cairan infus terpilih
untuk kasus-kasus dengan kadar natrium mendekati normal , karena akan
menambah volume plasma. Segera setelah pasien mencapai normotensi,
separuh dari larutan gram normal (0,45%) diberikan untuk menyediakan air
bagi sel-sel dan membantu pembuangan produk-produk sisa metabolisme.
5. Pemberian bolus cairan IV
Pemberian bolus cairan IV awal dari suatu uji beban cairan, untuk mengetahui
apakah aliran kemih akan meningkat, yang menunjukkan fungsi ginjal normal.
(arief mansjoer,2000)
C. Komplikasi
Kurangnya asupan air yang dibutuhkan tubuh dapat menyebabkan dehidrasi.
Dehidrasi sedang (hilangnya 1-2% dari berat badan) dapat menurunkan energi dan
membuat lelah . penyebab umum yang dapat menyebabkan dehidrasi adalah
aktifitas yang banyak, keringat yang berlebih, muntah dan diare. Pada keadaan
yang gawat, cairan atau elektrolit dapat diberikan secara intravena.
(wahyudi,2000)
POHON MASALAH DEHIDRASI

Tanda dan gejala: Patofisiologi:

 Mulut kering.  Diare.


 Kepala terasa pusing.  Muntah.
 Sedikit atau tidak ada air  Penggunaan obat diuretik
yang mengakibatkan ginjal
pada saat menangis.
mengeluarkan sejumlah
 Kulit kering.
besar air dan garam.
 Tidak aktif atau  Panas yang berlebihan.
penurunan kesadaran.  Demam.
 Lemah.  Kurangnya asupan cairan
 Mata cekung. karena penyakit tertentu
 Tidur terus-menerus. seperti diabetes dan
 Bernafas dalam dan penyakit addison.
cepat.

Penatalaksanaan:

 Obat-obatan antiemetik untuk


mengatasi muntah.
 Obat-obatan anti diare.
 Pemberian air minum.
 Pemberian cairan intravena.
 Pemberian bolus cairan IV.
A. Pengertian cairan tubuh
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu.
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Jadi kebutuhan cairan dan elektrolit adalah
suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang
tetap dalam berespon terhadap stressor dan lingkungan.

Kebutuhan air berdasarkan usia dan berat badan

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengaturan cairan

 Tekanan cairan : proses difusi dan asmosis melibatkan adanya tekanan cairan.
 Membran semipermiabel: merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar
tidak tergabung.

Jenis-jenis cairan

 Cairan zat gizi : pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 setiap
hari . cairan nutrien dapat diberikan melalui intravena.
 Blood volume expanders: jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume darah
sesudah kehilangan darah atau plasma.
( Hidayat dan Uliyah, 2005)
B. Fisiologis
Cairan dan Elektrolit masuk melalui makanan, minuman dan cairan intravena(IV) dan
di distribusikan ke seluruh tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya. Jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh di bagi menjadi dua kelompok besar
yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan
yang berada di dalam sel di seluruh tubuh , sedangkan cairan ekstraseluler adalah
cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan
intravaskuler(plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler . cairan intravaskuler
(plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler. Cairan interstitial adalah cairan
yang terletak di antara sel. Sedangkan cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus
seperti cairan intraokuler dan sekresi saluran cerna. Intravaskuler 5% berat badan,
interstitial 15% berat badan dan transseluler 40% berat badan.
Cairan intravaskuler dan interstitrial bersama-sama disebut extrasel (ECF) . ECF
adalah cairan tubuh dengan laju tinggi dikeluarkan melalui urine kg/hari serta
keringat dan uap panas (700/m²/hari).
(Tarwanto dan wartonah ,2003)

C. Masalah yang menyertai


 Gangguan cairan

ketidakseimbangan isotomik

a. Hipovalemi
- Terjadi karena kekurangan pemasukan air atau pengeluaran
berlebihan.
Penyebab:
 Muntah, diare berlebihan
 Perdarahan
 Demam
b. Hipervalemi
- Terjadi saat air dan natrium dipertahankan dalam proporsi notonik
sindrom ruang ke tiga berefek kekurangan vulume cairan ekstrasel.
(www doctroc.com)
 Ketidakseimbangan asmolor

a. Dehidrasi
- Terjadi jika ada kehilangan cairan tanpa di sertai kehilangan elektrolit
yang proporsional faktor resiko terjadinya dehidrasi.
Penyebab:
 Penurunan fungsi neurologis.
 Penurunan sekresi ADH.

b. Edema
- Akumulasi cairan abnormal di jaringan infertital atau rongga tubuh.
Penyebab:
 Peningkatan tekanan hidostatik.
 Penurunan tekanan asmotik plasma.
 Sumbatan imfalik.
 Refensi urine.
 Kerusakan pembuluh darah kapiler.
(www doctroc.com)
D. Kebutuhan pasien
Kebutuhan cairan merupakan kebutuhan dasar manusia secara psikologis memiliki
proporsi 90% dari total berat badan. Sisanya merupakan zat padat . presentase
cairan dalam tubuh berbeda berdasarkan usia
~ bayi baru lahir: 75%
~ Dewasa: 1. Pria 60%
2. Wanita 55%
3. Usia lanjut 45%
Dari total berat badan
o Bergantung lemak dalam tubuh
 Jika lemak sedikit maka cairan tubuh pun lebih besar.
o Jenis kelamin
 Di dalam tubuh seseorang yang sehat volume cairan tubuh dan
komponen kimia dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi
dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake cairan sama
dengan kehilangan cairan dalam tubuh yang terjadi. Kondisi sakit
dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh.
Maka tubuh akan kehilangan cairan antara lain melalui proses
penguapan ekspirasi . penguapan kulit, ginjal, ekskresi pada
metabolisme.
Intake cairan adalah selama aktivitas dan temperatur
sedang seorang dewasa minum kira-kira 1500ml/hari
sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500ml/hari
sehingga kekurangan 1000ml perhari diperoleh dari
makanan dan oksidasi selama proses metabolisme.

Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang di perlukan berdasarkan umur dan berat
badan.

1. 3 hari : 250-300 (ml / 24jam )


2. 1 tahun : 1150-1300 (ml / 24jam )
3. 2 tahun : 1350-1500 (ml / 24 jam)
4. 6 tahun : 1800-2000 (ml / 24jam )
5. 10 tahun : 2000-2500 (ml / 24 jam)
6. 14 tahun : 2200-2700 (ml /24 jam )
7. 18 tahun : 2200-2700 (ml / 24 jam)

(Hidayat. A Aziz Alimul, 2003)

 Output cairan
Kehilangan cairan melalui empat proses
a. Urine
Dalam proses kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml/24 jam
atau 30-50 ml/jam.
b. IWL ( insesible water loss)
Terjadi melalui kulit, paru-paru. Pada orang dewasa normal kehilangan
cairan tubuh melalui proses ini adalah sekitar 300-400 ml/hari tapi bila
proses respirasi/ suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat
c. Keringat
d. Feses
Pengeluaran air melalu feses antara 100-200ml/hari yang diatur melalui
reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
( Hidayat dan Uliyah.2005)
Macam dehidrasi (kurang volume cairan)

a. Dehidrasi berat
1. Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L.
2. Serum natrium 159-166 mEq/ML.
3. Hipotensi.
4. Turgor kulit buruk.
5. Oligoria.
6. Nadi dan pernafasan meningkat.
7. Kehilangan cairan mencapai >10% berat badan.
b. Dehidrasi sedang
1. Kehilangan cairan 2-4 atau antara 5-10% berat badan .
2. Serum natrium 152-158 mEq/L.
3. Mata cekung.

c. Dehidrasi ringan , dengan terjadinya kehilangan cairan mencapai 5%


berat badan atau 1,5-2L.

Jenis Cairan Elektrolit

Terdiri dari : cairan isotonik, hipotonik, hipertonik


Contohnya:
1. Cairan ringers, terdiri atas :Na⁺,K⁺, C1 dan, Ca²⁺.
2. Cairan ringers laktat, terdiri atas: Na⁺,K⁺,Mg²⁺, C1⁻, Ca²⁺, dan HCO₃⁻.
3. Cairan buffer, terdiri atas: Na⁺,K⁺,Mg²⁺, C1⁻,dan HCO₃⁻.
(Hidayat dan Uliyah , 2005)

Gangguan /Masalah Kebutuhan Elektrolit


1. Hipotermia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam
plasma darah yang di tandai dengan mual,muntah dan diare.
2. Hipernatremia
Merupakan suatu keadaan di mana kadar natrium dalam
plasma tinggi yang di tandai dengan mukosa kering.
Oliguria/anuria, turgor kulir buruk dan permukaan kulit
membengkak, kulit kemerahan,lidah kering dan
kemerahan ,suhu badan naik.
3. Hipokalemia
Suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Di
tandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan
darah, tidak nafsu makan, muntah-muntah,perutnya
kembung, denyut jantungnya tidak beraturan.
4. Hiperkalemia
Merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah
tinggi . di tandai dengan adanya mual,hiperaktivitas sistem
pencernaan, aritmia kelemahan, jumlah urine sedikit sekali,
diare, adanya kecemasan dan iritabilitas.
5. Hipokalsemia
Merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah
ditandai dengan adanya kram otot, kram perut, kejang,
bingung, kesemutan pada jaridan sekitar mulut.
6. Hiperkalsemia
Merupakan suatu keadaan kelebihab kadar kalsium dalam
darah di tandai dengan adanya nyeri pada tulang,relaksasi
otot, batu ginjal,mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam
plasma lebih dari 4,3mEq/L.
7. Hipomagnesia
Merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah
ditandai dengan adanya iritabilitas,tremor,kram pada kaki dan
tangan, lakikardi, hipertensi,kadar magnesium dalam darah
kurang dari 1,3 mEq/L.
8. Hipermagnesia
Merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah
ditandai dengan adanya koma,gangguan pernafasan,dan kadar
magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.

(Hidayat , A.Aziz Alimul,2003)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan


elektrolit.
 Usia.
 Temperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran ciran
melalui keringat cukup banyak.
 Diett.
 Stress.
 Sakit.
(Hidayat , A.Aziz Alimul,2003)
 Tindakan untuk mengatasi masalah/gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit.
1. Pemberian cairan melalui infus
Yaitu tindakan memasukkan cairan melalui intravena
yang dilakukan kepada pasien dengan bantuan
perangkat infus.
 Persiapan alat dan bahan
1. Standar infus.
2. Perangkat infus.
3. Cairan sesuai kebutuhan pasien.
4. Jarum infus/abocath atau sejenisnya sesuai
ukuran.
5. Pengalas.
6. Tourniquet/pembendung.
7. Kapas alkohol70%.
8. Plester.
9. Gunting.
10. Kasa steril.
11. Betadine.
12. Sarung tangan.

 Prosedur kerja
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur
yang akan dilakukan.
3. Hubungkan cairan dan perangkat infus
dengan menusukkan kedalam botol infus.
4. Isi cairan ke dalam perangkat infus dengan
menekan bagian ruang tetesan hingga
ruangan tetesan terisi sebagian, kemudian
buka penutup hingga selang terisi dan
keluar udaranya.
5. Letakkan pengalas.
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
7. Gunakan sarung tangan.
8. Desinfeksi daerah yang akan di tusuk.
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke
atas.
10. Cek apakah sudak mengenai venadengan
ciri darah keluar melalui jarum infus/
abocath.
11. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan
selang infus.
12. Buka tetesan.
13. Lakukan desinfeksi dengan betadine. Dan
tutup dengan kasa steril.
14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada
plester.
15. Catat respons yang terjadi
16. Cuci tangan.
(Hidayat. A Aziz Alimul,2003)

2. Tranfusi darah
Merupakan tindakan memasukkan darah melalui vena
dengan menggunakan seperangkat alat tranfusi pada
pasien yang membutuhkan darah.

 Persiapan alat dan bahan


1. Standar infus.
2. Perangkat tranfusi.
3. Nacl 0,9%.
4. Darah sesuai kebutuhan pasien.
5. Jarum infus/ abocath atau sejenisnya sesuai
ukuran.
6. Pengalas.
7. Tourniquet/pembendung.
8. Kapas alkohol70%.
9. Plester.
10. Gunting.
11. Kasa steril.
12. Betadine.
13. Sarung tangan.

 Prosedur kerja
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur
yang akan di lakukan.
3. Hubungkan cairan NaCL 0,9% dan
seperangkat tranfusi dengan
menusukkannya.
4. Isi cairan NaCL 0,9% ke dalam perangkat
tranfusi dengan menekan bagian ruang
tetesan hingga ruangan tetesan terisi
sebagian, kemudian buka penutup, hingga
selang terisi dan udaranya keluar.
5. Letakkan pengalas.
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
7. Gunakan sarung tangan.
8. Desinfeksi daerah yang akan di tusuk.
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke
atas.
10. Cek apakah sudah mengenai vena dengan
ciri darah keluar melalui jarum
infus/abocath.
11. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan
selang tranfusi .
12. Buka tetesan.
13. Lakukan desinfeksi dengan betadine dan
tutup dengan kasa steril.
14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada
plester.
15. Setelah NaCL 0,9% masuk sekitar ±15 menit,
ganti dengan darah yang sudah di siapkan.
16. Darah sebelum di masukkan, terlebih
dahulu cek warna darah, identitas
pasien,jenis golongan darah,dan tanggal
kadaluarsa.
17. Lakukan observasi tanda-tanda vital selama
pemakaian tranfusi.
18. Catat respons terjadi.
19. Cuci tangan.
(Hidayat A Aziz Alimul, 2003)
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat dan Uliyah, 2005. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan.
Jakarta: selemba medika

Tarwanto dan Wartonah, 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan proses


keperawatan. Jakarta:selemba medika

www.doctroc.com

Hidayat, A Aziz Alimul. 2003, Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:selemba medika

Arief mansjoer,2000. Keterampilan Dasar Praktik klinik untuk Kebidanan. Jakarta:


selemba medika

Anda mungkin juga menyukai