2. ETIOLOGI
Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstrasel dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga
hipovolemi. Umumnya gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler
lalu diikuti dengan perpindahan cairan intrasel menuju intravaskuler sehingga
menyebabkan penurunan jumlah cairan ekstrasel. Untuk mengompensasi kondisi ini,
tubuh melakukan pemindaha cairan intrasel. Secara umum, deficit volume cairan
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit,
penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga. Lokasi
ketiga yang dimaksud adalah lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikannya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstrasel istirahat. Cairan
dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura,
peritoneum (Tamsuri, 2004).
3. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor pencetus dari kekurangan volume cairan dapat disebabkan oleh :
a. Kehilangan cairan dari system gastrointestinal seperti muntah, diare dan drainase
b. Kehilangan plasma atau darah utuh seperti luka bakar dan perdarahan
c. Keringat berlebih
d. Demam
e. Penurunan asupan cairan peroral
f. Penggunaan obat-obatan diuretic
4. PATOFISIOLOGI
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut
juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan
intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.
Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan
pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah
untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler
istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial
seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi
tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi
akibat obstruksi saluran pencernaan.
5. GEJALA KLINIS
Beberapa tanda dan gejala pada kekurangan volume cairan :
a. Klien mengalami kehilangan berat badan secara tiba tiba
b. Volume haluaran menurun jika dibandingkan dengan asupan, terjadi peningkatan
berat jenis urine.
c. Klien merasa haus dan lemah
d. Klien diare
e. Klien muntah
6. PEMERIKSAAN FISIK
a. Nadi cepat tetapi lemah
b. Kolaps vena
c. Hipotensi
d. Frekuensi nafas cepat
e. Kulit dan memberan mukosa kering
f. Tugor kulit tidak elastic
g. Kehilangan berat badan yang cepat
7. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Berat jenis urin > 1,025
b. Peningkatan semu hematokrit > 50%
c. Peningkatan semu nitrogen urea darah > 25 mg/100 ml
8. PENATALAKSANAAN
a. Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta asam-basa dan
elektrolit.
b. Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik.
c. Rehidrasi oral pada diare pediatrik.
d. Tindakan berupa hidrasi harus secara berhati-hati dengan cairan intravena
e. Tindakan terhadap penyebab dasar.
9. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Hal-hal yang dapat dikaji pada gangguan cairan kurang dari kebutuhan tersebut,
yaitu:
Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan
Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan dengan
cairan, adanya faktor risiko sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan
dengan cairan.
Pola metabolic
Kebiasaan diit buruk (rendah serta, tinggi lemak, bahan pengawt), anoreksia,
mual, muntah, intoleransi makanan atau minuman, perubahan berta badan,
berat badan turun, frekuensi makan dan minum, adanya sesuatu yang dapat
mempengaruhi makan dan minum (agama, budaya, ekonomi). Adakah status
fisik seseorang yang mempengaruhi makan dan minum.
Pola eliminasi
Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi), perubahan
berkemih (perubahan warna, jumlah, ferkuensi)
Aktivitas-latihan
Adanya kelemahan atau keletihan, aktivitas yang mempengaruhi pola cairan
seseorang,
Pola istirahat-tidur
Perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur, adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur (nyeri, bangun malam untuk minum)
Pola persepsi-kognitif
Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien terganggu atau
tidak, penggunaaan alat bantu dalam penginderaan pasien.
Pola konsep diri-persepsi diri
Keadaan social yang mempengaruhi cairan seseorang (pekerjaan, situasi
keluarga, kelompok sosial), penilaian terhadap diri sendiri (gemuk/ kurus).
Pola hubungan dan peran
Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat ketika makan, adanya
ketegangan dan ansietas saat terjadi gangguan cairan dalam tubuh.
Pola reproduksi-seksual
Perilaku seksual setelah terjadi gangguan dikaji
Pola toleransi koping-stress
Adanya stress yang mempengaruhi ke minum.
Keyakinan dan nilai
Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi nutrisi, adanya pantangan
atau larangan minuman tertentu dalam agama pasien.
b. Pemeriksaan fisik
Keadaan fisik: apatis,lesu, letargi, konfusi, disorientasi
Berat badan turun
Kepala: pusing, fontanel bayi cekung
Mata: cekung, konjungtiva kering, air mata berkurang atau tidak ada.
Sistem saraf: bigung,rasa terbakar, reflek menurun.
Fungsi gastrointestinal: abdomen cekung, muntah, hiperperistaltik disertai
diare atau hipoperistaltik
System ginjal: oliguri atau anuria, berat jenis urin meningkat.
Kardiovaskuler: vena leher datar, lambatnya pengisian vena, denyut nadi
meningkat. Pengurangan frekuensi denyut nadi, denyut nadi lemah, tekanan
darah rendah
Kulit: kering, turgor kulit buruk, kulit dingin, suhu tubuh menurun
Bibir: kering ,pecah-pecah, membrane mukosa pucat
Kuku: mudah patah (Potter&Perry, 2006)
c. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Kekurangan volume cairan
Faktor yang berhubungan:
Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat
diabetes insipidus
Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan
melalui evaporasi akibat luka bakar
Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase
abnormal, dari luka, diare
Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alcohol
yang berlebihan
Berhubungan dengan mual, muntah
Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi
atau keletihan.
d. Rencana Asuahan Keperawatan
e. Evaluasi
Evaluasi pada kekurangan volume cairan yaitu mengacu pada kriteria hasil yaitu:
Intake output seimbang
Klien mengerti tentang pentingnya meningkatkan masukan cairan
selama stress
Berat jenis urine normal
Tidak terjadi tanda-tanda dehirasi (mukosa bibir lembab, turgor kulit elastis).
DAFTAR PUSTAKA