Anda di halaman 1dari 21

A.

DASAR-DASAR KESEIMBANGAN CAIRAN

1. Komposisi Cairan Tubuh

Cairan tubuh terdiri dari air sebagai pelarut dan elektrolit sebagai zat yang
terlarut, Air merupakan komponen terbesar dari tubuh kita, hampIr 60% dari total
berat badan tubuh kita adalah air untuk orang muda dewasa pria, dan 50-55%
wanita muda dewasa.

PRECENTAGES OF TOTAL BODY FLUID IN RELATION TO AGE AND GENDER


Age % of water = Body Weight
Full-term newborn 70 – 80
1-year-old 64
Puberty to 39 years Men : 60
Women : 55
40 – 60 years Men : 55
Women : 47
Over 60 years Men : 52
Women : 46

1
Source : Metheny,N.M.(2000). Fluid and electrolyte balance. In Metheny,N/M. (ed). Nursing
consederations ( 4th ed).Philadelphia:Lippincott-Williams & Wilkins. Copyright 2000 by

Lippincott-Williams & Wilkins.Reprinted with permission..

2. Distribusi Cairan Tubuh


Keseimbangan cairan dalam tubuh tergantung pada intake cairan, elektrolit,
faktor fisiologi (cth: fungsi organ,hormon,umur,jenis kelamin). Komposisi antara
cairan dengan zat padat dalam tubuh manusia berbeda- beda, tergantung pada
faktor usia dan jenis kelamin. Prosentase komposisi cairan berdasar faktor usia
antara lain :

a. Pada bayi prematur jumLah cairan tubuh sekitar 80% dari berat badannya.
Pada bayi yang lahir cukup bulan, sekitar 70% dari berat badannya adalah
cairan.
b. Pada laki – laki dewasa sekitar 60% dari berat badannya adalah cairan, dan
pada wanita sekitar 50% dari berat badannya adalah cairan.
c. Pada usia Lansia di atas 60 tahun, kira – kira 45 – 55% dari berat badannya
adalah cairan.

Sedangkan untuk distribusi cairan tubuh manusia dibagi dalam dua ruangan
( compartement ), yaitu :

2
a) Cairan Intraselluler : cairan yang terdapat di dalam sel dengan jumLah
sekitar 40% dari total cairan tubuh  tempat terjadinya proses
metabolisme tubuh.
b) Cairan Ekstraselluler : cairan yang terdapat di luar sel dengan jumLah
sekitar 20% dari total cairan tubuh  berperan dalam memberi bahan
makanan bagi sel dan mengeluarkan sampah sisa metabolisme tubuh.
Adapun Cairan Ekstraselluler dibagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu :

 Cairan Intersitial : terdapat pada celah antar sel (cairan jaringan).


BerjumLah sekitar 15% dari total CES. Fungsi : sebagai cairan
pelumas, agar tidak terjadi gesekan pada saat dua jaringan
bergerak. Contoh : Cairan pleura, cairan perikardial, cairan
peritoneal.
 Cairan Intravaskuler : terdapat di dalam pembuluh darah, dan
berupa plasma dengan komposisi 5% dari total CES.

Gambran CES – CI

Pertukaran cairan antar ruang (compartement) ini terjadi secara terus menerus
(continously), dan sangat dipengaruhi oleh intake dan output cairan ke dalam
atau keluar tubuh. Perubahan cairan dalam intracelluler dan interstitial akan
direspon oleh tubuh kita dengan merubah konsentrasi dari plasma dalam tubuh
kita. Intake dan output akan diatur seimbang dalam tubuh kita secara relatif,

3
selama tubuh dalam kondisi sehat, dan ini dijaga oleh sistem dalam tubuh kita
yang disebut homeostasis. Apabila kondisi tubuh sedang dalam keadaan sakit,
keseimbangan ini akan berubah. Output cairan dari tubuh kita dipengaruhi oleh
naiknya suhu tubuh, meningkatnya respirasi, adanya tindakan pemasangan
drain, dan pengeluaran cairan lambung.

3. Fungsi Cairan Dalam Tubuh


Fungsi cairan tubuh dibagi menjadi beberapa fungsi penting. Cairan
ekstraselluler misalnya berfungsi transportasi nutrient ke dalam sel dan
mambawa produk sisa metabolisme keluar dari sel.
Fungsi-fungsi cairan tubuh antara lain untuk:
1. Mempertahankan volume darah
2. Mengatur suhu tubuh
3. Transportasi bahan-bahan dari dan kedalam sel
4. Sebagai penyedia media aqueous untuk metabolisme tingkat selluler
5. Membantu proses pencernaan makanan melalui proses hydrolisis
6. Bertindak sebagai pelarut (solvent) apabila tersedia bahan terlarut untuk
menjaga fungsi sel
7. Sebagai media untuk ekskresi bahan-bahan sisa.

4. Keseimbangan Cairan Tubuh / HOMEOSTASIS


Homeostasis adalah suatu fenomena fisiologis dimana tubuh melakukan
kompensasi untuk memelihara keseimbangan sistem yang ada dalam tubuh
untuk menopang kehidupan. Keseimbangan cairan dalam tubuh manusia
ditentukan oleh intake dan output cairan. Intake cairan berasal dari makanan dan
minuman, dimana 1200 mL cairan berasal dari minuman, sedangkan ± 1000 mL
dari makanan.

Output cairan berasal dari urin sekitar 1200-1500 mL/hari, dari feses 100 mL/hari,
dari paru-paru/via uap pernafasan 300-500 mL dan dari keringat 600800 mL/hari.

4
Faktor – Faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit : a.

Usia

b. Temperatur lingkungan
c. Diit
d. Stress
e. Sakit

5. Gangguan Keseimbangan Cairan


Gangguan keseimbangan cairan direfleksikan dengan naik atau turunnya jumLah
total cairan tubuh atau perubahan distribusi cairan dalam tubuh, dan
dikelompkkan kedalam dua kelompok perubahan keseimbangan cairan
ekstraselluler : Kekurangan Volume Cairan (Fluid volume defisit / FVD) dan
Kelebihan Volume Cairan (Fluid Volume Excess / FVE).

a. Kekurangan Volume Cairan ( Fluid Volume Defisit )


Defisit cairan ekstraselluler, yang diikuti dengan vasokonstriksi pembuluh darah,
bisa disebabkan karena hilangnya cairan ekstraselluler keluar tubuh kita, atau
terakumulasinya cairan kedalam ruang interstitial. Defisit cairan seperti ini disebut
juga dengan Dehidrasi. Hal ini bisa terjadi karena berkuranganya cairan tubuh
secara aktual; karena hilangnya cairan tubuh dalam jumLah tertentu, atau karena
inadekuatnya intake cairan kedalam tubuh; atau karena berkurangnya jumLah
cairan tubuh ( plasma ) secara relatif karena bergeser dari ruanganya. Cairan
ekstraselluler banyak mengandung elektrolit, seperti sodium dan chlorida, dan
kehilangan kedua elektrolit ini akan menyebabkan berkurangnya cairan juga.
Gangguan Saluran cerna merupakan penyebab yang sering pada kasus ini,
penyebab lainnya misalnya karena penggunaan diuretik dan karena diaphoresis.
Defisit volume cairan ini bisa juga karena apa yang disebut dengan ”third
spacing”, yaitu terakumulasinya cairan tubuh diruang tertentu karena adanya
penyebab atau kelainan tertentu seperti peritonitis, obstruksi saluran cerna,

5
keadaan post operasi, thrombophlebitis, pankreatitis akut, ascites, tindakan
pemasanga drain pada fistula, dan luka bakar. Third Space adalah
terakumulasinya cairan ekstracelluler pada ruang tertentu yang secara fisiologis
tidak berguna. Beberapa tempat yang mungkin terjadi seperti ini ; Rongga
abdomen, rongga pleura, rongga pada jaringan dan rongga perikardial ( Hogan &
Wave, 2003 ).

DEHIDRASI ISOTONIK
 Perdarahan menyebabkan kehilangan cairan, elektrolit, protein dan sel-sel darah
, sehingga menyebabkan inadekuatnya volume intravaskuler.
 Gangguan saluran cerna : muntah, diare, pemasangan drain, pengeluaran
cairan lambung dengan NGT, menyebabkan kehilangan cairan.
 Demam, lingkungan yang panas, dan berkeringat yang berlebih menyebabkan
kehilangan cairan dan sodium.
 Luka bakar menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan membran kapiler yang
diikuti keluarnya cairan, elektrolit, dan protein. Dan menyebabkan inadekuatnya
volume intravaskuler.
 Diuretik menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit
 Third space fluid terjadi bila cairan bergerak dari intravaskuler ke ronggarongga
tubuh seperti rongga pleura, peritonium, perikardial dll.

Khusus untuk bayi dan anak-anak, kejadian dehidrasi harus lebih diwaspadai,
karena turgor kulit baru akan terlihat berubah setelah kehilangan cairan tubuh
sebesar 3 sampai 5 persen dari total berat badan. Tanda klinisnya kehilangan
cairan ekstraselluler akut adalah turunnya berat badan, Perubahan fungsi
kardiovaskuler, dan adanya keluhan mual dan muntah. Pengkajian fungsi
kardiovaskuler menjadi hal yang sangat penting untuk bisa mengetahui
perubahan volume plasma. Pada pasien dengan hipovolemi, nadi meningkat,
tekanan darah menurun, dan nadi pada daerah perifer denyutnya terasa
melemah. Derajat dehidrasi juga ditandai dengan sunken eyeballs, turgor kulit
yang berkurang, dan oliguri (turunnya produksi urine). Dari pemeriksaan

6
laboratorium ditandai dengan hemokonsentrasi dari serum hemoglobin,
hematokrit dan naiknya protein. BUN (blood urea nitrogen) naik mencapai 20
mg/100 mL. Dan berat jenis urine 1.030.

Tindakan
Tindakan untuk pasien dengan defisit cairan ekstracelluler dimulai dengan
mengganti cairan (melalui oral atau intrvena) sampai gejala oliguri bisa diatasi,
fungsi kardiovaskuler dan neurologi stabil. Larutan elektrolit isotonik seperti NaCl
0.9% atau Ringer Lactat digunakan untuk kondisi seperti ini. Larutan elektrolit
hipotonik (0.45% NaCl) bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan elektrolit dan
terutama air dengan tujuan membantu fungsi ekskresi bahan-bahan sisa
metabolisme melalui ginjal ( Metheny,2000 ).

6. Kelebihan Volume Cairan ( Fluid Volume Excess )


Kelebihan cairan tubuh disebabkan terjadinya ekspansi cairan ke dalam ruang
ekstraselluler. Penyebab primer dari keadaan ini adalah gangguan fungsi
kardiovaskuler. Kelebihan cairan ekstraselluler merupakan efek sekunder dari
kenaikan total sodium dalam tubuh, yang mana menyebabkan kenaikan jumLah
cairan tubuh. Normalnya, kelenjer pituitari posterior akan menekan sekresi
hormon ADH jika terjadi kelebihan cairan, dan ginjal akan mengeluarkan
kelebihan air tersebut. Dan apabila pasien mengalami kelebihan sekresi hormon
ADH, akan terjadi retensi air, sehingga pasien tersebut rawan terjadi kelebihan
cairan. Kelebihan sekresi ADH bisa terjadi karena adanya rasa cemas, rasa
nyeri, reaksi post operasi 12-24 jam setelah pembedahan, dan infeksi akut.
Penyebab overhidrasi isotonik bisa karena tindakan penambahan cairan baik
melalui oral maupun intravena yang berlebih, Tindakan irrigasi pada
ronggarongga tubuh atau organ, dan penggunaan cairan hipotonik untuk
mengganti kehilangan cairan isotonik (Lee,1996). Kelebihan cairan hipotonik ini
juga disebut intoksikasi air (water intoxication). Kondisi yang menyebabkan
overload hipotonik ini adalah SIADH ( syndrome of inappropriate antidiuretic
hormone ), kelebihan intake cairan dan kelainan jantung kongestif.

7
Pada kondisi seseorang dengan fungsi jantung yang menurun, kelebihan cairan
dapat mempercepat munculnya kelainan jantung kongestif, kondisi ini biasa
terjadi pada orang tua, orang dengan kondisi dan riwayat kelainan jantung.
Secara klinis, kelebihan cairan ekstracelluler akan memunculkan tanda dan
gejala, dan yang paling jelas adalah penambahan berat badan. Edema biasanya
belum muncul sampai pada penambahan 2-4 kg cairan. Perubahan respirasi dan
fungsi jantung akan segera muncul termasuk kenaikan tekanan darah
(hipertensi) dan meningkatnya denyut nadi (takikardi). Tanda tambahan yang
bisa muncul seperti bingung (confusion), perubahan tingkat kesadaran,
kelemahan muskoloskeletal dan miningkatnya bising usus. Pada kasus kelebihan
cairan, hematokrit menurun karena hemodilusi. Serum sodium dan osmolaritas
serum menurun apabila hipervolemi terjadi karena retensi cairan.

OVERHIDRASI ISOTONIK
 Gangguan ginjal yang menyebabkan turunnya ekskresi air dan sodium
 Gangguan jantung yang menyebabkan terganggunya aliran darah dan
bendungan aliran vena ( venous congestion )
 Kelebihan intake larutan isotonik
 Tingginya level kortikosteroid dalam darah karena terapi, respon pada stres,
atau adanya kelainan yang menyebabkan retensi sodium dan air
 Tingginya kadar aldosteron dalam darah (karena respon gangguan adrenal,
kerusakan organ liver, dan gangguan metabolik).

8
OVERHIDRASI HIPOTONIK
 Kelebihan air
 Osmolaritas serum yang terlalu rendah, menyebabkan sel terlalu bengkak
(sel otak sangat sensitif terhadap kondisi seperti ini).
 Penggunaan larutan hipotonik yang terlalu banyak
 SIADH menyebabkan ginjal meretensi air tanpa sodium
 In young children or infant, ingestion of appropriately prepare formula and/or
excess water ( use of water bottle as pacifier )
 Repeated plain water enemas

Tindakan
Terapi kondisi kelebihan cairan ekstraselluler adalah directed toward sodium dan
restriksi cairan, terapi diuretik, dan terapi berdasarkan gejala – gejala yang
muncul (Hudak, 1998). Evaluasi kondisi pasien untuk tanda potensial
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai konsekuensi dari terapi
tersebut.

9
B. CAIRAN PARENTERAL - THERAPY INTRAVENA

Definisi

Parenteral : Suatu larutan berpelarut air atau dalam bentuk emulsi dalam air yang
diberikan ke dalam tubuh tanpa melalui saluran cerna (Tractus
Gastrointestinal )

Aplikasi Parenteral

• Intra Vena ( IV ), melalui I.V. Catheter


• Intra Muskuler ( IM ), melalui Hypodermik Needle
• Sub Cutaneus (SC)

Sejarah Cairan Parenteral (Terapi Cairan)

• Th. 1492 → tranfusi pertama kali ( † ).


• Th. 1628, William Harvey menemukan system sirkulasi, meskipun sebelumnya
sudah ada laporan tranfusi.
• Th. 1660, Sir Chirstopher Wren & Robert Boyle → hypodermic needle, injeksi IV.
10
• Th. 1662, dr. Johann Majors → injeksi intra vena pada manusia pertama kali.
• Th. 1665, dr. Richard Lower → tranfusi pada hewan.
• Th. 1667, dr. John Baptise Denis → tranfusi pada manusia†
• Th. 1818, dr. James Blundel→tranfusi pertama kali, infeksi, kematian masih
tetap tinggi, golongan darah (-)
• Th 1831, Epidemi Cholera di Eropa Barat, dr. Thomas Latta→terapi diare
dengan saline ” Rational Intravenous therapy”
• Th. 1873, dr. Edward Hadder, Canada→injeksi milk
• Th. 1901, dr. Carl Landsteiner, USA→3 gol darah, Hadiah Nobel th 1930
• Th. 1904, DeCastillo & Sturli→golongan darah ke 4
• Th. 1907, dr. John Jansky, Cheko→klasifikasi golongan darah
• Th. 1910, William L. Moss→klasifikasi yang sama
• Th. 1911, dr.Kausch→infus glukose selama operasi
• Th. 1914, Hustin→Glukosa & Natrium Sitras
• Th. 1915, Lawson & Wile→dosis Natrium Sitras→Indirek tranfusi
• Th. 1914, Henrique & Anderson→intravena hidrolisat protein
• Th. 1915, Murlin & Riche →intravena lipid ke hewan
• Th. 1920, Yamakawa→lipid pada manusia
• Th. 1923, dr. Florence Seibe→pyrogen pada distilasi air  Th. 1925,→Normal
Saline.

Untuk memahami terapi intra vena seorang perawat harus memahami dua konsep
penting :

- Alasan atau tujuan dari instruksi dokter atas pemberian I.V. therapy
- Jenis dan komposisi cairan yang diberikan

1.Alasan / tujuan dari pemberian terapi cairan Dapat

digolongkan dalam 3 kategori :

a) Maintenance Therapy, untuk kebutuhan cairan tubuh sehari-hari.


b) Replacement Therapy, untuk cairan tubuh yang hilang
c) Restoration Therapy, untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang secara
kontinyu

11
a). Maintenance Therapy

Air merupakan prioritas dalam maintenance therapy, dan tubuh kita memerlukan air
untuk menggantikan IWL (insensible water loss / kehilangan cairan tubuh yang tidak
kelihatan ) yang rata-rata 500 - 1000 mL selama 24 jam untuk dewasa, atau 15 - 30
mL/kgBB perhari (Metheny,2000), tergantung pada umur, tinggi dan berat badan,
dan jumLah lemak tubuh.

Maintenance therapy bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sehari-hari


termasuk air, elektrolit dan glukosa.

Terapi untuk tujuan maintenance ini bisa menggunakan cairan kristaloid yang
didalamnya mengandung air, dan cukup untuk memenuhi kebutuhan rutin akan
sodium dan potassium, dan glukosa. Glukosa adalah komponen penting dalam
terapi maintenance, yang akan di konversi menjadi glycogen di hati/liver. Dan
manfaat utama terapi ini adalah :

1) Mempertahankan fungsi hepar


2) Mensupply kebutuhan kalori
3) Mempertahankan protein tubuh
4) Meminimalisasi ketosis

Kebutuhan dasar kalori tubuh untuk dewasa adalah 1600 kalori/hari ( untuk BB 70
kg dewasa dan dalam kondisi normal. Dibutuhkan 100-150g karbohidrat perhari
untuk meminimalisasi katabolisme protein dan mencegah starvation. 1 liter dextrose
5% mengandung 50g dextrose (Metheny,2000).

b). Replacement Therapy

Replacement therapy sangat penting untuk menggantikan cairan, elektrolit atau


produk darah yang hilang pada pasien dalam keadaan akut, dan diberikan dalam
waktu lebih dari 48 jam. Contoh kasus pasien yang memerlukan replacement
therapy seperti :

• Perdarahan / Hemorrage ( terapi pengganti dengan RBC dan Plasma )


• Muntah dan Diare / Vomiting and Diarrhea ( terapi pengganti elektrolit dan air ) 
Starvation ( terapi pengganti air dan elektrolit )
Pasien yang memerlukan terapi replacement, kecuali kasus syok, memerlukan
potassium. Pasien yang dalam kondisi stres karena kerusakan jaringan, infeksi, atau
pembedahan saluran cerna juga memerlukan potasium, dan kebutuhannya
sejumLah 20 mEq/L perhari (Metheny,2000).

12
Catatan: Jangan pernah memberikan lebih dari 120 mEq potassium dalam 24 jam
tanpa memonitor status fungsi jantung pasiun secara terus menerus, karena sangat
berbahaya.

c). Restoration Therapy

Pada terapi dengan tujuan Restoration Intake dan Output harus didokumentasikan
secara akurat sabagai dasar untuk terapi cairan dan elektrolit. Pasien yang masuk
katagori ini seperti pasien dengan drain fistula, abses, pengeluaran cairan dengan
nasogastric tube, luka bakar dan trauma abdominal.

Tipe cairan yang dipilih pada tipe terapi ini tergantung pada jenis cairan yang hilang,
seperti cairan yang hilang dari gaster/lambung karena penggunaan nasogastic
suction misalnya, maka cairan pengganti harus mengandung komposisi yang
mendekati dari cairan yang hilang pada kondisi ini, chloride,potassium, dan sodium
akan hilang secara kontinyu.

Contoh Kasus:

13
.

2. Cairan parenteral Air

Kebutuhan normal perhari untuk dewasa mencapai 1000mL/hari, dan jumLah ini
meningkat apabila dalam kondisi kehilangan cairan tak terlihat (Insensible water
loss/IWL) meningkat seperti pada pasien dengan rate pernafasan lebih dari 20
kali/menit, kondisi demam, diaphoresis, seperti diruangan dengan kelembaban udara
yang rendah.

Karbohidrat ( Glukosa )

Glukosa merupakan nutrient untuk terapi maintenance, restoration, an replacement,


yang akan dikonversi menjadi glycogen oleh liver dan akan mempertahankan fungsi
hepatic. Tambahan 100g glukosa perhari akan meminimalkan kondisi starvation.
Setiap 2 liter Glukosa 5% mengandung 100g Glukosa.

Asam Amino

Asam Amino (protein) adalah body-building nutrients yang berfungsi untuk


pertumbuhan dan perbaikan jaringan, mengganti sel-sel tubuh, penyembuhan
jaringan dan, mensintesis vitamin dan enzim. Asam Amino adalah unit dasar dari
protein. Ketika diberikan melalui infuse, maka protein langsung masuk malalui
sirkulasi pembuluh darah, tanpa melalui saluran cerna (Metheny,2000).
14
Kebutuhan protein ± 1 g/kgBB/hari. Misalkan seorang wanita dengan berat badan
54kg, maka memerlukan protein 54g/harinya.

Vitamin

Vitamin ditambahkan untuk terapi restorative dan replacement. Vitamin ( A.D,E larut
dalam lemak dan B,C larut dalam air )berfungsi untuk pertumbuhan juga berfungsi
untuk katalisator pada proses metabolisme.

Vitamin B dan C lebih sering digunakan pada terapi parenteral. Vitamin B komplek
sangat penting untuk metabolisme karbohidrat dan mempertahankan fungsi
gastrointestinal/ saluran cerna, khususnya pada pasien dalam kondisi post-operasi.
Dan Vitamin C membantu proses penyembuhan jaringan.

Elektrolit

Elektrolit merupakan tambahan utama pada terapi replacement dan restorative.


Koreksi dalam kondisi terjadi ketidakseimbangan elektrolit sangat penting untuk
mencegah terjadinya komplikasi yang serius akibat ketidak-seimbangan elektrolit.

Ada 7 macam elektrolit utama dalam cairan tubuh dan 7 element utama yang bisa
disupply melalui cairan intra vena, yaitu potassium, sodium, chloride, magnesium,
phospore, calcium, bicarbonate atau ion acetat ( penting untuk keseimbangan
asambasa/ PH ).

PH

PH merefleksikan derajat asam–basa dari sebuah larutan. Organ ginjal dalam kondisi
normal dapat menerima kadar keseimbangan asam-basa selama ada suplay air yang
cukup. Dalam kondisi normal standart USP menetapkan pH cairan antara 3,5 – 6,2.
Umumnya cairan ber-pH 5.

Larutan yang terlalu bersifat asam bersifat irritatif terhadap dinding vena

Osmolaritas

Osmosis : difusi zat pelarut (air) melalui membran semipermiable dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah

Tonisitas : ekuivalensi tekanan osmotik efektif secara fisiologis

Osmolaritas ;

15
• Jumlah total ion molekul (partikel) yang terlarut dalam satu liter cairan
• Satuan : mOsm/L
• Plasma~ 300 mOsm/L
• Sebagai patokan adalah kadar Natrium ( Na )
• Vena Perifer : 300-900 mOsm/L  Vena Central : > 900 mOsm/L

Cairan Isotonik atau larutan osmolar

Larutan isotonok memiliki osmolaritas 250-300 mOsmL/L. Darah dan cairan tubuh
memiliki osmolaritas 285-295 mOsmL/L. Larutan ini digunakan untuk ekspansi
cairan ke ruang ekstraselluler (CES). Beberapa larutan isotonic antara lain 0.9%
sodium chloride, G5% dan Ringer lactate. Larutan isotonic biasanya digunakan
untuk mengganti kehilangan cairan tubuh, dehidrasi dan hypernatremia

Cairan Hipotonik

Larutan hipotonik memiliki osmolaritas kurang dari 250 mOsmL/L.karena


mempunyai osmolaritas yang lebih rendah menyebabkan air dapat keluar dari darah
ke dalam sel dan ruang interstitial dan osmotic pressure ini menyebabkan cairan
ekstraselluler masuk kedalam sel, dan menyebabkan sel kelebihan air/bengkak
( swell )

Larutan Hipotonik digunakan pada pasien yang mengalami dehidrasi hipertonik,


replacemen air, diabetic ketoasidosis setelah replacement sodium kloride
(kraft,2000). Contoh cairan hipotonik seperti sodium chloride 0.45% (halfstrength
saline), sodium chloride 0,33%,dan D 2.5%.

Permeabilitas membran sel

Sel : Unit struktural dan fungsional terkecil pada organisme, tumbuhan atau
hewan

16
Tubuh terdiri dari jutaan sel yang sebagian besar tidak berhubungan dengan
lingkungan.

Cairan dalam tubuh :

• Cairan intraseluler
• Cairan ekstraseluler
Membran Sel : Permeabelitas Selektif

Permeabilitas Selektif

• Kemampuan membrane sel untuk menyeleksi beberapa materi untuk melewati


membran sel ke dalam atau keluar sel
• Membran sel seperti saringan yang berpori-pori kecil, sehingga molekul yang
besar tidak dapat melewatinya (protein)
• Hal lain yang berpengaruh pada transportasi adalah lemak, karena membrane
sel terdiri dari lapisan lemak, sehingga materi yang dapat larut dalam lemak
dapat melewati membrane sel.

Image sel darah merah

Isotonic saline solution Hypotonic saline solution Hypertonic saline solution

17
(0.9%) (0.65%) (1.01%)

Isotonik Hipotonik Hipertonik

Cairan HIpertonik

Cairan hipertonik mempunyai osmolaritas lebih dari 375 mOsm/L. Osmotik pressure
membuat cairan begerak dari ruang intracelluler ke ruang extracelluler meningkat dan
menyebabkan sel mengkerut. Contoh cairan hypertonik termasuk G5% in 0.45% sodium
cloride, G5% in 0.9% sodium cloride, G5% in Ringer Lactat, G10%, dan Colloid ( Albumin
25%, FFP, Dextran, dan Hetastarch ).

Perhatian: Bahaya pemberian cairan isotonik dapat menyebabkan overload, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya dilusi konsentrasi hemoglobin dan rendahnya level hematrokrit.
Cairan Hipertonic bersifat irritatif pada dinding vena dan beberapa kasus menyebabkan
hypertonic circulatory overload, dan beberapa kasus cairan hipertonik merupakan kontra
indikatif seperti pada pasien dengan kelainan jantung, kelainan ginjal dan menyebabkan
meningkatnya kelainan jantung kongestif dan odema paru. Jangan memberikan cairan
hipertonik pada pasien dengan hipotensi karena dapat menyebabkan memburuknya
hipotensi. Berikan cairan hipertonik secara perlahan untuk mencegah overload.

18
Tekanan Onkotic Hyper – onkotic Hypo – onkotic Iso -
onkotic

Iso – onkotic → Mengembaliakan volume darah tanpa volume ekspansi ( menarik cairan
interstitil )

3. Peran Perawat Dalam Terapi Intravena

• Garis terdepan dalam pelayanan Rumah Sakit


• Memastikan pemberian cairan dengan benar sesuai dengan permintaan dari
dokter meliputi :
1. Benar pasien
2. Benar cairan/obat
3. Benar dosis dan cara pemberian
4. Benar waktu pemberian
5. Cara pemakaian alat kesehatan yang benar
6. Memastikan keadaan cairan & obat yang diberikan dalam keadaan baik ( tidan
ada kontaminasi, perubahan warna, tidak ED.
7. Benar Dokumentasi
• Memonitor keadaan pasien dan patensi jalur intra vena
• Memonitor efek samping dan abnormalitas lainnya

19
4. Pengkajian Kebutuhan Cairan & Elektrolit

Sebelum memberikan terapi cairan bagi seorang pasien yang dirawat, seorang
petugas kesehatan/perawat harus melakukan pengkajian awal terlebih dahulu.
Aspek – aspek yang harus dikaji antara lain :

- Aspek Biologis, meliputi :

 Usia : mempengaruhi distribusi cairan dalam tubuh


 Jenis kelamin : prosentase cairan dalam tubuh antara laki – laki dan
perempuan berbeda.
 Berat badan : mengukur prosentase penurunan berat badan untuk
menentukan derajat dehidrasi
 Riwayat kesehatan sebelumnya
 Tanda –tanda vital
 Pemeriksaan fisik : Head to Toe
- Aspek Psikologis
- Aspek Sosiokultural : berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi

- Aspek Spiritual : keyakinan tertentu terhadap konsumsi makanan/minuman

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional harus tanggap dan cakap
dalam mengatasi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit ini. Setelah
melakukan pengkajian dan menemukan permasalahannya, maka dilakukan
perencanaan dan intervensi kolaboratif dengan terapi intravena menggunakan
cairan infus sesuai dengan kondisi penyakit pasien.

Tujuan Terapi Intra Vena

1. Rehidrasi
2. Mempertahankan keseimbangan elektrolit
3. Terapi nutrisi ( protein, lemak & karbohidrat )
4. Tranfusi darah & Plasma Volume Replacement
5. Pemberian obat-obatan & zat kontras untuk pemeriksaan diagnostic

Keuntungan Terapi Intra Vena

20
1. Efek terapi dapat segera tercapai, karena konsentrasi obat yang tinggi di
dalam darah
2. Penyerapan obat lebih cepat
3. Dapat mengontrol efek terapi dengan cara mengatur laju titrasi
4. Mengurangi rasa sakit pada golongan obat dan tindakan tertentu

Kerugian Terapi Intra Vena

1. Obat yang sudah masuk tidak dapat dikeluarkan lagi


2. Komplikasi :
• Infeksi→dapat dicegah dengan penerapan hand hygiene yang adekuat dan
tehnik aseptic dan mempertahankan close system pada system infuse
( Close System Administration Infusion )
• Over hidrasi
• Emboli

21

Anda mungkin juga menyukai