Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN


ELEKTROLIT PADA PASIEN DIARE

DOSEN PEMBIMBING
Ns. Reni Mareta, M. Kep

DISUSUN OLEH
Randhika Alfhan Al Fattaah
19.0601.0018

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2020
A. DEFINISI
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Puji Setyowati, 2013).
Cairan dan Elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dan air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung
satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada
yang lainnya.
Ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit adalah keadaan dimana
seorang individu mengalami atau beresiko mengalami peningkatan atau penurunan
cairan dan elektrolit pada intravaskuler, interstitial dan atau intraseluler.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu ada cairan intraseluler
dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel
dan terdiri dari tiga kelompok yaitu cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial
dan cairan transeluler.

B. ANATOMI FISIOLOGI
Air (H2O) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam
tubuh manusia. Air beserta unsur-unsur di dalamnya yang diperlukan untuk kesehatan
sel disebut cairan tubuh dan cairan ini sebagian berada di dalam dan sebagian di luar
sel. Air membentuk sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa. Pada orang tua,
air tubuh total (TBW) 40% - 50% dari berat badannya.
Di dalam tubuh, sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara
lain adalah sel-sel otot dan organ-organ pada rongga badan, seperti paru-paru atau
jantung, sedangkan sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling rendah adalah sel-
sel jaringan seperti tulang atau gigi. Konsumsi cairan yang ideal untuk memenuhi
kebutuhan harian bagi tubuh manusia adalah mengkonsumsi 1 ml air untuk setiap 1
kkal konsumsi energi tubuh atau dapat juga diketahui berdasarkan estimasi total
jumlah air yang keluar dari dalam tubuh.
Cairan tubuh terdiri dari dua kompartemen cairan, yaitu ada ruang intra seluler
dan ruang ekstra seluler. Kompartemen caira ekstra sel lebih jelas dibagi menjadi
ruang:
1. Difusi
Difusi merupakan perpindahan partikel suatu substansi yang terlarut dari yang
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, sehingga terjadi keseimbangan
konsentrasi substansi partikel.
2. Osmosis
Osmosis terjadi contohnya bilamana suatu substansi larut dalam air, konsentrasi
air dalam larutan tersebut lebih rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan
air murni dengan volume yang sama.
3. Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi
oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah
yang bertekanan rendah. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan
hidrostatik.
4. Transpor aktif
Transpor aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi
secara pasif dari daerah yang konsentrasinya akan keluar dari rendah ke daerah
yang konsentrasinya lebih tinggi.

C. ETIOLOGI
Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan pada kebutuhan
cairan dan elektrolit, antara lain.
1. Diare
2. Muntah
3. Keringat
4. Demam
5. Penurunan atau peningkatan asupan cairan per oral
6. Penggunaan obat-obatan diuretik
7. Hiponatremia
8. Hipokalsemia

D. MANIFESTASI KLINIS
Ada beberapa tanda dan gejala pada ketidakseimbangan kebutuhan cairan dan
elektrolit, di antaranya.
1. Kelelahan
2. Kram otot dan kejang
3. Mulut kering
4. Denyut jantung lambat
5. Tekanan darah naik turun
6. Kekakuan sendi
7. Rasa haus
8. Anoreksia
9. Berat badan menurun
10. Mata cekung
11. Bising usus hiperaktif

E. PATOFISIOLOGI
Adapun dua macam gangguan yang menyebabkan keadaan cairan dan elektrolit di
dalam tubuh tidak seimbang, contoh gangguannya adalah sebagai berikut:
1. Kekurangan volume cairan ekstraseluler
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proposional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut
hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan
intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan perpindahan cairan intraseluler.
Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan ke lokasi
ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikannya
ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat
berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura,
peritonium, perikardium, rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi
saluran pencernaan.
2. Kelebihan volume cairan ektraseluler
Kelebihan volume cairan ekstraseluler terjadi apabila tubuh menympan cairan
elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi tidak seimbang.
Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum tidak
normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan
jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan atau
adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan
cairan.

F. PATHWAY

Penyakit-penyakit tertentu

Retensi cairan isotonik meningkat Cairan intravaskuler, interstitial,


dan intraseluler menurun

Kelebihan volume
cairan/hipervolemia
Kekurangan volume
cairan/hipovolemia
Gangguan kebutuhan cairan
dan elektrolit

G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Menghitung balance cairan
a. Input
Input merupakan jumlah cairan yang berasal dari minuman makanan, ataupun
cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, baik secara oral maupun parenteral.
Cairan yang termasuk input adalah sebagai berikut:
1. Minuman dan makanan
2. Terapi infus
3. Terapi injeksi
4. Air metabolism (5 cc/kgBB/hari)
b. Output
Output merupakan jumlah cairan yang dikeluaran selama 24 jam. Cairan
tersebut berupa:
1. Feses, satu kali kira-kira 100 cc
2. Urin
3. Insensible Water Loss (IWL), menggunakan rumus 15 cc/kgBB/hari
2. Pemberian cairan dan elektrolit per oral
a. Penambahan intake cairan dapat diberikan peroral pada pasien-pasien tertentu
b. Pemberian elektrolit peroral biasanya melalui makanan dan minuman
3. Pemberian terapi intravena
Pemberian terapi intravena merupakan metode yang efektif untuk memenuhi
cairan ekstrasel secara langsung.
a. Tujuan terapi iintravena
1. Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu
mengkonsumsi cairan peroral secara adekuat
2. Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga keseimbangan
elektrolit
b. Jenis cairan intravena
1. Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air, misalnya
dextrose dan glukosa.
2. Larutan elektrolit antara lain larutan salin baik isotonik, hipertonik,
maupun hipertonik yang banyak digunakan yaitu normal saline (isotonik)
3. Cairan asam basa contohnya sodium laktate dan sodium bikarbonat
4. Hipovolemia
Penatalaksaan keperawatan pada kasus hipovolemia adalah sebagai berikut:
a. Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta asam basa
dan elektrolit
b. Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik
c. Rehidrasi oral pada diare pediatric
5. Hipervolemia
Penatalaksanaan keperawatan pada kasus hipovolemia adalah sebagai berikut:
a. Dialisis atau hemofiltrasi arteriovenal continue pada gagal ginjal

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan elektrolit untuk menentukan status hidrasi. Elektrolit yang sering
diukur adalah ion natrium, kalium, klorida, dan bikarbonat
2. Pemeriksaan darah lengkap khususnya hematokrit untuk melihat respon dehidrasi
3. Penetapan pH diperlukan pada gangguan kesetimbangan asam dan basa
4. Pemeriksaan berat jenis urine untuk mengukur derajat konsentrasi urin
5. Analisa gas darah

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat keperawatan
1. Pemasukkan dan pengeluaran cairan dan makanan
2. Tanda umum masalah elektrolit
3. Tanda kekurangan dan kelebihan cairan
4. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit
5. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat menganggu status cairan
6. Status perkembangan seperti usia atau status sosial
7. Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang menganggu pengobatan
b. Pengukuran klinik
1. Berat badan
Kehilangan berat badan atau bertambahnya berat badan menunjukkan
adanya masalah keseimbangan cairan. Pengukuran berat badan dilakukan
setiap hari pada waktu yang sama.
2. Keadaan umum
Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi, pernafasan, dan
tingkat kesadaran.
3. Pengukuran pemasukan cairan
a. Makanan yang cenderung mengandung air
4. Pengukuran pengeluaran cairan
a. Urine: volume, kejernihan/kepekatan
b. Feses: jumlah dan konsentrasi
c. IWL
5. Ukur keseimbangan cairan dengan akurat
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada:
1. Integument; keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot,
tetani, dan sensasi rasa
2. Kardiovaskuler; detensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin, dan
bunyi jantung
3. Mata; cekung, air mata kering
4. Neurologi; reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran
5. Gastrointestinal; keadaan mukosa mulut dan lidah dan bising usus
2. Diagnosa Keperawatan
Diare b.d faktor fisiologis (mis.proses infeksi)
3. Perencanaan Keperawatan
NO TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
1. Eliminasi Fekal (L. Manajemen Diare (I.
04033) 03101)

Setelah dilakukan O: O:
tindakan - Monitor tanda dan gejala - Untuk mengetahui
keperawatan selama hypovolemia (mis. nadi, keadaan nadi, tekanan
2 x 24 jam tekanan darah, turgor kulit, darah, turgor kulit, mukosa
diharapkan eliminasi mukosa mulut, BB) mulut, dan BB
fekal membaik
dengan kriteria: N:
- Konsistensi feses - Berikan asupan cairan oral
membaik (mis. oralit) N:
- Frekuensi defekasi - Untuk memenuhi
membaik kebutuhan cairan dan
E: elektrolit dalam tubuh
- Anjurkan makanan porsi
kecil dan sering secara E:
bertahap - Untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi dalam
C: tubuh
- Kolaborasi pemberian obat
pengeras feses (mis. C:
atapulgit, kaolin-pektin) - Untuk membuat feses
tidak cair lagi/untuk
menyembuhkan dari
penyakit diare

4. Implementasi Keperawatan
a. Memonitor tanda dan gejala hypovolemia (mis. nadi, tekanan darah, turgor
kulit, mukosa mulut, BB)
b. Memberikan asupan cairan oral (mis. oralit)
c. Menganjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
d. Mengkolaborasikan pemberian obat pengeras feses (mis. atapulgit, kaolin-
pektin)
5. Evaluasi Keperawatan
a. Konsistensi feses membaik
b. Frekuensi defekasi membaik

J. REFERENSI
1. Aprisunandi. 2017. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia). Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
2. Aprisunandi. 2018. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia). Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
3. Aprisunandi. 2019. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia). Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
4. Setyowati, Puji. 2013. Laporan Pendahuluan Kebutuhan Dasar Cairan Dan
Elektrolit. Malang: Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
5. Yasa, I Dewa Gede Dwija. 2014. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Dengan Gangguan Cairan Dan Elektrolit Di Ruang Belibis Rumah
Sakit Umum Daerah Wangaya. Bali: Universitas Udayana

Anda mungkin juga menyukai