Anda di halaman 1dari 11

Laporan Pendahuluan

Gangguan Pemenuhuhan Kebutuhan Oksigenasi dan


Asuhan Keperawatan pada Pasien Asma

Indri Amalia Rizki


(19.0601.0016)

Progam Studi D3 Keperawatan


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadyah Magelang
2019
A. DEFINISI
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan fisiologis oksigenasi
merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk
mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang
tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan
biasanya pasien akan meninggal. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di
gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ
atau sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam) atau
sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan kelangsungan metabolisme sel.
Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi juga berarti gabungan aktifitas mekanisme
yang berperan dalam proses suplai O² ke seluruh tubuh dan pembuangan CO².

1. Fisiologi Oksigen
a. Menurunnya kemampuan mengikat oksigen seperti pada anemia.
b. Menurunya konsentrasi oksigen yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran pernapasan
bagian atas.
c. Hipovolemia, sehingga tekanan darah menurun yang nengakibatkan terganggunya O 2.
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka dll.
e.  Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas,
muskulus skeleton yang abnormal, penyakit kronis seperti TBC paru.
2. Faktor Perilaku
a. Nutrisi: misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang buruk
menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet tinggi lemak menimbullkan
arteriosclerosis.
b. Exercise : akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok : nikotin dapat menyababkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
d. Substance abuse (obat-obatan dan alcohol): menyebabkan intake nutrisi/ Fe menurun
mengakibatkan hemoglobin menurun, alcohol menyebabkan depresi pusat pernapasan.
e. Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat.
3. Faktor Lingkungan
a. Tempat bekerja (polusi)
b. Suhu lingkungan
c. ketinggian tempat dari permukaan laut.
4. Gaya hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada
tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakitparu.
5. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem
kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh.
Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya
terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi
oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida
maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
6. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika
depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik
analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
7. Perubahan atau gangguan pada fungsi pernapasan

8. Perubahan pola nafas


Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan
sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-
kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung
meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan
berdiri seperti pada penderita asma.
9. Obstruksi jalan nafas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran
pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi: hidung,
pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti makanan, karena
lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar atau bila sekresi
menumpuk disaluran napas. Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi
sebagian atau lengkap dari saluran napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan
napas yang terbuka merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan
tindakan yang tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok
selama inhalasi (inspirasi).
B. TUJUAN PEMBERIAN OKSIGEN
1. Untuk mempertahkan oksigen yang adekuat pada jaringan.
2.   Untuk menurunkan kerja jantung.
3. Untuk menurunkan kerja paru-paru.

C. ANATOMI SISTEM PERNAPASAN


1. Saluran Pernapasan Bagian Atas
a. Hidung
Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan (kartilago). Terdiri dari
bagian internal dan eksternal. Bagian internal merupakan bagian rongga yang berlorong
yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi ventrikel yang
sempit, yang disebut septum. Rongga hidung mengandung rambut (fimbriae) yang
berfungsi sebagai penyaring (filter) kasar terhadap benda asing yang masuk.
b. Sinus Paranasalis
Meruoakan daerah yang terbuka pada tulang kepala. Sinus paranasalis termasuk
empat pasang rongga bertualng yang dilapisi oleh mukosa hidung dan epitel kolumnar
bertingkat semu bersilia. Yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan
sinus maxilaris (sesuai dengan letaknya). Sinus sebagai tempat umum terjadinya infeksi.
c. Faring
Merupakan pipa berotot berbentuk cerobong (± 13 cm) yang letaknya bermula
dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang
rawan (kartilago) krikoid. Penghubung hidung dan rongga mulut ke laring.
d. Laring
Atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan
faring dan trakea. Fungsi utama laring yaitu untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi.
Yaitu pembentukan suara, sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda asing dan untuk
memfasilitasi prosesterjadinya batuk. Laring terdiri dari bagian :
1.   Epiglotis
Daun katup kartilago yang menutup dan membuka selama menelan.
2.   Glotis
Lubang antara pita suara dan laring.
3. Kartilago Tiroid
Kartialgo terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk
jakun (Addam's aple)
4. Kartilago krikoid
Cincin kartilago yang utuh di laring (terletsk di bawah kartilago tiroid).
5. Kartilago Aritenoid
Digunakan pada pergerakan pita suara dan kartilago tiroid.
6.    Pita suara
Ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan suara dan
melekat pada lumen laring.

e. Trakhea
Disebut juga kantong tenggorok yang merupakan perpanjangan dari alring pada
ketinggian tulang vertebrae terokal ke-7 yang bercaabang menjadi dua bronkus.Ujung cabang
trakea disebut carina. Trakea bersifat sangat fleksibel, berotot, dengan pnjang 12 cm dengan
cincin membentuk huruf C.
2. Saluran Pernapasan Bagian Bawah
a.   Bronkhus
Terbagi menjadi bagian kanan dan kiri. Yaitu bronchus lobaris kanan ( 3 lobus)
dan bronchus lobaris kiri ( 2 lobus). Bronchus kanan lebih pendek, lebih besar, dan
cenderung lebih vertical daripada yang kiri. Sehingga benda asing lebih mudah masuk ke
dalam cabang sebelah kanan daripada cabang bronchus sebelah kiri.
b. Bronkhiolus
Segmen bronkus bercabang menjadi bronkiolus yang mengandung kelenjar
submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk
melapisi bagian jalan napas.
c. Bronkhiolus Terminalis
Membentuk percabangan yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia.
d. Bronkhiolus Respiratory
Yang kemudian akan menjadi bronkiolus respiratory yang dianggap sebagai
saluran transisional antara jalan napas konduksi dan jalan napas pertukaran gas.
e. Duktus Alveolar dan Sakus Alveolar
Bronchus respiratory kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus
alveolar. Yang kemudian menjadi alveoli.
f. Alveoli
Sebagai tempat pertukaran O2 dan CO2. terdapat sekitar 300 juta yang jika
bersatu akan membentuk satu lembar dengan luas 70 m².
g. Paru – paru
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut. Terletak dalam ronggga dada.
Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa
pembuluh darah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis. Paru kanan lebih besar
dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris. Paru kiri lebih kecil dan terbagi
menjadi 2 lobus. Lobus tersebut kemudian terbagi menjadi beberapa segmen.
h. Pleura
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastic.

   Factor – factor yang mempengaruhi pernapasan bisa berlangsung normal, yaitu:


1. Suplai oksigen yang adekuat
2. Saluran udara yang utuh
3. Fungsi pergerakan dinding dada dan diafragma yang normal.
Adanya alveoli dan kapiler yang bersama- sama berfungsi membentuk unit
pernapasan terminal dalam jumlah yang cukup.
4. Jumlah hemoglobin yang adekuat untuk membawa O2 pada sel tubuh.
5. Suatu system sirkulasi yang utuh dan pompa jantung efekif.
6. Berfungsinya pusat pernapasan.

D. FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN


Bernapas atau pernapasan merupakan proses pertukaran udara diantara individu dan
lingkungannya dimana O2 yang dihirup dan CO 2 yang dibuang. Pernapasan ini terjadi secara
otomatis walau dapalm keadaan tertidur sekalipun karena pengaruh susunan saraf otonom.
Menurut tempat terjadinya, pernapasan terdiri dari:
1. Pernapasan Luar
Adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam
kapiler.
2.    Pernapasan Dalam
Adalah pernapaasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel – sel tubuh.

E. PROSES RESPIRASI EKSTERNAL

1.) Ventilasi
Dimulai dari proses inspirasi dimana udara bergerak dari udara luar ke dalam trakea,
bronchus, bronkhiolus, dan alveoli. Selama ekspirasi, gas yang terdapat dalam alveolus.
Prosesnya sama seperti inspirasi dengan alur balik.
2.) Difusi
Gas – gas melintasi membrane antara alveolar – kapiler yang tipis (< 0,5 mmHg) akibat
selilsih tekanan parsial antara darah dan fase gas. Tekanan O 2 dalam atmosfer sama denagn
tekanan laut (± 149 mmHg). Saat inspirasi tekanan parsial ini mengalami penurunan ±103
mmHg sebagai akibat dari udara yang tercampur dengan ruangn rugi anatomis pada saluran
udara dengan uap air.
3.) Transportasi
Meliputi:
a. Transpor oksigen dalam darah
Pengangkutan O2 ke jaringan tertentu tergantung pada:
 Jumlah oksigen yang masuk paru –paru.
 Pertukaran gas yang cukup.
 Aliran darah ke jaringan.
 Kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah.
b. Transport karbondioksida dalam darah
Dilakukan dengan 3 cara yaitu:
   10% secara fisik larut dalam plasma.
 20% berikatan dengan gugus amino pada Hb dalam sel darah merah. Hb yang
beikatan dengan CO2 disebut karbominohemoglobin.
 70% ditranspor sebagai bikarbonat plasma.

F. REFLEKS PERNAFASAN

1. Reflex Batuk (Cough)


Dimulai ketika terangsangnya bagian peka saluran pernapasan seperti laring, trachea, dan
bronchus. Rangsang ditangkap oleh sensor taktil dan kemoreseptor aferen melallui nervus
Vagus menuju medulla oblongata (pusat pernapasan), misalnya benda asin. Kemudian pusat
pernapasan memerintahkan untuk melakukan reflex batuk agar benda itu keluar. Tubuh
merespon dengan menginspirasi udara ke paru – paru, menutupnya glottis oleh epiglottis,
menutup pita suara agar udara inspirasi tertahan di apru – paru. Sehingga terjadi tekanan pada
alveolus yang menyebabkan otot –otot abdomen dan interkostalis interna berkontraksi dan
terjadi ekspirasi mendadak. Ekspirasi kuat membuat epiglotis  dan pita suara terbuka
sehingga udara dengan cepat lewat bronchus dan trachea sehingga benda asing itu keluar.
2. Reflex Bersin (Sneeze)
Berbalik dengan reflex batuk, rangsang ditangkap oleh reseptor taktil hidung diteruskan
Nervus Trigeminus dan dilanjutkan ke pusat pernapasan di medulla oblongata. Reflex ini
bermanfaat utnuk mengeluarkan benda asing dari rongga hidung atau saluran napas bawah.

G.   MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN FUNGSI RESPIRASI


1. Hypoxia
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke
jaringan.
Penyebab terjadinya hipoksia :
 Gangguan pernafasan
 gangguan peredaran darah
 gangguan sistem metabolism
 gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen (nekrose).
2. Hyperventilasi
Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi elveoli, sebab jumlah
udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti bahwa CO 2 yang dieliminasi
lebih dari yang diproduksi → menyebabkan peningkatan rata – rata dan kedalaman
pernafasan.
Tanda dan gejala :
 Pusing
 nyeri kepala
 henti jantung
 koma
 ketidakseimbangan elektrolit.
3. Hypoventilasi
Ketidak cukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan tubuh), sehingga CO 2
dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat terjadi sebagai akibat dari kollaps
alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari beberapa obat.
Tanda dan gejala:
 Napas pendek
 nyeri dada
 sakit kepala ringan
   pusing dan penglihatan kabur.
4. Cheyne Stokes
Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang sangat dalam,
lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, gagal jantung kongestif, dan overdosis obat.
Terjadi dalam keadaan dalam fisiologis maupun pathologis.
Fisiologi :
 Orang yang berada ketinggian 12000-15000 kaki
 pada anak-anak yang sedang tidur
 pada pasien uraemi ( kadar ureum dalam darah lebih dari 40mg%)
5. Kussmaul’s ( hyperventilasi )
Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit. Dijumpai
pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
6. Apneu
Henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat
7. Biot’s
Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan gangguan sistem
saraf pusat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit usaha. Kesulitan bernafas
disebut dyspnea.
H. PATHWAY
Sistem Pernafasan pada
Manusia

Organ-organ Pernafasan Proses Pernafasan Gangguan Sistem


Pernafasan

Ekspirasi dan
Hidung Tenggorokan Inspirasi
Paru-Paru

 Emfisema
 Asma
Alveoli  Kanker paru-
 Turbekolosis
 Bronchitis
 Influeza

Pangkal Batang Cabang


Tenggorokan
Tenggorokan Tenggorokan
DAFTAR PUSTAKA
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika :
Jakarta
Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2009-2011. Penerbit buku
kedokteran EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai