Anda di halaman 1dari 19

A.

KONSEP MEDIS
1. Definisi
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik
karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam
berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.
Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output.
Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500 ml-3.500
ml/hari, biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme
haus.
a. Komposisi Cairan Utama
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
1) Cairan Intra Seluler (CIS)
Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di
seluruh tubuh Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan
tubuh (Total Body Water [TBW]). CIS merupakan media tempat
terjadinya aktivitas kimia sel Pada orang dewasa, CIS menyusun
sekitar 40% berat tubuh atau ⅔ dari TBW, contoh: pria dewasa
70 kg CIS 25 liter. Sedangkan pada bayi 50% cairan tubuhnya
adalah cairan intraseluler.
2) Cairan Ekstra Seluler (CES)
Cairan Exstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan
menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. Pada orang
dewasa CES menyusun sekitar 20% berat tubuh CES terdiri dari
3 kelompok yaitu :
a) Cairan intravaskuler (plasma) yaitu cairan di dalam sistem
vaskuler.
b) Cairan intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel.
c) Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
b. Pertukaran Cairan
Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta
mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme
pertukaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan
yaitu : anion dan kation.
Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume
cairan dan eletrolit antar kompartemen. Bila terjadi perubahan
konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartemen, maka akan
terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartemen sehingga
terjadi keseimbangan kembali. Perpindahan antar cairan dalam tubuh
dapat terjadi, melalui proses sebagai berikut:
c. Difusi
Difusi merupakan perpindahan partikel suatu substansi yang terlarut
dari yang konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi substansi partikel. Faktor-faktor yang
mempengaruhi difusi menurut hukum Fick yaitu:
1) Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
2) Peningkatan permeabilitas.
3) Peningkatan luas permukaan difusi.
4) Berat molekul substansi
5) Jarak yang ditempuh untuk difusi.
d. Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan
tersebut lebih rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air
murni dengan volume yang sama. Hal ini terjadi karena tempat
molekul air telah ditempati oleh molekul substansi terseubt. Jadi bila
konsentrasi zat yang telarut meningkat, konsentrasi air akan menurun.
Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang
semipermeabel dengan larutan yang bolumenya sama namun berbeda
konsentrasi zat yang terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat pelarut
dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut, maka terjadi perpindahan
air/zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang rendah
ke larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi.
e. Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang
yang dibatasi oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang
bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan yang
keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan
membran, dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengarui
filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.
f. Transpor aktif
Transpor aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah
berdifusi secara pasif dri daerah yang konsentrasinyran akan keluar
da rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan
seperti ini membutuhkan energi untuk melawan perbedaan
konsentrasi. Contoh: pompa Na-K

2. Etiologi
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :
a. Penurunan masukan.
b. Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal,
ginjal abnormal, dll.
c. Perdarahan.

3. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan
dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik).
Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini
diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan
perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga
menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan
intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan
asupancairan , perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi
tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke
lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat
berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura,
peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu,
seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi
akibat obstruksi saluran pencernaan.

4. Patway

Cairan dan Elektolit

Usia Iklim Diet Stres Kondisi Sakit

Cairan dan Elektolit

Hipokalemia Hiperkalemia Gangguan Keseimbangan


Elektolit:
-Hiponatremi/hipernatremi
_Hipokalemia/hiperkalemia
Kekurangan Volume Kelebihan volume
cairan cairan
Ketidakseimbangan
Eletrolit
Sumber : Nanda Nic-Noc, 2016

5. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien
dengan hipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope,
anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria.
Tergantung jenis kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai ketidak
seimbangan asam basa, osmolar/elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat
menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi tubuh pada
kondisi hipolemia adalah dapat berupa peningkatan rangsang sistem
syaraf simpatis (peningkatan frekwensi jantung, inotropik (kontraksi
jantung) dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon antideuritik
(ADH), dan pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama
menimbulkan gagal ginjal akut.

6. Komplikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan :
a. Dehidrasi (Ringan, sedang berat).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Kejang pada dehidrasi hipertonik

7. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah gangguan
elektrolit, antara lain:
1) Kalau warna air seni sudah pekat, berarti perlu minum lebih
banyak air putih.
2) Saat berolahraga lebih dari 30 menit, harus meminum minuman
yang mengandung elektrolit dan karbohidrat.
3) Minum air putih yang cukup setiap harinya. Seseorang
dianjurkan untuk meminum 8 gelas air putih per harinya.
4) Konsumsilah buah-buah segar dan sayur-sayuran, sebab kedua
makanan tersebut adalah sumber terbaik untuk menggantikan
natrium dan kalium dalam tubuh.
b. Pengobatan
1) Pemberian cairan dan elektrolit per oral
a) Penambahan intake cairan dapat diberikan peroral pada
pasien-pasien tertentu, misalnya pasien dengan dehidrasi
ringan atau DHF stadium I.
b) Penambahan intake cairan biasanya di atas 3000cc/hari.
c) Pemberian elektrolit peroral biasanya melalui makanan dan
minuman.
2) Pemberian therapy intravena
a) Pemberian terapy intravena merupakan metode yang efektif
untuk memenuhi cairan extrasel secara langsung.
b) Tujuan terapy intravena :
 Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak
mampu mengkonsumsi cairan peroral secara adekuat.
 Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk
menjaga keseimbangan elektrolit.
3) Jenis cairan intravena yang biasa digunakan :
a) Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air,
misalnya dextrosa dan glukosa. Yang digunakan yaitu 5%
dextrosa in water (DSW), amigen, dan aminovel.
b) Larutan elektrolit, antara lain larutan salin baik isotonik,
hypotonik, maupun hypertonik yang banyak digunakan yaitu
normal saline (isotonik) : NaCL 0,9%.
c) Cairan asam basa, contohnya sodium laktate dan sodium
bicarbonat.
d) Blood volume expanders, berfungsi untuk meningkatkan
volume pembuluh darah atau plasma. Cara kerjanya adalah
meningkatkan tekanan osmotik darah.

c. Rehabilitatif
1) Menghitung balance cairan.
a) Input
Input merupakan jumlah cairan yang berasal dari minuman,
makanan, ataupun cairan yang masuk ke dalam tubuh klien,
baik secara oral maupun parenteral. Cairan yang termasuk
input yaitu:
 Minuman dan makanan
 Terapi infus
 Terapi injeksi
 Air Metabolisme (5cc/kgBB/hari)
 NGT masuk
b) Output
Output merupakan jumlah cairan yang dikeluarkan selama
24 jam. Cairan tersebut berupa:
 Muntah
 Feses, satu kali BAB kira-kira 100cc.
 Insensible Water Loss (IWL), menggunakan
rumus15cc/kgBB/hari
 Cairan NGT terbuka
 Urine, drainage dan perdarahan
c) Hipovolemia
 Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan
penyerta asam basa dan elektrolit.
 Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik.
 Rehidrasi oral pada diare pediatrik.
 Hipervolemia, tindakan:
 Pembatasan natrium dan air dan diuretik.
 Dialisis atau hemofiltrasi arteriovena kontinue:
pada gagal ginjal atau kelebihan beban cairan yang
mengancam hidup.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
1) Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
2) Tanda dan gejala gangguankeseimbangancairan dan elektrolit.
3) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan
dan elektrolit.
4) Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat
mengganggu status cairan.
5) Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
6) Faktor psikologis (perilaku emosional).

b. Pengukuran Klinik
1) Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan
atau pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah
keseimbangan cairan yang berhubungan dengan berat badan :
Ringan : ± 2%
Sedang : ± 5%
Berat: ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang
sama dengan menggunakan pakaian yang beratnya sama.
2) Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan
tekanan darah serta tingkat kesadaran.
3) Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
a) Cairan oral : NGT dan oral
b) Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
c) Makanan yang cenderung mengandung air
d) Iritasi kateter
4) Pengukuran keluaran cairan
a) Urin : Volume, kejernihan/kepekatan
b) Feses : Jumlah dan konsistensi
c) Muntah
d) Tube drainage dan IWL
Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya
sekitar 200cc.

c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
1) Integument : Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan,
kelemahan, otot, tetani dan sensasi rasa.Kardiovaskuler :
Distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin dan bunyi
jantung.
2) Mata : cekung, air mata kering.
3) Neurology : Reflek, gangguan motorik dan sensorik,
tingkatkesadaran.
4) Gastrointestinal : Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah,
muntah-muntah

d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium,
kalium, klorida, ion bikarbonat.
2) Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin
(Hb), hematrokit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun :adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi
hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
3) pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur
konsentrasi urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat
jenisnya 1,003-1,030.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan Volume Cairan
Definisi :
Kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau
resiko memgalami resiko dehidrasi vascular, interstisial, atau
intravascular.
Batasan Karakteristik :
1) Ketidak cukupan asupan cairan per oral.
2) Balancenegatif antara asupan dan haluaran.
3) Penurunan berat badan.
4) Kulit/membrane mukosa kering (turgor menurun).
5) Peningkatan natrium serum.
6) Penurunun haluaran urine atau haluaran urine berlebih.
7) Urine pekat atau sering berkemih.Penurunan turgor kulit.
8) Haus, mual/anoreksia
Faktor yang berhubungan :
1) Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat
diabetes insipidus.
2) Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan
kehilangan cairan melalui evaporasi akibat luka bakar.
3) Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam,
drainase abnormal, dari luka, diare.
4) Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alkohol
yang berlebihan.
5) Berhubungan dengan mual, muntah.
6) Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat
depresi atau keletihan.
7) Berhubungan dengan masalah diet.
8) Berhubungan dengan pemberian makan perselang dengan
konsentrasi tinggi.
a. Berhubungan dengan konsentrasi menelan atau kesulitan makan
sendiri akibat nyeri mulut.

b. Kelebihan Volume Cairan


Definisi :
Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami
kelebihan beban cairan intraseluler atau interstisial.
Batasan Karakteristik :
1) Edema
2) Kulit tegang, mengkilap.
3) Asupan melebihi haluaran.
4) Sesak napas
5) Kenaikan berat badan
Faktor yang berhubungan :
1) Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan
sekunder akibat gagal jantung.
2) Berhubungan dengan preload, penurunan kontraktilitas, dan
penurunan curah jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal
jantung, dan penyakit katup jantung.
3) Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid
plasma yang rendah, retensi natrium, sekunder akibat penyakit
hepar, serosis hepatis, asites, dan kanker.
4) Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder
akibat varises vena, thrombus, imobilitas, dan flebitis kronis.
5) Berhubungan dengan retensi natrium, air, dan sekunder akibat
penggunaan kortikosteroid.
6) Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan.
7) Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak,
dan malnutrisi
8) Berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder
akibat imobilitas, bidai atau balutan yang kuat, serta berdiri atau
duduk dalam waktu yang lama
9) Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada saat hamil.
10) Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat,
sekunder akibat mastetomi.

c. Gangguan keseimbangan Elektrolit(kalium)


Batasan Karakteristik :
1) Perubahan kadar kalium.
2) Aritmia
3) Kram tungkai
4) Mual
5) Hipotensi
6) Bradikardia
7) Kesemutan.
Faktor yang berhubungan :
1) Berhubungan dengan kerusakan jaringan, sekunder akibat trauma
panas
2) Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebih karena
muntah, diare
3) Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit, sekunder
akibat kerusakan ginjal.
4) Berhubungan dengan diet tinngi-kalium/rendah-kalium.
2. Intervensi (Perencanaan)
Diagnosa
No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan Rasional
keperawatan
1. Kekurangan volume Tujuan : a. Kaji cairan yang disukai klien a. Membuat klien lebih
cairan Menyeimbangkan volume dalam batas diet. kooperatif.
cairan sesuai dengan b. Rencanakan target pemberian b. Mempermudah untuk
kebutuhan tubuh asupan cairan untuk setiap sif, memantauan kondisi klien.
Kriteria Hasil: mis : siang 1000 ml, sore 800 c. Pemahaman tentang alasan
 Terjdi peningkatan asupan ml dan malam 200 ml. tersebut membantu klien
cairan min. 2000ml/hari c. Kaji pemahaman klien tentang dlm mengatasi gangguan.
(kecuali terjadi alasan mempertahankan hidrasi d. Untuk mengontrol asupan
kontraindikasi). yg adekuat. klien
 Menjelaskan perlu-nya d. Catat asupan dan haluaran. e. Untuk mengetahui
meningkatkan asupan e. Pantau asupan per oral, min. prkembangan status
cairan pada saat 1500 ml/ 24 jam. kesehatan klien.
stress/cuaca panas. f. Pantau haluaran cairan 1000-
 Mempertahankan berat 1500ml /24jam. Pantau berat
jenis urine dalam batas jenis urine.
normal.

2. Kelebihan volume Tujuan: a. Kaji asupan diet dan kebiasaan a. Untuk mengontrol asupan
cairan Kebutuhan cairan klien dapat yang mendorong terjadinya klien.
terpenuhi sesuai dengan retensi cairan b. Konsumsi garam yang
kebutuhan tubuh klien. b. Anjurkan klien untuk berlebihan me-ningktkan
Kriteria hasil: menurunkan konsumsi garam. tekanan darah.
 Klien akan menyebutkan c. Anjurkan klien untuk: c. Makanan yg meng-gunakan
faktor penyebab dan 1) Menghindari makanan penyedap rasa dan
metode pencegahan edema. gurih, makanan kaleng dan pengawet.
 Klien mperlihatkan makanan beku. d. Na+mengikat air,jadi
penurunan edema 2) Mengkonsumsi mkann tnpa tubuhakan lebihmerasa
garam dan menambahkan lebihcepat haus.
bumbu aroma. e. Venostasis dapat
d. Kaji adanya tanda venostasis mengakibatkan
dan bendungan vena pada terhambatnya aliran darah.
bagian tubuh yang mengantung. f. Guna memperlancar
e. Untuk drainase limfatik yang sirkulasi.
tidak adekuat. g. Perlukaan pada daerah
f. Tinggikan ekstremitas dengan yang sakit menyebabkan
mnggunakn bantal, imobilitas, kurang lancarnya sirkulasi
bidai/ balutan yang kuat, serta peredaran darah di daerah
berdiri/duduk dlm waktu yg tsb.
lama. h. Semua kegiataan tersebut
g. Jangan memberikan memperparah keadaan
suntikan/infuse pada lengan klien
yang sakit. i. Untuk mepercepat
h. Tingatkan klien untuk perbaikan jaringan tubuh.
menghindari detergen yang
keras, membawa beban berat,
memegang rokok, mencabut
kutikula/ bintil kuku, me-
nyentuh kompor gas,
memgenakan perhiasan atau
jam tangan.
i. Lindungi kulit yg edema dari
cidera.

3. Ganguan Tujuan: Penurunan kadar kalium a. Poliuria dapat me-


keseimbangan Klien memiliki keseimbangan a. Observasi tanda dan gejala nyebabkan pe-ngeluaran
elektrolit (kalium) cairan, elektrolit dan asam- hipokalemia (vertigo, hipotensi kalium secara berlebihan.
basa dalam 48 jam. aritmia, mual, muntah, diare, b. Kelebihan cairan dapat
distensi abdomen,penurunan menyebabkan penurunan
Kriteria hasil: peristaltik, kelemahan otot, dan kadar kalium serum.
 Klien menjelaskan diet kram tungkai). c. Nilai kalium yang rendah
yang sesuai untuk b. Catat asupan dan haluaran. dapat me-nyebabkan
mempertahankan kadar c. Tentukan status hidrasi klien konfusi, mudah marah,
kalium dalam batas normal bila terjadi hipokalemia. depresi mental
 Klien berpartipasi untuk d. Kenali perubahan tingkah laku d. Kalium membantu
melaporkan tanda–tanda yang merupakan tanda- tanda menyeimbangkan cairan
klinis hipokalemia atau hipokalemia. tubuh.
hiperkaenia. e. Anjurkan klien dan keluarga e. Segmen ST dan gelombang
 Kadar kalium dlam batas untuk mngkonsmsi makan-an T yg datar atau terbalik
normal/dapat ditoleransi tinggi kalium (misalnya Buah- merupkn indikasi
buahan, sari buah, buah kering, hipokalemia.
sayur, daging, kacang-kacangan, f. Untuk mengurangi resiko
teh, kopi, dan kola) iritasi mukosa lambung.
f. Laporkan perubahan EKG; g. Streoid kortison dapat
segmen ST yg memanjang, menyebabkan retensi
depresi. natrium dan ekresi kalium.
g. Encerkan suplemen kalium per h. Nilai kalium yang rendah
oral sedikitnya dalam 113,2 dapat me-ningkatkan kerja
gram air/sari buah utk digitalis.
mengurangi resiko iritasi i. Dengan mengetahui tanda
mukosa lambung. hipo-kalemia, perawat
h. Pantau nilai kalium serum pada dapat menetapkan langkah
klien yang mendapat obat selnjutnya
diuretic dan steroid. j. Haluaran urin yg sedikit
i. Kaji tanda dan gejala toksisitas dapat me-nyebabkan hiper-
digitalis jika klien tengah kalemia.
mendapat obat golongan k. Nilai kalium lebih dari
digitalis dan diuretik atau 7mEq/ l dapat
steroid. menyebabkan henti
Peningkatan Kadar Kalium jantung.
a. Observasi tanda dan gejala l. Untuk melihat adanya
hiperkalemia (misalnya pelebaran kompleks QRS
Bradikardia, kram abdomen, dan gelombang T tggi yg
oliguria, kesemutan dan kebas merupkan tanda
pada ekstremitas). hiperkalemia.
b. Kaji haluaran urin. Sedikitnya
25ml/jam atau 600 ml/ hari.
c. Laporkan nilai kalium serum
yang melebihi 5mEq/l batasi
asupan kalium jika perlu.
d. Pantau EKG
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2015).Diagnosa Keperawatan.Jakarta: EGC.


Doenges, Moorhouse, Geissler. (2015). Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Perry dan Potter. (2015). Fundamental Of Nursing. USA:C.V Moasby Company
St. Louis
Tarwoto, Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi 5. Jakarta Selatan: Penerbit Salemba Medika.
Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai
Kasus Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction Jogja

Anda mungkin juga menyukai