Anda di halaman 1dari 26

1

A. Konsep Teori
1. Definisi
Hipertensi adalah istilah yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit
jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia
jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung kronis, yang disebabkan
karena peningkatan tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak langsung
(Morton, 2015).
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi
gejala yang akan berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke (untuk otak),
penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan left ventricle
hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ diotak yang berupa stroke,
hipertensi adalah penyebab utama stroke yang membawa kematian (Amiruddin,
dkk, 2015).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur
paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal
bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik
usia. Namun, secara umum seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila
tekanan darahnya lebih tinggi daripada 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg
diastolik (ditulis 140/90) (Corwin, 2015).
2. Anatomi dan Fisiologi
Secara fisiologi, jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling vital
fungsinya dibandingkan dengan organ tubuh vital lainnya. Dengan kata lain,
apabila fungsi jantung mengalami gangguan maka besar pengaruhnya terhadap
organ-organ tubuh lainya terutama ginjal dan otak. Karena fungsi utama jantung
adalah sebagai single pompa yang memompakan darah ke seluruh tubuh untuk
kepentingan metabolisme sel-sel demi kelangsungan hidup. Untuk itu, siapapun
orangnya sebelum belajar EKG harus menguasai anatomi & fisiologi dengan baik
dan benar.

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020


2

a. Ukuran, Posisi atau letak Jantung


Secara anatomi ukuran jantung sangatlah variatif. Dari beberapa referensi yang
saya baca, ukuran jantung manusia mendekati ukuran kepalan tangannya atau
dengan ukuran panjang kira-kira 5″ (12cm) dan lebar sekitar 3,5″ (9cm).
Jantung terletak di belakang tulang sternum, tepatnya di ruang mediastinum
diantara kedua paru-paru dan bersentuhan dengan diafragma. Bagian atas
jantung terletak dibagian bawah sternal notch, 1/3 dari jantung berada
disebelah kanan dari midline sternum , 2/3 nya disebelah kiri dari midline
sternum. Sedangkan bagian apek jantung di interkostal ke-5 atau tepatnya di
bawah puting susu sebelah kiri. (lihat gambar 1 & 2)

Gambar 1
b. Lapisan Pembungkus Jantung
Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan perikardium, di
mana lapisan perikardium ini di bagi menjadi 3 lapisan (lihat gambar 3)
yaitu:
a) Lapisan fibrosa, yaitu lapisan paling luar pembungkus jantung yang
melindungi jantung ketika jantung mengalami overdistention. Lapisan
fibrosa bersifat sangat keras dan bersentuhan langsung dengan bagian
dinding dalam sternum rongga thorax, disamping itu lapisan fibrosa ini
termasuk penghubung antara jaringan, khususnya pembuluh darah besar

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020


3

yang menghubungkan dengan lapisan ini (exp: vena cava, aorta, pulmonal
arteri dan vena pulmonal).
b) Lapisan parietal, yaitu bagian dalam dari dinding lapisan fibrosa
c) Lapisan Visceral, lapisan perikardium yang bersentuhan dengan lapisan
luar dari otot jantung atau epikardium.
Diantara lapisan pericardium parietal dan lapisan perikardium visceral terdapat
ruang atau space yang berisi pelumas atau cairan serosa atau yang disebut
dengan cairan perikardium. Cairan perikardium berfungsi untuk melindungi
dari gesekan-gesekan yang berlebihan saat jantung berdenyut atau
berkontraksi. Banyaknya cairan perikardium ini antara 15 – 50 ml, dan tidak
boleh kurang atau lebih karena akan mempengaruhi fungsi kerja jantung.

Gambar 2
c. Lapisan Otot Jantung
Seperti yang terlihat pada Gb.3, lapisan otot jantung terbagi menjadi 3 yaitu :
1) Epikardium,yaitu bagian luar otot jantung atau pericardium visceral
2) Miokardium, yaitu jaringan utama otot jantung yang bertanggung jawab
atas kemampuan kontraksi jantung.
3) Endokardium, yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau lapisan
tipis endotel sel yang berhubungan langsung dengan darah dan bersifat
sangat licin untuk aliran darah, seperti halnya pada sel-sel endotel pada
pembuluh darah lainnya. (Lihat Gb.3 atau Gb.4)

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020


4

Gambar 3
d. Katup Jantung
Katup jatung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang
menghubungkan antara atrium dengan ventrikel dinamakan katup
atrioventrikuler, sedangkan katup yang menghubungkan sirkulasi sistemik
dan sirkulasi pulmonal dinamakan katup semilunar.
Katup atrioventrikuler terdiri dari katup trikuspid yaitu katup yang
menghubungkan antara atrium kanan dengan ventrikel kanan, katup
atrioventrikuler yang lain adalah katup yang menghubungkan antara atrium
kiri dengan ventrikel kiri yang dinamakan dengan katup mitral atau bicuspid.
Katup semilunar terdiri dari katup pulmonal yaitu katup yang
menghubungkan antara ventrikel kanan dengan pulmonal trunk, katup
semilunar yang lain adalah katup yang menghubungkan antara ventrikel kiri
dengan asendence aorta yaitu katup aorta. (Lihat Gb: 5)
Katup berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang jantung
sebelumnya sesaat setelah kontraksi atau sistolik dan sesaat saat relaksasi
atau diastolik. Tiap bagian daun katup jantung diikat oleh chordae tendinea
sehingga pada saat kontraksi daun katup tidak terdorong masuk keruang
sebelumnya yang bertekanan rendah. Chordae tendinea sendiri berikatan
dengan otot yang disebut muskulus papilaris. (Lihat Gb:6)

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020


5

Gambar 4

Gambar 5

Seperti yang terlihat pada gb.5 diatas, katup trikuspid 3 daun katup
(tri =3), katup aortadan katup pulmonal juga mempunya 3 daun katup. Sedangkan
katup mitral atau biskupid hanya mempunyai 2 daun katup.
Ruang,Dinding & Pembuluh Darah Besar Jantung
Jantung kita dibagi menjadi 2 bagian ruang, yaitu :
1. Atrium (serambi)
2. Ventrikel (bilik)
Karena atrium hanya memompakan darah dengan jarak yang pendek, yaitu ke
ventrikel. Oleh karena itu otot atrium lebih tipis dibandingkan dengan otot ventrikel.
Ruang atrium dibagi menjadi 2, yaitu atrium kanan dan atrium kiri. Demikian halnya
dengan ruang ventrikel, dibagi lagi menjadi 2 yaitu ventrikel kanan dan ventrikel kiri.

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020


6

Jadi kita boleh mengatakan kalau jantung dibagi menjadi 2 bagian yaitu jantung
bagian kanan (atrium kanan & ventrikel kanan) dan jantung bagian kiri (atrium kiri &
ventrikel kiri).
Kedua atrium memiliki bagian luar organ masing-masing yaitu auricle. Dimana
kedua atrium dihubungkan dengan satu auricle yang berfungsi menampung darah
apabila kedua atrium memiliki kelebihan volume.
Kedua atrium bagian dalam dibatasi oleh septal atrium. Ada bagian septal
atrium yang mengalami depresi atau yang dinamakan fossa ovalis, yaitu bagian septal
atrium yang mengalami depresi disebabkan karena penutupan foramen ovale saat kita
lahir. Ada beberapa ostium atau muara pembuluh darah besar yang perlu anda ketahui
yang terdapat di kedua atrium, yaitu :
a) Ostium Superior vena cava, yaitu muara atau lubang yang terdapat diruang atrium
kanan yang menghubungkan vena cava superior dengan atrium kanan.
b) Ostium Inferior vena cava, yaitu muara atau lubang yang terdapat di atrium kanan
yang menghubungkan vena cava inferior dengan atrium kanan.
c) Ostium coronary atau sinus coronarius, yaitu muara atau lubang yang terdapat di
atrium kanan yang menghubungkan sistem vena jantung dengan atrium kanan.
d) Ostium vena pulmonalis, yaitu muara atau lubang yang terdapat di atrium kiri yang
menghubungkan antara vena pulmonalis dengan atrium kiri yang mempunyai 4
muara.
Bagian dalam kedua ruang ventrikel dibatasi oleh septal ventrikel, baik ventrikel
maupun atrium dibentuk oleh kumpulan otot jantung yang mana bagian lapisan dalam
dari masing-masing ruangan dilapisi oleh sel endotelium yang kontak langsung
dengan darah. Bagian otot jantung di bagian dalam ventrikel yang berupa tonjolan-
tonjolan yang tidak beraturan dinamakan trabecula. Kedua otot atrium dan ventrikel
dihubungkan dengan jaringan penghubung yang juga membentuk katup jatung
dinamakan sulcus coronary, dan 2 sulcus yang lain adalah anterior dan posterior
interventrikuler yang keduanya menghubungkan dan memisahkan antara kiri dan
kanan kedua ventrikel.
Perlu anda ketahui bahwa tekanan jantung sebelah kiri lebih besar dibandingkan
dengan tekanan jantung sebelah kanan, karena jantung kiri menghadapi aliran darah
sistemik atau sirkulasi sistemik yang terdiri dari beberapa organ tubuh sehingga
dibutuhkan tekanan yang besar dibandingkan dengan jantung kanan yang hanya

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020


7

bertanggung jawab pada organ paru-paru saja, sehingga otot jantung sebelah kiri
khususnya otot ventrikel sebelah kiri lebih tebal dibandingkan otot ventrikel kanan.
e. Pembuluh Darah Besar Jantung
Ada beberapa pembuluh besar yang perlu anda ketahui, yaitu:
1) Vena cava superior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari bagian atas
diafragma menuju atrium kanan.
2) Vena cava inferior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari bagian bawah
diafragma ke atrium kanan.
3) Sinus Coronary, yaitu vena besar di jantung yang membawa darah kotor dari
jantung sendiri.
4) Pulmonary Trunk,yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah kotor dari
ventrikel kanan ke arteri pulmonalis
5) Arteri Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah
kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru.
6) Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah
bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.
7) Assending Aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah bersih dari
ventrikel kiri ke arkus aorta ke cabangnya yang bertanggung jawab dengan organ
tubuh bagian atas.
8) Desending Aorta,yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan bertanggung
jawab dengan organ tubuh bagian bawah. (lihat Gb:7)

Gambar 6

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020


8

3. Etiologi
Menurut Corwin (2015), penyebab peningkatan tekanan darah ada tiga hal
yaitu:
a. Peningkatan Kecepatan Denyut Jantung
Dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf dan hormon pada nodus
serabut arikinji (SA). Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung
kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Peningkatan kecepatan
denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup
sehingga tidak menimbulkan hipertensi.
b. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
Dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang
berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau
konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan volume plasma akan
menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan
volume sekuncup dan tekanan darah.
c. Peningkatan total peripheral resistance (TPR) yang berlangsung lama
Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama dapat
terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau
responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua
hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada
peningkatan Total Periperial Resistence, jantung harus memompa secara lebih
kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk
mendorong darah melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut
peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan
peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload berlangsung
lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar).
Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat
sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga
mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan
penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup.
Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,
genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok,
konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020


9

konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres,


penggunaan estrogen (Kemenkes RI, 2014).
4. Patofisiologi
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi ventrikel
kiri yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan
pembuluh darah perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan
hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan diastole.
Pengaruh beberapa faktor humoral seperti rangsangan simpato-adrenal yang
meningkat dan peningkatan aktivasi system renin-angiotensin-aldosteron (RAA)
belum diketahui, mungkin sebagai penunjang saja. Fungsi pompa ventrikel kiri
selama hipertensi berhubungan erat dengan penyebab hipertrofi dan terjadinya
aterosklerosis primer.
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus
(konsentrik). Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat
tanpa perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada
stadium selanjutnya, karena penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak
teratur, dan akhirnya eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah koroner. Khas
pada jantung dengan hipertrofi eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio
antara massa dan volume, oleh karena meningkatnya volume diastolik akhir. Hal
ini diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan
fraksi ejeksi), peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistol dan
konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yang memperburuk fungsi mekanik
ventrikel kiri berhubungan erat bila disertai dengan penyakit  jantung  koroner.
Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner
juga meningkat. Jadi cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan-
perubahan hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat
dengan derajat hipertrofi otot jantung. Ada 2 faktor utama penyebab penurunan
cadangan aliran darah koroner, yaitu :
a. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos
pembuluh darah resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh badan.
Kemudian terjadi retensi garam dan air yang mengakibatkan berkurangnya
compliance pembuluh-pembuluh ini dan mengakibatkan tahanan perifer;
b. Hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per
unit otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020


10

antara kapiler dan serat otot yang hipertrofik menjadi factor utama pada
stadium lanjut dari gambaran hemodinamik ini.
Jadi, faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit,
meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan
aktifitas mekanik ventrikel kiri. (Chang, 2015)

5. Patways Keperawatan

Hipertensi Primer Hipertensi Sekunder

Hipertrofi ventrikel Sinistra

Terbatasasnya Aliran Darah Koroner


Reaksi Anairob
Iskemia Miokard
Penurunan Penumpukan Asam
kontraktilitas miokard Laktat
Penurunan curah jantung
Kelemahan miokardium Nyeri dipersepsikan

Nyeri Akut
Suplai darah kejaringan tak adekuat

Suplai darah ke otak


menurun
Kelemahan fisik Risko Injuri

Kurang informasi Ketidak efektifan


Intoleran Aktivitas
perfusi jaringan serebral

Tidak tahu kondisi dan pengobatan

Defisiensi Pengetahuan

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020


11

6. Manifestasi Klinis
Menurut Corwin (2015), tanda dan gejala hipertensi adalah:
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan darah intrakranium
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
c. Ayunan langkah yang tidak mantap akibat kerusakan susunan saraf pusat
d. Nokturia akibat peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomelurus
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Fhoto torax, posisi  poster anterior, hipertrofi kensistrik, besar jantung dalam
batas normal.
b. Pemeriksaan laboratorium, darah vaksin, yang diperlukan adalah Hb, serta
ureum dan creatinin untuk menilai fungsi ginjal, Glukosa, Kalium Serum,
Kolestrol, Gliserin Serum.
c. EKG
8. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2015), pengobatan hipertensi yang ideal yang
diharapkan mempunyai sifat-sifat seperti :
a. Menurunkan tekanan darah secara bertahap dan aman.
b. Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral.
c. Berkhasiat untuk semua tingkat hipertensi.

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020


12

d. Melindungi organ-organ vital.


e. Mendukung pengobatan penyakit penyerta DM.
f. Mengurangi faktor risiko penyakit kardiovaskular (PKV) dalam hal
memperbaiki left ventricular hypertrophy (LVH) dan mencegah pembentukan
aterosklerosis.
g. Mengurangi frekuensi dan beratnya serangan angina.
h. Memperbaiki fungsi ginjal dan menghambat kerusakan ginjal lebih lanjut.
i. Efek samping serendah mungkin seperti batuk, sakit kepala, edema, rasa
lelah, mual, dan muka merah.
j. Dapat membuat jantung bekerja lebih efisien.
k. Melindungi jantung terhadap risiko infark.
Jenis-jenis obat hipertensi:
1) Anti hipertensi non-farmakologik:
(Tindakan pengobatan supportif sesuai anjuran Joint National Committee on
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure:
a) Turunkan BB pada obesitas.
b) Pembatasan komsumsi garam dapur
c) Kurangi alkohol
d) Menghentikan rokok
e) Olahraga teratur
f) Diet rendah lemak jenuh
g) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah).
2) Obat antihipertensi
a) Diuretika, pelancar kencing yang diharapkan mengurangi volume input
pemberian diuretika sudah tidak terlalu dianjurkan sebagai langkah pertama
dalam manejemen hipertensi.
b) Penyekat Beta (B-blocker)

c) Antagonis kalsium

d) Inhibitor Anti Converting Enzyme (ACE), misalnya Inhibase

e) Obat Anti hipertensi sentral (Simpatokolitika)

f) Obat penyekat Alpha

9. Komplikasi

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020


13

Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala


pada hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa
gejala dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran seperti pada
ginjal, mata,otak, dan jantung.Gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing,
migrain sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi essensial.
 Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai berikut:
pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan(jarangan), sukar tidur, sesak
nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:
gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung, gangguan fungsi ginjal,
gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh
darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma,
sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal,
serangan jantung, stroke, lakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi
dengan merubah gaya hidup dan pola makan. beberapa kasus hipertensi erat
kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat. seperti kurang olah raga, stress, minum-
minuman, beralkohol, merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan makan juga perlu
diqwaspadai. pembatasan asupan natrium (komponen utama garam), sangat
disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan penderita hipertensi. Dalam
perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis yang dapat menyebabkan
berbagai macam komplikasi antara lain :
a. Stroke
b. Gagal jantung
c. Gagal Ginjal
d. Gangguan pada Mata

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020


14

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian Primer
a. Airways
1) Sumbatan
2) Wheezing atau krekles
b. Breathing
1) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
2) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
3) Ekspansi dada tidak penuh
4) Penggunaan otot bantu nafas
c. Circulation
1) Nadi lemah, tidak teratur
2) Takikardi
3) TD meningkat / menurun
4) Edema
5) Gelisah
6) Akral dingin
7) Kulit pucat, sianosis
8) Output urine menurun
Pengkajian Sekunder
a. Identitas pasien
b. Keluhan
Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton, frekuensi jantung meningkat,
perubahan irama jantung, takipnea. Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner, penyakit serebrovaskuler. Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi,
perubahan warna kulit, suhu dingin. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, factor stress multipel. Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela,
peningkatan pola bicara. Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol. BB normal atau obesitas, adanya edema. Keluhan
pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan penglihatan,
episode epistaksis. Perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan
retinal optik. Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat,
nyeri abdomen. Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020


15

nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok. Ddistress
respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis.
Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit
ginjal. Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan gangguan irama jantung, stroke
volume, pre load dan afterload, kontraktilitas jantung.
b. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi
c. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplei
oksigen dengan kebutuhan
d. Nyeri Akut berhubungan agen cidera biologis
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak mengetahui sumber-sumber
informasi.
f. Risko Injuri dengan faktor risko kelemahan umum

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020


16

3. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Penurunan curah jantung NOC : NIC :
berhubungan dengan a. Cardiac Pump 1. Auskultasi nadi apikal, kaji 1. Biasanya terjadi
gangguan irama jantung, effectiveness frekuensi dan irama jantung takikardi (meskipun pada saat
stroke volume, pre load dan b. Circulation 2. Catat bunyi jantung istirahat) untuk mengkompensasi
afterload, kontraktilitas Status 3. Palpasi nadi perifer penurunan kontraktilitas ventrikel.
jantung. c. Vital Sign 4. Pantau TD 2. S1 dan S2
DO/DS: Status 5. Kaji kulit terhadap pucat mungkin lemah karena menurunnya
1. Aritmia, takikardia, d. Tissue dan sianosis kerja pompa. Irama Gallop umum
bradikardia perfusion: perifer 6. Berikan obat sesuai (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran
2. Palpitasi, oedem Setelah dilakukan asuhan indikasi darah ke serambi yang distensi.
3. Kelelahan selama………penurunan 7. Pantau EKG dan perubahan Murmur dapat menunjukkan
4. Peningkatan/penurunan kardiak output klien teratasi foto dada inkompetensi/ stenosis katup.
JVP dengan kriteria hasil: 8. Pantau pemeriksaan lab 3. Penurunan
5. Distensi vena jugularis 1. Tand BUN, kreatinin curah jantung dapat menunjukkan
6. Kulit dingin dan lembab a Vital dalam rentang normal menurunnya nadi radial, popliteal,
7. Penurunan denyut nadi (Tekanan darah, Nadi, dorsalis, pedis dan posttibial. Nadi
perifer respirasi) mungkin cepat hilang atau tidak
8. Oliguria, kaplari refill 2. Dapat teratur untuk dipalpasi dan pulsus
lambat mentoleransi aktivitas, tidak alternan.
9. Nafas pendek/ sesak ada kelelahan 4. Pada GJK dini,
nafas 3. Tidak sedang atau kronis tekanan darah
10. Perubahan warna kulit ada edema paru, perifer, dan dapat meningkat. Pada HCF lanjut
11. Batuk, bunyi jantung tidak ada asites tubuh tidak mampu lagi
S3/S4 4. Tidak mengkompensasi dan hipotensi tidak
12. Kecemasan ada penurunan kesadaran dapat normal lagi.
5. AGD 5. Pucat
dalam batas normal menunjukkan menurunnya perfusi
6. Tidak perifer sekunder terhadap tidak
ada distensi vena leher adekuatnya curah jantung,
7. Warn vasokontriksi dan anemia. Sianosis
a kulit normal dapat terjadi sebagai refraktori GJK.

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020


17

Area yang sakit sering berwarna biru


atau belang karena peningkatan
kongesti vena.
6. Tipe dan dosis
diuretik tergantung pada derajat
gagal jantung dan status fungsi
ginjal. Penurunan preload paling
banyak digunakan dalam mengobati
pasien dengan curah jantung relative
normal ditambah dengan gejala
kongesti. Diuretik mempengaruhi
reabsorpsi natrium dan air.
Vasodilator digunakan untuk
meningkatkan curah jantung,
menurunkan volume sirkulasi dan
tahanan vaskuler sistemik, juga kerja
ventrikel. Antikoagulan digunakan
untuk mencegah pembentukan
thrombus/emboli pada adanya faktor
risiko seperti statis vena, tirah baring,
disritmia jantung.
7. Depresi segmen
ST dan datarnya gelombang T dapat
terjadi karena peningkatan kebutuhan
oksigen miokard, meskipun tak ada
penyakit arteri koroner. Foto dada
dapat menunjukan pembesaran
jantung.
8. Peningkatan
BUN/kreatinin hipoperfusi/gagal
ginjal.

2 Ketidakefektifan Perfusi Setelah dilakukan tindakan NIC :

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020


18

jaringan serebral  keperawatan selama 3 x 24 jam, Intrakranial Pressure (ICP) Intrakranial Pressure (ICP)
Batasan Karakteristik : diharapkan suplai aliran darah Monitoring (Monitor tekanan Monitoring (Monitor tekanan
a. Massa tromboplastin keotak lancar dengan kriteria intrakranial) intrakranial)
parsial abnormal hasil: 1. Berikan informasi kepada
b. Massa protrombin NOC : keluarga 1. Menurunkan kecemasan keluarga
abnormal Circulation status 2. Set alarm 2. Memudahkan pasien dalam
c. Sekmen ventrikel kiri Tissue Prefusion : cerebral 3. Monitor tekanan perfusi serebral memanggil petugas kesehatan jika
akinetik Kriteria Hasil : 4. Catat respon pasien terhadap memerlukan bantuan
d. Ateroklerosis aerotik 3. Memantau TIK pasien
1. Mendemonstrasikan status stimuli
e. Diseksi arteri 4. Mengetahui Perkembangan pasien
sirkulasi yang ditandai 5. Monitor tekanan intrakranial
f. Fibrilasi atrium 5. Mengetahui kecenderungan tingkat
dengan : pasien dan respon neurology
g. Miksoma atrium kesadaran dan potensial peningkatan
h. Tumor otak a. Tekanan systole terhadap aktivitas TIK dan dapat menunjukkan TIA yang
i. Stenosis karotid dandiastole dalam 6. Monitor intake dan output cairan merupakan tanda terjadinya trombosis
j. Aneurisme serebri rentang yang diharapkan 7. Monitor suhu dan angka WBC CVS baru
k. Koagulopati (mis, anemia b. Tidak ada 8. Kolaborasi pemberian antibiotic 6. Menentukkan tingkat kebutuhan
sel sabit) ortostatikhipertensi 9. Posisikan pasien pada posisi cairan pasien
l. Kardiomiopati dilatasi c. Tidk ada tanda tanda semifowler 7. Mengetahui peningkatan leukosit
m. Koagulasi intravaskular peningkatan tekanan Terapi oksigen sebagai indikator infeksi
diseminata intrakranial (tidak lebih 1. Bersihkan jalan nafas dari secret 8. Antibiotik membantu membunuh
n. Embolisme dari 15 mmHg) 2. Pertahankan jalan nafas tetap mikro organisme patogen.
o. Trauma kepala 2.  Mendemonstrasikan efektif 9. Posisi semi fowler membantu
p. Hierkolesterolemia kemampuan kognitif yang 3. Berikan oksigen sesuai intruksi menurunkan tekanan pada diafragma
q. Hipertensi ditandai dengan: 4. Beri penjelasan kepada klien sehingga pasien merasa bisa leluasa
r. Endokarditis infeksi a. Berkomunikasi dengan tentang pentingnya pemberian bernafas
s. Katup prostetik mekanis jelas dan sesuai dengan oksigen Terapi oksigen
t. Stenosis mitral kemampuan 5. Observasi tanda-tanda hipo- 1. Jalan nafas yang bersih dari secret
u. Neoplasma otak b. Menunjukkan perhatian, ventilasi membantu memenuhi kebutuhan
v. Baru terjadi infak oksigen sesuai dengan kebutuhan
konsentrasi dan orientasi 6. Monitor respon klien terhadap
miokardium 2. Jalan nafas yang efektif membantu
c. Memproses informasi pemberian oksigen
w. Sindrom sick sinus memberikan ruang bebas dalam
d. Membuat keputusan 7. Anjurkan klien untuk tetap
x. Penyalahgunaan zat sirkulasi oksigen
y. Terapi trombolitik dengan benar memakai oksigen selama aktifitas 3. Oksigen yang sesuai indikasi

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020


19

z. Efek samping terkait 3.  Menunjukkan fungsi sensori dan tidur membantu memenuhi kebutuhan
terapi (bypass motori cranial yang utuh : oksigen di otak
kardiopulmunal, obat) tingkat kesadaran mambaik, 4. Penjelasan yang baik dan
tidak ada gerakan gerakan pemahaman klien tentang kebutuhan
involunter oksigen, dapat membantu kerjasa
antara perawat dan klien dalam
tindakan keperawatan
5. Sianosis pada kapiler sebagai
tanda atau indikasi menurunnya suplai
oksigen
6. Respon tidak nyaman sebagai
indikator kebutuhan oksigen tidak
sesuai dengan kebutuhan pasien
7. Menjaga keseimbangan kebutuhan
oksigen tubuh
3 Intoleransi aktivitas NOC : Ativity Therapy Activity Therapy
Berhubungan dengan : a. Self Care : 1. Kolaborasi dengan tim 1. Mengkaji setiap aspek klien
a. Tirah Baring atau ADLs kesehatan lain untuk terhadap terapi latihan yang
imobilisasi b. Toleransi merencanakan , monitoring dierencanakan.
b. Kelemahan menyeluruh aktivitas program aktivitasi klien. 2. Aktivitas yang teralau berat dan
c. Ketidakseimbangan c. Konservasi 2. Bantu klien memilih tidak sesuai dengan kondisi klian
antara suplei oksigen eneergi aktivitas yang sesuai dengan dapat memperburuk toleransi
dengan kebutuhan Setelah dilakukan tindakan kondisi. terhadap latihan.
d. Gaya hidup yang keperawatan selama …. Pasien 3. Bantu klien untuk 3. Melatih kekuatan dan irama
dipertahankan. bertoleransi terhadap aktivitas melakukan aktivitas/latihan fisik jantung selama aktivitas.
DS: dengan Kriteria Hasil : secara teratur. 4. Mengetahui setiap
1. Melaporkan secara 1. Berpartisipasi 4. Monitor status emosional, perkembangan yang muncul segera
verbal adanya kelelahan dalam aktivitas fisik tanpa fisik dan social serta spiritual setelah terapi aktivitas.
atau kelemahan. disertai peningkatan tekanan klien terhadap latihan/aktivitas. 5. EKG memberikan gambaran
2. Adanya dyspneu darah, nadi dan RR 5. Monitor hasil pemeriksaan yang akurat mengenai konduksi
atau ketidaknyamanan saat 2. Mampu EKG klien saat istirahat dan jantung selama istirahat maupun
beraktivitas. melakukan aktivitas sehari aktivitas (bila memungkinkan aktivitas.
DO : hari (ADLs) secara mandiri dengan tes toleransi latihan). 6. Pemberian obat antihipertensi

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020


20

3. Keseimbanga 6. Kolaborasi pemberian obat digunakan untuk mengembalikan TD


1. Respon abnormal n aktivitas dan istirahat antihipertensi, obat-obatan klien dbn, obat digitalis untuk
dari tekanan darah atau digitalis, diuretic dan vasodilator. mengkoreksi kegagalan kontraksi
nadi terhadap aktifitas Energy Management jantung pada gambaran EKG,
2. Perubahan ECG : 1. Tentukan pembatasan diuretic dan vasodilator digunakan
aritmia, iskemia aktivitas fisik pada klien untuk mengeluarkan kelebihan
2. Tentukan persepsi klien cairan.
dan perawat mengenai Energy Management
kelelahan. 1. Mencegah penggunaan energy
3. Tentukan penyebab yang berlebihan karena dapat
kelelahan (perawatan, nyeri, menimbulkan kelelahan.
pengobatan) 2. Memudahkan klien untuk
4. Monitor efek dari mengenali kelelahan dan waktu untuk
pengobatan klien. istirahat.
5. Monitor intake nutrisi yang 3. Mengetahui sumber asupan
adekuat sebagai sumber energy. energy klien.
6. Anjurkan klien dan 4.  Mengetahui etiologi kelelahan,
keluarga untuk mengenali tanda apakah mungkin efek samping obat
dan gejala kelelahan saat atau tidak.
aktivitas. 5. Mengidentifikasi pencetus
7. Anjurkan klien untuk klelahan.
membatasi aktivitas yang cukup 6. Menyamakan persepsi perawat-
berat seperti berjalan jauh, klien mengenai tanda-tanda kelelahan
berlari, mengangkat beban dan menentukan kapan aktivitas klien
berat, dll. dihentikan.
8. Monitor respon terapi 7. Mencegah timbulnya sesak
oksigen klien. akibat aktivitas fisik yang terlalu
9. Batasi stimuli lingkungan berat.
untuk relaksasi klien. 8. Mengetahui efektifitas terapi
10. Batasi jumlah pengunjung. O2 terhadap keluhan sesak selama
aktivitas.
9. Menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk klien beristirahat.

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020


21

10. Menciptakan lingkungan yang


kondusif untuk klien beristirahat.
11. Memfasilitasi waktu istirahat
klien untuk memperbaiki kondisi
klien.
4 Nyeri akut berhubungan NOC : NIC NIC Label: Pain Management
dengan: a. Pain Level, Label : Pain Management 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri
Agen injuri (biologi, kimia, b. Pain control, 1. Kaji secara komprehensip pasien
fisik, psikologis), kerusakan c. Comfort level terhadap nyeri termasuk lokasi, 2. Untuk mengetahui tingkat
jaringan Setelah dilakukan tinfakan karakteristik, durasi, frekuensi, ketidaknyamanan dirasakan oleh
DS: keperawatan selama …. Pasien kualitas, intensitas nyeri dan pasien
Laporan secara verbal tidak mengalami nyeri, dengan faktor presipitasi 3. Untuk mengalihkan perhatian pasien
DO: kriteria hasil: 2. Observasi reaksi dari rasa nyeri
1. Posisi untuk 1. Mampu ketidaknyaman secara nonverbal 4. Untuk mengetahui apakah nyeri
menahan nyeri mengontrol nyeri (tahu 3. Gunakan strategi yang dirasakan klien berpengaruh
2. Tingkah laku berhati- penyebab nyeri, mampu komunikasi terapeutik untuk terhadap yang lainnya
hati menggunakan tehnik mengungkapkan pengalaman 5. Untuk mengurangi factor yang dapat
3. Gangguan tidur nonfarmakologi untuk nyeri dan penerimaan klien memperburuk nyeri yang dirasakan
(mata sayu, tampak capek, mengurangi nyeri, mencari terhadap respon nyeri klien
sulit atau gerakan kacau, bantuan) 4. Tentukan pengaruh 6. untuk mengetahui apakah terjadi
menyeringai) 2. Melaporkan pengalaman nyeri terhadap pengurangan rasa nyeri atau nyeri
4. Terfokus pada diri bahwa nyeri berkurang dengan kualitas hidup( napsu makan, yang dirasakan klien bertambah.
sendiri menggunakan manajemen tidur, aktivitas,mood, hubungan 7. Pemberian “health education” dapat
5. Fokus menyempit nyeri sosial) mengurangi tingkat kecemasan dan
(penurunan persepsi 3. Mampu 5. Tentukan faktor yang dapat membantu klien dalam membentuk
waktu, kerusakan proses mengenali nyeri (skala, memperburuk nyeriLakukan mekanisme koping terhadap rasa
berpikir, penurunan intensitas, frekuensi dan tanda evaluasi dengan klien dan tim nyer
interaksi dengan orang dan nyeri) kesehatan lain tentang ukuran 8. Untuk mengurangi tingkat
lingkungan) 4. Menyatakan pengontrolan nyeri yang telah ketidaknyamanan yang dirasakan
6. Tingkah laku rasa nyaman setelah nyeri dilakukan klien.
distraksi, contoh : jalan- berkurang 6. Berikan informasi tentang 9. Agar nyeri yang dirasakan klien
jalan, menemui orang lain 5. Tanda vital nyeri termasuk penyebab nyeri, tidak bertambah.
dan/atau aktivitas, aktivitas dalam rentang normal berapa lama nyeri akan hilang, 10. Agar klien mampu menggunakan

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020


22

berulang-ulang) 6. Tidak antisipasi terhadap teknik nonfarmakologi dalam


7. Respon autonom mengalami gangguan tidur ketidaknyamanan dari prosedur memanagement nyeri yang
(seperti diaphoresis, 7. Control lingkungan yang dirasakan.
perubahan tekanan darah, dapat mempengaruhi respon 11. Pemberian analgetik dapat
perubahan nafas, nadi dan ketidaknyamanan klien (suhu mengurangi rasa nyeri pasien
dilatasi pupil) ruangan, cahaya dan suara)
8. Perubahan 8. Hilangkan faktor presipitasi
autonomic dalam tonus yang dapat meningkatkan
otot (mungkin dalam pengalaman nyeri klien
rentang dari lemah ke (ketakutan, kurang pengetahuan)
kaku) 9. Ajarkan cara penggunaan
9. Tingkah laku terapi non farmakologi
ekspresif (contoh : gelisah, (distraksi, guide
merintih, menangis, imagery,relaksasi)
waspada, iritabel, nafas 10. Kolaborasi pemberian
panjang/berkeluh kesah) analgesic
10. Perubahan dalam
nafsu makan dan minum

5 Defisiensi Pengetahuan NOC: NIC 1. Mempermudah dalam memberikan


Berhubungan dengan : a. Kowlwdge : 1. Kaji pengetahuan klien tentang penjelasan pada klien
keterbatasan kognitif, disease process penyakitnya 2. Meningkatan pengetahuan dan
interpretasi terhadap b. Kowledge : 2. Jelaskan tentang proses penyakit mengurangi cemas
informasi yang salah, health Behavior (tanda dan gejala), identifikasi 3. Mempermudah intervensi
kurangnya keinginan untuk Setelah dilakukan tindakan kemungkinan penyebab. 4. Mencegah keparahan penyakit
mencari informasi, tidak keperawatan selama …. pasien Jelaskan kondisi tentangklien 5. Memberi gambaran tentang pilihan
mengetahui sumber-sumber menunjukkan pengetahuan 3. Jelaskan tentang program terapi yang bisa digunakan
informasi. tentang proses penyakit dengan pengobatan dan alternatif 6. Kemampuan yang dimiliki menjadi
DS: Menyatakan secara kriteria hasil: pengobantan motivasi dalam proses kemampuan
verbal adanya masalah 1. Pasien dan 4. Diskusikan perubahan gaya psikologis
DO: ketidakakuratan keluarga menyatakan hidup yang mungkin digunakan 7. Kunjungan yang teratur dapat
mengikuti instruksi, pemahaman tentang untuk  mencegah komplikasi membantu pemahaman klien dalam
perilaku tidak sesuai penyakit, kondisi, prognosis 5. Diskusikan tentang terapi dan proses terapi

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020


23

dan program pengobatan pilihannya 8. Mereviw kemampuan


2. Pasien dan 6. Eksplorasi kemungkinan sumber pasien/keluarga
keluarga mampu yang bisa digunakan/
melaksanakan prosedur yang mendukung
dijelaskan secara benar 7. instruksikan kapan harus ke
3. Pasien dan pelayanan
keluarga mampu 8. Tanyakan kembali pengetahuan
menjelaskan kembali apa klien tentang penyakit, prosedur
yang dijelaskan perawat/tim perawatan dan pengobatan
kesehatan lainnya
6 Risiko Injuri NOC : NIC: Environment  Enviromental Management
Faktor-faktor risiko : Risk Kontrol Management (Manajemen 1. Mencegah terjadinya risiko
Eksternal Immune status lingkungan) cidera
1. Fisik (contoh : Safety Behavior 2. Menentukan kebutuhan
rancangan struktur dan Setelah dilakukan tindakan 1. Ciptakan pasien terhadapm keamanan dan
arahan masyarakat, keperawatan selama…. Klien lingkungan yang aman untuk menentukan intervensi yang
bangunan dan atau tidak mengalami injury pasien tepat
perlengkapan; mode dengan kriterian hasil: 2. Identifikasi 3. Mencegah risiko cidera
transpor atau cara 1. Klien kebutuhan keamanan pasien, 4. Mencegah risiko cidera
perpindahan; Manusia terbebas dari cedera berdasarkan tingkat fisik, 5. Mencegah pasien mengalami
atau penyedia 2. Klien fungsi kognitif dan sejarah risiko cidera
pelayanan) mampu menjelaskan tingkah laku 6. Membantu pasien
2. Biologikal ( contoh cara/metode 3. Hilangkan bahaya memudahkan menjangkau
: tingkat imunisasi untukmencegah lingkungan tempat tidur dan mengurangi
dalam masyarakat, injury/cedera 4. Jauhkan objek risiko cidera
mikroorganisme) 3. Klien berbahaya dari lingkungan 7. Memudahkan pasien
3. Kimia (obat- mampu menjelaskan factor 5. Menjaga dengan menjangkau peralatan yang
obatan:agen farmasi, risiko dari siderail jika diperlukan dibutuhkan
alkohol, kafein, nikotin, lingkungan/perilaku 6. Sediakan tempat 8. Menghindari risiko cidera
bahan pengawet, personal tidur yang rendah jika 9. Membantu pasien dalam
kosmetik; nutrien: 4. Mam diperlukan penglihatan sehiungga risiko

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020


24

vitamin, jenis makanan; pumemodifikasi gaya 7. Tempatkan cidera dapat diminimalisir


racun; polutan) hidup untukmencegah furniture diruangan dengan 10. Mengurangi keletihan pada
Internal injury susunan terbaik untuk pasien yang dapat menyebabkan
1. Psikolgik (orientasi 5. Men akomodasi ketidakmampuan risiko cidera
afektif) ggunakan fasilitas pasien dan keluarga 11. Menentukan kebutuhan
2. Mal nutrisi kesehatan yang ada 8. Jauhkan dari pasien dan menentukan
3. Bentuk darah 6. Mam pajanan yang tidak diperlukan, intervensi yang tepat
abnormal, contoh : pu mengenali perubahan mengerikan dan panas 12. Membantu petugas kesehatan
leukositosis/leukopenia status kesehatan 9. Manipulasi mengurangi risiko cidera untuk
4. Perubahan faktor pencahayaan untuk pasien dari kebiasaan yang
pembekuan, keuntungan terapeutik dilakukan dan faktor-faktor
5. Trombositopeni 10. Batasi pengunjung penyebabnya
6. Sickle cell  NIC Label >>Fall Prevention 13. Mengurangi risiko cidera
7. Thalassemia, 11. Identifikasi kognitif dan berulang pada pasien
8. Penurunan Hb, kekurangan fisik dari pasien 14. Mengetahui lingkungan
9. Imun-autoimum yang mungkin meningkatkan sekitar pasien sehingga dapat
tidak berfungsi. potensial untuk cedera dimodifikasi untuk mengurangi
10. Biokimia, fungsi 12. Identifikasi kebiasaan dan risiko cidera
regulasi (contoh : tidak factor risiko yang 15. Menentukan intervensi yang
berfungsinya sensoris) mempengaruhi untuk cedera. tepat untuk pasien
11. Disfugsi gabungan 13. Cari informasi riwayat cedera 16. Mengurangi risiko cidera
12. Disfungsi efektor pasien dan keluarga. 17. Melatih pasien untuk
13. Hipoksia jaringan 14. Identifikasi karakteristik meminimalisir faktor penyebab
14. Perkembangan usia lingkungan yang bisa risiko cidera
(fisiologik, psikososial) meningkatkan potensial untuk
15. Fisik (contoh : cedera.
kerusakan kulit/tidak 15. Monitor gaya berjalan,
utuh, berhubungan keseimbangan, dan level
dengan mobilitas) kelelahan yang dapat
memungkinkan pasien untuk

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020


25

cedera
16. Kunci roda dari kursi roda,
tempat tidur, saat
memindahkan pasien.
17. Ajari pasien bagaimana cara
duduk, berdiri dan berjalan
yang aman untuk
meminimalkan cedera bila
diperlukan

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020


26

DAFTAR PUSTAKA

Adi, 2015, Hipertensi, Jantung dan Diit, Jogjakarta: Diva Press

Amiruddin, dkk, 2015, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2, Edisi 3, FKUI, Jakarta.

Corwin, 2015, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta.

Harrison, 2015, Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, EGC, Jakarta.

Mansjoer, dkk, 2015, Kapita SelektaKedokteran Edisi Ketiga. FKUI Jakarta

Sidabutar, 2015, Hipertensi Esensial dalam Ilmu Penyakit, FKUI, Jakarta

Tjokronegoro, 2016, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI,
Jakarta

Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2020

Anda mungkin juga menyukai