Definisi
Dyspepsia merupakan nyeri atau rasa tidak enak pada abdomen bagian
atas dan dada bagian bawah sering disertai rasa perih di ulu hati (“heart-
burn”) mual reguritasi dan flatulensi. Dispepsia adalah sekumpulan gejala
berupa nyeri, perasaan tidak enak pada perut bagian atas yang menetap atau
berulang disertai dengan gejala lainnya seperti rasa penuh saat makan, cepat
kenyang, kembung, bersendawa, nafsu makan menurun, mual, muntah, dan
dada terasa panas yang telah berlangsung sejak 3 bulan terakhir, dengan awal
mula gejala timbul dalam 6 bulan sebelumnya. (Abdullah, 2016).
B. Anatomi Fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi kedalam aliran darah
serta membuang bagian makanan yang tidak dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh.
Saluran Pencernaan Terdiri Dari :
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan
air pada manusia dan hewan. Mulut biasanya terletak dikepala dan
umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang
berakhir di anus Makanan dipotong oleh gigi depan (incisivus) dan
dikunya oleh gigi belakang, menjadi bagian-bagian kecil yang lebih
mudah dicerna. Palatum adalah langit-langit mulut. Palatum kertas
tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maxilaris,
dibelakangnya terdapat palatum lunak yang merupakan lipatan
menggantung yang dapat bergerak terdiri atas jaringan fibrus dan selaput
lendir. Ludah dari kelenjar ludah (saliva) akan membungkus bagian-
bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara
otomatis . epiglottis akan tertutup agar makanan tidak masuk kedalam
pipa udara (trakea) dan keparu- paru, sedangkan bagian atap mulut
C. Etiologi
Penyebab dari dispepsia antara lain menelan udara (aerofagi),
regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung, iritasi lambung (gastritis),
ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis, kanker lambung, peradangan kandung
empedu (kolesistitis), intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu
dan produknya, kelainan gerakan usus, kecemasan atau depresi, perubahan
pola makan dan pengaruh obat- obatan yang dimakan secara berlebihan dan
dalam waktu yg lama, alcohol nikotin rokok (Taufan, 2017).
Dyspepsia
↑produksi HCL
dilambung
HCL kontak
dengan mukosa Ansietas
Mual
gaster
G. Komplikasi
1. Malnutrisi
2. Dehidrasi
3. Syok bila perdarahan massif
H. Pemeriksaan diagnostik
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama,
seperti halnya pada sindrom dyspepsia, oleh karena dyspepsia hanya
merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan maka perlu di
pastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya maka perlu dilakukan
beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu di periksa:
laboratorium , radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak di tekankan
untuk menyingkirkan penyebab organic lainya seperti: pancreatitis
kronik, diabetes mellitus, dan lainya. Pada dyspepsia fungsional biasanya
hasil laboratorium dalam batas normal.
2. Radiologi
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang diagnosis suatu penyakit
disaluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan
radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya
menggunakan kontraks ganda.
3. Endoskopi (Esofago-gastro- Duodenoskopi).
I. Penatalaksanaan
1. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung.
2. Menghindari factor resiko seperti alcohol, makanan yang pedas, obat-
obatan yang berlebihan, nikotin rokok dan stress.
3. Atur pola makan
4. Kebiasaan makanan teratur dengan makanan sedikit-sedikit dan sering,
duduk atau berjalan-jalan setelah makan; naikan kepala setelah
berbaring.
5. Pemberian antacid secara intensif untuk 2 minggu pertama, kemudian
kurangi berangsur-angsur untuk mengendalikan gejala-gejala.
6. Hilangkan ansietas dan rasa tegang.
J. Pencegahan
1. Makan dengan porsi kecil, tetapi sering.
2. Cobalah hindari hal-hal yang bisa memicu dispepsia.
3. Berhenti atau tidak merokok.
4. Menjaga berat badan agar tetap ideal
A. Pengkajian
IDENTITAS
1. Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama,
pekerjaan, pendidikan, alamat.
2. Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, hubungan dengan pasien, alamat.
PENGKAJIAN
1. Alasan utama datang ke rumah sakit
2. Keluhan utama (saat pengkajian)
3. Riwayat kesehatan sekarang
4. Riwayat kesehatan dahulu
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Riwayat pengobatan dan alergi
PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan umum : sakit / nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene dan
lain-lain.
2. Data sistemik
a. Sistem persepsi sensori : pendengaran, penglihatan, pengecap /
penghidu, peraba, dan lain-lain
b. Sistem penglihatan : nyeri tekan, lapang pandang, kesimetrisan mata,
alis, kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, reflek, pupil, respon
cahaya, dan lain-lain.
c. Sistem pernapasan : frekuensi, batuk, bunyi napas, sumbatan jalan
napas, dan lain-lain.
d. Sistem kardiovaskular : tekanan darah, denyut nadi, bunyi jantung,
kekuatan, pengisian kapiler, edema, dan lain-lain.
e. Sistem saraf pusat : kesadaran, bicara, pupil, orientasi waktu, orientasi
tempat, orientasi orang, dan lain-lain.
Tingkah laku berhati-hati nyeri, mampu menggunakan tehnik seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Gangguan tidur (mata sayu, nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
tampak capek, sulit atau gerakan mencari bantuan) 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukkan nutrisi yang tidak adekuat.
Rasa penuh tiba-tiba setelah 9. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb
Denyut nadi lemah makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan
yang adekuat dapat dipertahankan.
15. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama
makan
16. Kelola pemberan anti emetik:.....
17. Anjurkan banyak minum
18. Pertahankan terapi IV line
19. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah
dan cavitas oval
Kurang istirahat 4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh 6. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
Berfokus pada diri sendiri dan tingkat aktivitas menunjukkan 7. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik
berkurangnya kecemasan relaksasi
Iritabilitas
8. Dengarkan dengan penuh perhatian
Takut
9. Identifikasi tingkat kecemasan
Nyeri perut
10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
Penurunan TD dan denyut nadi
kecemasan
Diare, mual, kelelahan
11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
Gangguan tidur
ketakutan, persepsi
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif
Penurunan turgor kulit/lidah 2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas 6. Monitor status nutrisi
normal 7. Berikan cairan oral
Membran mukosa/kulit kering
3. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas 8. Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 –
Peningkatan denyut nadi,
turgor kulit baik, membran mukosa lembab, 100cc/jam)
penurunan tekanan darah,
tidak ada rasa haus yang berlebihan 9. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
penurunan volume/tekanan nadi
4. Orientasi terhadap waktu dan tempat baik 10. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
Pengisian vena menurun
5. Jumlah dan irama pernapasan dalam batas meburuk
Perubahan status mental
normal 11. Atur kemungkinan tranfusi
Konsentrasi urine meningkat
6. Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal 12. Persiapan untuk tranfusi
Temperatur tubuh meningkat
7. pH urin dalam batas normal 13. Pasang kateter jika perlu
Abdullah M. dan Gunawan J., 2014, Dispepsia, Jurnal IDI, Vol. 39 No. 9.
Corwin E.J., 2016. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran
EGC,Jakarta.
Hadi S, 2015. Gastrointerologi. Bandung. P.P. Jakarta.
Haryono, Rudi, 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
Yogyakarta.
Johnson, M.,et all, 2017. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
IOWA Intervention Project: Mosby.
Khoirul Hikari, 2015 https://www.scribd.com/doc/283909452/Pathway-Dispepsia.
Muttaqin, Arif, 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Nugroho, Dr. Taufan, 2014. Asuhan keperawatan Maternitas, Anak, Bedah,
Penyakit Dalam.Nuha Medika; Yogyakarta.