DISPEPSIA
Oleh :
Nur Hikma
20200032065
CI LAHAN CI INSTITUSI
2021
KONSEP TEORITIS
A. Definisi
Dyspepsia merupakan nyeri atau rasa tidak enak pada abdomen bagian
atas dan dada bagian bawah sering disertai rasa perih di ulu hati (“heart-
burn”) mual reguritasi dan flatulensi. Dispepsia adalah sekumpulan gejala
berupa nyeri, perasaan tidak enak pada perut bagian atas yang menetap atau
berulang disertai dengan gejala lainnya seperti rasa penuh saat makan, cepat
kenyang, kembung, bersendawa, nafsu makan menurun, mual, muntah, dan
dada terasa panas yang telah berlangsung sejak 3 bulan terakhir, dengan awal
mula gejala timbul dalam 6 bulan sebelumnya. (Abdullah, 2016).
B. Anatomi Fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi kedalam aliran darah
serta membuang bagian makanan yang tidak dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh.
C. Etiologi
Penyebab dari dispepsia antara lain menelan udara (aerofagi),
regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung, iritasi lambung (gastritis),
ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis, kanker lambung, peradangan kandung
empedu (kolesistitis), intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu
dan produknya, kelainan gerakan usus, kecemasan atau depresi, perubahan
pola makan dan pengaruh obat- obatan yang dimakan secara berlebihan dan
dalam waktu yg lama, alcohol nikotin rokok (Taufan, 2017).
D. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas,
zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres,
pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong,
kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat
gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya
kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongatamembawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan (Corwin, 2016).
E. Pathway
Dyspepsia
↑produksi HCL
dilambung
HCL kontak
dengan mukosa Ansietas
Mual
gaster
G. Komplikasi
1. Malnutrisi
2. Dehidrasi
3. Syok bila perdarahan massif
H. Pemeriksaan diagnostik
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama,
seperti halnya pada sindrom dyspepsia, oleh karena dyspepsia hanya
merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan maka perlu di
pastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya maka perlu dilakukan
beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu di periksa:
laboratorium , radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak di tekankan
untuk menyingkirkan penyebab organic lainya seperti: pancreatitis
kronik, diabetes mellitus, dan lainya. Pada dyspepsia fungsional biasanya
hasil laboratorium dalam batas normal.
2. Radiologi
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang diagnosis suatu penyakit
disaluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan
radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya
menggunakan kontraks ganda.
3. Endoskopi (Esofago-gastro- Duodenoskopi).
Sesuai dengan definisi bahwa pada dyspepsia fungsional gambaran
endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
4. USG (Ultrasonografi)
Merupakan diagnostic yang tidak infasif, akhir-akhir ini makin banyak
dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostic dari suatu
penyakit, apa lagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat
digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat
dimanfaatkan
5. Waktu pengosongan lambung.
Dapat di lakukan dengan scintigafi atau dengan pellet Radioopak. Pada
dyspepsia fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30-40% kasus.
I. Penatalaksanaan
1. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung.
2. Menghindari factor resiko seperti alcohol, makanan yang pedas, obat-
obatan yang berlebihan, nikotin rokok dan stress.
3. Atur pola makan
4. Kebiasaan makanan teratur dengan makanan sedikit-sedikit dan sering,
duduk atau berjalan-jalan setelah makan; naikan kepala setelah
berbaring.
5. Pemberian antacid secara intensif untuk 2 minggu pertama, kemudian
kurangi berangsur-angsur untuk mengendalikan gejala-gejala.
6. Hilangkan ansietas dan rasa tegang.
J. Pencegahan
1. Makan dengan porsi kecil, tetapi sering.
2. Cobalah hindari hal-hal yang bisa memicu dispepsia.
3. Berhenti atau tidak merokok.
4. Menjaga berat badan agar tetap ideal
KONSEP ASKEP TEORITIS
A. Pengkajian
IDENTITAS
1. Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama,
pekerjaan, pendidikan, alamat.
2. Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, hubungan dengan pasien, alamat.
PENGKAJIAN
1. Alasan utama datang ke rumah sakit
2. Keluhan utama (saat pengkajian)
3. Riwayat kesehatan sekarang
4. Riwayat kesehatan dahulu
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Riwayat pengobatan dan alergi
PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan umum : sakit / nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene dan
lain-lain.
2. Data sistemik
a. Sistem persepsi sensori : pendengaran, penglihatan, pengecap /
penghidu, peraba, dan lain-lain
b. Sistem penglihatan : nyeri tekan, lapang pandang, kesimetrisan mata,
alis, kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, reflek, pupil, respon
cahaya, dan lain-lain.
c. Sistem pernapasan : frekuensi, batuk, bunyi napas, sumbatan jalan
napas, dan lain-lain.
d. Sistem kardiovaskular : tekanan darah, denyut nadi, bunyi jantung,
kekuatan, pengisian kapiler, edema, dan lain-lain.
e. Sistem saraf pusat : kesadaran, bicara, pupil, orientasi waktu, orientasi
tempat, orientasi orang, dan lain-lain.
f. Sistem gastrointestinal : nafsu makan, diet, porsi makan, keluhan,
bibir, mual dan tenggorokan, kemampuan mengunyah, kemampuan
menelan, perut, kolon dan rektum, rectal toucher, dan lain-lain.
g. Sistem muskuloskeletal : rentang gerak, keseimbangan dan cara jalan,
kemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari, genggaman tangan, otot
kaki, akral, fraktur, dan lain-lain.
h. Sistem integumen : warna kulit, turgor, luka, memar, kemerahan, dan
lain-lain.
i. Sistem reproduksi : infertil, masalah menstruasi, skrotum, testis,
prostat, payudara, dan lain-lain.
j. Sistem perkemihan : urin (warna, jumlah, dan pancaran), BAK, vesika
urinaria.
3. Data penunjang
4. Terapi yang diberikan
5. Pengkajian masalah psiko, sosial, budaya dan spiritual
a. Psikologi
- Perasaan klien setelah mengalami masalah ini
- Cara mengatasi perasaan tersebut
- Rencana klien setelah masalahnya terselesaikan
- Jika rencana ini tidak terselesaikan
- Pengetahuan klien tentang masalah/penyakit yang ada
b. Sosial
- Aktivitas atau peran klien di masyarakat
- Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai
- Cara mengatasinya
- Pandangan klien tentang aktivitas sosial di lingkungannya
c. Budaya
- Budaya yang diikuti oleh klien
- Aktivitas budaya tersebut
- Keberatannya dalam mengikuti budaya tersebut
- Cara mengatasi keberatan tersebut
d. Spiritual
- Aktivitas ibadah yang biasa dilakukan sehari-hari
- Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan
- Aktivitas ibadah yang sekarang tidak dapat dilaksanakan
- Perasaaan klien akibat tidak dapat melaksanakan hal tersebut
- Upaya klien mengatasi perasaan tersebut
- Apa keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang
sekarang sedang dialami
(Johnson, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah M. dan Gunawan J., 2014, Dispepsia, Jurnal IDI, Vol. 39 No. 9.
Corwin E.J., 2016. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran
EGC,Jakarta.
Hadi S, 2015. Gastrointerologi. Bandung. P.P. Jakarta.
Haryono, Rudi, 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
Yogyakarta.
Johnson, M.,et all, 2017. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
IOWA Intervention Project: Mosby.
Khoirul Hikari, 2015 https://www.scribd.com/doc/283909452/Pathway-Dispepsia.
Muttaqin, Arif, 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Nugroho, Dr. Taufan, 2014. Asuhan keperawatan Maternitas, Anak, Bedah,
Penyakit Dalam.Nuha Medika; Yogyakarta.