Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

DISPEPSIA

DI RUANGAN FLAMBOYAN RSUD UNNDATA PALU

Oleh :

Nur Hikma

20200032065

CI LAHAN CI INSTITUSI

Ns. Masri Dg. Taha, S. Kep.,M.Kep Ns. Ismawati, M.Sc

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU

2021
KONSEP TEORITIS

A. Definisi
Dyspepsia merupakan nyeri atau rasa tidak enak pada abdomen bagian
atas dan dada bagian bawah sering disertai rasa perih di ulu hati (“heart-
burn”) mual reguritasi dan flatulensi. Dispepsia adalah sekumpulan gejala
berupa nyeri, perasaan tidak enak pada perut bagian atas yang menetap atau
berulang disertai dengan gejala lainnya seperti rasa penuh saat makan, cepat
kenyang, kembung, bersendawa, nafsu makan menurun, mual, muntah, dan
dada terasa panas yang telah berlangsung sejak 3 bulan terakhir, dengan awal
mula gejala timbul dalam 6 bulan sebelumnya. (Abdullah, 2016).

B. Anatomi Fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi kedalam aliran darah
serta membuang bagian makanan yang tidak dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh.

Gambar 1.1 Anatomi sistem pencernaan


Saluran Pencernaan Terdiri Dari :
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan
air pada manusia dan hewan. Mulut biasanya terletak dikepala dan
umumnya merupakan  bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang
berakhir di anus Makanan dipotong oleh gigi depan (incisivus) dan
dikunya oleh gigi  belakang, menjadi bagian-bagian kecil yang lebih
mudah dicerna. Palatum adalah langit-langit mulut. Palatum kertas
tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maxilaris,
dibelakangnya terdapat palatum lunak yang merupakan lipatan
menggantung yang dapat bergerak terdiri atas jaringan fibrus dan selaput
lendir. Ludah dari kelenjar ludah (saliva) akan membungkus bagian-
bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara
otomatis . epiglottis akan tertutup agar makanan tidak masuk kedalam
pipa udara (trakea) dan keparu- paru, sedangkan bagian atap mulut
sebelah belakang (palatum mole, langit-langit lunak) terangkat agar
makanan tidak masuk kedalam hidung.

Gambar 1.2 Sistem pencernaan bagian mulut


2. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Dalam lengkungan faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfoit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak bersampingan antara jalan nafas dan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan
ruas tulang belakang. Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga
hidung, dengan  perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak
berhubungan dengan rongga mulut dengan perantara lubang yang disebut
ismus fausium. Tekak terdiri dari : bagian superior disebut nasofaring,
pada naso faring  bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan
ruang gendang telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini
berbatas kedepan sampai diakar lidah  bagian inferior disebut laring
gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Merupakan saluran berotot yang berdinding tipis dan dilapisi oleh
lapisan lendir. Makanan didorong melalui kerongkongan bukan oleh gaya
tarik bumi, tapi oleh gelombang kontraksi dan relaksasi otot ritmit yang
disebut peristaltik.
Esophagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Esophagus di bagi menjadi tiga bagian :
a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka).
b. Bagian tengah (campur otot rangka dan otot halus).
c. Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus.
4. Lambung
a. Anatomi Lambung (Gaster) merupakan salah satu organ pencernaan
yang terdapat dalam tubuh manusia. Untuk lebih jelasnnya apa itu
lambung atau gaster, akan membahas anatomi lambung terlebih
dahulu. tidak hanya anatomi lambung, disini juga akan membahas
anatomi dan fisiologi lambung. Anatomi dan fisiologi lambung yang
di bahas di sini meliputi: lapisan lambung, persarafan dan aliran darah
pada lambung, fungsi motorik dari lambung, fungsi pencernaan dari
lambung, fungsi sekresi dari lambung,  proses pencernaan makanan di
lambung, serta enzim dan hormon yang  berperan dalam pencernaan
di lambung.

Gambar 1.3 Gambar anatomi lambung


Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari
permukaan bawah arcus costalis sinistra sampai regio epigastricaan
umbilicalis. Sebagian besar gaster terletak di bawah costae bagian
bawah. Secara kasar gaster berbentuk huruf J dan mempunyai dua
lubang, ostium cardiacum dan ostium pyloricum; dua curvatura,
curvatura major dan curvatura minor; dan dua dinding yaitu paries
anterior dan paries posterior. Secara umum lambung di bagi menjadi 3
bagian :
1) Kardia / kelenjar jantung ditemukan di regia mulut jantung. Ini
hanya mensekresi mucus.
2) Fundus / gastric terletak hampir di seluruh corpus, yang mana
kelenjar ini memiliki tiga tipe utama sel, yaitu :
a) Sel zigmogenik/ chief cell,mesekresi pepsinogen. Pepsinogen
ini diubah menjadi pepsin dalam suasana asam. Kelenjar ini
mensekresi lipase dan renin lambung yang kurang penting.
b) Sel parietal, mensekresi asam hidroklorida dan factor intrinsic.
Faktor intrinsic diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 dalam
usus halus.
c) Sel leher mukosa ditemukan pada bagian leher semua kelenjar
lambung. Sel ini mensekresi barier mukus setebal 1 mm dan
melindungi lapisan lambung terhadap kerusakan oleh HCL
atau autodigesti.
3) Pilorus terletak pada regia antrum pilorus. Kelenjar ini mensekresi
gastrin dan mukus, hormon peptida dalam proses sekresi
lambung.

Gambar 1.4 Gambar lapisan-lapisan lambung


Lambung terdiri atas empat lapisan:
1) Lapisan peritoneal luar atau lapisan serosa
Yang merupakan bagian dari peritoneum viseralis. Dua lapisan
peritoneum visceral menyatu pada kurvatura minor lambung dan
duodenum, memanjang kearah hati membentuk omentum minus.
Lipatan peritoneum yang kelaur dari organ satu menuju organ lain
disebut ligamentum. Pada kurvatura mayor  peritoneum terus
kebawah membentuk omentum mayus.
2) Lapisan berotot yang terdiri atas tiga lapis :
a) Serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung
dengan otot esophagus.
b) Serabut sirkuler yang paling tebal dan terletak di pilorus serta
membentuk otot sfingter dan berada di bawah lapisan pertama.
c) Serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambung
dan berjalan dari orifisium kardiak, kemudian membelok ke
bawah melalui kurvatura minor (lengkung kecil).
3) Lapisan submukosa Yang terdiri atas jaringan areolar berisi
pembuluh darah dan saluran limfe. Lapisan mukosa yang terletak
di sebelah dalam, tebal, dan terdiri atas  banyak kerutan atau
rugue, yang hilang bila organ itu mengembang karena  berisi
makanan.
4) Membran mukosa dilapisi epitelium silindris dan berisi banyak
saluran limfe Semua sel-sel itu mengeluarkan sekret mukus.
Permukaan mukosa ini dilintasi saluran saluran kecil dari
kelenjar-kelenjar lambung. Semua ini berjalan dari kelenjar
lambung tubuler yang bercabang-cabang dan lubang-lubang
salurannya dilapisi oleh epithelium silinder. Epithelium ini
bersambung dengan  permukaan mukosa dari lambung.
b. Fisiologi Lambung
Secara umum gaster memiliki fungsi motorik dan fungsi
pencernaan & sekresi, berikut fungsi Lambung:
1) Fungsi motorik
a) Fungsi reservoir Menyimpan makanan sampai makanan
tersebut sedikit demi sedikit dicernakan dan bergerak ke
saluran pencernaan. Menyesuaikan  peningkatan volume tanpa
menambah tekanan dengan relaksasi reseptifotot polos yang
diperantarai oleh saraf vagus dan dirangsang oleh gastrin.
b) Fungsi mencampur, memecahkan makanan menjadi partikel-
partikel kecil dan mencampurnya dengan getah lambung
melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung.
c) Fungsi pengosongan lambung, diatur oleh pembukaan sfingter
pylorus yang dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman,
aktivitas osmotis, keadaan fisisk, emosi, obat-obatan dan kerja.
2) Fungsi pencernaan dan sekresi
a) Pencernaan protein oleh pepsin dan HCL
b) Sintesis dan pelepasan gastrin. Dipengaruhi oleh protein yang
di makan,  peregangan antrum, rangsangan vagus.
c) Sekresi factor intrinsik. Memungkinkan absorpsi vitamin B12
dari usus halus bagian distal.
d) Sekresi mucus. Membentuk selubung yang melindungi
lambung serta  berfungsi sebagai pelumas sehingga makanan
lebih mudah untuk diangkut.
5. Usus Halus (Usus Kecil) adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak diantara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembulu darah yang mengangkut zat-zat yang diserap dihati melalui vena
porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air
(yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Lapisan usus halus : lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot
melingkar (sirkuler), lapisan otot nmemanjang (longitudinal) dan lapisan
serosa (sebelah luar).

Gambar 1.5 Usus halus


Usus halus terdiri atas 3 bagian yaitu :
a. Usus dua belas jari (Duodenum) Adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya keusus kosong
(jejunum).
b. Usus kosong (Jejenum) Adalah bagian kedua dari usus halus, diantara
usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum).
c. Usus penyerapan (Ileum) Adalah bagian terakhir dari usus halus.
6. Usus Besar (Kolon) adalah bagian usus antara usus buntu dan rectum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri
dari :
a. Kolon asendens (kanan)
b. Kolon transversum
c. Kolon desendens (kiri) 
d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rectum)

Gambar 1.6 Usus besar


7. Rektum dan Anus adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus
besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir dianus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat  penyimpanan sementara feses.
8. Pangkreas adalah organ pada system pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa
hormon seperti insulin.Pangkreas terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu:
a. Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan.
b. Pulau pangkreas, menghasilkan hormone.
Pangkreas melepaskan enzim pencernaan kedalam duodenum dan
melepaskan hormon kedalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh
pangkreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Hormon yang
dihasil oleh  pangkreas adalah :
a. Insulin, yang berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah.
b. Glukagon, yang berfungsi menaikkan kadar gula dalam darah.
c. Somatostatin, yang berfungsi menghalangi pelepasan kedua hormone
lainnya (insulin dan glukagon).
Gambar 1.7 Pankreas
9. Hati merupakan sebuah organ yang terbesar didalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan. Organ ini memainkan peran penting dalam metabolism dan
memiliki  beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen,
system protein  plasma, dan penetralan obat.

Gambar 1.8 Hati


10. Kandung Empedu
Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan,
yang selanjutnya bergabung membentuk duktus hepatikus umum.
Saluran ini kemudian bergabung dengan sebuah saluran yang berasal dari
kandung empedu (duktus sistikus) untuk membentuk saluran empedu
umum. Duktus pangkreatikus bergabung dengan saluran empedu umum
dan masuk kedalam duodenum. Empedu memiliki 2 fungsi penting :
a. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak.
b. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol.
Secara spesifisik empedu berperan dalam berbagai proses berikut:
1) Garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan
vitamin yang larut dalam lemak untuk membantu proses
penyerapan.
2) Garam empedu merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk
membantu menggerakkan isinya.
3) Bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang kedalam empedu
sebagai limbah dari sel darah merah yang hancur.
4) Obat dan limbah lainnya dibuang dalam empedu dan selanjutnya
dibuang dari tubuh.
5) Berbagai protein yang berperan dalam fungsi empedu dibuang
didalam empedu.
(Hadi, 2015)

C. Etiologi
Penyebab dari dispepsia antara lain menelan udara (aerofagi),
regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung, iritasi lambung (gastritis),
ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis, kanker lambung, peradangan kandung
empedu (kolesistitis), intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu
dan produknya, kelainan gerakan usus, kecemasan atau depresi, perubahan
pola makan dan  pengaruh obat- obatan yang dimakan secara berlebihan dan
dalam waktu yg lama, alcohol nikotin rokok (Taufan, 2017).

D. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas,
zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres,
pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong,
kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat
gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya
kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongatamembawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan (Corwin, 2016).
E. Pathway

Dyspepsia

Dyspepsia Organik Dyspepsia Fungsional

Stress Kopi dan Alkohol

Peransang saraf simpatis NV Respon mukosa lambung


(Nervus Vagus)

Vasodilatasi mukosa Ekspeliasi


gaster (Pengelupasan)

↑produksi HCL
dilambung

HCL kontak
dengan mukosa Ansietas
Mual
gaster

Muntah Perubahan pada


Nyeri
kesehatan
epigastrium
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Kekurangan Kurang
kebutuhan tubuh volume cairan Nyeri Akut informasi

Iritasi mukosa Kurang


Anoreksia
dinding lambung pengetahuan

Hcl menginfeksi Nausea Hipotalamus Merangsang


dinding esofagus syaraf lambung
F. Manisfestasi Klinis
1. Nyeri perut (abdominal discomfort)
2. Rasa perih di ulu hati
3. Mual. Kadang-kadang sampai muntah.
4. Nafsu makan berkurang
5. Rasa lekas kenyang
6. Perut kembung
7. Rasa panas di dada dan perut

G. Komplikasi
1. Malnutrisi
2. Dehidrasi
3. Syok bila perdarahan massif

H. Pemeriksaan diagnostik
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama,
seperti halnya pada sindrom dyspepsia, oleh karena dyspepsia hanya
merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan maka perlu di
pastikan  penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya maka perlu dilakukan
beberapa  pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu di periksa:
laboratorium , radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain. 
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak di tekankan
untuk menyingkirkan penyebab organic lainya seperti: pancreatitis
kronik, diabetes mellitus, dan lainya. Pada dyspepsia fungsional biasanya
hasil laboratorium dalam batas normal.
2. Radiologi
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang diagnosis suatu penyakit
disaluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan
radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya
menggunakan kontraks ganda.
3. Endoskopi (Esofago-gastro- Duodenoskopi).
Sesuai dengan definisi bahwa pada dyspepsia fungsional gambaran
endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
4. USG (Ultrasonografi)
Merupakan diagnostic yang tidak infasif, akhir-akhir ini makin banyak
dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostic dari suatu
penyakit, apa lagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat
digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat
dimanfaatkan
5. Waktu pengosongan lambung.
Dapat di lakukan dengan scintigafi atau dengan pellet Radioopak. Pada
dyspepsia fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30-40% kasus.

I. Penatalaksanaan
1. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung.
2. Menghindari factor resiko seperti alcohol, makanan yang pedas, obat-
obatan yang berlebihan, nikotin rokok dan stress.
3. Atur pola makan
4. Kebiasaan makanan teratur dengan makanan sedikit-sedikit dan sering,
duduk atau berjalan-jalan setelah makan; naikan kepala setelah
berbaring.
5. Pemberian antacid secara intensif untuk 2 minggu pertama, kemudian
kurangi berangsur-angsur untuk mengendalikan gejala-gejala. 
6. Hilangkan ansietas dan rasa tegang.

J. Pencegahan
1. Makan dengan porsi kecil, tetapi sering.
2. Cobalah hindari hal-hal yang bisa memicu dispepsia.
3. Berhenti atau tidak merokok.
4. Menjaga berat badan agar tetap ideal
KONSEP ASKEP TEORITIS

A. Pengkajian
IDENTITAS
1. Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama,
pekerjaan, pendidikan, alamat.
2. Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, hubungan dengan pasien, alamat.
PENGKAJIAN
1. Alasan utama datang ke rumah sakit
2. Keluhan utama (saat pengkajian)
3. Riwayat kesehatan sekarang
4. Riwayat kesehatan dahulu
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Riwayat pengobatan dan alergi
PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan umum : sakit / nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene dan
lain-lain.
2. Data sistemik
a. Sistem persepsi sensori : pendengaran, penglihatan, pengecap /
penghidu, peraba, dan lain-lain
b. Sistem penglihatan : nyeri tekan, lapang pandang, kesimetrisan mata,
alis, kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, reflek, pupil, respon
cahaya, dan lain-lain.
c. Sistem pernapasan : frekuensi, batuk, bunyi napas, sumbatan jalan
napas, dan lain-lain.
d. Sistem kardiovaskular : tekanan darah, denyut nadi, bunyi jantung,
kekuatan, pengisian kapiler, edema, dan lain-lain.
e. Sistem saraf pusat : kesadaran, bicara, pupil, orientasi waktu, orientasi
tempat, orientasi orang, dan lain-lain.
f. Sistem gastrointestinal : nafsu makan, diet, porsi makan, keluhan,
bibir, mual dan tenggorokan, kemampuan mengunyah, kemampuan
menelan, perut, kolon dan rektum, rectal toucher, dan lain-lain.
g. Sistem muskuloskeletal : rentang gerak, keseimbangan dan cara jalan,
kemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari, genggaman tangan, otot
kaki, akral, fraktur, dan lain-lain.
h. Sistem integumen : warna kulit, turgor, luka, memar, kemerahan, dan
lain-lain.
i. Sistem reproduksi : infertil, masalah menstruasi, skrotum, testis,
prostat, payudara, dan lain-lain.
j. Sistem perkemihan : urin (warna, jumlah, dan pancaran), BAK, vesika
urinaria.
3. Data penunjang
4. Terapi yang diberikan
5. Pengkajian masalah psiko, sosial, budaya dan spiritual
a. Psikologi
- Perasaan klien setelah mengalami masalah ini
- Cara mengatasi perasaan tersebut
- Rencana klien setelah masalahnya terselesaikan
- Jika rencana ini tidak terselesaikan
- Pengetahuan klien tentang masalah/penyakit yang ada
b. Sosial
- Aktivitas atau peran klien di masyarakat
- Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai
- Cara mengatasinya
- Pandangan klien tentang aktivitas sosial di lingkungannya
c. Budaya
- Budaya yang diikuti oleh klien
- Aktivitas budaya tersebut
- Keberatannya dalam mengikuti budaya tersebut
- Cara mengatasi keberatan tersebut
d. Spiritual
- Aktivitas ibadah yang biasa dilakukan sehari-hari
- Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan
- Aktivitas ibadah yang sekarang tidak dapat dilaksanakan
- Perasaaan klien akibat tidak dapat melaksanakan hal tersebut
- Upaya klien mengatasi perasaan tersebut
- Apa keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang
sekarang sedang dialami

B. Diagnosa keperawatan dan Intervensi


1. Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan dengan :  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri
Agen injuri (biologi,  pain control, secara komprehensif
kimia, fisik,  comfort level termasuk lokasi,
psikologis), kerusakan Setelah dilakukan karakteristik, durasi,
jaringan tinfakan keperawatan frekuensi, kualitas dan
selama …. Pasien tidak faktor presipitasi
DS: mengalami nyeri,  Observasi reaksi nonverbal
- Laporan secara dengan kriteria hasil: dari ketidaknyamanan
verbal  Mampu mengontrol  Bantu pasien dan keluarga
DO: nyeri (tahu penyebab untuk mencari dan
- Posisi untuk nyeri, mampu menemukan dukungan
menahan nyeri menggunakan tehnik  Kontrol lingkungan yang
- Tingkah laku nonfarmakologi untuk dapat mempengaruhi nyeri
berhati-hati mengurangi nyeri, seperti suhu ruangan,
- Gangguan tidur mencari bantuan) pencahayaan dan
(mata sayu, tampak  Melaporkan bahwa kebisingan
capek, sulit atau nyeri berkurang  Kurangi faktor presipitasi
gerakan kacau, dengan menggunakan nyeri
menyeringai) manajemen nyeri  Kaji tipe dan sumber nyeri
- Terfokus pada diri  Mampu mengenali untuk menentukan
sendiri nyeri (skala, intervensi
- Fokus menyempit intensitas, frekuensi  Ajarkan tentang teknik non
(penurunan persepsi dan tanda nyeri) farmakologi: napas dala,
waktu, kerusakan  Menyatakan rasa relaksasi, distraksi,
proses berpikir, nyaman setelah nyeri kompres hangat/ dingin
penurunan interaksi berkurang  Berikan analgetik untuk
dengan orang dan  Tanda vital dalam mengurangi nyeri: ……...
lingkungan) rentang normal  Tingkatkan istirahat
- Tingkah laku  Tidak mengalami  Berikan informasi tentang
distraksi, contoh : gangguan tidur nyeri seperti penyebab
jalan-jalan, nyeri, berapa lama nyeri
menemui orang lain akan berkurang dan
dan/atau aktivitas, antisipasi
aktivitas berulang- ketidaknyamanan dari
ulang) prosedur
- Respon autonom  Monitor vital sign sebelum
(seperti diaphoresis, dan sesudah pemberian
perubahan tekanan analgesik pertama kali
darah, perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
- Perubahan
autonomic dalam
tonus otot (mungkin
dalam rentang dari
lemah ke kaku)
- Tingkah laku
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah)
- Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


masukkan nutrisi yang tidak adekuat.
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
Ketidakseimbangan NOC:  Kaji adanya alergi
nutrisi kurang dari a. Nutritional status: makanan
kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient  Kolaborasi dengan ahli gizi
Berhubungan dengan : b. Nutritional Status : untuk menentukan jumlah
Ketidakmampuan food and Fluid kalori dan nutrisi yang
untuk memasukkan Intake dibutuhkan pasien
atau mencerna nutrisi c. Weight Control  Yakinkan diet yang
oleh karena faktor Setelah dilakukan dimakan mengandung
biologis, psikologis tindakan keperawatan tinggi serat untuk
atau ekonomi. selama …. nutrisi mencegah konstipasi
kurang teratasi dengan  Ajarkan pasien bagaimana
DS: indikator: membuat catatan makanan
- Nyeri abdomen  Albumin serum harian.
- Muntah  Pre albumin serum  Monitor adanya penurunan
- Kejang perut  Hematokrit BB dan gula darah
- Rasa penuh tiba-  Hemoglobin  Monitor lingkungan selama
tiba setelah makan  Total iron binding makan
DO: capacity  Jadwalkan pengobatan dan
- Diare  Jumlah limfosit tindakan tidak selama jam
- Rontok rambut makan
yang berlebih  Monitor turgor kulit
- Kurang nafsu  Monitor kekeringan,
makan rambut kusam, total
- Bising usus protein, Hb dan kadar Ht
berlebih  Monitor mual dan muntah
- Konjungtiva pucat  Monitor pucat, kemerahan,
- Denyut nadi lemah dan kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor intake nuntrisi
 Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan
suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake
cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler
atau fowler tinggi selama
makan
 Kelola pemberan anti
emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oval

3. Ansietas berhubungan dengan pengobatan.


Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
Ansietas berhubungan NOC : NIC :
dengan - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
Faktor keturunan, - Koping (penurunan kecemasan)
Krisis situasional, Setelah dilakukan  Gunakan pendekatan
Stress, perubahan asuhan selama .… klien yang menenangkan
status kesehatan, kecemasan teratasi dgn  Nyatakan dengan jelas
ancaman kematian, kriteria hasil: harapan terhadap
 Klien
perubahan konsep diri, mampu pelaku pasien
kurang pengetahuan mengidentifikasi  Jelaskan semua
dan hospitalisasi dan prosedur dan apa yang
mengungkapkan dirasakan selama
DO/DS: gejala cemas prosedur
- Insomnia  Mengidentifikasi,  Temani pasien untuk
- Kontak mata kurang mengungkapkan memberikan keamanan
- Kurang istirahat dan menunjukkan dan mengurangi takut
- Berfokus pada diri tehnik untuk  Berikan informasi
sendiri mengontol cemas faktual mengenai
- Iritabilitas  Vital sign dalam diagnosis, tindakan
- Takut batas normal prognosis
- Nyeri perut  Postur tubuh,  Libatkan keluarga
- Penurunan TD dan ekspresi wajah, untuk mendampingi
denyut nadi bahasa tubuh dan klien
- Diare, mual, tingkat aktivitas
 Instruksikan pada
kelelahan menunjukkan
pasien untuk
- Gangguan tidur berkurangnya
menggunakan tehnik
- Gemetar kecemasan
- Anoreksia, mulut relaksasi
kering  Dengarkan dengan
- Peningkatan TD, penuh perhatian
denyut nadi, RR  Identifikasi tingkat
- Kesulitan bernafas kecemasan
- Bingung  Bantu pasien mengenal
- Bloking dalam situasi yang
pembicaraan menimbulkan
- Sulit berkonsentrasi kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
 Kelola pemberian obat
anti cemas: ........

4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume


cairan secara aktif
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
Kekurangan volume NOC: NIC :
cairan  Fluid balance  Pertahankan catatan
Berhubungan dengan:  Hydration intake dan output yang
- Kehilangan volume  Nutritional Status : akurat
cairan secara aktif Food and Fluid  Monitor status hidrasi
- Kegagalan Intake ( kelembaban membran
mekanisme Setelah dilakukan mukosa, nadi adekuat,
pengaturan tindakan keperawatan tekanan darah ortostatik
selama….. defisit ), jika diperlukan
DS : volume cairan teratasi  Monitor hasil lab yang
- Haus dengan kriteria hasil: sesuai dengan retensi
DO:  Mempertahankan cairan (BUN , Hmt ,
- Penurunan turgor urine output sesuai osmolalitas urin,
kulit/lidah dengan usia dan BB, albumin, total protein )
- Membran BJ urine normal,  Monitor vital sign
mukosa/kulit  Tekanan darah, setiap 15menit – 1 jam
kering nadi, suhu tubuh  Kolaborasi pemberian
- Peningkatan denyut dalam batas normal cairan IV
nadi, penurunan  Tidak ada tanda  Monitor status nutrisi
tekanan darah, tanda dehidrasi,
penurunan Elastisitas turgor  Berikan cairan oral
volume/tekanan kulit baik, membran  Berikan penggantian
nadi mukosa lembab, nasogatrik sesuai output
- Pengisian vena tidak ada rasa haus (50 – 100cc/jam)
menurun yang berlebihan  Dorong keluarga untuk
- Perubahan status  Orientasi terhadap membantu pasien
mental waktu dan tempat makan
- Konsentrasi urine baik  Kolaborasi dokter jika
meningkat  Jumlah dan irama tanda cairan berlebih
- Temperatur tubuh pernapasan dalam muncul meburuk
meningkat batas normal  Atur kemungkinan
- Kehilangan berat  Elektrolit, Hb, Hmt tranfusi
badan secara tiba- dalam batas normal  Persiapan untuk tranfusi
tiba  pH urin dalam batas
 Pasang kateter jika
- Penurunan urine normal
perlu
output  Intake oral dan
 Monitor intake dan urin
- HMT meningkat intravena adekuat
output setiap 8 jam
- Kelemahan

(Johnson, 2013).

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah M. dan Gunawan J., 2014, Dispepsia, Jurnal IDI, Vol. 39 No. 9.
Corwin E.J., 2016. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran
EGC,Jakarta.
Hadi S, 2015. Gastrointerologi. Bandung. P.P. Jakarta.
Haryono, Rudi, 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
Yogyakarta.
Johnson, M.,et all, 2017. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
IOWA Intervention Project: Mosby.
Khoirul Hikari, 2015 https://www.scribd.com/doc/283909452/Pathway-Dispepsia.
Muttaqin, Arif, 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Nugroho, Dr. Taufan, 2014. Asuhan keperawatan Maternitas, Anak, Bedah,
Penyakit  Dalam.Nuha Medika; Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai