PROPOSAL
NUR HIKMA
201601031
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stunting merupakan kondisi ketika anak lebih pendek dibandingkan
anak-anak lain seusianya, atau dengan kata lain, tinggi badana nak berada
dibawah standar. Standar yang dipakai sebagai acuan adalah kurva
pertumbuhan yang dibuat 0leh Badan Kesehatan Dunia (World Health
Organization). 1
Secara global menurut WHO (2015) jumlah anak stunting di bawah
usia 5 tahun sebanyak 165 juta anak atau 26%. Asia merupakan wilayah
kedua setelah Afrika yang memiliki prevalensi anak stunting tertinggi yaitu
26,8% atau 95,8 juta anak. Sedangkan prevalensi anak stunting untuk wilayah
Asia Tenggara adalah 27,8% atau 14,8 juta anak. Retardasi pertumbuhan atau
stunting pada anak-anak di negara berkembang terjadi terutama sebagai
akibat dari kekurangan gizi kronis dan penyakit infeksi yang mempengaruhi
30% dari anak-anak usia di bawah lima tahun. 1 Berdasarkan hasil data Riset
Kesehatan Dasar 2018 proporsi status gizi sangat pendek sebesar 11,5% dan
status gizi pendek sebesar 19,3%.2 Prevalensi stunting di Indonesia lebih
tinggi daripada negara-negara di Asia Tenggara.3
Periode paling penting pertumbuhan dan perkembangan terjadi pada
masa balita1. Sekitar 200 juta anak di bawah umur 5 tahun gagal untuk
mencapai potensi mereka dalam perkembangan kognitif karena berbagai
macam faktor risiko seperti kemiskinan, kesehatan yang rendah, pola asuh
dan gizi yang tidak mencukupi. Malnutrisi berat dapat menyebabkan gizi
kurang (berat badan rendah menurut umur, seringkali dikaitkan dengan
kehilangan lemak dan jaringan otot yang disebabkan oleh kelaparan akut) dan
stunting (tinggi badan yang rendah menurut umur, seringkali diikuti dengan
rendahnya perkembangan mental dan fisik secara tetap sebagai akibat dari
masalah gizi kronis).4
1
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
7
dimulai sejak sebelum kelahiran yang disebabkan karena status gizi ibu buruk
selama kehamilan, pola makan yang buruk, kualitas makanan yang buruk dan
intensitas frekuensi untuk terserang penyakit akan lebih sering. 3
Stunting (tubuh yang pendek) didiagnosis melalui pemeriksaan
antropometri. Tinggi badan anak dinyatakan dalam skor standar nilai tengah
(median of references) yang diterima secara internasional sebagai acuan
menurut usia dan jenis kelamin. Stunting yang sedang menunjukkan tinggi
badan menurut umur yang kurang dari -2SD, nilai dibawah -3SD
menunjukkan keadaan yang sangat parah. Di negara-negara berkembag 33%
menunjukkan kejadian tubuh pendek (stunting). Di negara-negara yang paling
miskin 45% mengalami kejadian tubuh pendek (stunting). Balita stunting
selain mengalami gangguan pertumbuhan, umumnya memiliki kecerdasan
yang lebih rendah dari balita normal. Selain itu, balita stunting lebih mudah
menderita penyakit tidak menular ketika dewasa. 8
2. Faktor-faktor yang menyebabkan Stunting
Penyebab stunting dapat juga dikatakan sebagai suatu bentuk adaptasi
fisiologis pertumbuhan atau non patologis karena dua penyebab utamanya
adalah asupan makanan yang tidak adekuat dan respon terhadap tingginya
penyakit infeksi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stunting terbagi
atas dua macam faktor yaitu faktor secara langsung yakni asupan makanan,
penyakit infeksi, berat badan lahir rendah dan genetik. Sedangkan faktor
secara tidak langsung yakni pengetahuan tentang gizi, pendidikan orang tua,
sosial ekonomi, pola asuh orang tua, distribusi makanan dan besarnya
keluarga/jumlah anggota keluarga.7,8
Banyak penelitian mengungkapkan bahwa prevalensi stunting banyak
ditemukan pada balita dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi rendah,
penyakit infeksi, pendidikan yang rendah, jumlah anggota keluarga, pekerjaan
ibu dan sanitasi lingkungan.7
Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan stunting, yakni sebagai
berikut:
1) Zat Gizi
Zat gizi merupakan salah satu komponen penting dalam proses
tumbuh dan berkembang selama masa kehamilan dan pertumbuhan anak,
8
apabila zat gizi tidak terpenuhi atau kurang terpenuhi maka akan
menghambat pertumbuhan dan perkembangan pada anak.
2) ASI Ekslusif dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Bayi atau balita dalam praktek pemberian ASI ekslusif maupun MP-
ASI yang kurang optimal dan terbatasnya makanan dalam hal kualitas,
kuantitas dan jenis akan memberikan kontribusi terhadap stunting.1
3) Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi juga dapat menyebabkan terjadinya kejadian
stunting, akan tetapi tergantung pada tingkat keparahan, durasi dan
kekambuhan penyakit infeksi yang diderita oleh bayi maupun balita dan
apabila ketidakcukupan dalam hal pemberian makanan untuk pemulihan.
Penyakit infeksi yang sering diderita oleh balita adalah ISPA dan diare. 8
4) Jumlah balita dalam keluarga
masalah gizi stunting disebabkan oleh banyaknya balita didalam
keluarga. jumlah balita dalam keluarga juga mempengaruhi status gizi
balita. Jumlah balita yang terdapat di dalam keluarga, mempengaruhi
kunjungan ibu ke posyandu sehingga mempengaruhi status gizi balita.
Keluarga yang memiliki jumlah balita sedikit maka ibu akan lebih fokus
memperhatikan anaknya, sedangkan jika terdapat jumlah anak balita yang
banyak didalam keluarga maka perhatian ibu akan terbagi. 8
5) Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi dapat mempengaruhi terjadinya kejadian
stunting, karena keadaan sosial ekonomi atau keadaan rumah tangga yang
tergolong rendah akan mempengaruhi tingkat pendidikan rendah, kualitas
sanitasi dan air minum yang rendah, daya beli yang rendah serta layanan
kesehatan yang terbatas, semuanya dapat berkontribusi terkena penyakit
dan rendahnya asupan zat gizi sehingga berpeluang untuk terjadinya
stunting. 8
6) Status Pendidikan Keluarga
Tingkat pendidikan keluarga yang rendah akan sulit untuk menerima
arahan dalam pemenuhan gizi dan mereka sering tidak mau atau tidak
meyakini pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi serta pentingnya
pelayanan kesehatan lain yang menunjang pertumbuhan pada anak,
sehingga berpeluang terhadap terjadinya stunting. Makin tinggi
9
4. Etiologi
Kejadian stunting pada anak merupakan suatu proses kumulatif yang
terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus
kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunting pada anak
dan peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak
langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janin. 9
Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami
intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan
kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan
kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang
berulang, dan meningkatnya kebutuhan metabolik serta mengurangi nafsu
makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada anak.
Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan
pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted Gizi buruk
kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti yang
telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dan faktor
faktor tersebut saling berhubungan satu sama lainnya. Terdapat tiga faktor
utama penyebab stunting yaitu sebagai berikut :10
1) Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi
dalam makananya itu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin dan
air)
2) Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR)
3) Riwayat penyakit
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa
awal anak lahir, tetapi stunting baru nampak setelah anak berusia 2
tahun. 10
14
5. Pencegahan
a. Cukupi kebutuhan zat besi, yodium dan asam folat
Zat besi, asam folat dan yodium merupakan nutrisi penting yang wajib
dipenuhi ibu haamil untuk mencegah stunting, kekurangan zat besi dan
asam folat dapat meningkatkan risiko anemia pada ibu hamil. Anak
yang lahir dari ibu hamil dengan anemia lebih berisiko mengalami
stunting. 10
b. Hindari paparan asap rokok
Agar janin yang di kandung dapat tumbuh dengan sehat, ibu hamil
harus berhenti merokok dan menghindari paparan asap rokok. Paparan
asap rokok dapat meningkatkan risiko bayi lahir premature atau
memiliki berat badan kurang. 10
c. Rutin melakukan pemeriksaan kandungan
Rutin melakukaan pemeriksaan kandungan adalah hal yag tidak kalah
penting dalam mencegah stunting. Pemeriksaan rutin selama hamil
bermanfaat untuk memastikan nutrisi yang dikonsumsi ibu hamil
cukup dan mendeteksi jika ada komplikasi pada kehamilan. Semakin
cepat diketahui komplikasi kehamilan dapat semakin cepat diatasi. 10
6. Penilaian Status Gizi (Stunting)
Penilaian Status Gizi (PSG) adalah pengukuran terhadap aspek yang
dapat menjadi indikator penilaian status gizi, kemudian dibandingkan
dengan standar baku yang ada. Ruang lingkup PSG terdiri atas pengukuran
langsung kepada individu dan pengukuran secara tidak langsung Untuk
mengetahui keadaan tubuh sesorang (stunting) dapat dilakukan penilaian
status gizi secara langsung. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan
antropometri gizi berdasarkan TB/U (Tinggi Badan menurut Umur).
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring
dengan pertambahan umur. Keuntungan indeks TB/U diantaranya adalah
baik untuk menilai status gizi masa lampau. 11
15
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat di gambarkan seperti
tampak pada gambar berikut :
E. Hipotesis
Ada Hubungan Sosial Ekonomi dan Pola Asuh dengan Stunting di Desa
Lobu Kecamatan Moutong.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif desain penelitian analitik
dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari
hubungan antara variabel bebas dan terikat dengan cara pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat.15 Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan
desain penelitian analitik dengan desain penelitian yang digunakan adalah
mencari, menjelaskan suatu hubungan antar variabel dengan pendekatan
Cross Sectional yaitu dimana dalam pengukuran dan pengamatan dilakukan
pada saat yang bersamaan.
Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross
sectional design yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada Hubungan
Sosial Ekonomi dan Pola Asuh dengan Stunting di Desa Lobu Kecamatan
Moutong.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian akan dilaksanakan di Desa Lobu Kecamatan Moutong
2. Waktu
Penelitian akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni tahun
2020.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu diterapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 14 Populasi
dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak stunting di Desa
Lobu Kecamatan Moutong berjumlah 32 orang.
2. Sampel
20
21
2. Pola Asuh
Pola asuh orang tua merupakan suatu proses mendidik serta
membimbing anak dalam keseharian seperti memberikan anak nutrisi yang
seimbang dan kualitas tidur yang baik.
Alat Ukur : Kuesioner
Cara ukur : Pengisian kuesioner
Skala ukur : Ordinal
Hasil Ukur : 1. Demokratis (24-39)
2. Permisif (40-55)
3. Otoriter (56-72)
3. Stunting
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang
dialami anak-anak dari gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi
psikososial yang dilakukan pemeriksaan oleh perawat pada fungsinya.
Alat Ukur : Lembar Observasi
Cara ukur : Pengisian Lembar observasi
Skala ukur : Ordinal
Hasil Ukur : 1. Normal : -2 SD sampai dengan 2 SD
2. Stunting : < -2 SD
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data.15 Instrument yang digunakan yaitu instrument yang sudah
baku diadopsi dari penelitian Khoirun Nisa (2019) dan akan dilakukan uji
validitas dan realibilitas yang telah dimodifikasi. Instrument penelitian dapat
berupa : kuesioner (daftar pertanyaan), yang berkaitan dengan pencatatan data
dan sebagainya. Kuesioner Pola Asuh berisi pertanyaan dengan alternatif
jawaban dalam bentuk alternatif “Ya” atau “Tidak” Pertanyaan ini terdiri dari
15 item dengan pertanyaan positif berjumlah 11 item
(1,2,3,4,5,6,7,9,12,13,15) dan pertanyaan negatif berjumlah 4 item
(8,10,11,14). Dengan cara penentuan skor yaitu untuk pertanyaan positif jika
23
( f 0−fe)
x ²= Ʃ
fe
Keterangan:
x²= Nilai Chi-square
f0= Frekuensi Observasi atau Pengamatan
fe= Frekuensi Ekspetasi atau Harapan
Teknik Sampling
Total Sampling dengan sampel 32 orang
Informed Consen
Menjelaskan dan meminta persetujuan responden
Pengumpulan Data
Menggunakan data primer dan sekunder
Analisis Data
Univariat Bivariat
DAFTAR PUSTAKA