Anda di halaman 1dari 93

LAPORAN PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANGAN KUTILANG RSU ANUTAPURA PALU


DEPARTEMEN MANAJEMEN KEPERAWATAN

Di Sususn Oleh

KELOMPOK XI

I KETUT SUANTRA, S.Kep (2020032033)

NUR FATIMA S. LATURU, S.Kep (2020032064)

NUR HIKMA, S.Kep (2020032065)

JIHAN RIZKI ANNISA, S.Kep (2020032038)

JUMAHIRA, S.Kep (2020032039)

RAJIV DE SUGANDHI, S.Kep (2020032073)

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa


melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan bahan
seminar/ laporan stase manajemen di ruangan Kutilang RSU Anutapura Palu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada CI Institusi STIKes Widya Nusantara
Palu dan CI lahan Praktek RSU Anutapura Palu serta pihak-pihak lain yang telah
banyak membantu dalam penyusunan laporan ini. Kami menyadari bahwa laporan ini
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena dibutuhkan saran dan masukan yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini
.

Palu, 10 November 2021

Kelompok XI

Kelompok XI ii
Profesi Ners STIKes WN Palu
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................2
D. Sistematika Penulisan...........................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Manajemen..............................................................................4
B. Konsep Kepemimpinan........................................................................11
C. Gaya Kepemimpinan............................................................................14
D. Fish Bone Diagram...............................................................................18
E. Konsep Sistem MPKP..........................................................................20
BAB III HASIL PENGKAJIAN DAN ANALISIS SERTA SINTESA
PERMASALAHAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. Profil Rumah Sakit Anutapura Palu......................................................51
B. Profil Ruangan Kutilang RSU Anutapura Palu....................................52
C. Kajian Situasi Ruangan Anutapura.......................................................52

Kelompok XI iii
Profesi Ners STIKes WN Palu
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan di Indonesia di masa depan perlu mendapat
prioritas utama dalam mengembangkan proses keperawatan. Pengembangan dalam
berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling bergantung, saling
mempengaruhi, dan berkesinambungan. Oleh karena itu, manajemen keperawatan
harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan keperwatan yang nyata, yaitu di
rumah sakit dan komunitas masyarakat sehingga perawat perlu konsep dan
aplikasinya.
Praktek keperawatan profesional yang diterapkan di rumah sakit diharapkan
dapat memperbaiki asuhan keperawatan yang diberikan untuk klien dimana lebih
diutamakan pelayanan yang bersifat interaksi antar individu.Pernyataan tersebut
juga sesuai dengan ciri-ciri dari pelayanan keperawatan profesional yaitu memiliki
otonomi, bertanggung jawab dan bertanggung gugat (accountability), menggunakan
metode ilmiah, berdasarkan standar praktik dan kode etik profesi, dan mempunyai
aspek legal.
MPKP merupakan suatu praktek keperawatan yang sesuai dengan kaidah
ilmu menejemen modern dimana kaidah yang dianut dalam pengelolaan pelayanan
keperawatan di ruang MPKP adalah pendekatan yang dimulai dengan perencanaan.
Perencanaan di ruang MPKP adalah kegiatan perencanaan yang melibatkan seluruh
personil (perawat) ruang MPKP mulai dari kepala ruang, ketua tim dan anggota tim
(perawat asosiet).
Seringkali kita jumpai dalam manajemen suatu ruangan di rumah sakit
secara tertulis menyatakan bahwa menerapkan MPKP sebagai acuan dalam
melakukan asuhan keperawatan.Namun, pada kenyataan yang ditemukan
dilapangan tidak sesuai dengan acuan telah dibuat dan sepakati. Dalam artian model
asuhan MPKP hanya secara tertulis dan tidak di praktekkan. Hal ini seringkali
disebabkan berbagai kendala, salah satunya reward yang belum didapatkan dan
dirasakan oleh perawat MPKP maka menjadikan motivasi dari perawat menurun
dan tidak bersemangat dalam menerapkan MPKP.
Kelompok XI 1
Profesi Ners STIKes WN Palu
Pelayanan keperawatan yang diberikan di ruang MPKP memiliki pedoman
dan dasar yang dapat dipertanggungjawabkan bukan atas dasar kehendak perawat
sendiri dimana pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan masalah klien
sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat efektif dan efisien sesuai
sasaran masalah yang terjadi pada klien.Asuhan keperawatan yang diberikan pada
klien yaitu meliputi pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual jadi meliputi segala aspek
kehidupan dari klien tersebut baik dari kesehatan fisik/jasmaninya, pikirannya,
interaksi sosialnya maupun keagamaannya.
Dalam melaksanakan praktek manajemen keperawatan menekankan pada
penerapan konsep-konsep dan prinsip kepemimpinan dan manajemen keperawatan
dalam tatanan pelayanan kesehatan nyata.Bentuk pengalaman belajar dengan
praktek klinik dan seminar serta mengintegrasikannya pada keperawatan klinik
dalam praktek profesi.
Dari uraian diatas menjadi latar belakang kami Mahasiswa Profesi Ners
Stikes Widya Nusantara Palu Maka untuk melukakan praktik manajemen
keperawatan di Rumah Sakit Anutapura Palu Ruangan Kutilang, sehingga kami
dapat mengaplikasikan ilmu manajemen yang kami peroleh di bangku perkuliahan
dan ikut memberikan kontribusi pada pihak rumah sakit.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah pada
laporan ini adalah bagaimana pelaksanaan kemimpinan dan manajemen
keperawatan di ruang Kutilang Rumah Sakit ANUTAPURA Palu.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep kepemimpinan dan
manajemen keperawatan berdasarkan masalah-masalah yang ditemukan di
ruang kutilang Rumah Sakit Anutapura.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melaksanakan fungsi-fungsi kemimpinan dan
manajemen keperawatan di Ruang kutilang.
Kelompok XI 2
Profesi Ners STIKes WN Palu
b. Mahasiswa mampu melakukan kajian situasi melalui analisis SWOT di
Ruang kutilang.
c. Mahasiswa mampu melakukan Analisis Fish Bone di Ruang kutilang.
d. Mahasiswa mampu merumuskan prioritas masalah berdasarkan kajian
situasi yang dilakukan di Ruang kutilang.
e. Mahasiswa mampu menyusun rencana kegiatan berdasarkan prioritas
masalah dan rencana kegiatan (POA) di Ruang kutilang.
f. Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana kegiatan sebagai
solusi pemecahan masalah di Ruang kutilang.
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil dari implementasi yang telah
dilakukan.
h. Mahasiswa mampu menyusun rencana tindak lanjut yang akan dilakukan
selanjutnya

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan antara lain: Bab I Pendahuluan terdiri dari latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan (tujuan umum dan tujuan khusus),
sistematika penulisan dan teknik pengumpulan data. Bab II Tinjauan pustaka
terdiri dari teori-teori terkait kepemimpinan dan manajemen keperawatan, Bab III
terdiri kajian situasi ruangan, analisa SWOT, matriks strategi, matriks SWOT,
prioritas masalah, analisa fish bone dan planing of Action (POA). Bab IV berisi
implementasi, evaluasi dan rencana tindak lanjut. Bab V Penutup berisi
Kesimpulan dan Saran.

E. Tekhnik Pengumpulan Data


1. Kuesioner
Pengumpulan data awalmenggunakan kuesioner untuk kepala ruangan,
ketua tim, perawat pelaksana dan pasien/keluarga di ruangan kutilang.
2. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan, perilaku dan keadaan di
ruangan untuk memperoleh data tentang masalah kemimpinan dan manajemen

Kelompok XI 3
Profesi Ners STIKes WN Palu
keperawatan. Observasi juga meliputi unsure 5M (Man, Money,Material,
Method, Machine) dan Environment.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mempelajari data dan catatan yang berhubungan dengan kepemimpinan dan
manajemen keperawatan.

Kelompok XI 4
Profesi Ners STIKes WN Palu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain (Gillies, 1989). Mendefinisikan manajemen sebagai ilmu atau seni
bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya
(Swansburg, 2000).
Pelayanan keperawatan adalah pelayanan yang dilakukan oleh banyak
orang sehingga diperlukan penerapan pendekatan manajemen. Pendekatan
manajemen adalah suatu proses kerjasama anggota staf keperawatan untuk
memberikan asuhan, terapi, dan bantuan kepada para pasien (Gillies, 1989).
Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif,
karena manajemen adalah pengguna waktu yang efektif, keberhasilan rencana
perawat manajer klinis, yang mempunyai teori atau sistematik dari prinsip dan
metode yang berkaitan pada instusi yang besar dan organisasi keperawatan di
dalamnya, termasuk setiap unit.
Teori ini meliputi pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi
tetapi dapat memerlukan pengembangan atau perbaikan termasuk misi atau
tujuan devisi keperawatan. Dari pernyataan pengertian yang jelas perawat
manajer mengembangkan tujuan yang jelas dan realistis untuk pelayanan
keperawatan
Keterampilan manajemen dapat diklasifikasikan dalam tiga tingkatan
yaitu: 1) Keterampilan intelektual, yang meliputi kemampuan atau penguasaan
teori, keterampilan berfikir. 2) Keterampilan teknikal meliputi: metode,
prosedur atau teknik. 3) Keterampilan interpersonal, meliputi kemampuan
kepemimpinan dalam berinteraksi dengan individu atau kelompok. (Swanburg,
2000).

Kelompok XI 1
Profesi Ners STIKes WN Palu
2. Pembagian Manajemen
Secara umum jenis atau bidang manajemen dapat dibagi menurut
bidang tugas, lapangan kerja dan tingkatannya. Pembagian tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Bidang Tugas
Pembagian bidang tugas dalam pelaksanaannya dibagi menjadi beberapa
bagian, yaitu bagian personalia, bagian keuangan, bagian peralatan, bagian
produksi dan bagian pemasaran.
b. Lapangan Kerja
Lapangan kerja secara garis besar terbagi menjadi beberapa pilihan,
diantaranya pendidikan tinggi, rumah sakit, bank, lembaga pemerintahan,
dan lain-lain.
c. Tingkat Manajemen
1) Manajer puncak
2) Manajer menengah
3) Manajer supervisor
3. Fungsi Manajemen
Dalam manajemen diperlukan peran tiap orang yang terlibat di
dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing.Oleh sebab itu, diperlukan
adanya fungsi-fungsi yang jelas mengenai manajemen. Ada empat fungsi
manajemen yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah suatu keputusan untuk masa yang akan datang
artinya : apa, siapa, kapan, dimana, berapa dan bagaimana yang akan dan
harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Secara umum,
perencanaan dapat ditinjau dari sisi : (1) proses : pemilihan dan
pengembangan tindakan yang paling menguntungkan untuk mencapai
tujuan, (2) fungsi : kepemimpinan dengan kewenangan yang dapat
mengarahkan kegiatan dan tujuan yang harus dicapai organisasi, (3)
keputusan : apa yang akan dilakukan untuk waktu yang akan datang.
1) Unsur-unsur perencanaan
Unsur-unsur yang terlibat dalam perencanaan adalah :
Kelompok XI 2
Profesi Ners STIKes WN Palu
a) Meramalkan (forecasting), misalnya memperkirakan kecendrunga
masa depan (peluang dan tantangan)
b) Menetapkan tujuan (establishing objectives) misalnya menyusun
acara yang urutan kegiatannya berdasarkan skala prioritas
c) Menyusun jadwal pelaksanaan (scheduling) misalnya
menetapkan/memperhitungkan waktu dengan tepat
d) Menyusun anggaran (budgeting), misalnya mengalokasikan sumber
yang tersedia (uang, alat, manusia) dengan memperhitungkan waktu
dengan tepat
e) Mengembangkan prosedur, misalnya menentukan tata cara yang
paling tepat
f) Menafsirkan dan menetapkan kebijakan (interpreting and
establishing policy), misalnya menafsirkan kebijakan atasan dan
menetapkan kebijakan operasional.
2) Sifat-sifat perencanaan
Ada beberapa sifat perencanaan yang harus diperhatikan agar dapat
dihasilkan rencana yang baik, yaitu :
a) Melihat jauh ke depan
b) Sederhana dan jelas/lugas
c) Fleksibel
d) Stabil
e) Ada dalam keseimbangan
f) Tersedianya sumber-sumber untuk pelaksanaan
3) Tipe rencana
a) Sasaran (goal)
Setiap pimpinan harus mempunyai sasaran yang jelas dan
bawahannya juga harus mengetahuinya. Sasaran ini akan
memberikan arah kegiatan. Perencanaan berdasarkan sasaran pada
intinya terdiri atas tujuan (objective), anggaran dan batas waktu,
serta sasaran kegiatan (operating goal)

Kelompok XI 3
Profesi Ners STIKes WN Palu
b) Rencana Tunggal (single use plan)
Rencana tunggal digunakan untuk menentukan langkah-langkah
suatu kegiatan.Lalu apabila tujuan sudah tercapai, selesailah
rencana itu. Rencana tunggal pada intinya terdiri atas empat bagian,
yaitu:
(1) Program utama yaitu tugas utama organisasi
(2) Proyek, yaitu bagian dari program tersusun yang dilaksanakan
secara berdiri sendiri dan ada titik akhirnya
(3) Program khusus, yaitu rencana yang mendapat perhatian secara
khusus karena sifat masalahnya yang juga khusus
(4) Rencana rinci, yaitu penjabaran secara rinci dari suatu program
agar penggunaan sumber dan lain-lainnya menjadi jelas dan
terarah.
c) Rencana Induk (standing plan, master plan)
Rencana induk adalah rencana yang bersifat luas dan
menyeluruh serta digunakan terus menerus. Selain itu, rencana yang
lain dalam hal ini harus sinkron dan sesuai dengan rencana induk.
Hal yang dapat membedakan rencana induk dengan rencana lain
yaitu :
(1) Kebijakan, yaitu pedoman organisasi dalam menjalankan tugas
pekerjaan yang berupa pola organisasi
(2) Prosedur, yaitu proses yang harus diketahui mengenai apa dan
bagaimana melaksanakan kegiatan yang disusun, agar efisien
dan efektif
(3) Metode, yaitu cara terbaik untuk melaksanakan kegiatan.
Umumnya, prosedur yang digunakan berganti-ganti.
4) Tehnik perencanaan
Jenis perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang, jangka
menengah, dan jangka pendek.Rencana jangka panjang adalah
perencanaan strategis yang disusun untuk 5 sampai 10 tahun. Rencana
jangka menengah disusun untuk 1 sampai 5 tahun sedangkan rencana
jangka pendek disusun untuk satu jam sampai satu tahun.
Kelompok XI 4
Profesi Ners STIKes WN Palu
Menurut Marquis & houston Hierarki dalam perencanaan terdiri
dari perumusan a) Visi : adalah pernyataan singkat yang menyatakan
alasan dan tujuan organisasi tersebut dibentuk. Visi harus dirumuskan
sebagai landasan perencanaan organisasi b) Misi: adalah pernyataan
yang menjelaskan tujuan organissai dalam mencapai visi yang telah
ditetapkan c) Filosofi : seperangkat nilai yang mengakar dan menjadi
rujukan semua kegiatan dalam organisasi dan menjadi landasan serta
arahan seluruh rencana jangka panjang. Nilai-nilai dalam filosofi dapat
lebih dari satu d) Kebijakan: pernyataan yang menjadi acuan organisasi
dalam pengambilan keputusan.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai
tujuan melalui penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan,
menentukan cara pengorganisasian aktivitas yang tepat baik verrtikal
maupun horizontal yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan
organisasi.
Tugas-tugas khususnya mencakup rancangan organisasional,
spesialisasi pekerjaan, deskripsi kerja, spesifikasi kerja, rentang kendali,
kesatuan komando, koordinasi, rancangan pekerjaan dan analisis kerja.
Tujuan pengorganisasian adalah mencapai upaya yang terkoordinasi
dengan cara menentukan tugas dan hubungan otoritas. Pengorganisasian
berarti penentuan siapa yang melakukan apa dan siapa yang harus memberi
pertanggungjawaban kepada siapa.
Fungsi pengorganisasian manajemen dapat dikelompokkan ke
dalam tiga aktivitas berurutan : pemecah-mecahan tugas ke alam pekerjaan
(spesialisasi kerja), penggabungan pekerjaan ke dalam departemen
(departementalisasi), pendelegasian otoritas. Pemecah-mecahan tugas ke
dalam pekerjaan membutuhkan deskripsi kerja dan spesifikasi kerja.
1) Komponen Struktur Organisasi
Manajer yang memahami struktur organisasi dan hubungan
dalam organisasi tersebut akan mampu mempercepat pengambilan

Kelompok XI 5
Profesi Ners STIKes WN Palu
keputusan dan memiliki pemahaman yang lebih besar mengenai
lingkungan organisasi.
Bagan organisasi menentukan hubungan formal dalam
institusi.Hubungan formal, hubungan komunikasi dan kewenangan
digambarkan dalam bagan menggunakan garis yang utuh.Garis yang
digunakan adalah garis utuh vertikal antara posisi menunjukkan rantai
komando resmi, jalur formal komunikasi dan kewenangan.Mereka yang
memiliki kewenangan terbesar dalam pengambilan keputusan berada
pada posisi atas; mereka memiliki kewenangan terkecil dalam
pengambilan keputusan bawah.Tingkat posisi di bagan juga
menandakan status dan kekuasaan.
Garis putus-putus atau titik-titik pada bagan organisasi
menunjukkan posisi staf.Karena posisi ini berfungsi sebagai penasehat,
anggota staf memberikan informasi dan bantuan kepada manajer, tetapi
memiliki kewenangan organisasi yang terbatas.Untuk meningkatkan
lingkup pengaruhnya, posisi staf memungkinkan manajer untuk
menangani lebih banyak aktivitas dan interaksi yang dapat dilakukan
dibandingkan jika tidak ada posisi staf.Posisi ini juga menyediakan
spesialisasi yang tidak mungkin dicapai oleh manajer seorang
diri.Meskipun posisi staf dapat membuat hubungan antar staf menjadi
lebih efektif, organisasi dapat berfungsi tanpa mereka.
Kesatuan komando ditunjukkan melalui garis vertikal utuh
diantara posisi pada bagan organisasi. Konsep ini dijelaskan paling baik
pada organisasi yang memiliki sebagai satu/atasan : pegawai memiliki
satu manajer tempat mereka memberikan laporan dan
pertanggungjawaban pekerjaannya. Hubungan manajer-pegawai
menjadi sangat sederhana karena pegawai hanya perlu mempertahankan
jumlah minimum hubungan dan menerima pengaruh hanya dari satu
orang yang menjadi supervisornya langsung.
2) Pengambilan keputusan dalam hierarki organisasional.
Dalam organisasi dengan pengambilan keputusan tersentralisasi,
keputusan dibuat oleh beberapa manajer ditingkat atas suatu
Kelompok XI 6
Profesi Ners STIKes WN Palu
hierarki.Pengambilan keputusan terdesentralisasi mengizinkan
pengambilan keputusan di seluruh organisasi dan memungkinkan
masalah diselesaikan oleh manajer praktik tingkat terendah.
Seringkali hal ini berarti bahwa masalah dapat diatasi pada
tingkat masalah itu muncul, yang berpotensi untuk meningkatkan hasil
akhir mutu pelayanan dan dapat meningkatkan efisiensi organisasi
(Hagenstad, Weis & Brophy, K 2000: Krairiksh & Anthony, 2001)
Secara umum, semakin besar organisasi, semakin besar
kebutuhan untuk mendesentralisasikan pengambilan keputusan.Hierarki
pengambilan keputusan organisasi terdesentrralisasi bersifat absolut.
3. Pengarahan (commanding)
Fungsi pengarahan (commanding) merupakan fungsi terpenting dan
paling dominan dalam proses manajemen.Fungsi ini baru dapat diterapkan
setelah rencana, organisasi, dan karyawan ada. Jika fungsi ini diterapkan
maka proses manajemen dalam merealisasi tujuan dimulai. Namun,
penerapan fungsi ini sangat sulit,rumit dan kompleks karena keinginan
karyawan tidak dapat dipenuhi sepenuhnya. Hal ini disebabkan karena
karyawan adalah makhluk hidup yang punya pikiran, perasaan, harga diri,
cita-cita dan lain-lainnya.Prinsip-prinsip pengarahan (Syamsi,
1994).Ditujukan pada keterpaduan antara tujuan perorangan dan tujuan
organisasinya, keterpaduan antara tujuan kelompok dan tujuan
organisasinya, kerjasama antar pimpinan, partisispasi dalam pembuatan
keputusan, terjalinnya komunikasi yang efektif dan pengawasan yang
efektif dan efisien.
Definisi fungsi pengarahan secara sederhana ( Handoko, 2001)
adalah untuk membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa
yang diinginkan, dan harus mereka lakukan. Menurut Henry Fayol
(Tanjung, 1999) mengemukakan bahwa pengarahan dilakukan untuk
memberikan arahan kepada Sumber Daya Manusia sebagai pegawai di
dalam suatu organisasi atau perusahaan agar pegawai tersebut mampu
menyelesaikan tugasnya dengan baik.

Kelompok XI 7
Profesi Ners STIKes WN Palu
Menurut George R. Terry (Hasibuan, 2009) pengarahan adalah
membuat semua anggota kelompok agar mau bekerjasama dan bekerja
secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan
perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.
Peneliti menyimpulkan bahwa fungsi pengarahan adalah kegiatan
yang dilakukan oleh pimpinan di dalam suatu organisasi untuk
membimbing, menggerakkan, mengatur segala kegiatan yang telah diberi
tugas dalam melaksananakan suatu kegiatan usaha.
d. Pengorganisasian (coordinating)
Setelah dilakukan pendelegasian wewenang dan pembagian
pekerjaan kepada para karyawan oleh manajer, langkah selanjutnya adalah
pengkoordinasian.Setiap bawahan mengerjakan hanya sebagian dari
pekerjaan perusahaan, karena itu masing-masing pekerjaan bawahan harus
disatukan, diintegrasikan, dan diarahkan untuk mencapai tujuan. Tanpa
koordinasi tugas dan pekerjaan dari setiap individu karyawan maka tujuan
perusahaan tidak akan tercapai. Koordinasi itu sangat penting di dalam
suatu organisasi. Beberapa alasan mengapa organisasi sangat penting, yaitu
:
1. Untuk mencegah terjadinya kekacauan, percekcokan, dan kekembaran
atau kekosongan pekerjaan.
2. Agar orang-orang dan pekerjaannya diselaraskan serta diarahkan untuk
pencapaian tujuan perusahaan/organisasi.
3. Agar sarana dan prasarana dimanfaatkan untuk mencapai tujuan.
4. Supaya semua unsur manajemen (6M) dan pekerjaan masing-msing
individu karyawan harus membantu tercpainya tujuan organisasi.
Supaya semua tegas, kegiatan, dan pekerjaan terintegrasi kepada
sasaran yang diinginkan. Menurut Terry (Hasibuan, 2009 : 49) ada
beberapa tipe-tipe koordinasi, antara lain :
1) Koordinasi Vertikal
Koordinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan,
pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit,
kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah dan tanggungjawabnya.
Kelompok XI 8
Profesi Ners STIKes WN Palu
2) Koordinasi Horizontal
Koordinasi horizontal adalah mengoordinasikan tindakan-tindakan
atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap
kegiatan-kegiatan, penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap
kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi (aparat) yang
setingkat.Koordinasi horizontal dibagi atas interdisciplinary dan
interralated. Interdisciplinary adalah suatu koordinasi dalam rangka
mengarahkan, menyatukan tindakan-tindakan, mweujudkan, dan
menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain secara
intern maupun ekstern pada unit-unit yang sama tugasnya. Interrelated
adalah koordinasi antarbadan (instansi) atau unit-unit yang fungsinya
berbeda, tetapi instansi yang satu dengan yang lain saling bergantungan
atau mempunyai kaitan baik, cara intern maupun ekstern yang levelnya
setara.
Pengoordinasian ini merupakan tugas penting yang harus
dilakukan oleh seorang manajer dan tugas ini sangat sulit.Untuk lebih
jelasanya mengenai pengertian pengkoordinasian, perlu pemahaman
lebih mendalam mengenai fungsi pengkoordinasian.Peneliti mengutip
beberapa definisi fungsi pengkoordinasian oleh beberapa ahli.
Menurut E.F.L Brech (Hasibuan, 2009) pengkoordinasian adalah
mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi
kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga
agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya
diantara para anggota itu sendiri. Henry Fayol (Tanjung, 1999)
mengatakan bahwa mengoordinasi berarti mengikat bersama
menyatukan dan menyelaraskan semua kegiatan yang ada dalam
mencapai tujuan organisasi. Koordinasi yang baik dapat dilakukan jika
masing-masing individu menyadari dan memahami akan tugas-tugas
mereka. Mereka harus mengetahui bahwa sebenarnya tugas mereka
sangat membantu pada usaha-usaha untuk mencapai tujuan organisasi.
Definsi lain yaitu, menurut T. Hani Handoko (Handoko, 2001)
pengkoordinasian adalah pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-
Kelompok XI 9
Profesi Ners STIKes WN Palu
kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-
bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi
secara efisien.
Cara-cara mengadakan koordinasi yang baik dapat dilakukan yaitu
dengan cara (Hasibuan, 2009 ) :
a) Memberikan keterangan langsung dan secara bersahabat.
Keterangan mengenai pekerjaan saja tidak cukup, karena tindakan-
tindakan yang tepat harus diambil untuk menciptakan dan
menghasilkan koordinasi yang baik.
b) Mengusahakan agar pengetahuan dan penerimaan tujuan yang akan
dicapai oleh anggota, tidak menurut masing-masing individu
anggota dengan tujuannya sendiri-sendiri. Tujuan itu adalah tujuan
bersama.
c) Mendorong para anggota untuk bertukar pikiran, mengemukakan
ide, saran-saran dan sebagainya.
d) Mendorong para anggota untuk berpartisipasi dalam tingkat
perumusan penciptaan sasaran.
e) Membina human relation yang baik antar sesame pegawai.
f) Manajer sering melakukan komunikasi informal dengan para
bawahan. Ringkasnya suatu koordiansi yang baik jika memperoleh
partisipasi dari bawahan, dan pihak-pihak yang terkait yang akan
melakukan pekerjaan diikutsertakan dalam proses pengambilan
keputusan supaya mereka antusias dalam melaksanakannya.
Dari beberapa definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
pengkoordinasian adalah usaha untuk mengatur para karyawan agar bekerja
secara teratur, sinkron dan selaras agar pekerjaan tersebut dapat dilakukan
secara efektif dan tujuan dari organisasi tersebut dapat tercapai.
e. Pengendalian (controlling)
Fungsi pengendalian (controlling) adalah fungsi terakhir dari proses
manajemen. Fungsi ini sangat penting dan sangat menentukan pelaksanaan
proses manajemen, karena itu harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Kelompok XI 10
Profesi Ners STIKes WN Palu
Pengendalian ini berkaitan erat dengan fungsi perencanaan dan kedua
fungsi ini merupakan hal yang saling mengisi, karena :
1) Pengendalian harus terlebih dahulu direncanakan.
2) Pengendalian baru dapat dilakukan jika ada rencana.
3) Pelaksanaan rencana akan baik, jika pengendalian dilakukan dengan
baik.
4) Tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak setelah
pengendalian atau penilaian dilakukan.
Pemahaman mengenai fungsi pengendalian dikemukakan oleh beberapa
ahli. Seperti menurut George R. Terry dalam buku Principles of
Management mengemukakan pengendalian dapat dirumuskan sebagai
proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang
dilaksanakan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bilamana perlu
melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan
rencana yaitu selaras dengan standar. Menurut Harold Koontz (Hasibuan,
2009 : 241-242) pengendalian artinya pengukuran dan perbaikan terhadap
pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk
mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat terselenggara.
Sedangkan Earl P. Strong (Hasibuan, 2009) mengatakan bahwa
pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu
perusahaan, agar pelaksanaan sesuai dengan ketetapan-ketetapan dan
rencana.
Peneliti menyimpulkan bahwa pengendalian adalah salah satu fungsi
manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan
koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan
yang benar dengan maksud dengan tujuan yang telah digariskan semula
agar rencana dapat terselenggara dengan baik.

B. Konsep Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam suatu organisasi merupakan bagian penting
dalam rangka mencapai tujuan organisasi, dalam mencapai tujuan tersebut
Kelompok XI 11
Profesi Ners STIKes WN Palu
perlu pemahaman terkait dengan konsep kepemimpinan. Pengertian tentang
kepemimpinan banyak dikemukakan oleh para pakar, diantaranya adalah
sebagai berikut :
Kepemimpinan adalah kemampuan membuat seseorang mengerjakan
apa yang tidak ingin mereka lakukan dan menyukainya (Truman, dikutip dari
Gillies, 1996). Pakar lain mengatakan bahwa, kepemimpinan merupakan
penggunaan keterampilan mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan
sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya (Sullivan, 1989).
Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan untuk mempengaruhi
anggota kelompok bergerak menuju pencapaian tujuan yang ditentukan
(Lancoster, 1989).Gillies, 1996 mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah
sebuah hubungan dimana satu pihak memiliki kemampuan yang lebih besar
untuk mempengaruhi perilaku pihak yang lain didasarkan pada perbedaan
kekuasaan antara pihak-pihak tersebut.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan merupakan serangkaian kegiatan yang memerlukan
kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain guna mencapai tujuan
bersama.
2. Teori Kepemimpinan
Beberapa pakar mengulas banyak tentang teori kepemimpinan, diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Teori Bakat
Teori ini menyatakan bahwa seseorang dilahirkan dengan bakat
pimpinan yang tidak dapat dipelajari. Kemampuan seorang pemimpin
ditentukan oleh bakat, intelegensi, stabilitas emosi dan kebugaran fisik.
b. Teori Perilaku
Teori perilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku
tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-
orang. Konsep teori X dan Y ditemukan oleh Douglas Mc Gregor dalam
buku The Human Side Enterprise dimana para manajer / pemimpin
organisasi berusaha memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai/
karyawan yaitu teori X atau teori Y
Kelompok XI 12
Profesi Ners STIKes WN Palu
1) Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah
mahluk pemalas yang tidak suka bekerja dan senang menghindar dari
pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan padanya.Pekerja
memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun
menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi.Dalam
bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar
dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
2) Teori Y
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat seperti
halnya kegiatan sehari-hari lainnya.Pekerja tidak perlu selalu diawasi
dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta
pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan.Pekerja
memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta
memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan
kerja.Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang
dimiliki dalam bekerja.
Selain hal diatas bebrapan teori menyebutkan bahwa terdapat teori-teori
kunci kepemimpinan antara lain:
a. Teori Trait
Teori ini mempercayai bahwa pemimpin memiliki cara yang
bervariasi karena mereka memiliki karakteristik atau disposisi yang sukar
melekat pada dirinya. Ada 5 karakteristik kepemimpinan yang utama
menurut teori ini yaitu percaya diri, empati, ambisi, control diri dan rasa
ingin tahu. Teori ini mengatakan bahwa seseorang dilahirkan sebagai
pemimpin dan bahwa pemimpin tidak dapat dipelajari.
b. Teori Situasional
Teori ini menekankan bahwa kepemimpinan muncul dalam situasi
yang berbeda untuk menyesuaikan perbedaan kebutuhan dan lingkungan.
Teori ini dikembangkan lebih dulu oleh Balnchard & Hersey (1976), yang
menyatakan bahwa pemimpin perlu memiliki perbedaan untuk
menyesuaikan kebutuhan dan maturitas pengikat, tidak ada cara yang
Kelompok XI 13
Profesi Ners STIKes WN Palu
paling baik bagi gaya kepemimpinan. Pemimpin perlu mengembangkan
gaya kepemimpinan dan dapat mendiagnosa yang mana pendekatan yang
sesuai untuk digunakan pada suatu situasi.
c. Transactional and Transformational Leadership
Pertama kali dikembangkan oleh James Mc Gregor Burns 1978, dan
kemudian dikembangkan oleh Bass dan lain-lain. Kepemimpinan ini
menggunakan pendekatan kepada bawahan dengan menukarkan sesuatu
untuk yang lainnya (seperti menggunakan financial atau status insentif).
Kepemimpinan Tansactional berdasar pada pemikiran pemberian motivasi
kepada bawahan melalui bentuk instrument seperti uang atau system
reward. Bass et al (1987) berpendapat bahwa kepemimpinan
Transformasional adalah universal dan dapat diaplikasikan tanpa
memperhatikan budaya, memberi semangat kepada bawahan untuk lebih
mementingkan organisasi atau kelompok. Kepemimpinan
Transformasional lebih mengkonsentrasikan pada pengembangan bawahan
dari pada pencapaian target (kepemimpinan transaksional) dan dalam
beberapa buku kepemimpinan transformasional sama dengan leadership
berlawanan dengan kepemimpinan transaksional yang sama dengan
manajemen.

C. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu
perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut
kemampuannya dalam memimpin.Perwujudan tersebut biasanya membentuk
suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini
sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995).
Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti
yang dipersepsikan oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan.
Macam- macam gaya kepemimpinan antara lain:
1. Gaya Kepemimpinan Menurut Likert
Likert dalam Nursalam (2002) mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam
empat system yaitu :
Kelompok XI 14
Profesi Ners STIKes WN Palu
a. Sistem Otoriter- Eksploitatif
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan rendah
terhadap bawahannya, memotivasi bawahan dengan ancaman atau
hukuman.Komunikasi dilakukan satu arah ke bawah (top-down).
b. Sistem Benevalent-Autoritative
Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi
bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu dan
membolehkan komunikasi ke atas.Pemimpin memperhatikan ide bawahan
dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam pengambilan keputusan
masih melakukan pengawasan yang ketat.
c. Sistem Konsultatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan terhadap bawahan cukup
besar.Pemimpin menggunakan balasan (intensif) untuk memotivasi
bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman.
Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh
bawahan.
d. Sistem Partisipatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan,
selalu memanfaatkan ide bawahan, menggunakan intensif ekonomi untuk
memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan
sebagai kelompok kerja.
2. Gaya kepemimpinan menurut teori X dan teori Y
a. Gaya Kepemimpinan Diktator
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan
serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari
pelaksanaan teori X.
b. Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada dasarnya gaya kepemimpinan ini hamper sama dengan gaya
kepemimpinan dictator namun bobotnya agak kurang. Segala keputusan
berada ditangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah
dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari teori X.

Kelompok XI 15
Profesi Ners STIKes WN Palu
c. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan
sebuah keputusan yang dilakukan dengan cara musyawarah. Gaya
kepemimpinan ini pada dasarnya sesuai dengan teori Y.
d. Gaya Kepemimpinan Santai
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan
diserahkan pada bawahan. Gaya kepemimpinan ini sesuai dengan teori Y
(Azwar, 1996).
3. Gaya Kepemimpinan Menurut Robert House
Berdasarkan teori motivasi pengharapan, Robert House dalam Nursalam
(2011), mengemukan empat gaya kepemimpinan, antara lain:
a. Direktif
Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana
melaksanakan suatu tugas. Gaya ini mengandung arti bahwa pemimpin
selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh bawahannya.
b. Suportif
Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap
ramah terhadap bawahan.
c. Partisipatif
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan
masukan dan saran dalam rangka pengambilan suatu keputusan.
d. Berorientasi Tujuan
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan
bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dengan seoptimal
mungkin (Sujak 1990).
4. Kepemimpinan Situasional
Kepemimpinan situasional adalah kepemimpinan yang didasarkan atas
hubungan saling mempengaruhi antara tingkat bimbingan dan arahan yang
diberikan pemimpin (perilaku Tugas), tingkat dukungan sosioemosional yang
diberikan pemimpin (perilaku hubungan) dan tingkat kesiapan yang
diperlihatkan bawahan dalam melaksanakan tugas, fungsi atau tujuan tertentu
(kematangan bawahan).
Kelompok XI 16
Profesi Ners STIKes WN Palu
Untuk lebih mengerti cara mendalam tentang kepemimpinan
situasional, perlu bagi kita mempertemukan antara gaya kepemimpinan
dengan kematangan pengikut karena pada saat kita berusaha mempengaruhi
orang lain tugas kita adalah mendiagnosa tingkat kesiapan bawahan dalam
tugas-tugas tertentu dan menunjukkan gaya kepemimpinan yang tepat untuk
situasi tersebut.
Dalam kepemimpinan situasional terdapat 4 gaya kepemimpinan yaitu:
a. Memberitahukan, menunjukkan, memimpin, menetapkan (Telling-
Directing)
b. Menjual, menjelaskan, memperjelas, membujuk (Selling-Coaching)
c. Mengikutsertakan, member semangat, kerja sama (Participating-
Supporting)
d. Mendelegasikan, pengamatan, mengawasi, menyelesaikan (Delegating).
Menurut Hersey, Blanchard dan Natemeyer ada hubungan yang jelas
antara level kematangan orang-orang dan atau  kelompok dengan jenis sumber
kuasa yang memiliki kemungkinan paling tinggi untuk menimbulkan
kepatuhan pada orang-orang tersebut. Kepemimpinan situational memandang
kematangan sebagai kemampuan dan kemauan orang-orang atau kelompok
untuk memikul tanggungjawab mengarahkan perilaku mereka sendiri dalam
situasi tertentu. Maka, perlu ditekankan kembali bahwa kematangan
merupakan konsep yang berkaitan dengan tugas tertentu dan bergantung  pada
hal-hal yang ingin dicapai pemimpin.
Menurut Paul Hersey dan Ken. Blanchard, seorang pemimpin harus
memahami kematangan bawahannya sehingga dia akan tidak salah dalam
menerapkan gaya kepemimpinan. Tingkat kematangan yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
a. Tingkat kematangan M1 (Tidak mampu dan tidak ingin) maka gaya
kepemimpinan yang diterapkan pemimpin untuk memimpin bawahan
seperti ini adalah Gaya Telling (G1), yaitu dengan memberitahukan,
menunjukkan, mengistruksikan secara spesifik.
b. Tingkat kematangan M2 (tidak mampu tetapi mau), untuk menghadapi
bawahan seperti ini maka gaya yang diterapkan adalah Gaya
Kelompok XI 17
Profesi Ners STIKes WN Palu
Selling/Coaching, yaitu dengan menjual, menjelaskan, memperjelas dan
membujuk.
c. Tingkat kematangan M3 (mampu tetapi tidak mau/ragu-ragu) maka gaya
pemimpin yang tepat untuk bawahan seperti ini adalah Gaya Partisipatif,
yaitu saling bertukar ide & beri kesempatan untuk  mengambil keputusan.
d. Tingkat kematangan M4 (Mampu dan Mau) maka gaya kepemimpinan
yang tepat adalah delegating, mendelegasikan tugas dan wewenang
dengan menerapkan system control yang baik.
Bagaimana cara kita memimpin haruslah dipengaruhi oleh kematangan
orang yang kita pimpin supaya tenaga kepemimpinan kita efektif dan juga
pencapaian hasil optimal. Dengan mengenal type bawahan (kematangan dan
kesediaan) maka seorang pemimpin akan dapat memakai gaya kepemimpinan
yang sesuai.

D. Fiah Bone Diagram


Fishbone diagram sering disebut Cause and Effect diagram adalah sebuah
diagram yang menyerupai tulang ikan yang dapat menunjukkan sebab akibat dari
suatu permasalahan (John Bank, 1992). Fishbone diagram juga merupakan salah
satu tool dari 7 basic quality tools. Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin
mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika
sebuah team cenderung jatuh berpikir pada rutinitas.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab utama yang mempengaruhi kualitas pada
fishbone diagram terdiri dari 5M + 1E yaitu machine (mesin), man (manusia),
method (metode), material (bahan produksi), measurement (pengukuran), dan
environment (lingkungan). Faktor-faktor tersebut berguna untuk
mengelompokkan jenis akar permasalahan ke dalam sebuah kategori.

Kelompok XI 18
Profesi Ners STIKes WN Palu
Fishbone diagram pada Gambar 2.1 menunjukkan faktor-faktor yang
mengakibatkan sebuah masalah. Enam buah faktor yakni 5M + 1E dituliskan pada
bagian tulang dari pada diagram tulang ikan dan permasalahan yang ingin diketahui
penyebabnya terletak pada bagian kepala ikan. Setiap faktor pada tulang memiliki
akar permasalahannya masing-masing, melalui Fishbone diagram maka akar-akar
permasalahan dengan mudah untuk diketahui. Berikut ini langkah-langkah untuk
membuat Fishbone:

a. Tulis permasalahan utama pada bagian kanan (kepala ikan). Gambar garis
panah dari kiri ke kanan mengarah ke permasalahan.

b. Identifikasi semua kategori utama penyebab masalah mulai dari man, method,
machine, material, measurement, dan environtment.

c. Gunakan panah yang lebih kecil untuk menjelaskan akar permasalahan


sehingga menjadi lebih detail.

d. Ulangi langkah (c) berulang-ulang sehingga menemukan akar permasalahan


yang paling mendasar.

Kelompok XI 19
Profesi Ners STIKes WN Palu
E. Konsep Sistem Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)
1. Defenisi MPKP
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan.Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga
keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan
klien.Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting,
karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang
dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan
keperawatan.
Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA,
sehingga peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan
dan terdapat tanggung jawab yang jelas.Pada aspek struktur ditetapkan juga
standar renpra, artinya pada setiap ruang rawat sudah tersedia standar renpra
berdasarkan diagnosa medik dan atau berdasarkan sistem tubuh.(Keliet).
Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi
keperawatan primer (kombinasi metode tim dan keperawatan primer).
2. Tujuan MPKP
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap tim keperawatan

Kelompok XI 20
Profesi Ners STIKes WN Palu
3. Pendekatan Management model praktik keperawatan professional
(MPKP) terdiri :
1. Perencanaan (Planning)
Dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi
(perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ;
harian,bulanan,dan tahunan).
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990).
Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa
yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana
kegiatan itu dilakukan.
Jenis-jenis perencanaan terdiri dari :
a. Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanaan strategis yang
disusun untuk 3 sampai 10 tahun.
b. Rencana jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun.
c. Rencana jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan 1 tahun.
Hierarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi,
peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998).Kegiatan
perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi,
filosofi dan kebijakan.Sedangkan untuk jenis perencanaan yang diterapkan
adalah perencanaan jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan harian,
bulanan, dan tahunan.
1) Visi
Visi adalah pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasi
itu dibentuk serta tujuan organisasi tersebut.Visi perlu dirumuskan
sebagai landasan perencanaan organisasi.
2) Misi
Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalam
mencapai visi yang telah ditetapkan.

3) Filosofi
Kelompok XI 21
Profesi Ners STIKes WN Palu
Filosofi adalah seperangkat nilai-nilai kegiatan yang menjadi rujukan
semua kegiatan dalam organisasi dan menjadi landasan dan arahan
seluruh perencanaan jangka panjang.Nilai-nilai dalam filosofi dapat lebih
dari satu.
4) Kebijakan
Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam
pengambilan keputusan.
5) Rencana Jangka Pendek
Rencana jangka pendek yang diterapkan di ruang MPKP terdiri dari
rencana harian, bulanan dan tahunan.
6) Rencana harian
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat
sesuai dengan perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi
kegiatan disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat.Rencana harian
dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan
preconference.
a) Rencana Harian Kepala Ruangan
Isi rencana harian kepala ruangan meliputi :
 Asuhan keperawatan
 Supervisi Katim dan Perawat pelaksana
 Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain
yang terkait
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
 Operan
 Pre conference dan Post conference
 Mengecek SDM dan sarana prasarana
 Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang
memerlukan perhatian khusus
 Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana
 Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat
terstruktur/insidentil

Kelompok XI 22
Profesi Ners STIKes WN Palu
 Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang
belum teratasi.
 Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan
keperawatan untuk sore, malam, dan besok sesuai tingkat
ketergantungan pasien.

Tabel 2.1 rencana harian kepala ruangan MPKP


Nama Karu :.................... Ruangan :............... Tanggal :................
Waktu Kegiatan Keterangan
07.30 Operan
Mengecek SDM, fasilitas, dan pasien
08.00 Mengecek kebutuhan pasien (pemeriksaan, kondisi dll)
09.00 Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang
memerlukan perhatian khusus
.......................................................................................
10.00 Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana
Ketua Tim I :………………………..(nama)
Tindakan………………………….......................................
..............................................................................................
Ketua Tim I :………………………..(nama)
Tindakan………………………….......................................
..............................................................................................
11.00 Melakukan supervisi pada ketua tim
Perawat 1 :………………………..(nama)
Tindakan…………………………......................................
.
Perawat 2 :…………....……………..(nama)
Tindakan…………………………......................................
12.00 Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat
terstruktur/insidentil
13.00 Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan
yang belum teratasi
Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan

Kelompok XI 23
Profesi Ners STIKes WN Palu
keperawatan untuk sore, malam dan esok hari sesuai
tingkat ketergantungan pasien
istrahat
14.00 Operan

b) Rencana Harian Ketua Tim


Isi rencana harian Ketua Tim adalah:
 Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim yang
menjadi tanggung jawabnya.
 Melakukan supervisi perawat pelaksana.
 Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain.
 Alokasi pasien sesuai perawat yang dinas.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
 Operan
 Pre conference dan Post conference
 Merencanakan asuhan keperawatan
 Melakukan supervisi perawat pelaksana.
 Menulis dokumentasi
 Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep
 Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas

Tabel 2.2 Rencana harian ketua tim di ruangan MPKP


Nama ketua Tim :....................Ruangan:...............Tanggal:................
Waktu Kegiatan Keterangan
07.30 Operan
Pre conference (jika jumlah anggota tim lebih dari 1
orang)
08.00 Pasien 1……………………….....................…(tindakan)
Pasien 2………………………….....................(tindakan)
Pasien 3………………………...................…..(tindakan)
Pasien 4……………………….....................…(tindakan)
Pasien 5…………………….....................……(tindakan)
09.00 Supervisi perawat (dapat diatur sesuai kondisi dan

Kelompok XI 24
Profesi Ners STIKes WN Palu
kebutuhan)
Perawat 1............................................................(nama)
………………………………....................…..(tindakan)
Perawat 2............................................................(nama)
.........................................................................(tindakan)
10.00 Memimpin konferensi kasus (metode tim)
11.00 Pasien 1……………………….....................…(tindakan)
Pasien 2………………………….....................(tindakan)
Pasien 3………………………...................…..(tindakan)
Pasien 4……………………….....................…(tindakan)
Pasien 5…………………….....................……(tindakan)
12.00 Melakukan evaluasi (SOAP) dan Supervisi
pendokumentasian yang di buat perawat pelaksana
13.00 Memimpin Post conference (metode Tim)
14.00 Operan

c) Rencana Harian Perawat Pelaksana


Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan
keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya.
Rencana harian perawat pelaksana shift sore dan malam agak berbeda
jika hanya satu orang dalam satu tim maka perawat tersebut berperan
sebagai ketua tim dan perawat pelaksana sehingga tidak ada kegiatan
pre dan post conference.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
 Operan
 Pre conference dan Post conference
 Mendokumentasikan askep

Tabel 2.3 Rencana Harian Perawat Pelaksana di ruang MPKP


Nama perawat :..................Ruangan:....... Tanggal:..................
Waktu Kegiatan Ket
07.3 14.00 21.00 Operan
0 Pre conference
08.0 15.00 22.00 Pasien 1……………………....(tindakan)

Kelompok XI 25
Profesi Ners STIKes WN Palu
0 Pasien 2………….....………..(tindakan)
Pasien 3……………………...(tindakan)
Pasien 4……………………...(tindakan)
Pasien 5……………....……...(tindakan)
09.0 16.00 23.00 Pasien 6……………......…....(tindakan)
0 Pasien 7………................….(tindakan)
Pasien 8……....…....……..…(tindakan)
Pasien 9………......………....(tindakan)
Pasien 10……........….……...(tindakan)
10.0 17.00 24.00 Pasien 1……………………(tindakan)
0 Pasien 2……………………(tindakan)
Pasien 3……………………(tindakan)
Pasien 4……………………(tindakan)
Pasien 5……………………(tindakan)
11.0 18.00 05.00 Pasien 6……………………(tindakan)
0 Pasien 7…………............…(tindakan)
Pasien 8…………....………(tindakan)
Pasien 9………......………..(tindakan)
Pasien 10……..........………(tindakan)
12.0 19.00 06.00 Istirahat
0
13.00 20.00 07.00 Post Conference
14.0 21.00 07.30 Operan
0

d) Penilaian Rencana Harian Perawat


Untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan
melalui observasi menggunakan instrumen jurnal rencana
harian.Setiap Ketua Tim mempunyai instrumen dan mengisinya
setiap hari.Pada akhir bulan dapat dihitung presentasi pembuatan
rencana harian masing-masing perawat.

Presentasi RH = Jumlah RH yg dibuat x 100%


Jumlah hari dinas pd bulan tersebut

Kelompok XI 26
Profesi Ners STIKes WN Palu
e) Rencana bulanan
Rencana bulanan merupakan rencana tindak lanjut yang dibuat
oleh kepala ruangan dan ketua tim
1) Rencana bulanan kepala ruangan
Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil
keempat pilar atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi
tersebut kepala ruangan akan membuat rencana tindak lanjut
dalam rangka peningkatan kualitas hasil. Kegiatan yang
mencakup rencana bulanan karu adalah:
 Membuat jadwal dan memimpin case conference
 Membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan
kelompok keluarga
 Membuat jadwal dinas
 Membuat jadwal dan memimpin rapat bulanan perawat
 Membuat jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan
 Membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan
perawat pelaksana
 Melakukan audit dokumentasi
 Membuat laporan bulanan

Tabel 2.4 rencana bulanan kepala ruangan


Bulan  : ______________________

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu


1 2 3 4 5 6 7
Rapat Rgn Supervisi Audit Supervisi Audit dok Penkes
LapBul Katim dok PA Klp Klg

8 9 10 11 12 13 14
Rapat koord Supervisi Audit dok Supervisi Audit dok Case Conf
Katim PA

Kelompok XI 27
Profesi Ners STIKes WN Palu
15 16 17 18 19 20 21
Supervisi Audit Tabel dok Supervisi
2.5 Rencana Bulanan Audit dok TimPenkes
ketua
Senin KatimSelasa Rabu PA Kamis JumatKlp Klg Sabtu Minggu
1 2 3 4 5 6 7
22 23 24
Rapat Ruangan Supervisi Supervisi Supervisi Supervisi25 26 27 Case 28
Menyusun Supervisi PA Audit dokPASupervisi PAAudit dokPACase Conf Conf
jadwal Katim PA Penkes
Dinas Klg
29 8 30 9 31 10 11 12 13 14
Alokasi
Rapat pasien Supervisi
Supervisi Audit Supervisi
dok Supervisi Supervisi Case
Koord KatimPA PA PA PA Conf
Penkes
Mengetahui Klg
15 16 17Kepala Ruangan 18 19 20 21
Alokasi pasien Supervisi Supervisi Supervisi Supervisi Case
PA PA PA PA Conf
( ……………………..) Penkes
Klg
22 23 24 25 26 27 28
Menyusun Supervisi Supervisi Supervisi Supervis Case
jadwal dinas PA PA PA i PA Conf
Tim Penkes
Klg
29 30 31
Menyusun Koordinasi Menyusun
Laporan Tim dgn Laporan
Katim Bulanan
menyusun
Lap Bln
Ketua Tim                                                                      Kepala Ruangan

(……………………..)                                                   (……………….…...)

2. Rencana bulanan ketua Tim


Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan
yang dilakukan ditimnya. Kegiatan-kegiatan yang mencakup rencana bulanan
katim adalah:
 Mempresentasikan kasus dalam case conference
 Memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga

Kelompok XI 28
Profesi Ners STIKes WN Palu
3. Rencana Tahunan
Setiap akhir tahun Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil
kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana
tindak lanjut serta penyusunan rencana tahunan berikutnya.
Rencana kegiatan tahunan mencakup:
 Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP
baik proses kegiatan (aktifitas yang sudah dilaksanakan dari 4
pilar praktek professional) serta evaluasi mutu pelayanan.
 Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-
masing tim.
 Penyegaran terkait materi MPKP khusus kegiatan yang masih
rendah pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja
yang telah dicapai MPKP bahkan meningkatkannya dimasa
mendatang.
 Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan
jenjang karier perawat (pelaksana menjadi katim, katim
menjadi karu), rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan
formal, membuat jadual untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.
4. Pengorganisasian
Dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar
alokasi pasien. Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk
mencapai tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan,
menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik
vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai
tujuan organisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang MPKP
menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi Keperawatan
Tim-Primer. Secara vertikal ada kepala ruangan, ketua tim, dan perawat
pelaksana. Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.
Pengorganisasian di ruang MPKP terdiri dari:
1) Struktur organisasi

Kelompok XI 29
Profesi Ners STIKes WN Palu
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam
suatu organisasi (Sutopo, 2000).Pada pengertian struktur organisasi
menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan
bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda
diintegrasikan atau dikoordinasikan.Struktur organiosasi juga
menunjukkan spesialisasi pekerjaan.
Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan sistem
penugasan Tim-primer keperawatan.Ruang MPKP dipimpin oleh
Kepala Ruangan yang membawahi dua atau lebih Ketua Tim.Ketua
Tim berperan sebagai perawat primer membawahi beberapa
Perawat Pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara
menyeluruh kepada sekelompok pasien.
Mekanisme Pelaksanaan Pengorganisasian di Ruang MPKP
terdiri dari beberapa hal, yaitu :
a) Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 tim dan
tiap tim diketuai masing-masing oleh seorang ketua Tim yang
terpilih melalui suatu uji.
b) Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua Tim mengatur
jadual dinas (pagi, sore, malam)
c) Kepala Ruangan membagi pasien untuk masing-masing Tim.
d) Apabila suatu ketika satu Tim kekurangan Perawat Pelaksana
karena kondisi tertentu. Kepala Ruangan dapat memindahkan
Perawat Pelaksana dari Tim ke Tim yang mengalami
kekurangan anggota.
e) Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore, malam,
dan shift pagi apabila karena sesuatu hal kepala ruangan sedang
tidak bertugas. Oleh sebab, itu yang dipilih adalah perawat yang
paling kompeten dari perawat yang ada.
f) Sebagai pengganti Kepala Ruangan adalah Ketua Tim,
sedangkan jika Ketua Tim berhalangan, tugasnya digantikan
oleh anggota Tim (perawat pelaksana) yang paling kompeten di
antara anggota tim.
Kelompok XI 30
Profesi Ners STIKes WN Palu
g) Ketua Tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing
pasien.
h) Ketua mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien baik yang diterapkan oleh dirinya maupun oleh
Perawat Pelaksana anggota Timnya.
i) Kolaborasi dengan Tim Kesehatan lain dilakukan oleh Ketua
Tim. Bila Ketua Tim karena suatu hal tidak sedang bertugas
maka tanggung jawabnya didelegasikan kepada perawat paling
kompeten yang ada di dalam Tim.
j) Masing-masing Tim memiliki buku Komunikasi.
k) Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada
pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
2) Daftar Dinas Ruangan
Daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas,
penanggung jawab dinas/shift. Daftar dinas disusun berdasarkan
Tim, dibuat dalam 1 minggu sehingga perawat sudah mengetahui
dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan dinas. Pembuatan
jadual dinas perawat dilakukan oleh kepala ruangan pada hari
terakhir minggu tersebut untuk jadual dinas pada minggu yang
selanjutnya bekerjasama dengan Ketua Tim. Setiap Tim
mempunyai anggota yang berdinas pada pagi, sore, dan malam, dan
yang lepas dari dinas (libur) terutama yang telah berdinas pada
malam hari.
3) Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama
dokter, nama perawat dalam tim, penanggung jawab pasien, dan
alokasi perawat saat menjalankan dinas di tiap shift.Daftar pasien
adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi tanggung jawab tiap
Tim selama 24 jam. Setiap pasien mempunyai perawat yang
bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap shift
dinas. Dalam daftar pasien tidak perlu mencantumkan diagnosa dan
alamat agar kerahasiaan pasien terjaga.Daftar pasien dapat juga
Kelompok XI 31
Profesi Ners STIKes WN Palu
menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat atas
asuhan keperawatan pasien sehingga terwujudlah keperawatan
pasien yang holistik. Daftar pasien juga memberi informasi bagi
kolega kesehatan lain keluarga untuk berkolaborasi tentang
perkembangan dan keperawatan pasien.
Daftar pasien di Ruangan diisi oleh ketua Tim sebelum operan
dengan dinas berikutnya dan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.
Alokasi pasien terhadap perawat yang dinas pagi, sore atau malam
dilakukan oleh ketua Tim berdasarkan jadual dinas. Kegiatan ini
dilakukan sebelum operan dari dinas pagi ke dinas sore.
5. Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise,
menciptakan iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif
yang mencangkup pre dan post conference, dan manajemen konflik.
Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam
rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah
pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada
akhirnya yang bermuara pada ”melaksanakan” kegiatan yang telah
direncanakan sebelumnya (Marquis & Houston, 1998).
Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang
mampu kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk
memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer
harus melakukan upaya-upaya (Marquis & Houston, 1998) sebagai
berikut:
1) Menciptakan iklim motivasi
2) Mengelola waktu secara efisien
3) Mendemonstarikan keterampilan komunikasi yang terbaik
4) Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi
5) Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi
6) Negosiasi

Kelompok XI 32
Profesi Ners STIKes WN Palu
Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
1) Menciptakan iklim motivasi
2) Komunikasi efektif pada operan antar-shift
3) Komunikasi efektif pada preconference
4) Komunikasi efektif pada postconference
5) Manajemen konflik
6) Supervisi
7 Pendelegasian
1. Menciptakan iklim motivasi
a. Pengertian
Motivasi adalah prilaku yang ditunjukkan oleh seseorang
individu untuk memuaskan kebutuhannya.Karena kebutuhan
manusia bervariasi, maka motivasi memiliki rentang yang
sangat luas. Pemenuhan kebutuhan individu merupakan salah
satu cara memotivasi.
Iklim motivasi dapat ditumbuhkan melalui kegiatan berikut
(Marquis dan Houston, 1998) :
1) Memberikan harapan yang jelas kepada staf dan
mengkomunikasikan harapan tersebut secara efektif
2) Bersikap fair dan konsisten terhadap semua staf
3) Membuat keputusan yang bijaksana
4) Mengembangkan konsep kerja kelompok
5) Mengintegrasikan kebutuhan dan keinginan staf dengan
kebutuhan dan tujuan organisasi
6) Mengenali staf secara pribadi dan membiarkan staf
mengetahui bahwa pimpinan mengetahui keunikan dirinya
7) Menghilangkan blok tradisionil antara staf dengan
pekerjaan yang telah dikerjakan
8) Memberikan tantangan kerja sebagai kesempatan untuk
mengembangkan diri
9) Melibatkan staf dalam pengambilan semua keputusan
Kelompok XI 33
Profesi Ners STIKes WN Palu
10) Memastikan bahwa staf mengetahui alasan di belakang
semua keputusan dan tindakan
11) Memberikan kesempatan kepada staf untuk membuat
penilaian sesering mungkin
12) Menciptakan hubungan saling percaya dan saling tolong
dengan staf
13) Memberi kesempatan staf untuk mengontrol lingkungan
kerjanya
14) Menjadi role model bagi staf
15) Memberikan reinforcement sesering mungkin
b. Penerapan Penciptaan Iklim Motivasi di MPKP
Di ruang MPKP penciptaan iklim motivasi diterapkan
dengan cara sebagai berikut:
a) Budaya pemberian reinforcement positif
Reinforcement positif adalah upaya menguatkan
perilaku positif dengan memberikan reward. Reward yang
diberikan di MPKP adalah pemberian pujian yang tulus.
Masing-masing staf dibudayakan untuk memberikan pujian
yang tulus diantara mereka terhadap kinerja dan
penampilan.
b) Doa bersama sebelum memulai kegiatan
c) Memanggil staf secara periodik untuk mengenal masalah
setiap personil secara mendalam dan membantu
penyelesaiannya.
d) Manajemen Sumber Daya Manusia melalui penerapan
pengembangan jenjang karir dan kompetensi
e) Sistem reward yang fair sesuai dengan kinerja
c. Evaluasi Aktivitas Menciptakan Iklim Motivasi
Aktivitas menciptakan iklim motivasi dievaluasi oleh kepala
ruangan dan ketua tim setiap 6 bulan sekali (per semester)
dengan menggunakan suatu instrumen/kuisioner.
2. Manajemen waktu
Kelompok XI 34
Profesi Ners STIKes WN Palu
a. Pengertian
Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal
waktu yang dipunyai. Tahapan majanemen waktu meliputi 3
tahapan yaitu :
1) Membuat perencanaan waktu dan membuat prioritas
2) Melengkapi prioritas tertinggi kapan saja memungkinkan,
menyelesaikan tugas sebelum memulai tugas yang lain.
3) Membuat prioritas ulang berdasarkan informasi yang
diterima
b. Penerapan Manajemen Waktu di MPKP
Dalam MPKP manajemen waktu diterapkan dalam bentuk
penerapan rencana kerja harian yaitu suatu bentuk perencanaan
kerja melalui jadual kerja yang disusun secara berurutan yang
disusun sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan.
c. Evaluasi Aktivitas Manajemen Waktu
Aktivitas manajemen waktu dievaluasi melalui
instrumen/kuisioner.
6. Pendelegasian
a. Pengertian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain.
Dalam organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi
tetap berjalan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pendelegasian dilaksanakan melalui proses :
1) Buat rencana tugas yang perlu dituntaskan
2) Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas
3) Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang
didelegasikan
4) Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa
tujuannya
5) Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas. Jika
bawahan tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi
Kelompok XI 35
Profesi Ners STIKes WN Palu
masalah tertentu, manajer harus bisa menjadi model peran dan
menjadi nara sumber untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi
6) Evaluasi kinerja setelah tugas selesai
7) Pendelegasian terdiri dari tugas dan kewenangan
b. Penerapan Pendelegasian di MPKP
Delegasi dilaksanakan di MPKP dalam bentuk pendelegasian
tugas oleh Kepala Ruangan kepada Ketua Tim, Ketua Tim kepada
Perawat Pelaksana.Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme
pelimpahan tugas dan wewenang.Pendelegasian tugas ini dilakukan
secara berjenjang.Penerapannya dibagi menjadi 2 jenis yaitu
pendelegasian terencana dan pendelegasian insidentil.
Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara
otomatis terjadi sebagai konsekuensi sistem penugasan yang
diterapkan di ruang MPKP. Bentuknya dapat berupa :
1) Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Ketua Tim untuk
menggantikan tugas sementara karena alasan tertentu
2) Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Penanggung
Jawab Shift
3) Pendelegasian Ketua Tim kepada Perawat Pelaksana dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan
4) Pendelegasian insidentil terjadi apabila salah satu personil ruang
MPKP berhalangan hadir maka pendelegasian tugas harus
dilakukan. Dalam hal ini yang mengatur pendelegasian adalah
Kepala Seksi Perawatan, Kepala Ruangan, Ketua Tim atau
Penanggung Jawab Shift, tergantung pada personil yang
berhalangan.
c. Prinsip-prinsip Pendelegasian tugas di MPKP
1) Pendelegasian tugas yang terencana harus menggunakan format
pendelegasian tugas

Kelompok XI 36
Profesi Ners STIKes WN Palu
2) Personil yang menerima pendelegasian tugas adalah personil
yang berkompeten dan setara dengan kemampuan yang
digantikan tugasnya
3) Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara verbal
secara terinci, baik lisan maupun tertulis
4) Pejabat yang mengatur pendelegasian tugas wajib memonitor
pelaksanaan tugas dan menjadi rujukan bila ada kesulitan yang
dihadapi
5) Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang
sudah dilaksanakan dan hasilnya.
d. Evaluasi Penerapan Pendelegasian Tugas
Pendelegasian tugas di MPKP dievaluasi dengan menggunakan
instrumen/kuisioner yang diisi oleh seluruh staf perawat dengan
cara self evaluasi.
7. Supervisi
a. Pengertian
Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan
dilaksanakan sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut.
Supervisi dilakukan untuk memastikan kegiatan dilaksanakan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Supervisi dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemempuan
yang mumpuni dalam bidang yang disupervisi.Dalam struktur
organisisi, supervisi biasanya dilakukan oleh atasan terhadap
bawahan atau konsultan terhadap pelaksana.Dengan supervisi
diharapkan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan
organisasi, tidak menyimpang dan menghasilkan keluaran (produk)
seperti yang diinginkan.
Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari
kesalahan, tetapi lebih kepada pengawasan partisipatif yaitu dalam
proses pengawasan dihargai dahulu pencapaian atau hal positif yang
dilakukan dan memberikan jalan keluar untuk hal yang masih
Kelompok XI 37
Profesi Ners STIKes WN Palu
kurang agar meningkat. Dengan demikian bawahan tidak
merasakan bahwa ia sekedar dinilai akan tetapi dibimbing untuk
melakukan pekerjaannya secara benar.
b. Penerapan Supervisi di MPKP
Di MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk
menjamin kegiatan pelayanan di MPKP sesuai dengan standar mutu
professional yang telah ditetapkan.Supervisi dilakukan oleh perawat
yang memiliki kompetensi baik dalam manajemen maupun asuhan
keperawatan serta menguasai pilar-pilar professional yang
diterapkan di MPKP. Untuk itu pengawasan berjenjang dilakukan
sebagai berikut :
1) Kepala Seksi Keperawatan atau Konsultan melakukan
pengawasan terhadap Kepala Ruangan.
2) Kepala Ruangan Keperawatan melakukan pengawasan terhadap
Ketua Tim dan Perawat Pelaksana.
3) Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat Pelaksana.
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian
tugas dari masing-masing staf perawat yang disupervisi. Untuk
Kepala Ruangan materi supervisi adalah kemampuan manajerial
dan kemampuan dalam asuhan keperawatan.Ketua Tim disupervisi
terkait dengan kemampuan pengelolaan di timnya dan kemampuan
asuhan keperawatan.Sedangkan perawat pelaksana disupervisi
terkait dengan kemampuan asuahan keperawatan yang
dilaksanakan.
Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi
momok bagi staf maka disusun standar penampilan yang
diharapkan dari masing-masing staf yang sudah dipahami oleh staf
dan jadwal supervisi.
c. Evaluasi Aktivitas Supervisi
Aktivitas supervisi dievaluasi oleh Kepala Ruangan dan Ketua
Tim yang melakukan supervisi dengan menggunakan
instrumen/kuisioner dengan cara self evaluasi.
Kelompok XI 38
Profesi Ners STIKes WN Palu
8. Komunikasi efektif
a. Pengertian
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen
khususnya pengarahan.Setiap orang berkomunikasi dalam suatu
organisasi.Komunikasi yang kurang baik dapat mengganggu
kelancaran organisasi dalam mencapai tujuan organisasi.
Komunikasi adalah proses tukar menukar pikiran, perasaan,
pendapat dan saran yang terjadi antara 2 orang atau lebih yang
bekerjasama.
b. Penerapan Komunikasi di MPKP
Beberapa bentuk komunikasi di ruang MPKP
1) Operan yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore
dan malam. Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dari
dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan,
sedangkan operan dari dinas sore ke dinas malam dipimpin oleh
penanggung jawab shift sore.
2) Pre Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada hari tersebut
yang dipimpin oleh katim atau PJ tim. Jika yang dinas pada tim
tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi
pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian),
dan tambahan rencana dari katim atau PJ.
3) Post Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan
kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap
perawat dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post
conference dipimpin oleh katim atau PJ tim.

Tabel 2.6 Pedoman Operan Antar Shif


Pedoman Operan
Waktu : Awal pergantian Shif (pukul 07.30, 14.00, 21.00 Wita)
kegiatan
Kelompok XI 39
Profesi Ners STIKes WN Palu
Tempat : Nursing Station / kantor perawat
Penanggung : Kepala Ruangan / PJ Shif
Jawab
Kegiatan :
1. Karu /PJ Shif membuka acara dengan salam
2. PJ Shif mengoperkan menyampaikan:
a. Kondisi / keadaan pasien : Dx keperawatan, Tujuan yang telah
dicapai, tindakan yang sudah dilaksanakan, hasil asuhan
b. Tindak lanjut untuk shift berikutnya
3. Perawt shift berikutnya mengklarifikasikasi penjelasan yang sudah
diberikan
4. Karu memimpin operan ke Kamar pasien
5. Karu merangkum informasi operan, memberikan saran tindak lanjut
6. Karu memimpin doa bersama dan menutup acara
7. Bersalaman

Tabel 2.7 Pedoman Pre Conference


Pedoman Pre Conference
Waktu : Setelah Operan
kegiatan
Tempat : Meja masing-masing Tim
Penanggung : Ketua Tim / PJ Tim
Jawab
Kegiatan :
1. Katim / Pj Tim membuka acara
2. Katim / Pj Tim menayakan rencana harian masing-masing perawat
pelaksana
3. Katim / Pj Tim memberikan masukan dan tindak lanjut terkait
dengan asuhan yang diberikan saat itu
4. Katim / Pj Tim memberikan reinforcement
5. Katim / Pj Tim menutup acara

Tabel 2.8 Pedoman Post Conference


Pedoman Post Conference
Waktu : Sebelum operan ke dinas berikut
Kelompok XI 40
Profesi Ners STIKes WN Palu
kegiatan
Tempat : Meja masing-masing Tim
Penanggung : Ketua Tim / PJ Tim
Jawab
Kegiatan :
1. Katim / Pj Tim membuka acara
2. Katim / Pj Tim menayakan hasil asuhan masing-masing pasien pada
perawat pelaksana
3. Katim / Pj Tim menaqnyakan kendala dalam asuhan yang telah
diberikan
4. Katim / Pj Tim menanyankan untuk tindak lanjut asuhan pasien
yang harus dioperkan kepada perawat shift berikutna
5. Katim / Pj Tim menutup acara

c. Evaluasi Pelaksanaan Aktivitas Komunikasi di MPKP


Aktivitas komunikasi di MPKP dievaluasi oleh seluruh staf
perawat MPKP.Evaluasi dilakukan sekali tiap bulan dengan
menggunakan instrumen/kuisioner.
9. Manajemen konflik
a. Pengertian
Konflik adalah perbedaan pandangan atau ide antara satu orang
dengan orang yang lain. Dalam organisasi yang dibentuk dari
sekumpulan orang yang memiliki latar belakang yang berbeda
konflik mudah terjadi.Demikian juga di ruang MPKP konflik pun
bisa terjadi.Untuk mengantisipasi terjadinya konflik maka perlu
dibudayakan upaya-upaya mengantisipasi konflik dan mengatasi
konflik sedini mungkin di ruang MPKP.
b. Cara-cara penanganan konflik ada beberapa macam, meliputi :
1) Bersaing
Mengatasi konflik dengan bersaing adalah penanganan
konflik dimana seseorang atau satu kelompok berupaya
memuaskan kepentingannya sendiri tanpa mempedulikan
dampaknya pada orang lain atau kelompok lain. Cara ini kurang

Kelompok XI 41
Profesi Ners STIKes WN Palu
sehat bila diterapkan karena bisa menimbulkan potensi konflik
yang lebih besar terutama pada pihak yang merasa
dikalahkan.Untuk itu organisasi sebaiknya menghindari metode
penyelesaian konflik jenis ini.
2) Berkolaborasi
Berkolaborasi adalah upaya yang ditempuh untuk
memuaskan kedua belah pihak yang sedang berkonflik.Cara ini
adalah salah satu bentuk kerjasama.Berbagai pihak yang terlibat
konflik didorong menyelesaikan masalah yang mereka hadapi
dengan jalan mencari dan menemukan persamaan kepentingan
dan bukan perbedaan.Situasi yang diinginkan adalah tidak ada
satu pihakpun yang dirugikan. Istilah lain cara penyelesaian
konflik ini disebut juga win-win solution.
3) Menghindar
Menghindar adalah cara menyelesaikan konflik dimana
pihak yang sedang berkonflik mengakui adanya konflik dalam
interaksinya dengan orang lain tetapi menarik diri atau menekan
konflik tersebut (seakan-akan tidak ada konflik atau masalah).
Cara ini tidak dianjurkan dalam upaya penyelesaian konflik
karena masalah mendasar tidak diselesaikan, penyelasaian yang
terjadi adalah penyelesaian semu.Untuk itu tidak dianjurkan
organisasi untuk menggunakan metode ini.
4) Mengakomodasi
Akomodasi adalah upaya menyelesaikan konflik dengan
cara salah satu pihak yang berkonflik menempatkan
kepentingan pihak lain yang berkonflik dengan dirinya lebih
tinggi. Salah satu pihak yang berkonflik mengalah kepada pihak
yang lain. Ini suatu upaya lose – win solution. Upaya
penyelesaian konflik dengan akomodasi sebaiknya juga tidak
digunakan terlalu sering karena kepuasan tidak terjadi secara
penuh dan bisa menimbulkan potensi konflik di masa
mendatang.
Kelompok XI 42
Profesi Ners STIKes WN Palu
5) Berkompromi
Kompromi adalah cara penyelesaian konflik di mana semua
pihak yang berkonflik mengorbankan kepentingannya demi
terjalinnya keharmonisan hubungan dua belah pihak tersebut.
Dalam upaya ini tidak ada salah satu pihak yang menang atau
kalah. Ini adalah lose-lose solution di mana masing-masing
pihak akan mengorbankan kepentingannya agar hubungan yang
dijalin tetap harmonis.
c. Penerapan Manajemen Konflik di MPKP
Upaya mengatasi konflik yang diterapkan di MPKP adalah
upaya yang win-win solution.Suatu upaya berkolaborasi.Untuk itu
pembudayaan kolaborasi antar staf menjadi prioritas utama dalam
menyelenggarakan pengelolaan ruangan MPKP.
Pendekatan penyelesaian konflik yang ditempuh adalah dengan
pendekatan penyelesaian masalah (problem solving) yang meliputi :
1) Mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi dengan
melakukan klarifikasi pada pihak yang berkonflik.
2) Mengidentifikasi penyebab timbulnya konflik.
3) Mengidentifikasi alternatif-alternatif penyelesaian yang
mungkin diterapkan.
4) Memilih alternatif penyelesaian terbaik untuk diterapkan.
5) Menerapkan solusi pilihan
6) Mengevaluasi peredaan konflik.
Bila pendekatan internal yang telah dilakukan untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi belum berhasil maka kepala
ruangan dapat berkonsultasi dengan kepala Seksi Perawatan
atau Konsultan.

d. Evaluasi Penerapan Aktivitas Penyelesaian Konflik


Aktivitas penyelesaian konflik dievaluasi oleh seluruh staf
keperawatan MPKP.Evaluasi dilakukan dengan menggunakan
instrumen/kuisioner.
Kelompok XI 43
Profesi Ners STIKes WN Palu
10. Pengendalian
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau
pengontrolan. Fayol mendefinisikan kontrol sebagai ”Pemeriksaan
apakah segala sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang telah
disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang
ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan
kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi”. Pengontrolan
penting dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada, sehingga jika
muncul isue dapat segera direspon dengan cara duduk bersama.
Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau
standar.Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar
memenuhi keinginan (standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian
difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan
pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan (pasien), keluarga,
perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output adalah
BOR, ALOS, TOI, audit dokumen keperawatan. Survei masalah
keperawatan diperlukan untuk rencana yang akan datang.
Kepala Ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang
semua kegiatan yang dilakukan terkait dengan MPKP. Data tentang
indikator mutu dapat bekerja sama dengan tim rumah sakit atau
ruangan membuat sendiri.
Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan
bahwa aktifitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan
dan berfungsi untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian
penampilan, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
pengendalian/pengontrolan meliputi :
a. Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi
kerja
b. Melakukan pengukuran prestasi kerja
c. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
d. Mengambil tindakan korektif

Kelompok XI 44
Profesi Ners STIKes WN Palu
Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan
untuk menunjukkan standar yang telah ditetapkan atau tersedia.Audit
merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan. Terdapat tiga
kategori audit keperawatan yaitu :

1) Audit struktur
Audit Struktur berfokus pada sumber daya manusia; lingkungan
perawatan, termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan,
prosedur, standar, SOP dan rekam medik; pelanggan.
2) Audit proses
Audit Proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan
keperawatan untuk menentukan apakah standar keperawatan
tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat retropektif, concurrent, atau
peer review. Retropektif adalah audit dengan menelaah dokumen
pelaksanaan asuhan keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi
asuhan keperawatan. Concurrent adalah mengobservasi saat
kegiatan keperawatan sedang berlangsung. Peer review adalah
umpan balik sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.
3) Audit hasil
Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi
pasien, kondisi SDM, dan indikator mutu.Kondisi pasien dapat
berupa keberhasilan pasien dan kepuasan, yaitu:
a) Audit dokumentasi asuhan keperawatan
b) Survey masalah baru
c) Kepuasan pasien dan keluarga
Kondisi SDM dapat berupa efektifitas dan efisiensi serta
kepuasan, yaitu
a) Kepuasan tenaga kesehatan: perawat, dokter
b) Penilaian kinerja perawat
Indikator mutu umum yaitu:
a) Presentasi pemakaian tempat tidur (BOR)
Kelompok XI 45
Profesi Ners STIKes WN Palu
b) Rata-rata lama rawat seorang pasien (ALOS)
c) Tempat tidur tidak terisi (TOI)
d) Angka infeksi nasokomial (NI)
e) Angka dekubitus dan sebagainya.

Indikator mutu umum yaitu:


1. Penghitungan Tempat Tidur Terpakai (BOR)
Bor adalah proposi pemakaian tempat tidur pada satu satuan
waktu tertentu.Nilai yang di dapatkan menggambarkan tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.Menurut
keliat, dkk.(2006) standar internasional, BOR di katakan baik jika
nilainya 80–90 %, sedangkan standar nasional adalah antara 70–80
%.
Rumus perhitungan BOR :

BOR = Jumlah hari perawatan x 100


Jumlah TT x jumlah hari satuan waktu

Catatan :
1) Jumlah hari perawatan adalah hasil penjumlahan lama hari
rawat pasien yang keluar hidup atau mati dalam satu periode
waktu
2) Jumlah hari per satuan waktu adalah jumlah hari dalam satu
periode waktu
2. Penghitungan Rata-rata Lama Rawat (ALOS)
AvLOS adalah rata – rata lama hari rawat seorang pasien.Nilai
AvLOS dapat di gunakan sebagai gambaran efesiensi dan mutu
pelayanan.Semakin kecil nilai yang di dapat di artikn semakin
efisien dan semakin bermutu pelayanan yang di berikan, begitu juga
sebaliknya. Nilai AvLOS yang ideal tergantung dari jenis diagnose
atau penyakit. Namun, menurut keliat, dkk.(2006) secara umum
AvLOS yang ideal antara 6 – 9 hari.Kelemahan penghitungan ini
Kelompok XI 46
Profesi Ners STIKes WN Palu
adalah tidak memperhitungkan keluar rumah sakit karena sembuh
atau pulang paksa dan mati.
Rumus perhitungan AvLOS :

AvLOS =

Jumlahlama dirawat
Jumlah pasienkeluar (hidup +meninggal )
Catatan :
1) Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari
perawatan pasien keluar hidup atau mati dalam satu periode
waktu.
2) Jumlah pasien keluar (hidup atau mati): jumlah pasien yang
pulang atau meninggal dalam satu periode waktu.
3. Penghitungan Tempat Tidur Tidak Terisi (TOI)
TOI adalah rata – rata hari tempat tidur tidak terisi/di tempat
dari saat diisi ke saat terisi berikutnya.Nilai yang di peroleh
menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.Menurut
keliat, dkk.(2006), nilai idealnya hanya dalam waktu 1 – 3 hari.
Rumus perhitungan TOI :
TOI =

4. Penghitungan Angka Infeksi Nasokomial


Angka infeksi nasokomial adalah jumlah pasien infeksi yang
didapat atau muncul selama dalam perawatan di rumah sakit.
5. Penghitungan Angka Dekubitus
Angka dekubitus adalah jumlah pasien yang mengalami
dekubitus selama dalam perawatan di rumah sakit.
6. Audit Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Audit dokumentasi adalah kegiatan mengevaluasi dokumen
asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh perawat
pelaksana. Di MPKP kegiatan audit dilakukan oleh kepala ruangan,

Kelompok XI 47
Profesi Ners STIKes WN Palu
pada status setiap pasien yang telah pulang atau meninggal dan
hasil audit dibuat rekapan dalam satu bulan.
7. Survey Kepuasan
Menurut Philip Kotler, Survey kepuasan pelanggan adalah
tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil
dari membandingkan penampilan atau outcome produk yang
dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang.
Survey kepuasan yang akan dilakukan di ruang MPKP adalah
kepuasan pasien, keluarga, perawat dan tenaga kesehatan lain. Di
MPKP survey kepuasan pasien dilakukan setiap pasien pulang,
diberikan saat selesai menyelesaikan administrasi atau saat
mempersiapkan pulang dengan cara pasien dan keluarga mengisi
angket yang disediakan. Survey kepuasan dilakukan 6 bulan sekali.
8. Evaluasi Aktivitas Pengendalian di MPKP
Di MPKP aktivitas pengendalian dievaluasi melalui self
evaluasi terhadap Kepala ruangan tiap satu semester dengan
menggunakan instrumen/kuisioner  sebagai berikit :
Tabel 2.9 Evaluasi Aktivitas Pengendalian di MPKP
No Kriteria Sll Sr Kd Tp
1 BOR dihitung setiap satu bulan
2 ALOS diukur setiap bulan
3 TOI diukur setiap bulan
4 Angka Infeksi Nasokomial dicatat setiap bulan
5 Survey kepuasan pasien dilakukan setiap ada pasien
pulang atau meninggal
6 Survey kepuasan keluarga dilakukan setiap ada
pasien pulang atau meninggal
7 Survey kepuasan tenaga kesehatan dilakukan setiap
ada pasien pulang atau meninggal
8 Survey masalah keperawatan dilakukan tiap bulan
9 Audit dokumen dilakukan tiap bulan

Petunjuk :
Sll        : selalu nilai 4

Kelompok XI 48
Profesi Ners STIKes WN Palu
Sr         : sering nilai 3
Kd       : kadang-kadang nilai 2
Tp        : tidak pernah nilai 1
Nilai    : Total nilai x   100%
4. Model – Model Praktik Keperawatan Profesional
Berdasarkan pengalaman Sudarsono (2000) dikembangkan beberapa jenis
MPKP sesuai dengan kondisi sumbr daya manusia yang ada yaitu:
a. Model praktik keperawatan professional III
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan
ada perawat yang sudah menyandang gelar doktor dalam pengalaman
klinik,sehingga praktik keperawatan berdasarkan evidence based. Di
ruangan tersebut di lakukan penelitian keperawatan, khususnya penelitian
klinis serta memanfaatkan hasil riset dalam memberikan asuhan
keperawatan.
b. Model Praktik Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat yang bekerja di ruangana ini yayng mempunyai
kemampuan specialis keperawatan yang dapat memberikan konsultasi
kepada perawat primer.Di ruangan ini digunakan hasil-hasil penelitian
keperawatan dan melakukan penelitian keperawatan.
c. Model Praktik Keperawatan Profesional I
Model ini menggunakan 3 Komponen utama yaitu ketenagaan, metode
pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Metode yang
digunakan pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer
dan metode tim yang disebut tim primer.
d. Model Praktik Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MPKP I, mempunyai 3 komponen utama seperti
MPKP I tetapi baru tahap awal pengembangan yang akan menuju
professional I.

Kelompok XI 49
Profesi Ners STIKes WN Palu
BAB III
HASIL PENGKAJIAN DAN ANALISIS SERTA SINTESA
PERMASALAHAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Profil Rumah Sakit Anutapura Palu


Rumah Sakit Umum Anutapura Palu didirikan sejak zaman penjajahan
Belanda tahun 1922, tepatnya di Jalan Sultan Hasanuddin dengan status Balai
Pengobatan dan dibangun atas swadaya masyarakat dan masih ditangani oleh
beberapa tenaga paramedis perawatan. Setelah di Proklamirkan kemerdekaan
RI tanggal 17 Agustus 1945 diambil alih oleh PEMDA tingkat II Donggala
dan ditangani langsung oleh dokter dan tenaga perawat, karena adanya
pengembangan wilayah daerah yang dijadikan sentral pertokoan, maka Rumah
Sakit ini dipindahkan ke lokasi sekarang, tepatnya di jalan Kangkung no.1
Kota Palu. RSU Anutapura Palu dibangun pada tanggal 22 Pebruari 1980,
yang mana pembangunannya rampung pada tanggal 31 Agustus 1980,
kemudian pada tanggal 4 April 1981 Rumah Sakit Umum ini diresmikan oleh
Menteri Kesehatan RI dengan kategori Rumah Sakit Tipe B
1. Visi
“Menjadi rumah sakit pendidikan dengan pelayanan berkualitas dan
terjangkau sikawasan Indonesia timur tahun 2021”
2. Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional, bermutu
dan terjangkau yang berpotensi pada ketepatan, keselamatan
sertakenyaman berdasarkan etika dan budaya.
2. Melaksanakan fungsi pendidikan dan penelitian multidisiplin serta
pengembangan SDM
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana melalui
perencanaan program yang baik
4. Meningkatkan kemndirian rumah sakit dan kesejahteraan pegawai
3. Motto
“SENYUM DAN RAMAH”

Kelompok XI 50
Profesi Ners STIKes WN Palu
B. Profil Ruangan Kutilang RSU Anutapura Palu
1. Visi
Menjadi unit pelayanan yang senantiasa mengembangkan diri agar
mampu memberikan pelayanan holistic, berkualitas, dan memiliki nilai
dalam pelayanan keperawatan.
2. Misi
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas
2. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang memerlukan
pelayanan keperawatan sesuai kebutuhan manusia (bio, psiko, sosial,
dan spiritual)
3. Memberikan kenyamanan dan kepuasan pelayanan kepada pasien dan
keluarga
4. Mencegah dan mengurangi terjadi penyakit/komplikasi pada pasien
3. Motto
Aegroti salus lex suprema ( keselamatan pasien adalah yang utama)

C. Kajian Situasi Ruang Anutapura


Pengkajian dilakukan pada tanggal 08 – 27 nov 2021, meliputi SWOT,
Sumber Daya Manusia (Man), Sarana dan Prasarana (Material), metode
pemberian asuhan keperawatan (Methode), keuangan (Money), mesin
(Machines), lingkungan (Environment) dan Planning Of Action (POA).
1. Man (Sumber Daya Manusia)
a. Struktur Organisasi
Ruangan Kutilang dipimpin oleh Kepala ruangan dan dibantu oleh
2 ketua tim dengan 12 perawat pelaksana. Adapun stuktur
organisasinya adalah sebagai berikut :

Kelompok XI 51
Profesi Ners STIKes WN Palu
KEPALA RUANGAN
Hj Masriani, S.Kep.Ns

KATIM A KATIM B
Misna, S.Kep Maryani,
S.Kep

PERAWAT PELAKSANA

1. Musrifa, Amd.Kep
2. Hismayanti, S.Kep.,Ns
3. Fatimah, Amd.Kep
4. Melati Marpaung, Amd.Kep
5. Yunita, Amd.Kep
6. Ni Made Wirastuti, Amd.Kep
7. Siska Kristiani, Amd.Kep
8. Fatma, Amd.Kep
9. Hasmira, Amd.Kep
10. Selvia, Amd.Kep
11. Hendra Ruther Lahasima, Amd.Kep
12. Angky Prajaya, Amd.Kep

Sumber: Struktur Organisasi Ruangan Kutilang

Kelompok XI 52
Profesi Ners STIKes WN Palu
1) Tugas Kepala Ruangan
1. Melakukan pengkajian keperawatan dasar/lanjutan
2. Memberikan konsultasi dan pengkajian keperawatan
dasar/lanjutan
3. Membuat prioritas diagnosa keperawatan
4. Merumuskan diagnose keperawatan kepada individu
5. Menyusun rencana tindakan keperawatan
6. Melakukan upaya promotif dan preventif pada individu dan
keluarga
7. Melakaukan intervensi keperawatan (acute/chronic care)dalam
rangka pemenuhan kebutuhan dasar manusia
8. Melakukan upaya rehabilitative pada individu dan keluarga
9. Melakukan perawatan paliatif
10. Melakukan evaluasi keperawatan
11. Melakukan dokumentasi proseskeperawatan
12. Melaksanakan pengelolaan pelayanan keperawatan sebagai
kepala ruangan
13. Melakukan tugas dinas pagi dan siang dirumah sakit
14. Menyusun rencana kegiatan individu perawat
15. Memimpin operand an ronde diruangan
16. Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas)
17. Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban
ruangan
18. Mengorientasikan pegaai baru, mahasiswa keperawatan dan
mahasiswa kedokteran di ruangan
19. Melaksanakan siaga on call sebagai kepala ruangan
20. Mengcek perincian biaya perawatan pasien
21. Merencanakan kebutuhan tenaga dan peralatan di ruangan
2) Tugas Ketua Tim
1. Melakukan upaya promotif dan upaya preventif pada individu
dan keluarga
Kelompok XI 53
Profesi Ners STIKes WN Palu
2. Tindakan keperawatan yang berkaitan dengan komunikasi
3. Tindakan keperawatan yang berkaitan dengan ibadah
4. Tindakan keperawatan yang berkaitan dengan rekreasi
5. Melakukan implementasi perawatan yang khusus
6. Melakukan peawatan paliatif
7. Melakukan komunikasi proses keperawatan pada tahap
diagnosis keperawatan
8. Melaksanakan tugas dinas pagi dan siang di rumah sakit
9. Melaksanakan pengelolaan pelayanan keperawatan sebagai
ketua tim
10. Menyusun rencana kegiatan individu perawat
11. Melaksanakan operan diruangan
12. Memimpin pre conference dan post conference di ruangan
13. Membantu kepala ruangan membut jadwal jaga perawat
14. Melaksanakan tugas limpah/pendelegasian
3) Tugas Perawat Pelaksana
1. Melakukukan pengkajian perawatan dasar kepada individu
2. Melakukan upaya promotif dan upaya preventifpada individu
dan keluarga
3. Melakukan intervensi keperawatan (acute & chronic care)
dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar manusia
4. Melakukan dokumentasi proses keperawatan pada tahap
pelaksanaan tindakan
5. Melaksanakan pengelolaan pelayanan keperawatan sebagai
perawat pelaksana
6. Menyusun rencana kegiatan indifidu perawat
7. Membantu mengatur dan mengendalikan kebersihan dan
ketertiban ruangan
8. Melakukan evaluasi ruangan
9. Melakukan implementasi keperawatan
10. Melakukan tugas dinas pagi, sore, malam dan siaga dalam
rumah sakit
Kelompok XI 54
Profesi Ners STIKes WN Palu
11. Melaksanakan operan ruangan
12. Melaksanakan pre conference dan post conference diruangan
13. Melaksanakan tugas limpah/pendelegasian
b. Distribusi Perawat
Tabel 3.1 Jumlah Tenaga Di ruangan kutilang
RSU Anutapura Palu 2021

Status Lama
No Nama Pendidikan Kepegawaian Jabatan bekerja
PNS Honorer (thn)
1 Masriani, S. Kep, Ns Ners  KARU 18 thn
2 Misna, S.Kep DIII √ KATIM A 18 thn
3 Maryani, S.Kep S1 √ KATIM B 20 thn
4 Musrifa, Amd. Kep DIII √ PP 13 thn
5 Hismayanti, S. Kep. Ns Ners √ PP 14 thn
6 Fatimah, Amd. Kep DIII √ PP 12 thn
7 Melati, Morpaung, Amd. √ PP 12 thn
DIII
Kep
8 Yunita, Amd. Kep DIII √ PP 15 thn
9 Ni Made Wirastuti. Amd. PP 15 thn
DIII
Kep √
10 PP 9 thn
Siska Kristiani, Amd. Kep DIII

11 Fatma Amd. Kep DIII √ PP 6 thn
12 Hasmira, Amd. Kep DIII √ PP 15 thn
13 Selvia, Amd. Kep DIII √ PP 7 thn
14 Hendra Ruther Lahasima, √ PP 8 thn
DIII
Amd. Kep
15 Angky Prajaya, Amd. Kep DIII √ PP 5 thn

 Pendidikan
Tabel 3.2 Jumlah Tenaga Di Ruangan kutilang
RSU Anutapura Palu 2021

Kelompok XI 55
Profesi Ners STIKes WN Palu
No Pelatihan Jumlah
1. Ners 2 Orang
2 DIII 11 orang
3 S1 Kep 2 orang

Dari tabel 2.2 di dapatkan tenaga perawat dengan pendidikan Ners 2


Orang yaitu karu dan PP, DIII 11 orang dan S1 Kep 2 orang.

 Pelatihan
Tabel 3.3 Pelatihan Yang di ikuti Perawat Di Ruangan kutilang
RSU Anutapura Palu 2021
No Pelatihan Jumlah
1. MPKP 5 orang
2 BTCLS 5 orang
3 BHD 14 orang
4 Pasien safety 1 orang

Dari tabel 2.3 di dapatkan ada 5 orang sudah mengikuti pelatihan


MPKP, 5 orang mengikuti pelatihan BTCLS, 14 orang mengikuti
pelatihan BHD, dan 1 orang mengikuti pelatihan pasien safety.

Tabel 3.4 Komposisi Ketenagaan Keperawatan Di Ruangan kutilang


RSU Anutapura Palu 2021

Klasifikasi Jumlah Kebutuhan Tenaga Perawat


Klien Klien Pagi Sore Malam

Minimal care 2 orang 2 x 0,17 = 2,14 0 x 0,14 = 0 0 x 0,14 = 0

Kelompok XI 56
Profesi Ners STIKes WN Palu
Partial care 2 orang 2 x 0,27 = 0,54 1 x 0,15 = 0,15 1 x 0,15 = 0,15

Total care 6 orang 6 x 0,36 = 2,16 6 x 0,30 = 1,8 6 x 0,30 = 1,8


Jumlah 10 orang 3,04=3 1,95=2 1,95=2

Total tenaga perawat :


 Pagi : 4 PP + 2 (katim) + 1 orang (karu) = 7 orang
 Sore : 2 orang
 Malam : 2 orang
Jumlah 11 orang
 Jumlah tenaga lepas perhari
Jumlah hari tak kerja pertahun :
Hari minggu pertahun = 52 hari + cuti tahunan 12 hari
Hari besar setahun 16 hari tambah sakit / izin 12 hari
Jadi jumlah keseluruhan 52 + 12 + 16 + 12 = 92 hari
Jumlah tenaga yang di butuhkan di ruangan Kutilang per 24 jam = 11
orang
Jumlah hari kerja efektif perorang per tahun = 365 hari – 92 hari = 273
hari
Jumlah perawat yang bebas tugas per hari

Jumlah hari tak kerja pertahun x jumlah tenaga yang diperlukan/24 jam

Jumlah hari kerja efektif perorang/pertahun


92 x 11
273
=3.70 (4 orang)

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan perhari yang bertugas di


Ruangan kutilang berjumlah. 11 orang + lepas libur 4 orang = 15 orang.
Berdasarkan rumus Douglass dan Permenkes 56 tahun 2014 yaitu
1:1 tenaga perawat di ruangan Kutilang sudah mencukupi kebutuhan.

1) Analisis Unit Layanan Keperawatan

Kelompok XI 57
Profesi Ners STIKes WN Palu
a. Flow Of Care
Diruang perawatan Kutilang juga telah dilakukan timbang terima,
yaitu meliputi catatan perkembangan pasien dan program terapi
pasien.
b. Manajemen Unit
Ruang perawatan staf selalu melakukan Pre dan Post Conference
serta timbang terima pasien pada saat pergantian shift dinas.

1. Sarana dan Prasarana


Penyediaan bahan, alat dan obat-obatan di ruangan Kutilang sudah
menggunakan pedoman buku standar fasilitas dan peralatan keperawatan
dan perencanaan pengadaan alat dan bahan berdasarkan usulan dari
ruangan. Fasilitas yang tersedia diruangan Kutilang seperti pada tabel di
bawah ini:
Tabel 3.5 Fasilitas Alat Tenun Di Ruangan kutilang
RSU anutapura Palu 2021

Inventaris Ket
No Nama barang

1. Bantal 20 Ada
2. Seprei klien 23 Ada
3 Selimut biasa 23 Ada
4 Sarung bantal 20 Ada
5 Lap tangan Tersedia Ada
Sumber: buku Inventeris di ruangan kutilang

Dari tabel 3.5 di dapatkan bahwa tidak ada kekurangan dalam


fasilitas alat tenun di Ruangan kutilang seperti bantal, selimut biasa, lap
tangan, dan sarung bantal.

Tabel 3.6 Fasilitas Alat Medik / Keperawatan Di Ruangan Kutilang


RSU anutapura Palu 2021

No Nama barang Inventaris Keterangan


1 Tensi meter 2 Ada
2 Stetoskop 2 Ada
3 Timbangan BB 1 Ada
4 Thermometer 1 Ada
Kelompok XI 58
Profesi Ners STIKes WN Palu
5 Gunting verban, 2 Ada
8 Bak instrument 3 Ada
9 Bengkok 3 Ada
11 Pinset anatomis 2 Ada
12 Pinset sirurgis 1 Ada
14 Spatel 1 Ada
15 Korentang 2 Ada
18 Baki besar - Tidak Ada
21 Section 1 Ada
22 Nebuliser 1 Ada
23 Tromol 1 Ada
24 Regulator O2 4 Ada
26 Rostur 2 Ada
30 Resusitator - Tidak Ada
31 Ambubag 3 Ada
32 Tabung O2 7 Ada
Sumber: buku Inventeris di ruangan kutilang
Dari tabel 3.6 di dapatkan fasilitas alat medis masih belum
lengkap di ruangan Kutilang seperti baki besar, dan resuscitator.

Tabel 3.7 Fasilitas Ruangan Kutilang


RSU anutapura Palu 2021

No Fasilitas Inventaris Keterangan


1 Kasur tidur klien 20 Ada
2 Loker perawat 1 Ada
3 Lemari klien 20 Ada
4 Lemari es 1 Ada
5 Meja nurse station 1 Ada
6. Dispenser - Ada
7. Lemari 2 Ada
8. Lampu penerang ruangan px 15 Ada
11 Lampu kamar mandi 5 Ada
12 Wastafel 4 Ada
13 Kamar mandi 6 Ada
14 Closet duduk 6 Ada
15 Jam dinding Klien 1 Ada
16 Kalender - Tidak Ada
17 Vas bunga - Tidak Ada
18 Kursi klien 23 Ada
20 Keset - Tidak Ada
21 Nurse call 2 Ada
22 Komputer 1 Ada

Kelompok XI 59
Profesi Ners STIKes WN Palu
23 Kursi perawat 11 Ada
24 Kipas angin perawat 1 Ada
26 Kipas angin klien 10 Ada
27 Tempat laken kotor 1 Ada
28 Tempat sampah medis 2 Ada
29 Tempat sampah non medis 4 Ada
30 Gayung 6 Ada
31 AC 4 Ada
32 APAR 1 Ada
33 Jam dinding perawat 1 Ada
34 Papan metode penugasan 2 Ada
35 Skala ketergantungan klien - Tidak Ada
36 Kunci inggris 1 Ada
Sumber: buku Inventeris di ruangan kutilang

Tabel 3.7 di dapatkan fasilitas alat rawat yang masih kurang di


ruangan kutilang seperti tempat duduk klien, keset tidak ada, skala
ketergantungan klien yang tidak ada.
a. Fasilitas Petugas Kesehatan
1) Nurse stasion berada diantara Ruangan perawatan kelas I dan
kelas III
2) Ruangan perawat terletak dibelakang nurse stasion
3) Lemari obat terletak dibelakang nurse stasion
4) Ruangan kepala ruangan terletak didepan ruangan rawat kelas 3
laki-laki
5) Kamar mandi perawat terletak dibelakang nurse stasion
b. Buku – buku protap dan acuan
1) Buku injeksi Ada
2) Buku laporan KARU Ada
3) Buku KATIM Ada
4) Buku inventaris alat Ada
5) Buku inventaris obat emergency Ada
6) Buku observasi TTV Ada
7) Buku laporan harian perawat Ada
8) Buku saku perawat Tidak ada
Kelompok XI 60
Profesi Ners STIKes WN Palu
9) Buku visite dokter Ada
10) Buku tamu Tidak ada
11) Buku rapat ruangan Ada
12) Buku registrasi Ada
13) Dokumen surat masuk Ada
14) Buku indicator mutu Ada
15) Buku laboratorium Ada
16) Lembar konsul Ada
17) Buku pemindahan klien Ada
18) Blangko ASKEP Ada
19) Buku panduan MPKP Ada
20) Buku anfra barang. Ada

2. Tarif Ruangan (Money)


Tabel 3.8 Tarif Ruangan kutilang Berdasarkan Peraturan Gubernur
Sulawesi Tengah No. 21 tahun 2021 RSU Anutapura Palu

No KELAS TARIF
Rp 450.000
1. I
Rp 120.000
2. III
Sumber: data sekunder ruang kutilang

3. Pemasaran
1. Berdasarkan diagnose
Klien yang dirawat di ruang Kutilang selama periode 1 bulan terakhir
(Oktober) adalah sebagai berikut :

Kelompok XI 61
Profesi Ners STIKes WN Palu
Tabel 3.9 Diagnosa Medis diRuangan kutilang RSU Anutapura Palu
Periode Oktober 2021

No Jenis Penyakit Jumlah


1 Eritrodema 1
2 Multipel Sklerosis 1
3 Epidural Hematoma 1
4 Ischalgia 1
5 Space Occupying Lesion 2
6 Vertigo Perifer 3
7 Nhs 3
8 Infark Cerebri 3
9 Contusio Cerebri 3
10 Lbp 4
Sumber: Buku register ruang kutilang

Dari tabel 3.9 diatas kasus-kasus penyakit pasien yang dirawat

diruangan kutilang adalah

4. Kajian Indikator Mutu Ruangan kutilang Bulan Oktober 2021


Diketahui :
Jumlah hari perawatan di rumah sakit : 164
Jumlah tempat tidur : 20
Jumlah hari dalam satu periode : 30
Jumlah pasien keluar (hidup dan mati) : 41
Jumlah pasien di rawat : 41
a. Menurut Depkes RI (2014), BOR adalah presentase pemakaian tempat
tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran
tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai
parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2014)
jumlah hari rawat di rumahsakit
BOR ¿ %
jumlah tempat tidur x jumlah hasil dalam 1 periode

Kelompok XI 62
Profesi Ners STIKes WN Palu
164
= 20 x 30 x100%

16.400
=
600
= 28%
b. LOS menurut Depkes RI (2014) adalah rata-rata lama rawat
seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat
dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara
umum nilai LOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes RI, 2014).
jumlah lama di rawat
ALOS =
jumlah pasien keluar( hidup dan mati)
164
=
41
=4 hari
c. TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana
tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi
berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi
pada kisaran 1-3 hari..
( jumlah tempat tidur x periode )−hari perawatan
TOI ¿
jumlah pasien keluar(hidup dan mati)
( 20 x 30 )−164
=
41
600−164
=
41
436
= ¿ 10,6 hari
41
d. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian
tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai
Kelompok XI 63
Profesi Ners STIKes WN Palu
dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu
tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
jumlah pasien dirawat
BTO=
jumlah tempat tidur
41
=
20
= 2.05 kali

2. Pengkajian berdasarkan fungsi manajemen


1) Kepala Ruangan
Masalah yang didapatkan dari fungsi ketenagaan yaitu :
Berdasarkan hasil kuesioner kepala ruangan di dapatkan jumlah
ketenagaan sudah mencukupi baik sesuai dengan perhitungan
douglass dan permenkes nomor 56 tahun 2014 (1:1).

2) Ketua Tim
Masalah yang ada pada katim didapatkan berdasarkan hasil kuesioner
dan observasi :
 Sudah dilakukan operan keperawatan namun belum maksimal
 Belum berjalannya pembagian TIM yang tetap untuk perawat
pelaksana sehingga metode TIM belum berjalan sebagaimana
mestinya
3) Perawat Pelaksana
Masalah yang ada pada perawat pelaksana didapatkan berdasarkan
hasil kuesioner dan observasi adalah sebagai berikut :
 50 % perawat pelaksana mengatakan belum pernah mengikuti
pelatihan BTCLS dan MPKP
4) Kepuasan Pasien dan keluarga
Masalah yang ada pada pasien dan keluarga didapatkan berdasarkan
hasil kuesioner :
 70% klien dan keluarga menyatakan bahwa perawat jarang
memperkenalkan diri sebelum memberikan pelayanan perawatan

Kelompok XI 64
Profesi Ners STIKes WN Palu
B. Prioritas Masalah Dan Alternatif Pemecahan Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah, menggunakan rumus CARL.
Rumusnya adalah :
CxAxRxL

C : Ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan prasarana)


A : Kemudahan masalah yang ada (mudah di atasi atau tidak)
R : Kesiapan dari tenaga pelaksana
L : Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang
lain
Setiap aspek akan diberi nilai 1 sampai 5 dengan ketentuan :
Sangat Penting :5
Penting :4
Cukup Penting :3
Kurang Penting :2
Sangat Kurang Penting : 1
Nilai dari setiap masalah kemudian dikalikan dengan masing-masing
nilai setiap masalah yang memiliki total nilai terbesar merupakan prioritas
masalah yang terpilih.

Kelompok XI 65
Profesi Ners STIKes WN Palu
Hasil Pembobotan Untuk Prioritas Masalah Tampak Pada Table 3.10 berikut :

No MASALAH C A R L TOTAL
Belum berjalannya pembagian TIM yang tetap untuk perawat
1 pelaksana sehingga metode TIM belum berjalan sebagaimana mestinya 4 4 5 4 320

Perlunya pembaharuan/pemasangan papan nama sturuktur organisasi


2 5 4 3 4 240
ruangan dan nomor pada bed / tempat tidur pasien
3 70% klien dan keluarga menyatakan bahwa perawat jarang
4 3 3 4 144
memperkenalkan diri sebelum memberikan pelayanan perawatan
4 Belum mendapat kesempatan dalam pelatihan secara menyeluruh
2 4 3 4 96
dalam pelatihan BTCLS dan MPKP

Kelompok XI 1
Profesi Ners STIKes WN Palu
Berdasarkan skoring yang telah dilakukan dengan menggunakan rumus
CARL terhadap alternatif penyelesaian masalah atau rencana strategi diatas
maka didapatkan rencana strategi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang ditemukan di Ruang Kutilang, antara lain:
1. Belum maksimalnya pembagian TIM yang tetap untuk perawat pelaksana
sehingga metode TIM belum berjalan sebagaimana mestinya
2. Perlunya pembaharuan/pemasangan papan nama sturuktur organisasi
ruangan dan nomor pada bed / tempat tidur pasien
3. 70% klien dan keluarga menyatakan bahwa perawat jarang
memperkenalkan diri sebelum memberikan pelayanan perawatan
4. Belum mendapat kesempatan dalam pelatihan secara menyeluruh dalam
pelatihan BTCLS dan MPKP

Kelompok XI 1
Profesi Ners STIKes WN Palu
C. Fish Bone
1. Belum maksimal berjalannya metode TIM yang tetap untuk perawat pelaksana sehingga metode TIM belum berjalan
sebagaimana mestinya
MAN MATERIAL
Pelaksanaan
Ada perawat tindakan keperawatan
Ada perawat yang
tidak nyaman yang lupa tidak sesuasi SOP
menggunakan handscooen
Pada handscoon menggunakan
terdapat serbuk putih
yang berlebihan
Belum maksimal berjalannya
metode TIM yang tetap untuk
perawat pelaksana

Perawat tidak
Pada saat Saat
saling mengingatkan
pemasangan infuse pengambilan darah
pentingnya
tidak menggunakan tidak menggunakan

Kelompok XI 1
Profesi Ners STIKes WN Palu
METHOD ENVIRON
1. Kurangnya sumber daya manusia (SDM) di ruang Rajawali
Masih menggunaka

MAN MATERI

Jumlah perawat tidak Belum adanya

sesuai berdasarkan dengan pembuatan informasi

hitungan Gillies yaitu 20 lowongan pekerjaan di


Kurangnya sumber daya
tetapi tenaga di ruangan
manusia (SDM) di Ruang

v Rajawali

Belum dibukanya Belum adanya

lowongan pekerjaan pembuatan website

terkait penambahan mengenai lowongan

METHOD MACHIN

Kelompok XI 2
Profesi Ners STIKes WN Palu
K. Fish Bone
1. Ketidakpatuhan perawat dalam penggunaan alat pelindung diri (APD) dalam melakukan tindakan keperawatan

MAN MATERIA

Ada perawat yang Pelaksanaan


Ada perawat
tidak nyaman tindakan keperawatan
yang lupa
menggunakan handscooen tidak sesuasi SOP Ketidakpatuhan perawat
menggunakan
dalam penggunaan APD

dalam melakukan tindakan

keperawatan
v

Perawat tidak
Pada saat Saat
saling mengingatkan
pemasangan infuse pengambilan darah
pentingnya
tidak menggunakan tidak menggunakan

Kelompok XI 3
Profesi Ners STIKes WN Palu
METHOD ENVIRON
2. Kurangnya sumber daya manusia (SDM) di ruang Rajawali
Masih menggunaka

MAN MATERI

Jumlah perawat tidak Belum adanya

sesuai berdasarkan dengan pembuatan informasi

hitungan Gillies yaitu 20 lowongan pekerjaan di


Kurangnya sumber daya
tetapi tenaga di ruangan
manusia (SDM) di Ruang

v Rajawali

Belum dibukanya Belum adanya

lowongan pekerjaan pembuatan website

terkait penambahan mengenai lowongan

METHOD MACHIN

Kelompok XI 4
Profesi Ners STIKes WN Palu
Analisis SWOT di Ruangan Kutilang
1. Faktor - Faktor Internal
b. Kekuatan / Strength
1) Memiliki visi, misi rumah sakit
2) Merupakan ruang perawatan saraf. Dengan kapasitas tempat tidur
sebanyak 20 tempat tidur dan BOR 1 bulan terakhir yaitu Bulan
Oktober 28%
3) Terdapat alat kesehatan seperti alat pemeriksaan fisik, trolly
emergency, trolly tindakan, cairan dan obat-obatan sebagai
persedian pada tempatnya
4) Nurse Station yang berada di tengah ruangan memudahkan
kontroling perawat ke klien
5) Memiliki jadwal dinas yang sudah tersusun secara baik.
6) Ruangan memiliki pedoman kerja yang sesuai standar SOP
7) Ruangan dilengkapi dengan komputer untuk membantu system
informasi manajemen didalam ruangan.
8) Setelah dilakukan observasi selama 2 hari ditemukan data bahwa
alat-alat habis pakai seperti kassa, kapas alkohol, cairan, dan
lainnya sudah mencukupi kebutuhan ruangan
c. Kelemahan / Weakness
1) Perawat di Ruang Kutilang masih berlatar belakang pendidikan,
berpendidikan S1 sebanyak 2 orang (13,3 %), berpendidikan DIII
sebanyak 11 orang (73,3%), berpendidikan Ners sebanyak 2 orang
(13,3%).
2) Belum optimalnya penjelasan dari pelaksanaan pemberian terapi
seperti indikasi, kontraidikasi, efek samping obat
3) Saat menerima klien baru, perawat kurang mengenalkan kondisi
dan fasilitas kamar seperti kamar mandi WC dan pembuangan
sampah, jam besuk, aturan jumlah pembesuk dan memberi
informasi tentang perawatan yang akan di terima klien

Kelompok XI 1
Profesi Ners STIKes WN Palu
2. Faktor – Faktor Eksternal
a. Peluang / Opportunity
1) Rumah sakit memberikan kebijakan untuk mengikuti pelatihan
bagi perawat diruangan
2) Adanya kesempatan untuk penggantian alat-alat yang tidak layak
pakai
3) Sebagai tempat lahan praktek manajemen keperawatan program
profesi ners
4) Adanya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang
lebih tinggi
b. Ancaman / Threat
1) Adanyan tuntutan tinggi dari masyarakat untuk pelayanan yang
lebih professional serta melengkapi sarana dan prasanana.
2) Kebebasan pers mengakibatkan mudahnya penyebaran informasi
didalam ruangan kemasyarakat

Kelompok XI 2
Profesi Ners STIKes WN Palu
Perhitungan SWOT
N Bobo Ratin
Faktor Total
o t g
1 Kekuatan /Strenght
1. Memiliki visi, misi rumah sakit 0.06 4 0.24
2. Merupakan ruang perawatan dalam. Dengan 0.06 4 0.24
kapasitas tempat tidur sebanyak 16 tempat tidur
dan BOR 1 bulan terakhir yaitu Bulan Juni
69,17 %. 0.06 4 0.24
3. Terdapat alat kesehatan seperti alat pemeriksaan
fisik, trolly emergency, trolly tindakan, cairan
dan obat-obatan sebagai persedian pada 0.06 4 0.24
tempatnya
4. Nurse Station yang berada di tengah ruangan 0.06 4 0.24
memudahkan kontroling perawat ke klien
5. Memiliki jadwal dinas yang sudah tersusun 0.07 4 0.28
secara baik.
6. Ruangan memiliki pedoman kerja yang sesuai 0.07 4 0.28
standar SOP
7. Ruangan dilengkapi dengan komputer untuk
membantu system informasi manajemen 0.07 4 0.28
didalam ruangan.
8. Setelah dilakukan observasi selama 2 hari
ditemukan data bahwa alat-alat habis pakai
seperti kassa, kapas alkohol, cairan, dan lainnya
sudah mencukupi kebutuhan ruangan
Jumlah 0,51 32 2.04
2 Kelemahan/ Weakness
1. Perawat di Ruang Kutilang masih berlatar 0.17 3 0.51
belakang pendidikan, berpendidikan S1
sebanyak 3 orang (15,8 %), berpendidikan DIII

Kelompok XI 3
Profesi Ners STIKes WN Palu
sebanyak 10 orang (52,6%), berpendidikan D-
IV sebanyak 5 orang (26,3 %) dan Ners
sabanyak 1 orang (5,3%). 0.16 4 0.64
2. Belum optimalnya penjelasan dari pelaksanaan
pemberian terapi seperti indikasi, kontraidikasi,
efek samping obat 0.16 4 0.64
3. Saat menerima klien baru, perawat kurang
mengenalkan kondisi dan fasilitas kamar seperti
kamar mandi WC dan pembuangan sampah, jam
besuk, aturan jumlah pembesuk dan memberi
informasi tentang perawatan yang akan di terima
klien

Total 1 43 3.84

No Faktor Bobot Rating Skor


1 Peluang/ Opportunity
1. Rumah sakit memberikan kebijakan untuk 0.14 4 0.56
mengikuti pelatihan bagi perawat diruangan
2. Adanya kesempatan untuk penggantian alat-alat 0.14 4 0.56
yang tidak layak pakai
3. Sebagai tempat lahan praktek manajemen 0.14 4 0.56
keperawatan program profesi ners
4. Adanya kesempatan untuk melanjutkan 0.14 4 0.56
pendidikan kejenjang yang lebih tinggi
Jumlah 0.56 16 2.24
2 Ancaman/ Threat 0.14 0.56
1. Beban kerja perawat semakin meningkat 4
dikarenakan jumlah pegawai/perawat kurang. 0.14 0.42
2. Adanyan tuntutan tinggi dari masyarakat untuk 3
pelayanan yang lebih professional serta

Kelompok XI 4
Profesi Ners STIKes WN Palu
melengkapi sarana dan prasanana
3. Kebebasan pers mengakibatkan mudahnya
0.16 3 0.48
penyebaran informasi didalam ruangan
kemasyarakat
Total 1 26 3.7
Keterangan:
Pemberian penilaian pada kolom rating, untuk aspek :
1. Strength dan Opportunity
4: sangat baik,
3: baik,
2: cukup baik
1: kurang/tidak baik
2. Weakness dan Treathened
1: sangat baik,
2: baik,
3: cukup baik
4: kurang/tidak baik

Kelompok XI 5
Profesi Ners STIKes WN Palu
Kelompok XI 1
Profesi Ners STIKes WN Palu
D. Planning Of Action
W
Indikato
a
Masa Met Sasar r Penanggung
No Tujuan Strategi Kegiatan k
lah ode an Keberha Jawab
t
silan
u
1 Belu Penera Melakuka Perencanaan : Mel Kepala 2 1. Diskusi Kelompok XI
m pan n diskusi 1. Melakukan diskusi aku ruanga 5 berjalan tepat
berjal MPKP dengan dengan kepala ruangan kan n dan waktu
annya dan kepala dan perawat terkait Dis staff N 2. Diskusi
pemb pelaksa ruangan penerapan metode TIM kusi o dihadiri oleh
agian naan dan 2. Mencari literature teori v kepala
TIM pelayan perawat atau jurnal terkait ruangan
yang an terkait dengan Metode TIM 2
tetap kepera penerapan 0
Pelaksanaan :
untuk watan metode 2
1. Kontrak waktu dengan
peraw di TIM agar 1
kepala ruangan dan
at ruanga lebih
perawat ruangan untuk
pelaks n optimal
mengadakan diskusi
ana kutilan untuk
2. Melakukan diskusi
sehin g lebih memberik
tentang metode TIM
gga optimal an
dalam pemberian
metod pelayanan
asuhan keperawatan
e TIM keperawat
belum an di
berjal ruangan
an
sebag
aiman

Kelompok XI 1
Profesi Ners STIKes WN Palu
a
mesti
nya

2 Perlu Masing Berkoordi Perencanaan : Me Kepala 1 1. Koordinasi Kelo


nya - nasi 1. Berkoordinasi ke mbe Ruang 5 berjalan mpok
pemb masing dengan kepala ruangan terkait rika an dan dengan baik XI
aharu perawat kepala perumusan struktur n staff N 2. Terdapat
an/ menget ruangan organisasi perl o bagan
pemas ahui terkait 2. Buat bagan struktur aku v struktur yang
angan struktur perumusa yang sudah an baru
papan dan n struktur dirumuskan 2 diruangan
nama tugas organisasi 0 kutilang
sturuk masing dan Pelaksanaan : 2
tur - melakuka 1. Kontak waktu dengan 1
organi masing n kepala ruangan untuk
sasi diruang pencetaka berkoordinasi terkait
ruang Kutilan n struktur struktur organisasi
an g ruangan
dan 2. Membuat bagan
nomo struktur yang sudah
r pada dirumuskan
bed / 3. Mencetak struktur
tempa
t tidur
pasien
.

3 70% Agar Berkoordinasi Perencanaan : Perawat di 2 1. Koordinasi Kelo


klien pelayan dengan kepala 1. Bersama perawat ruangan 2 berjalan mpok
Kelompok XI 2
Profesi Ners STIKes WN Palu
dan an ruangan dan ketua lakukan demonstrasi Kutilang dengan baik XI
keluar kepera tim agar setiap komunikasi terapeutik N 2. Perawat
ga watan melakukan o diruangan
meny diruang tindakan 2. Role play v kutilang bisa
ataka an keperawatan memperagakan menerapkan
n Kutilan selalu mengacu komunikasi yang efektif 2 komunikasi
bahw g lebih pada SOP dalam memberikan 0 terapeutik
a baik penjelasan pada saat 2 setiap
peraw lagi pemberian terapi dan 1 melakukan
at serta tindakan medis tindakan dan
jarang tercipta selalu
memp hubung Pelaksanaan : mengacu
erken an yang 1. Kontrak waktu dengan dengan SOP
alkan lebih ketua tim dan perawat
diri baik pelaksana
sebelu antara 2. Perawat melakukan
m perawat Role Play komunikasi
memb dan terapeutik sebelum
erikan klien memberikan tindakan
pelay keperawatan
anan
peraw
atan

4Belum Dihara Melakukan Perencanaan : Melakukan Perawat di 2 1.Diskusi Kelo


mendapat pkan pertemuan dan 1. Mengkoordinasikan Diskusi ruangan 5 berjalan mpok
kesempatan para berdiskusi dengan karu untuk Kutilang dengan XI
dalam perawat dengan Kepala mengusulkan kebagian N baik

Kelompok XI 3
Profesi Ners STIKes WN Palu
pelatihan mampu Ruangan untuk SDM guna o 2.
secara menang mengusulkan mendapatkan pelatihan v Diskusi
menyeluruh ani kebagian SDM BTCLS dan MPKP. dihadiri
dalam kasus guna 2 oleh
pelatihan kegawa mendapatkan Pelaksanaan : 0 kepala
BTCLS dan tdarurat Pelatihan BTCLS 1. Kontak waktu dengan 2 ruanga
MPKP an dan MPKP kepala ruangan untuk 1 n
kardiov mengadakan diskusi
askuler 2. Melakukan diskusi
serta tentang pelatihan
kasus BTCLS dan MPKP
trauma
khusus
nya
pada
kasus-
kasus
kecelak
aan lalu
lintas.

Kelompok XI 4
Profesi Ners STIKes WN Palu
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN DAN EVALUASI

A. Tahap Implementasi
Tahap implementasi merupakan kegiatan penyelesaian masalah yang
dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan pada saat diskusi di seminar awal.
Implementasi dilakukan berdasarkan presentasi hasil identifikasi masalah dan
konfirmasi langsung kepada kepala ruangan serta disetujui oleh Pembimbing
institusi dan pembimbing lahan.
1. Rangkuman masalah
Adapun masalah yang telah disepakati untuk ditindak lanjuti adalah :
 90% perawat jarang memperkenalkan diri sebelum memberikan
pelayanan perawatan.
 60% keluarga menyatakan kurang diberikan informasi saat pertama
kali masuk di rumah sakit mengenai ruang perawatan
 kekurangan tenaga perawat dan fasilitas seharusnya jumlah perawat di
ruangan Flamboyan 20 orang tapi saat ini jumlah perawat di ruangan
Flamboyan sebanyak 19 orang.
 Belum mendapat kesempatan dalam pelatihan secara menyeluruh
dalam pelatihan BTCLS dan MPKP
 Operan keperawatan sudah dilakukan namun belum maksimal

2. Implementasi Keperawatan
a). 90% perawat jarang memperkenalkan diri sebelum memberikan
pelayanan perawatan.
Program 1 : Memperkenalkan diri sebelum melakukan
tindakan keperawatan dalam setiap Role Play .
Tujuan : Agar tercipta hubungan yang lebih baik antara
perawat dan klien.
Implementasi : Role Play memperagakan komunikasi yang efektif
dalam memberikan penjelasan pada saat pemberian
terapi dan tindakan medis.
Hasil : Telah dilakukan Role play dengan
memperkenalkan diri sebelum melakukan tindakan
keperawatan.
Tempat : di Ruang Flamboyan.
Waktu : Tanggal 19 Juli 2018
Penaggung jawab : Zainal Abdi S.Kep
b). 60% keluarga menyatakan kurang diberikan informasi saat pertama kali
masuk di rumah sakit mengenai ruang perawatan
Program 2 : Mengadakan stasion serah terima pasien baru
Tujuan : Agar klien dan keluarga mengerti situasi dan kondisi
tentang ruang perawatan yang ditempatinya

Implementasi : Melakukan serah terima pasien baru di area serah


terima pasien
Hasil : Telah dillakukan serah terima pasien baru di area
serah terima pasien
Tempat : di Ruang Flamboyan.
Waktu : Tanggal 23 Juli 2018
Penaggung jawab : Henriwati S.kep

c). kekurangan tenaga perawat dan fasilitas seharusnya jumlah perawat di


ruangan Flamboyan 20 orang tapi saat ini jumlah perawat di ruangan
Flamboyan sebanyak 19 orang.
Rencana 3 : kekurangan tenaga perawat dan fasilitas seharusnya
umlah perawat di ruangan Flamboyan 20 orang tapi saat ini jumlah
perawat di ruangan Flamboyan sebanyak 19 orang.
Tujuan : Agar kebutuhan ketenagaan dapat terpenuhi.

Implementasi : Menghitung jumlah tenaga perawat sesuai


kebutuhan perawata berdasarkan kemenkes .

Tempat : di Ruang Flamboyan.


Waktu : Tanggal 23 juli 2018
d). Belum mendapat kesempatan dalam pelatihan secara menyeluruh dalam
pelatihan BTCLS dan MPKP
Program :

Tujuan : Diharapkan para perawat mampu menangani kasus


kegawatdaruratan kardiovaskuler serta kasus trauma
khususnya pada kasus-kasus kecelakaan lalu lintas.
Implementasi : Mengkordinasikan dengan kepala ruangan untuk
mengusulkan kebagian SDM guna mendapatkan
pelatihan BTCLS dan MPKP
Tempat : di Ruang Flamboyan.
Waktu : Tanggal 24 Juli 2018
Penanggung Jawab : Hadija S.Kep

e). Operan keperawatan sudah dilakukan namun belum maksimal


Program 1 : melakukan Role Play tentang operan
keperawatan
Tujuan : Operan keperawatan diruangan maksimal
Implementasi : melakukan Role Play operan keperawatan dirungan
Hasil : Telah dilakukan Role Play operan keperawatan
dirungan
Tempat : Di Ruang Flamboyan.
Waktu : Tanggal 24 Juli 2018
Penanggung jawab : Nur Fajrah H.Y.Laisuna S.Kep
DAFTAR PUSTAKA

Budiastuti.2008. Peran dan Fungsi Perawat. http://www.fadlie.web.id/bangfad/html.


Diakses tanggal 4 april 2019
DEPKKES RI (Departemen Kesehatan Republik Indonesia).2007. Profil Kesehatan
Indonesia. DEPKKES RI
Hadiatma, M. (2011).Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Mencuci Tangan
Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Mencuci
Tangan.Skripsi.Kartasura: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Handayani, Lenny. 2000. “Cuci Tangan, Cara Efektif Cegah Penyakit” Dari :
http//www.apotik-tempo.com/berita.aspx?nid=100176 - 60k
Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik. Keperawatan
Profesional. Edisi 3.Jakarta :Salemba Medika
Nursalam. 2013. Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika
Pohan. 2007. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan:Dasar-Dasar Pengertian dan
Penerapan. Jakarta : Salemba Medika
Ratna Sitorus,2011. Manajemen Keperwatan : Manajemen Keperawatan di Ruang
Rawat. Jakarta : Sagung Seto
Suyono Trisno.2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya:Arkola
Tjiptono ,Fandi. 2012. Pemasaran Strategik. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai