Anda di halaman 1dari 22

A.

KONSEP TEORITIS
1. DEFINISI
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada
bagian mukosa dari saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan muntah
(How, C., 2010). Menurut Dennis, dkk (2016) diare adalah buang air besar
dengan frekuensi yang meningkat dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari
dengan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair (kandungan air pada
feses lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam).
Gastroenteritis akut adalah diare dengan onset mendadak dengan frekuensi
lebih dari 3 kali dalam sehari disertai dengan muntah dan berlangsung kurang
dari 14 hari (Sudoyo, 2009).
Gastroenteritis akut juga didefinisikan sebagai suatu kumpulan dari gejala
infeksi saluran pencernaan yang dapat disebabkan oleh beberapa organisme
seperti bakteri, virus, dan parasit. Beberapa organisme tersebut biasanya
menginfeksi saluran pencernaan manusia melalui makanan dan minuman yang
telah tercemar oleh organisme tersebut (food borne disease) (Mendri, 2017).
Berdasarkan hal tersebut dapat disumpulkan Gastroenteritis akut (GEA)
adalah inflamasi mukosa dari saluran gastrointestinal akibat infeksi organisme
seperti bakteri, virus, dan parasit ditandai dengan feses yang lebih lembek atau
cair dan muntah dengan onset mendadak yang frekunsinya lebih dari 3 kali
sehari dan berlansung kurang dari 14 hari.

2. ANATOMI FISIOLOGI
Menurut Syaifuddin, ( 2003 ), susunan pencernaan terdiri dari :
1) Mulut, Terdiri dari 2 bagian :

a) Bagian luar yang sempit / vestibula yaitu ruang diantara gusi,gigi, bibir,
dan pipi.
Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam di tutupi
oleh selaput lendir (mukosa). Otot orbikularis oris menutupi bibir.
Levator anguli oris mengakat dan depresor anguli oris menekan ujung
mulut.

Aldina, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


b) Pipi
Di lapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papila,otot yang
terdapat pada pipi adalah otot buksinator.

2) Bagian rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga mulut yang di batasi
sisinya oleh tulang maksilaris palatum dan mandibularis di sebelah
belakang bersambung dengan faring.
a) Palatum
Terdiri atas 2 bagian yaitu palatum durum (palatum keras) yang
tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah tulang maksilaris dan
lebih kebelakang yang terdiri dari 2 palatum.Palatum mole (palatum
lunak) terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang
dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.

b) Lidah
Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot
lidah ini dapat digerakkan ke segala arah. Lidah dibagi atas 3 bagian
yaitu : Radiks Lingua =pangkal lidah, Dorsum Lingua = punggung
lidah dan Apek Lingua +11ujung lidah. Pada pangkal lidah yang
kebelakang terdapat epligotis. Punggung lidah (dorsum lingua) terdapat
putting puting pengecapatau ujung saraf pengecap. Fenukun Lingua
merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian bawah kira-kira
ditengah-tengah, jika tidak digerakkan ke atas nampak selaput lendir.

c) Kelenjar Ludah
Merupakan kelenjar yang mempunyai ductus bernama ductus wartoni
dan duktus stansoni. Kelenjar ludah ada 2 yaitu kelenjar ludah bawah
rahang (kelenjar submaksilaris) yang terdapat di bawah tulang rahang
atas bagian tengah,kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar sublingualis)
yang terdapat di sebelah depan di bawah lidah.Di bawah kelenjar ludah
bawah rahang dan kelenjar ludah bawah lidah di sebut koronkula
sublingualis serta hasil sekresinya berupa kelenjar ludah (saliva). Di
sekitar rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu kelenjar
parotis yang letaknya dibawah depan dari telinga di antara prosesus
Aldina, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX
mastoid kiri dan kanan os mandibular, duktusnya duktus stensoni,
duktus ini keluar dari glandula parotis menuju kerongga mulut melalui
pipi (muskulus buksinator). Kelenjar submaksilaris terletak di bawah
rongga mulut bagian belakang, duktusnya duktus watoni bermuara di
rongga 12 mulut bermuara di dasar rongga mulut. Kelenjar ludah di
dasari oleh saraf-saraf tak sadar.

d) Otot Lidah
Otot intrinsik lidah berasal dari rahang bawah (mandibularis, oshitoid
dan prosesus steloid) menyebar kedalam lidah membentuk
anyamanbergabung dengan otot instrinsik yang terdapat pada lidah. M
genioglosus merupakan otot lidah yang terkuat berasal dari permukaan
tengah bagian dalam yang menyebar sampai radiks lingua.

2) Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung
limfosit.
3) Esofagus
Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada dekat dengan
kolumna vertebralis, di belakang trakea dan jantung. Esofagus melengkung
ke depan, menembus diafragma dan menghubungkan lambung. Jalan
masuk esofagus ke dalam lambung adalah kardia.
4) Gaster ( Lambung )
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak
terutama didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian 13 atas fundus
uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak
dibawah diafragma di depan pankreas dan limpa,menempel di sebelah kiri
fudus uteri.

Aldina, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


5) Intestinum minor ( usus halus )
Adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada
pylorus dan berakhir pada seikum, panjang + 6 meter. Lapisan usus halus
terdiri dari :
 lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar (m.sirkuler)
 otot memanjang ( m. Longitudinal ) dan lapisan serosa (sebelah luar).
Pergerakan usus halus ada 2, yaitu

a) Kontraksi pencampur (segmentasi)


Kontraksi ini dirangsang oleh peregangan usus halus yaitu.desakan
kimus
b) Kontraksi Pendorong
Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang peristaltik.
Aktifitas peristaltik usus halus sebagian disebabkan oleh masuknya
kimus ke dalam duodenum, tetapi juga oleh yang dinamakan
gastroenterik yang ditimbulkan oleh peregangan lambung terutama
di hancurkan melalui pleksus mientertus dari lambung turun
sepanjang dinding usus halus.
Perbatasan usus halus dan kolon terdapat katup ileosekalis yang
berfungsi mencegah aliran feses ke dalam usus halus. Derajat
kontraksi sfingter iliosekal terutama diatur oleh refleks yang berasal
dari sekum. Refleksi dari sekum ke sfingter iliosekal ini di
perantarai oleh pleksus mienterikus. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi usus)
dan air (yang membantu melarutkan pecahan pecahan makanan
yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim
yang mencerna protein, gula, dan lemak. Iritasi yang sangat kuat
pada mukosa usus,seperti terjadi pada beberapa infeksi dapat
menimbulkan apa yang dinamakan ”peristaltic rusrf” merupakan
peristaltik sangat kuat yang berjalan jauh pada usus halus dalam
beberapa menit.

Aldina, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


intesinum minor terdiri dari :
a) Duodenum ( usus 12 jari )
Panjang + 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri.
Pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dan bagian kanan
duodenum ini terdapat selaput lendir yang membuktikan di
sebut papila vateri. Pada papila veteri ini bermuara saluran
empedu ( duktus koledukus ) dan saluran pankreas ( duktus
pankreatikus ).
b) Yeyenum dan ileum
Mempunyai panjang sekitar + 6 meter. Dua perlima bagian atas
adalah yeyenum dengan panjang ± 2-3 meter dan ileum dengan
panjang ± 4 – 5 meter. Lekukan yeyenum dan ileum melekat
pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan
peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.
Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya
cabang-cabang arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh
limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritoneum yang
membentuk mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan
ileum tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung bawah ileum
berhubungan dengan seikum dengan seikum dengan perataraan
lubang yang bernama orifisium ileoseikalis, orifisium ini di
perkuat dengan sfingter ileoseikalis dan pada bagian ini
terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukini. Mukosa
usus halus. Permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan
mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi.
Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan submukosa yang dapat
memperbesar permukaan usus. Pada penampangan melintang
vili di lapisi oleh epiel dan kripta yang menghasilkan
bermacam-macam hormone jaringan dan enzim yang
memegang peranan aktif dalam pencernaan.

Aldina, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


6) Intestinium Mayor ( Usus besar )
Panjang ± 1,5 meter lebarnya 5 – 6 cm. Lapisan–lapisan usus besar dari
dalam keluar : selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot
memanjang, dan jaringan ikat. Lapisan usus besar terdiri dari :

a) Seikum
Di bawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk
seperti cacing sehingga di sebut juga umbai cacing, panjang 6 cm.
b) Kolon asendens
Panjang 13 cm terletak di bawah abdomen sebelah kanan membujur ke
atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati membengkak ke kiri,
lengkungan ini di sebut Fleksura hepatika, di lanjutkan sebagai kolon
transversum.
c) Appendiks ( usus buntu )
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum.
d) Kolon transversum
Panjang ± 38 cm, membunjur dari kolon asendens sampai ke kolon
desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura
hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura linealis.
e) Kolon desendens
Panjang ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membunjur
dari atas ke bawah dari fleksura linealis sampai ke depan ileum kiri,
bersambung dengan kolon sigmoid.
f) Kolon sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring dalam rongga
pelvis sebelah kiri, bentuk menyerupai huruf S.Ujung bawahnya
berhubung dengan rectum.Fungsi kolon : Mengabsorsi air dan
elektrolit serta kimus dan menyimpan feses sampai dapat dikeluarkan.
Pergerakan kolon ada 2 macam :1) Pergerakan pencampur (Haustrasi)
yaitu kontraksi gabungan otot polos dan longitudinal namun bagian
luar usus besar yang tidak terangsang menonjol keluar menjadi seperti
kantong.2) Pergarakan pendorong ”Mass Movement”, yaitu kontraksi
usus besar yang mendorong feses ke arah anus.
Aldina, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX
3. ETIOLOGI
Menurut Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010), penyebab dari
gastroenteritis sangat beragam , antara lain sebagai berikut :
a. Faktor infeksi
1) Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi
makanan maupun air minum (enteropathogenic, escherichia coli,
salmonella, shigella, V. Cholera, dan clostridium).
2) Infeksi berbagai macam virus :enterovirus, echoviruses, adenovirus,
dan rotavirus. Penyebab diare terbanyak pada anak adalah virus
Rotavirus.
3) Jamur : kandida
4) Parasit (giardia clamblia, amebiasis, crytosporidium dan cyclospora)
b. Faktor non infeksi/ bukan infeksi :
1) Alergi makanan, misal susu, protein
2) Gangguan metabolik atau malabsorbsi : penyakit
3) Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
4) Obat-obatan : Antibiotik, Laksatif, Quinidine, Kolinergik, dan
Sorbital.
5) Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis 6)
Emosional atau stress
6) Obstruksi usus

4. PATOFISIOLOGI
Menurut Muttaqin (2011), Peradangan pada gastroenteritis disebabkan oleh
infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin dan
atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan peningkatan
sekresi cairan dan menurunkan absorbsi cairan sehingga akan terjadi dehidrasi
dan hilangnya nutrisi dan elektrolit.
Menurut Diskin (2008) di buku Muttaqin (2011) adapun mekanisme dasar
yang menyebabkan diare, meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Gangguan osmotik, dimana asupan makanan atau zat yang sukar diserap
oleh mukosa intestinal akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga

Aldina, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Respons inflamasi mukosa, pada seluruh permukaan intestinal akibat
produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons peningkatan
aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga usus,
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul
diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :
1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia
2) Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran
bertambah)
3) Hipoglekemia, gangguan sirkulasi darah.
Pendapat lain menurut Jonas (2003) pada buku Muttaqin (2011).
Selain itu, diare juga dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung. Mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian
mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi
yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Mikroorganisme
memproduksi toksin. enterotoksin yang diproduksi agen bakteri (E.
Coli dan Vibrio cholera) akan memberikan efek langsung dalam
peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam lumen gastrointestinal

Aldina, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


5. PATHWAY

6. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Sodikin (2011), Beberapa tanda dan gejala yang terjadi pada kasus
gastroenteritis, antara lain :
a. Gelisah
b. Suhu badan meningkat
c. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
d. Timbul diare
e. Feses makin cair, mungikn mengandung darah dan atau lendir
f. Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
g. Muntah baik sebelum maupun sesudah diare
h. Terdapat gejala dan tanda dehidrasi : ubun-ubun besar cekung pada bayi,
tonus otot dan turgor kulit berkurang, selaputlendir pada mulut dan bibir
terlihat kering
i. Berat badan menurun
j. Pucat, lemah

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Sudoyo (2009), pemeriksaan penunjang untuk penyakit GEA ada dua
yaitu pemeriksaan darah dan pemeriksaan feses pasien, sebagai berikut :
a. Darah Pada pemeriksaan darah yang perlu diperiksa adalah dara perifer
lengkap, serum elektrolit berupa Na+, K+, Cl-, analisa gas darah apabila
didapatkan tandatanda gangguan keseimbangan asam basa, immunoassay
untuk mengetahui organisme yang menginfeksi mukosa gastrointestinal
seperti toksin bakteri (C. difficile), antigen virus (rotavirus), antigen
protozoa (Giardia, E. histolytica).
b. Feses Pemeriksaan feses yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan feses
lengkap, pada pemeriksaan ini dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk

Aldina, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


mengetahui peningkatan jumlah leukosit di feses pada inflammatory
diarrhea, parasit, amoeba 11 bentuk trpozit, dan hypa pada jamur. Selain
pemeriksaan feses lengkap dilakukan biakan dan resistensi feses atau
colok dubur.
Pemeriksaan penunjang diperlukan dalam penatalaksanaan diare akut
karena infeksi, karena dengan tata cara pemeriksaan yang terarah akan
sampai pada terapi definitif.

8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan, memberikan terapi simptomatik,
dan memberikan terapi definitif.
a. Terapi rehidrasi
Langkah pertama dalam menterapi diare adalah dengan rehidrasi, dimana
lebih disarankan dengan rehidrasi oral. Akumulasi kehilangan cairan
(dengan penghitungan secara kasar dengan perhitungan berat badan
normal pasien dan berat badan saat pasien diare) harus ditangani pertama.
Selanjutnya, tangani kehilangan cairan dan cairan untuk pemeliharaan.
Hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang
cepat dan akurat, yaitu:
1) Jenis cairan
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan
karena tersedia cukup banyak di pasaran, meskipun jumlah
kaliumnya lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar Kalium
cairan tinja. Apabila tidak tersedia cairan ini, boleh diberikan cairan
NaCl isotonik. Sebaiknya ditambahkan satu ampul Na bikarbonat
7,5% 50 ml pada setiap satu liter infus NaCl isotonik. Asidosis akan
dapat 12 diatasi dalam 1-4 jam. Pada keadaan diare akut awal yang
ringan, tersedia di pasaran cairan/bubuk oralit, yang dapat diminum
sebagai usaha awal agar tidak terjadi dehidrasi dengan berbagai
akibatnya. Rehidrasi oral (oralit) harus mengandung garam dan
glukosa yang dikombinasikan dengan air (Barr, 2017).

Aldina, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


2) Jumlah Cairan
Pada prinsipnya jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai
dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Rehidrasi cairan dapat
diberikan dalam 1-2 jam untuk mencapai kondisi rehidrasi (Amin,
2015) 3) Jalur Pemberian Cairan Rute pemberian cairan pada orang
dewasa terbatas pada oral dan intravena. Untuk pemberian per oral
diberikan larutan oralit yang komposisinya berkisar antara 29g
glukosa, 3,5g NaCl, 2,5g Na bikarbonat dan 1,5g KCI setiap liternya.
Cairan per oral juga digunakan untuk memperlahankan hidrasi
setelah rehidrasi inisial (Sudoyo, 2009)
b. Terapi simtomatik
Pemberian terapi simtomatik haruslah berhati-hati dan setelah benar-benar
dipertimbangkan karena lebih banyak kerugian daripada keuntungannya.
Hal yang harus sangat diperhatikan pada pemberian antiemetik, karena
Metoklopropamid misalnya dapat memberikan kejang pada anak dan
remaja akibat rangsangan ekstrapiramidal. Pada diare akut yang ringan
kecuali rehidrasi peroral, bila tak ada kontraindikasi dapat
dipertimbangkan pemberian Bismuth subsalisilat maupun loperamid
dalam waktu singkat. Pada diare yang berat obat-obat tersebut dapat 13
dipertimbang dalam waktu pemberian yang singkat dikombinasi dengan
pemberian obat antimicrobial (Sudoyo, 2009).
c. Terapi antibiotik
Pemberian antibiotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian antibiotik. Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala
dan tanda diare infeksi, seperti demam, feses berdarah, leukosit pada
feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau
penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong dan pasien
immunocompromised. Pemberian antibiotic dapat secara empiris, tetapi
antibiotic spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman
(Amin, 2015).

Aldina, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


9. KOMPLIKASI
a. Dehidrasi
b. Renyatan Hiporomelik
c. Kejang
d. Bakterikimia
e. Malnutrisi
f. Hipoglikimia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
Dari komplikasi Gastroenteritis, tingkat dehidrasi dapat di klasifikasikan
sebagai berikut :
1) Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5% dari BB dengan gambaran klinik turgor
kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan
syok.
2) Dehidrasi sedang
Kehilangan 5 – 8% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit
jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
3) Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8 – 10% dari BB dengan gambaran klinik seperti
tanda dihidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis
sampai koma, otot kaku sampai sianosis.

Aldina, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan dasar pertama atau langkah awal dari proses
keperawatan secara keseluruhan dan merupakan suatu proses yang sistematis
dan pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien. Pada tahap ini semua data dan
informasi tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan dan di analisa untuk
menentukan diagnose keperawatan. Adapun langkah-langkah dalam
pengkajian ini adalah sebagai berikut :
a. Identitas klien, meliputi nama, umur, berat badan, jenis kelamin, alamat
rumah, suku bangsa, agama dan nama orang tua.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama, pasien biasanya mengeluh berak encer dengan atau
tanpa adanya lender dan darah sebanyak lebih dari 3 kali sehari,
berwarna kehijau-hijauan dan berbau amis, biasanya disertai muntah,
tidak nafasu makan,dan disertai dengan demam ringan atau demam
tinggi pada anak-anak yang menderita infeksi usus.
2) Riwayat kesehatan sekarang, meliputi lamanya keluhan : masing-
masing orang berbeda tergantung pada tingkat dehidrasi, atau gizi,
keadaan social, ekonomi, hygiene dan sanitasi. Akibat timbul keluhan
: anak menjadi rewel dan gelisah, badan menjadi lemah dan aktivitas
bermain kurang. Faktor yang memperberat adalah ibu mengehntikan
pemberian makanan, anak tidak mau makan dan minum, tidak ada
pemberian cairan tambahan (larutan oralit atau larutan gula garam).
3) Riwayat kesehatan dahulu, yang perlu ditanyakan yaitu riwayat
penyakit yang pernah diderita oleh anak maupun keluarga dalam hal
ini orang tua. Apakah dalam keluarga pernah mempunyai riwayat
penyakit keturunan atau pernah menderita penyakit kronis sehingga
harus dirawat di rumah sakit.
4) Riwayat tumbuh kembang yang perlu ditanyakan adalah hal-hal yang
berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai
dengan usia anak sekarang yang meliputi motorik kasar, motorik

Aldina, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


halus, perkembangan kognitif atau bahasa dan personal social atau
kemandirian.
5) Imunisasi yang ditanyakan kepada orang tua adalah apakah anak
mendapat imunisasi secara lengkap sesuai dengan usianya dan jadwal
pemberian serta efek samping dari pemberian imunisasi seperti panas,
alergi dan sebagainya.
6) Kesehatan fisik meliputi pola nutrisi seperti frekuensi makanan, jenis
makanan, makanan yang disukai atau tidak disukai dan keinginan
untuk makan dan minum. Pola eliminasi seperti frekuensi buang besr
dan buang air kecil di rumah dan di rumah sakit. Selain itu juga
ditanyakan tentang konsistensi, warna dan bau dari objek eliminasi.
Kebiasaan tidur seperti tidur siang, malam, kebiasaan sebelum dan
sesudah tidur. Pola aktivitas juga ditanyakan baik dirumah dan juga
bagaimana pola hygiene tubuh seperti mandi, keramas dan ganti baju.

c. Pemeriksaan fisik
1) Secara umum Tingkat kesadaran : TTV:N,R,S
Pengukuran antropometri : BB, TB
2) Head to toe
 Rambut : Turgor kulit kurang,kulit kering,tidak terdapat
clubbingfinger, warna kuku merah muda, warna rambut hitam
 Kepala: Bentuk kepala oval,Ubun-Ubun cekung tidak terdapat
pembengkakan,tidak terdapat tanda-tanda infeksi,pertumbuhan
rambut rata, Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada bagian kepala
 Mata: Cekung, Tidak terdapat pembengkakan pada bagian mata,
konjungtiva merah mudah,sclera putih,tidak terdpat katarak
infantir
 Telinga : Warna kulit telinga sama dengan warna wajah, telinga
kiri simetris kiri dan kanan, Tidak terdapat benjolan dan nyeri
tekan pada bagian telinga

Aldina, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


 Hidung :Tidak terdapat sekret, warna mukosa merah mudah,
tidak terdapat cairan dalam hidung, Tidak terdapat nyeri tekan
pada hidung
 Mulut : Warna lidah merah muda, mukosa mulut kering
 Leher : Warna leher sama dengan warna wajah, tidak terdapat
pembesaran kelenjar tiroid.\
 Dada : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, pengembangan dada
simetrisi, Bunyi napas bronkovesikuler, Bunyi jantung s1&s2 lup
dup
 Punggung : Bentuk tulang belakang normal
 Abdomen :
Warna abdomen sama dengan warna bagaian dada, kontur
abdomen sedikit cekung, tidak terdapat pembesaran hati dan
limfa, tidak terdapat hernia umbilikus, Peristaltik ususk
40x/menit, Bunyi timpani dan pekak pada bagian abdomen,
Terdapat nyeri tekan pada lambung
 Ekstremitas Atas : Tidak terdapat pembengkakan pada
ekstremitas, Tidak terdapat nyeri tekan pada bagian Ekstremitas
atas
 Ekstremitas Bawah : Tidak terdapat pembengkaka pada
ekstremitas, Tidak terdapat nyeri tekan pada bagian Ekstremitas
atas
 Genital dan anus : Genitalia tampak bersih, letak saluran uretra,
tidak ada lesi dan tidak terdapat edema. Pada anus tidak tampak
hemoroid.

2. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Cedera Biologis
b. Kerusakan integritas kulit Berhubungan Dengan Gangguan Sirkulasi

Aldina, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


c. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Berhubungan Dengan Diabetes
Mellitus.
d. Defisiensi Volume Cairan Berhubungan Dengan Kehilangan cairan secara
aktif
e. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan
Dengan Ketidakmampuan menggunakan glukose
f. Resiko infeksi Berhubungan Dengan Supresi respon inflamasi

Aldina, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN (NOC) (NIC)
1 Nyeri Akut Berhubungan NOC : NIC: 1. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor
Dengan Agen Cedera  Tingkat nyeri Manajemen nyeri: yang berhubungan merupakan suatu hal yang
Biologis  Nyeri terkontrol 1. Lakukan pegkajian nyeri secara amat penting untuk memilih intervensi yang

 Tingkat kenyamanan komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan durasi, frekuensi, kualitas dan ontro dari terapi yang diberikan.

selama 3 x 24 jam, klien dapat presipitasi. 2. dengan adanya tirah baring akan mengurangi

mengatasi nyeri dengan 2. Pertahankan tirah baring dan posisi yang nyeri

Kriteria Hasil : nyaman 3. Teknik relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri

1. Mengontrol nyeri, dengan 3. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam dan membuat relaks

indikator: 4. Monitor Tanda – tanda vital 4. Mengetahui perkembangan kesehatan pasien

 Mengenal faktor-faktor penyebab 5. Kolaborasi untuk pemberian analgetik 5. pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri

 Mengenal onset nyeri yang dirasakan pasien

 Tindakan pertolongan non


farmakologi
 Menggunakan analgetik
 Melaporkan gejala-gejala nyeri
kepada tim kesehatan
 Nyeri terkontrol
2. Menunjukkan tingkat nyeri, dengan
indikator :

Aldina, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


 Melaporkan nyeri
 Frekuensi nyeri
 Lamanya episode nyeri
 Ekspresi nyeri; wajah
 Perubahan respirasi rate
 Perubahan tekanan darah
 Kehilangan nafsu makan
2 Kerusakan integritas NOC : NIC: 1. Meningkatkan aliran darah kesemua daerah
kulit Berhubungan Label: Tissue Integrity   Label: Skin 2. Menghindari tekanan dan meningkatkan
Dengan Gangguan Integrity: Skin Skin & Mocous  Surveillance aliran darah
Sirkulasi Membranes 1. Anjurkan untuk melakukan latihan ROM 3. Menghindari tekanan yang berlebih pada
Tujuan: Klien mampu (range of motion) dan mobilisasi jika daerah yang menonjol
mempertahankan keutuhan kulit mungkin 4. Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2. Rubah posisi tiap 2 jam kapiler
selama 3 x 24 jam, klien dapat 3. Gunakan bantal air atau pengganjal yang 5. Hangat dan pelunakan adalah tanda
mengetahui dan mencegah dari luka lunak di bawah daerah-daerah yang kerusakan jaringan
dengan menonjol 6. Mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria hasil: 4. Lakukan massage pada daerah yang
 Klien mau berpartisipasi terhadap menonjol yang baru mengalami tekanan
pencegahan luka pada waktu berubah posisi
 Klien mengetahui penyebab dan 5. Observasi terhadap eritema dan kepucatan
cara pencegahan luka dan palpasi area sekitar terhadap
kehangatan dan pelunakan jaringan tiap

Aldina, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


 Tidak ada tanda-tanda kemerahan merubah posisi
atau luka 6. Jaga kebersihan kulit dan seminimal
mungkin hindari
3 Ketidakefektifan Perfusi NOC: NIC: 1. Sirkulasi perifer dapat menunjukan tingkat
Jaringan Perifer  Circulation status Peripheral Sensation Management keparahan penyakit
Berhubungan Dengan  Tissue Prefusion: cerebral (Manajemen sensasi perifer) 2. Pulsasi yang lemah menimbulkan kardiak
Diabetes Mellitus 1. Kaji secara komprehensif sirkulasi perifer output
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2. Evaluasi nadi perifer dan edema 3. Untuk meningkatkan venous return
selama 3 x 24 jam, klien dapat 3. Elevasi anggota badan 200 atau lebih 4. Mencegah komplikasi dekubitus
menunjukan perfusi jaringan dengan 4. Ubah posisi pasien setiap 2 jam 5. Menggerakan otot dan sendi agar tidak kaku
Kriteria Hasil: 5. Dorong latihan ROM sebelum bedrest 6. Nilai laboratorium dapat menunjukan
1. Mendemonstrasikan status 6. Monitor laboratorium (Hb, hmt) komposisi darah
sirkulasi 7. Kolaborasi pemberian anti platelet atau anti 7. Meminimalkan adanya bekuan dalam darah

 Tekanan systole dan diastole perdarahan 8. Mengetahui status pasien

dalam rentang yang 8. Kaji TTV

diharapkan
 Tidak ada ortostatik
hipertensi
 Tidak ada tanda tanda
peningkatan tekanan
intrakranial (tidak lebih dari
15 mmHg)
2. Mendemonstrasikan kemampuan

Aldina, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


kognitif yang ditandai dengan :
 Berkomunikasi dengan jelas
dan sesuai dengan
kemampuan
 Menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi
 Memproses informasi
 Membuat keputusan dengan
benar
4 Defisiensi Volume NOC: NIC: 1. Mengetahui dengan cepat penyimpangan dari
Cairan Berhubungan  Fluid balance Fluid Managemen keadaan normalnya.
Dengan Kehilangan  Hydration 1. Kaji keadaan umum klien dan tanda-tanda 2. Mengetahui balance cairan dan elektrolit
cairan secara aktif  Nutritional Status: Food and vital. dalam tubuh/homeostatis

Fluid Intake 2. Kaji input dan output cairan. 3. Agar dapat segera dilakukan tindakan jika

Setelah dilakukan tindakan 3. Observasi adanya tanda-tanda syok terjadi syok.

keperawatan selama 3x 24 jam 4. Anjurkan klien untuk banyak minum. 4. Asupan cairan sangat diperlukan untuk

defisiensi volume cairan teratasi 5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian menambah volume cairan tubuh

dengan cairan I.V. 5. Pemberian cairan I.V sangat penting bagi

Kriteria hasil: klien yang mengalami deficit volume cairan

 Mempertahankan urine output untuk memenuhi kebutuhan cairan klien.

sesuai dengan usia dan BB, BJ


urine normal,
 Tekanan darah, nadi, suhu

Aldina, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


tubuh dalam batas normal
 Tidak ada tanda tanda
dehidrasi, Elastisitas turgor kulit
baik, membran mukosa lembab,
tidak ada rasa haus yang
berlebihan
 Orientasi terhadap waktu dan
tempat baik
 Jumlah dan irama pernapasan
dalam batas normal
 Elektrolit, Hb, Hmt dalam
batas normal
 pH urin dalam batas normal
 Intake oral dan intravena
adekuat
5. Ketidakseimbangan Nutrisi NOC : NIC: 1. Pasien dengan DM pasti memiliki kebiasaaan
Kurang Dari Kebutuhan  Nutritional Status: Food and Fluid Nutrition Management pola makan yang buruk.
Tubuh Berhubungan Intake 1. Kaji kebiasaan diet. 2. Penurunan bising usus menunjukkan penurunan
Dengan Ketidakmampuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Auskultasi bunyi usus motilitas gaster
menggunakan glukose selama 3x 24 jam Nutrisi klien dapat 3. Berikan perawatan oral 3. Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama
terpenuhi dengan 4. Timbang berat badan sesuai indikasi. yang dapat membuat mual dan muntah.
Kriteria Hasil: 5. Konsul ahli gizi 4. Berguna menentukan kebutuhan kalori dan
 Intake makanan peroral yang adekuat evaluasi keadekuatan rencana nutrisi

Aldina, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


 Intake NGT adekuat 5. Kebutuhan kalori yang didasarkan pada
 Intake cairan peroral adekuat kebutuhan individu memberikan nutrisi

 Intake cairan yang adekuat maksimal.

 Intake TPN adekuat


6. Resiko infeksi NOC: NIC: Infection Manegement 1. Mencegah terjadinya infeksi
Berhubungan Dengan  Infection 2. Mencegah terjadinya infeksi Nosokomial
1. Pertahankan teknik aseptif
supresi respon inflamasi Tujuan: setelah dilakukan asuhan 3. Merencanakan tindakan untuk menghambat
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam tanda gejala infeksi
keperawatan
diharapkan resiko infeksi dapat dicegah 4. Mencegah terjadinya kelemahan/ kelelahan
3. Monitor tanda dan gejala infeksi
dan teratasi. pada pasien
4. Meningkatkan intake nutrisi
Kriteria Hasil: 5. Membersihkan luka, mencegah resiko infeksi
5. Berikan perawatan luka pada area epiderma
 Pasien bebas dari tanda gejala infeksi 6. Mengetahui perkembangan penyembuhan luka
6. Observasi kulit, membrane mukosa terhadap
 Menunjukkan kemampuan untuk 7. Mengetahui kondisi luka
kemerahan, panas, drainase
mencegah timbulnya infeksi 8. Merencanakan pencegahan bakteri patologi /
7. Inspeksi kondisi luka/insisi bedah
 Jumlah lekosit dlam batas normal anaerob menyerang pada insisi pembedahan
8. Kolaborasi pemberian antibiotik.

Aldina, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX

Anda mungkin juga menyukai