PENDAHULUAN
Cairan dan elektrolit merupakan kebutuhan dasar yang penting dalam kehidupan
manusia. Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam
memelihara tubuh dan proses homeostatis (Tarwoto & Wartonah, 2010). Dalam
kebutuhan cairan dan elektrolit memerlukan air. Tubuh kita terdiri atas sekitar 60% air
yang terbesar didalam sel maupun diluar sel (Tarwoto & Wartonah, 2010), air memiliki
presentase yang besar dari berat badan manusia (Asmadi, 2009). Apabila terjadi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit maka tubuh kita akan mengalami gangguan
dalam kebutuhan cairan dan elektrolit.
Diare adalah keadaan dimana tubuh kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui
feses (Suharyono, Boediarso, dan Halimun 2009). Diare merupakan salah satu gejala dari
penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran
pencernaan,dikarenakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali pada anak,
konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah
atau lendir saja (Ngastiyah, 2009).
Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi
pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit
yang abnormal dalam usus. Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak
menderita diare setiap tahunnya dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di
negara berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi (Wong, 2009).
Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia
terutama anak-anak. Diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak
di negara berkembang, dengan perkiraan 1,3 miliar episode dan 3,2 juta kematian setiap
tahun pada balita. Secara keseluruhan, anak-anak mengalami diare rata-rata 3,3 episode
pertahun, akan tetapi pada beberapa tempat dapat lebih dari 9 episode pertahun. Pada
daerah dengan episode diare yang tinggi, seorang balita dapat menghabiskan 15%
waktunya dengan diare. Kurang lebih 80% kematian yang berhubungan dengan diare
terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan (Depkes RI, 2009)
Penyebab utama kematian yang disebabkan oleh diare adalah karena dehidrasi sebagai
akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Dasar dari semua diare adalah
gangguan transportasi, larutan usus akibat perpindahan air melalui membran usus
berlangsung pasif dan hal ini ditentukam oleh aliran dan larutan secara aktif maupun
pasif, terutama natrium klorida dan glukosa.
Cairan dan elektrolit sangat dibutuhkan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh adalah merupakan salah satu
bagian homeostatis keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh, cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air
(pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah senyawa kimia yang terpisah dari
air untuk membentuk partikel bermuatan yang disebut ion, jika dalam larutan cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman dan cairan intravena (IV)
1
dan didistribusi kebagian seluruh tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu sama lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh dengan
lainnya (Daniel,2013)
Gangguan volume cairan dan elektrolit merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia. Fisiologis yang harus dipenuhi apabila penderita telah banyak mengalami
kehilangan cairan dan elektrolt, maka terjadi gejala dehidrasi. Terutama diare pada anak
perlu mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat sehingga tidak mempengaruhi
tumbuh kembang anak (Solikin, 2011).
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN KASUS
BAB III
3
PEMBAHASAN
b. Cairan intraseluler
Cairan di dalam membran sel yang berisi substansi terlarut atau solut yang penting
untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk metabolisme. Cairan intrasel
membentuk 40% berat tubuh. Kompartemen cairan intrasel memiliki banyak solut
yang sama dengan cairan yang berada diruang ektraseluler. Namun proporsinya
berbeda.
4
3.3 Elektrolit tubuh
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan non
elektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak
bermuatan listrik. Seperti protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida, dan asam
asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na +), kalium (K+),
kalsium (Ca+), magnesium (Mg+), klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat
(HPO42-),dan sulfat(SO42)
Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan
bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsentrasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda,
hukum netralisasi listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus
sama dengan jumlah muatan-muatan positif. Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh
baik pada intraseluler maupun pada plasma yang terdiri dari :
a) Kation : natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca+), magnesium (Mg+).
b) Anion : klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-), protein.
Di dalam tubuh seseorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen
kimia dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam
kondisi normal intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi.
Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh akan kehilangan cairan antara
lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urine), ekskresi pada
proses metabolisme.
a) Intake Cairan
Selama aktivitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira
1500 ml/hari, sedangkan kebutuhan cairan kebutuhan kita rata-rata 2500 ml/hari
sehingga kekurangan sekitar 1000 ml/hari diperoleh dari makanan dan oksidasi
selama proses metabolisme.
5
b) Output Cairan
Kehilangan cairan tubuh melalui proses yaitu urine, IWL (Invisible Water
Loss), keringat, feces dan muntah. Faktor yang mempengaruhi volume cairan
yaitu umur, iklim, diet, stress, kondisi sakit, tindakan medis, pengobatan dan
pembedahan.
Gangguan volume cairan:
1. Hipovolemia
Merupakan keadaan kekurangan volume cairan (FVD) terjadi jika air
dan elektrolit hilang pada proporsi yang sama ketika mereka berada pada
cairan tubuh normal, sehingga rasio elektrolit serum terhadap air sama.
Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ektraseluler (CES)
Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ektraseluler (CES)
Hipovolemia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian
ektraseluler(CES)
2. Hipervolemia
Merupakan keadaan dimana seorang individu mengakami atau
beresiko kelebihan cairan intraseluler atau intertisial. Kelebihan volume cairan
mengacu pada perluasan isotonik dari CES yang disebabkan oleh retensi air
dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama dimana
mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah ada
peningkatan kandungna natrium tubuh total, yang akhirnya akan menyebabkan
peningkatan air tubuh total.
6
Apabila konsentrasi hidrogen berubah, paru-paru bereaksi untuk
memperbaiki ketidakseimbangan dengan mengubah frekuensi dan kedalaman
pernafasan
2. Ginjal
Ginjal mengabsorbsi bikarbonat jika terjadi kelebihan asam dan
mengekskresikanya jika terjadi kekurangan asam. Ginjal menggunakan fosfat
untuk membawa hidrogen dengan mengekskresikan asam fosfat dan
membentuk asam basa. Ginjal mngubah amonia (NH3) menjadi ammonium
(NH4+) dengan mngikatnya pada hidrogen.
Rumusan Diagnosa: defisit volume cairan berhubungan dengan proses infeksi dan
parasit
Tujuan dan kriteria hasil
- Feses berbentuk, BAB sehari sekali – tiga hari
- Menjaga daerah sekitar rectal dari iritasi
- Menjelaskan penyebab diare dan rasional tindakan
- Mempertahankan turgor kulit
7
Intervensi
O : Observation
Ukur diare atau keluaran BAB
N : Nursing
Anjurkan untuk banyak minum
E : Education
Ajarkan pasien menggunakan obat antidiare
C : Colaboration
Kolaborasikan dengan dokter
8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetep sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan
salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok
besar yaitu, cairan intraselular dan cairan ekstraselular. Cairan intraselular adalah
cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraselular
adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari 3 kelompok yaitu, cairan
intravaskuler (plasma), cairan interstitial, dan cairan transelular. Zat terlarut yang ada
dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan non elektrolit. Non elektrolit adalah zat
terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik. Seperti protein,
urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida, dan asam asam organik. Sedangkan elektrolit
tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca+), magnesium (Mg+),
klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), dan sulfat (SO42-). Konsentrasi
elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian yang lainnya,
tetapi meskipun konsentrasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralisasi
listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah
muatan-muatan positif.
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), mekanisme pergerakan cairan tubuh
melalui 3 proses yaitu difusi, osmosis, dan transpor aktif. Di dalam tubuh seseorang
yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan tubuh selalu berada
dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake cairan sesuai
dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan
gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Contoh gangguan volume
cairan adalah hipovolemia dan hipervolumia.
Keseimbangan asam basa tercapai jika kecepatan tubuh memproduksi asam
atau basa sama dengan kecepatan tubuh mengeksresikan asam atau basa tersebut.
Keseimbagan ini menghasilkan stabilnya konsentrasi hidrogen di dalam cairan tubuh,
yang dinyatakan sebagai nilai pH, pH merupakan skala untuk mengukur keasaman
atau alkali (basa) suatu cairan. Nilai pH arteri normal 7,35-7,45. Nilai pH 7 berarti
netral, pH < 7 berarti asam, dan pH > 7 berarti basa.
Diare adalah keadaan dimana tubuh kehilangan banyak cairan dan elektrolit
melalui feses (Suharyono, Boediarso, dan Halimun 2009). Diare merupakan salah satu
gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran
pencernaan,dikarenakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali pada
anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir
dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2009). Penyebab utama kematian yang
disebabkan oleh diare adalah karena dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan
elektrolit melalui feses. Dasar dari semua diare adalah gangguan transportasi, larutan
usus akibat perpindahan air melalui membran usus berlangsung pasif dan hal ini
9
ditentukam oleh aliran dan larutan secara aktif maupun pasif, terutama natrium
klorida dan glukosa. Kehilangan cairan tubuh akibat diare dapat diatasi apabila
seorang perawat segera dalam melakukan tindakan keperawatan (pengkajian,
diagnosis, intervensi, kriteria hasil), apabila pasien tidak segera diberi tindakan
keperawatan,nantinya ditakutkan akan terjadi syok.
4.2 Saran
Untuk pembaca agar mengerti lebih dalam lagi mengenai cairan elektrolit
tubuh, gangguan volume cairan, dan cara penanganan terhadap pasien yang
mengalami kekurangan cairan elektrolit akibat dari diare.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Valentin, Artha Rouli. 2017. Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Prioritas
Masalah Kekurangan Volume Cairan pada Kasus Diare di Kelurahan Sari Rejo
Medan Polonia. Medan: Universitas Sumatera Utara
2. Hidayat, AA. (2016). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba
Medika
3. Suratum & Lusiana. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Gastrointestinal. Jakarta : TIM
4. Tarwotoh & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
5. Wilkinson dkk. (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan: dengan diagnosa
NANDA, Intervensi NIC, Dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. Jakarta : ECG
6. Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik Edisi 4. Volume 2. Jakarta: ECG
11