Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

DEHIDRASI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu tugas Praktik Klinik Keperawatan Medikal
Bedah yang diampu oleh :

Suci Tuty Putri, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh :

Suliaswati (1807597)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2020
1. Pengertian
Dehidrasi, atau disebut juga ketidakseimbangan hiperosmolar
(hyperosmolar imbalance), terjadi akibat kehilangan cairan yang tidak diimbangi
dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional, terutama natrium.
Kehilangan cairan (air) menyebabkan peningkatan kadar natrium, peningkatan
osmolalitas, serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah dari sel dan kompartemen
interstisial menuju ruang vaskular. Kondisi ini menyebabkan gangguan fungsi sel
dan kolaps sirkulasi. Orang yang berisiko mengalami dehidrasi salah satunya
adalah individu lansia. Mereka mengalami penurunan respons haus atau
pemekatan urine. Di samping itu, lansia memiliki proporsi lemak yang lebih besar
sehingga berisiko tinggi mengalami dehidrasi akibat cadangan air yang sedikit
dalam tubuh. Klien dengan diabetes insipidus akibat penurunan sekresi hormon
diuretik sering mengalami kehilangan cairan tipe hiperosmolar. Pemberian cairan
hipertonik juga meningkatkan jumlah solut dalam aliran darah ( Tamsuri,
2008:19).
2. Klasifikasi
Menurut Ignatavicus, Donna D. dehidrasi di bagi menjadi 3, yaitu :
1. Dehidrasi Isotonik (Isonatremik)
Dehidrasi isotonik merupakan dehidrasi yang paling sering terjadi (80%). Pada
dehidrasi isotonik kehilangan air sebanding dengan jumlah natrium yang hilang,
dan biasanya tidak mengakibatkan cairan ekstrasel berpindah kedalam ruang
instraseluler. Kadar natrium dalam darah pada dehidrasi tipe ini 135-145 mmol/L
dan osmolaritas efektif serum 275-295 mOsm/L.
2. Dehidrasi Hipotonik (Hiponatremik)
Pada dehidrasi hipotonik, natrium hilang lebih banyak daripada air. Penderita
dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari
135 mmol/L) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari 270 mOsml/L). Karena
kadar natrium rendah, cairan intravaskuler berpindah ke ruang ekstravaskuler,
sehingga terjadi deplesi cairan intravaskuler. Hiponatremia berat dapat memicu
kejang hebat.
3. Dehidrasi hipertonik (hipernatremik)
Pada dehidrasi hipertonik hilangnya air lebih banyak daripada natrium. Dehidrasi
hipertonik ditandai dengan tingginya kadar natrium serum (lebih dari 145
mmol/L) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dari 295 mOsm/L).
Karena kadar natrium serum tinggi, terjadi pergeseran air dari ruang
ekstravaskuler ke ruang intravaskuler. Untuk mengkompensasi, sel akan
merangsang partikel aktif (idiogenik osmol) yang akan menarik air kembali ke sel
dan mempertahankan volume cairan dalam sel.

Klasifikasi dehidrasi berdasarkan derajatnya adalah sebagai berikut


(Hidayat & Uliyah, 2015:34).
a) Dehidrasi berat, dengan ciri-ciri sebagai berikut.
1) Pengeluaran / kehilangan cairan sebanyak 4-6 liter.
2) Serum natrium mencapai 159-166 mEq/liter.
3) Hipotensi.
4) Turgor kulit buruk.
5) Oliguria.
6) Nadi dan pernapasan meningkat.
7) Kehilangan cairan mencapai > 10% BB.
b) Dehidrasi sedang, dengan ciri-ciri sebagai berikut.
1) Kehilangan cairan 2-4 liter atau antara 5-10% BB.
2) Serum natrium mencapai 152-158 mEq/liter.
3) Mata cekung.
c) Dehidrasi ringan, dengan ciri-ciri kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1,5-2
liter.
3. Etiologi
1) Faktor - faktor penyebab dehidrasi dapat dijabarkan sebagai berikut
(Syaifuddin, 2011).
a. Berkeringat terlalu banyak.
b. Muntah hebat.
c. Diare hebat.
d. Diuresis (jumlah air kemih berlebihan).
2) Dehidrasi Hipotonik
a. Penyakit DM
b. Rehidrasi cairan berlebih
c. Malnutrisi berat dan kronis
3) Dehidrasi Hipertonik
a. Hiperventilasi 
b. Diare air
c. Diabetes insipidus ( hormone ADH menurun )
d. Rehidrasi cairan berlebih
e. Disfagia
f. Kesadaran
4. Patofisiologi
Dehidrasi dapat tejadi karena :

a. Kemiskinan air ( water deplection )


b. Kemiskinan natrium ( sodium deplection )
c. Water and sodium deplection terjadi bersama-sama
Water deplection atau dehidrasi primer terjadi karena masuknya air sangat
terbatas. Ion natrium dan chlor ikut menghilang dengan cairan tubuh, tetapi
kemudian terjadi reabsorbsi ion melalui tubulus ginjal yang berlebihan, sehingga
cairan ekstraseluler mengandung natrium da chlor berlebihan dan terjadi
hipertoni. Hal ini menyebabkan air akan keluar dari sel sehingga terjadi dehidrasi
intraseluler dan inilah yang menimbulkan rasa haus.

Sodium deplection terjadi karena tubh kehilangan cairan tubuh yang


mengandung elektrolit. Sering terjadi akibat keluarnya cairan melalui saluran
pencernaan pada keadaan muntah-muntah, diare yang keras, keringat berlebih.

Penyebab water and sodium deplection yang terjadi bersama-bersama, seperti :

1. Diare, muntah 
Dapat menyebabkan hilangnya air dan elektrolit yang luar biasa dalam waktu
singkat. Pada diare yang disertai muntah, dehidrasi akan semakin berat atau
progresif. 
2. Keringat berlebihan
Keringat bisa menyebabkan berkurangnya air dalam tubuh. Jka aktivitas fisik
tidak diimbangi asupan cairan yang tepat, maka dehidrasi akan terjadi. Selain itu,
cuaca yang panas dan kelembapan tinggi bisa meningkatkan volume keringat dan
cairan keluar dari tubuh.
3. Luka bakar 
Luka bakar dapat menyebabkan rusaknya kulit, jaringan, dan pembuluh darah
setempat. Pembuluh darah yang rusak dapat mengakibatkan keluarnya cairan dan
elektrolit. Semakin luas luka bakar, semakin banyak cairan dan elektrolit yang
keluar
5. Manifestasi Klinik
Berikut ini tanda dan gejala dehidrasi berdasarkan tingkatannya:
a. Dehidrasi Ringan (kehilangan cairan 2-5% dari BB semula)
1) Haus, gelisah
2) Denyut nadi 90-110 x /menit, napas normal
3) Turgor kulit normal
4) Pengeluaran urine (1300 ml/hari)
5) Kesadaran baik
6) Denyut jantung meningkat
b. Dehidrasi Sedang (kehilangan cairan 5% dari BB semula )
1) Haus meningkat
2) Nadi cepat dan lemah
3) Turgor kulit kering, membran mukosa kering
4) Pengeluaran urine berkurang
5) Suhu tubuh meningkat
c. Dehidrasi Berat (kehilangan cairan 8% dari BB semula)
1) Penurunan kesadaran
2) Lemah, lesu
3) Takikardi
4) Mata cekung
5) Pengeluaran urine tidak ada
6) Hipotensi
7) Nadi cepat dan halus
8) Ekstremitas dingin
5. Pohon Masalah

Hilangnya cairan (air)


dalam tubuh

disebabkan oleh

 Berkeringat terlalu
banyak
 Pusing
a. Penurunan berat  Muntah hebat
 Lemah
badan akut  Diare hebat
 Letih
b. Mata cekung  Diuresis (jumlah air
 Anoreksia
c. Pengosongan vena kemih berlebihan).
 Mual muntah
jugularis
d. Pada bayi dan anak-  Rasa haus
menyebabkan  Gangguan mental
anak adanya
penurunan jumlah air  Konstipasi dan oliguri
Tanda Dehidrasi Gejala
mata  Penurunan tekanan darah
e. Pada pasien syok  HR meningkat
tampak pucat, HR  Suhu meningkat
cepat dan halus  Turgor menurun
f. Hipotensi dan oliguri  Lidah kering dan kasar
Klasifikasi Dehidrasi  Mukosa mulut kering

Dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi


Berat Ringan Ringan

1) Pengeluaran / kehilangan 1) Kehilangan kehilangan cairan


cairan sebanyak 4-6 liter. cairan 2-4 liter mencapai 5% BB
2) Serum natrium mencapai atau antara 5- atau 1,5-2 liter.
159-166 mEq/liter. 10% BB.
3) Hipotensi. 2) Serum natrium
4) Turgor kulit buruk. mencapai 152-
5) Oliguria. 158 mEq/liter.
6) Nadi dan pernapasan 3) Mata cekung.
meningkat.
7) Kehilangan cairan
mencapai > 10% BB.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Kadar natrium plasma darah
2. Osmolaritas serum
3. Ureum, kreatinin darah dan BJ urin
4. Tekanan vena sentral (CVP)

7. Penatalaksaan
a) Obat-obatan Antiemetik
Untuk mengatasi muntah
b) Obat-obatan anti diare
Pengeluaran feces yang berlebihan dapat diberikan obat-obat anti diare serta
dapat diberikan oralit.
c) Pemberian air minum
Pemberian air minum yang mengandung natrium cukup memadai untuk
mengatasi ketidakseimbangan yang terjadi.
d) Pemberian cairan intravena
Pada kekurangan cairan yang berat, maka diperlukan pemberian cairan
intravena. Larutan garam isotonik (0,9%) merupakan cairan infus terpilih untuk
kasus-kasus dengan kadar natrium mendekati normal, karena akan menambah
volume plasma. Segera setelah pasien mencapai normotensi, separuh dari
larutan garam normal (0,45%) diberikan untuk menyediakan air bagi sel-sel
dan membantu pembuangan produk-produk sisa metabolisme.
e) Pemberian bolus cairan IV
Pemberian bolus cairan IV awal dalam suatu uji beban cairan, untuk
mengetahui apakah aliran kemih akan meningkat, yang menunjukkan fungsi
ginjal normal.
Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Dehidrasi

A. Pengkajian Fokus
1) Data demografi
a) Jenis kelamin
Dehidrasi rentan terjadi pada wanita daripada pria.
b) Umur
Sering terjadi pada usia 65 tahun.
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Pasien mengeluh lemas, penurunan kesadaran, mual, muntah,
diare.
b) Riwayat penyakit dahulu
- Fistula : saluran yang terhubung secara tidak normal diantara
dua rongga tubuh yang seharusnya terpisah.
- Ileustomy : operasi pembuatan stoma pada dinding perut yang
dihubungkann dengan bagian akhir dari usus halus (ileum).
- Suction gastrointestinal
- Diabetes Melitus
- Diabetes Insipidus
- Perdarahan
c) Pemeliharaan Kesehatan
- Diet rendah garam.
- Pemasukan cairan kurang terpenuhi.
d) Pola cairan
- Gejala : haus berkurang, cairan berkurang.
- Tanda : berat badana menurun melebihi 2% sampai 8% dari
berat badan semula, membran mukosa mulut kering, dan lidah
kotor.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Kesadaran : apatis sampai coma.
b) Tekanan darah : menurun
c) Nadi : meningkat
d) Pernafasan: cepat dan dalam
e) Suhu tubuh meningkat pada waktu awal.
f) Turgor kulit menurun
g) CVP menurun
4) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Urine
- Osmolalitas kemih > 450 m osmol/kg
- Natrium urine > 10 meg/ L (penyebab pada ginjal/adrenal)
- Jumlah urine menurun (30-50cc/jam)
b) Pemeriksaan
- Hematokrit meningkat.
- Kadar protein seum meningkat.
- Hemoglobin menurun.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia.
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit.
3. Gangguan integritas kulit.
4. Intoleransi Aktivitas
5. Ansietas
C. Intervensi

No. Diagnose Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan

1. Hipovolemia Luaran utama: Manajemen


D.0023 Hipovolemia
Status cairan L.03028
Obsevasi :
Luaran tambahan 1. Periksa tanda dan 1. Mengetahui tanda-
gejala hipovoemia. tanda dehidrasi
Keseimbnagan elektrolit
2. Monitor intake dan 2. Mengetahui
Setelah dilakukan output cairan. keseimbangan
tidakan keperawatan di cairan dan derajat
harapkan status cairan Terapeutik kekurangan cairan
pasien membaik,
1. Hitung kebutuhan
dengan kriteria hasil:
cairan pasien. 1. Mengethaui intake
1. Turgor kulit pasien 2. Berikan asupan cairan yang
membaik (5). cairan oral. dibutuhkan pasien
2. Perasaan lemah Edukasi 2. Untuk mengganti
menurun (5). cairan yang hilang
1. Anjurkan
3. Keluhan haus 1. Untuk
memperbanyak
menurun (5). mempertahankan
asupan cairan oral.
4. Intake cairan cairan
Kolaborasi
membaik (5)
1. Kolaborasi
1. Membantu
pemberian cairan
memenuhi
IV isotonis (mis.
kebutuhan cairan
NaCl, RL).
tubuh secara
parenteral
2. Resiko Luaran utama: Manajemen elektrolit:
ketidak hypernatremia I.03106
Keseimbangan elektrolit
seimbangan
L.03021 Observasi
elektrolit
D.0037 Setelah dilakukan 1. Identifikasi tanda
tindakan keperawatan dan gejala
1. Tandan gejala dari
keseimbangan elektrolit peningkatan kadar
hypernatremia
membaik, dengan natrium
seperti haus,
krtiteria hasil:
demam, mua,
1. Serum natrium muntah, gelisah,
membaik (5). peka rangsangan,
2. Asupan cairan takikardi, letargi.
meningkat (5). 2. Identifikasi Konfusi dan kejang
3. Kelembaban penyebab 2. Penyebab
membran mukosa hypernatremia hypernatremia
meningkat (5). seperti infus NaCl
4. Dehidrasi menurun berlebih, diare,
(5). demam, keringat
5. Turgor kulit berlebih, diabetes,
membaik (5). sindrom cushing,
hiperaldosteronism
3. Periksa tanda-tanda e
kelebihan cairan 3. Mengetahui tanda
kelebihan cairan
seperti ortopneu,
dipsneu, edema,
4. Monitor intake dan BB meningkat
output cairan dalam waktu
singkat)
4. Mengetahui
5. Monitor kadar
keseimbangan
natrium serum dan
cairan dan derajat
urine
kekurangan cairan
5. Membantu
memelihara
kebutuhan cairan
Teurapetik: dan menurunkan
resiko dehidrasi
1. Hitung devisit
1. Mengetahui intake
cairan
cairan yang
2. Berikan diet rendah
dibutuhkan
nattrium
2. Menurunkan kadar
Kolaborasi:
natrium dalam
1. Kolaborasi koreksi darah
natrium dengan
kecepatan
1. Penentuan derajat
penurunan 1
dehidrasi
mEq/L/jam
3. Resiko Luaran utama: Perawatan integritas
gangguan kulit I.11353
Integritas kulit dan
integritas
jaringan L.14125 Observasi
kulit D.0139 1. Mengetahui
Luaran tambahan 1. Identifikasi penyebab integritas
penyebab gangguan kulit seperti
Perfusi perifer L. 02011
integritas kulit Perubahan
Setelah dilakukan sirkulasi,
tindakan keperawatan perubahan status
pasien tidak mengalami nutrisi, penurunan
gangguan integritas kelembaban, suhu
kulit, dengan kriteria lingkungan
hasil: ekstrem, penurunan
mobilitas
1. Hidrasi meningkat
(5) Edukasi
2. Turgor kulit 1. Untuk memenuhi
1. Anjurkan minum air
membaik (5) kebutuhan cairan
yang cukup
3. Tekstur kulit
membaik (5)
4. Intoleransi Toleransi aktivitas Manajemen energy
aktivitas L.05047 I.05178
D.0056 Setelah dilakukan Observasi :
tindakan keperawatan 1. Identifkasi 1. Mengetahui fungsi
masalah intoleransi gangguan fungsi tubuhmana saja
aktivitas teratasi dengan tubuh yang yang
kriteria hasil : mengakibatkan mengakibatkan
1. Kemudahan dalam kelelahan kelelahan
melakukan aktivitas 2. Monitor kelelahan
sehari-hari fisik dan emosional 2. Mengetahui tingkat
meningkat (5) status kelelahan
2. Kekuatan tubuh pasien dan tingkat
bagian atas emosi
3. Monitor pola dan
meningkat (5)
jam tidur
3. Kekuatan tubuh
4. Monitor lokasi dan
bagian bawah 3. Memantau pola
ketidaknyamanan
meningkat (5) tidur klien agar
selama melakukan
tidak terjadi
aktivitas
kelelahan
Terapeutik : 4. Membantu untuk
memudahkan
1. Sediakan
pasien beraktivitas
lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
1. Membantu
(mis. cahaya, suara,
mengurangi
kunjungan)
ketidaknyamanan
umtuk beraktivitas
Edukasi :

1. Anjurkan
melakukan aktivitas 1. Melatih agar pasien
secara bertahan bisa melakukan
(mis, olahraga sendiri aktivitas
ringan) yang di anjurkan
5. Ansietas Tingkat ansietas Terapi Relaksasi
D.0080 L.09093 I.09326
Setelah dilakukan Observasi : 1. Agar pasien dapat
tindakan keperawatan 1. Identifikasi teknik mengikuti teknik
diharapkan kecemasan relaksasi yang relaksasi yang
pasien berkurang pernah efektif diberikan
dengan kriteria hasil : digunakan
1. Kekhawatiran
akibat kondisi yang
dihadapi menurun 2. Periksa ketegangan 2. Mengetahui
(5). otot, frekuensi nadi, perubahan jika
2. Perilaku gelisah tekanan darah, dan terjadi ketegangan
menurun (5). suhu sebelum dan otot
3. Perilaku tegang sesudah latihan
menurun (5). 3. Monitor respon 3. Agar mengetahui
4. Pola berkemih terhadap terapi repon pasien
membaik (5) relaksasi apakah nyama
dengan relaksasi
Terapeutik : yang di berikan
1. Ciptakan atau tidak
lingkungan tenang
dan tanpa 1. Memberikan
gangguan dengan kenyamanan pada
pencahayaan dan pasien
suhu ruang
nyaman, jika
memungkinkan
2. Gunakan pakaian 2. Memberikan
longgar kenyamanan pada
pasien
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan, 1. Memberikan
manfaat, batasan, kenyamanan
dan jenis relaksasi relaksasi sesuai
yang digunakan dengan kemauan
(music, meditasi pasien
nafas dalam,
relaksasi otot
progresif) 2. Mempengaruhi
2. Anjurkan rileks dan ketenangan pasien
merasakan sensasi
relaksasi

DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi
3. Jakarta: Salemba Medika.
Tamsuri, Anas. 2008. Klien Gangguan Keseimbangan Cairan & Elektrolit. Jakarta: EGC.
Uliyah, Musrifatul dan A. Azis Alimul Hidayat. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.
Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia
Teori &Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai