Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

DEHIDRASI

Disusun Oleh :

Rizki Samsul Kurnia


C1AA20098

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA ANAK DENGAN DEHIDRASI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Dehidrasi, atau disebut juga ketidakseimbangan hiperosmolar (hyperosmolar imbalance),
terjadi akibat kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah
proporsional, terutama natrium. Kehilangan cairan (air) menyebabkan peningkatan kadar natrium,
peningkatan osmolalitas, serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah dari sel dan kompartemen
interstisial menuju ruang vaskular. Kondisi ini menyebabkan gangguan fungsi sel dan kolaps
sirkulasi. Orang yang berisiko mengalami dehidrasi salah satunya adalah individu lansia. Mereka
mengalami penurunan respons haus atau pemekatan urine. Di samping itu, lansia memiliki
proporsi lemak yang lebih besar sehingga berisiko tinggi mengalami dehidrasi akibat cadangan
air yang sedikit dalam tubuh. Klien dengan diabetes insipidus akibat penurunan sekresi hormon
diuretik sering mengalami kehilangan cairan tipe hiperosmolar. Pemberian cairan hipertonik juga
meningkatkan jumlah solut dalam aliran darah ( Tamsuri, 2008:19).

2. Klasifikasi
Klasifikasi dehidrasi berdasarkan derajatnya adalah sebagai berikut (Hidayat & Uliyah,
2015:34).
a) Dehidrasi berat, dengan ciri-ciri sebagai berikut.
1) Pengeluaran / kehilangan cairan sebanyak 4-6 liter.
2) Serum natrium mencapai 159-166 mEq/liter.
3) Hipotensi.
4) Turgor kulit buruk.
5) Oliguria.
6) Nadi dan pernapasan meningkat.
7) Kehilangan cairan mencapai > 10% BB.
b) Dehidrasi sedang, dengan ciri-ciri sebagai berikut.
1) Kehilangan cairan 2-4 liter atau antara 5-10% BB.
2) Serum natrium mencapai 152-158 mEq/liter.
3) Mata cekung.
c) Dehidrasi ringan, dengan ciri-ciri kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1,5-2 liter.

3. Faktor-Faktor Penyebab
Faktor - faktor penyebab dehidrasi dapat dijabarkan sebagai berikut (Syaifuddin, 2011).
a. Berkeringat terlalu banyak.
b. Muntah hebat.
c. Diare hebat.
d. Diuresis (jumlah air kemih berlebihan).

4. Tanda dan Gejala


Berikut ini tanda dan gejala dehidrasi berdasarkan tingkatannya:
a. Dehidrasi Ringan (kehilangan cairan 2-5% dari BB semula)
1) Haus, gelisah
2) Denyut nadi 90-110 x /menit, napas normal
3) Turgor kulit normal
4) Pengeluaran urine (1300 ml/hari)
5) Kesadaran baik
6) Denyut jantung meningkat
b. Dehidrasi Sedang (kehilangan cairan 5% dari BB semula )
1) Haus meningkat
2) Nadi cepat dan lemah
3) Turgor kulit kering, membran mukosa kering
4) Pengeluaran urine berkurang
5) Suhu tubuh meningkat
c. Dehidrasi Berat (kehilangan cairan 8% dari BB semula)
1) Penurunan kesadaran
2) Lemah, lesu
3) Takikardi
4) Mata cekung
5) Pengeluaran urine tidak ada
6) Hipotensi
7) Nadi cepat dan halus
8) Ekstremitas dingin
5. Pohon Masalah

Hilangnya cairan (air)


dalam tubuh

disebabkan oleh

 Berkeringat terlalu
banyak
 Pusing
. Penurunan berat  Muntah hebat
 Lemah
badan akut  Diare hebat
 Letih
. Mata cekung  Diuresis (jumlah air
 Anoreksia
. Pengosongan vena kemih berlebihan).
 Mual muntah
jugularis
menyebabkan  Rasa haus
. Pada bayi dan anak-
anak adanya  Gangguan mental
penurunan jumlah air  Konstipasi dan oliguri
Tanda Dehidrasi Gejala
mata  Penurunan tekanan darah
. Pada pasien syok  HR meningkat
tampak pucat, HR  Suhu meningkat
cepat dan halus  Turgor menurun
. Hipotensi dan oliguri  Lidah kering dan kasar
Klasifikasi Dehidrasi  Mukosa mulut kering

Dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi


Berat Ringan Ringan

1) Pengeluaran / kehilangan 1) Kehilangan kehilangan cairan


cairan sebanyak 4-6 liter. cairan 2-4 liter mencapai 5% BB
2) Serum natrium mencapai atau antara 5- atau 1,5-2 liter.
159-166 mEq/liter. 10% BB.
3) Hipotensi. 2) Serum natrium
4) Turgor kulit buruk. mencapai 152-158
5) Oliguria. mEq/liter.
6) Nadi dan pernapasan 3) Mata cekung.
meningkat.
7) Kehilangan cairan
mencapai > 10% BB.
6. penatalaksaan
a) Obat-obatan Antiemetik
Untuk mengatasi muntah
b) Obat-obatan anti diare
Pengeluaran feces yang berlebihan dapat diberikan obat-obat anti diare serta dapat diberikan
oralit.
c) Pemberian air minum
Pemberian air minum yang mengandung natrium cukup memadai untuk mengatasi
ketidakseimbangan yang terjadi.
d) Pemberian cairan intravena
Pada kekurangan cairan yang berat, maka diperlukan pemberian cairan intravena. Larutan garam
isotonik (0,9%) merupakan cairan infus terpilih untuk kasus-kasus dengan kadar natrium
mendekati normal, karena akan menambah volume plasma. Segera setelah pasien mencapai
normotensi, separuh dari larutan garam normal (0,45%) diberikan untuk menyediakan air bagi sel-
sel dan membantu pembuangan produk-produk sisa metabolisme.
e) Pemberian bolus cairan IV
Pemberian bolus cairan IV awal dalam suatu uji beban cairan, untuk mengetahui apakah aliran
kemih akan meningkat, yang menunjukkan fungsi ginjal normal.

Anda mungkin juga menyukai