Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEBIDANAN PADA An.

G USIA 5 TAHUN DENGAN DIARE


DEHIDRASI RINGAN DI PUSKESMAS PUNGGING
KABUPATEN MOJOKERTO

Disusun oleh :

RIA PURNAMA SARI

NIM : 202106090452

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI


LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA An. G USIA 5 TAHUN DENGAN DIARE


DEHIDRASI RINGAN DI PUSKESMAS PUNGGING
KABUPATEN MOJOKERTO

Mahasiswa atas nama :

NAMA : RIA PURNAMA SARI

NIM : 202106090452

Telah disahkan pada tanggal :……………………………………..

Pembimbing Institusi

Meirna Eka F,SST,M.Keb


TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Diare pada Anak


a. Pengertian Diare pada Anak
Diare adalah kejadian frekuensi buang air besar lebih dari 4
kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses
encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan
darah atau lendir saja dalam satu hari (24 jam). Dua kriteria
penting harus ada yaitu BAB cair dan sering. Apabila buang air
besar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut diare,
begitu juga apabila buang air besar dengan tinja cair tapi tidak
sampai tiga kali dalam sehari, maka itu bukan diare. Pengertian
Diare didefinisikan sebagai inflamasi pada membran mukosa
lambung dan usus halus yang ditandai dengan muntah-muntah
yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit.

b. Klasifikasi Diare
Ada tiga jenis diare menurut lama terjadinya yaitu diare
akut, diare persisten dan diare kronik. Klasifikasi diare
berdasarkan lama waktu dapat dikelompokkan menjadi :
1) Diare Akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang
meningkat dan konsistensi tinja yang lembek atau cair dan
bersifat mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu
kurang dari 2 minggu. Diare akut berlangsung kurang dari
14 hari tanpa diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh
penderita, gradasi penyakit diare dapat dibedakan dala empat
kategori, yaitu:
a) Diare tanpa dehidrasi
b) Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yan hilang
2-5% dari berat badan
c) Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang
hilang berkisar 5-8% dari berat badan
d) Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang
lebih dari 8-10% dari berat badan.
2) Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari,
merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara
diare akut dan kronik.
3) Diare Kronik
Diare kronis adalah diare hilang-timbull, atau berlangsung
lama dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit
sensitive terhadap gluten atau gangguan metabolism yang
menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. Diare kronik
adalah diare yang bersifat menahun atau persisten dan
berlangsung 2 minggu lebih.

c. Patofisiologi Diare
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
1) Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan meyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare. Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang
dapat dilewati air dan elektrolit dengan cepat untuk
mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan
cairan ekstraseluler.
Diare terjadi jika terdapat bahan yang secara osmotik
dan sulit diserap. Bahan tersebut berupa larutan isotonik dan
hipertronik. Larutan isotonik, air dan bahan yang larut di
dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare.
Bila substansi yang diabsorbsi berupa larutan hipertonik, air
dan elektronik akan pindah dari cairan ekstraseluler ke
dalam lumen usus sampai osmolaritas dari usus sama dengan
cairan ekstraseluler dan darah sehingga terjadi diare.
2) Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan
elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Akibat
rangsangan mediator abnormal misalnya enterotoksin yang
menyebabkan villi gagal mengabsorbsi natrium, sedangkan
sekresi klorida di sel epitel berlangsung terus atau
meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan sekresi air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
3) Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul
diare. Sebaliknya, bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula.

d. Gambaran Klinis dan Tanda Gejala


Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu
tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak
ada, kemudian timul diare. Tinja cair dan mungkin disertai
lender atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi
kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan
daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja
makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam
laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus
selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah
diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang
atau akibat gangguan keseimbangan asam basa atau elektrolit.

Bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan


elektrolit, maka gejala dehidrasi makin tampak. Berat badan
menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar
menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak
kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi
menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat, sedangkan
berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi
hipotonik, isotonik, dan hipertonik.

Tabel 1. Penentuan Derajat Dehidrasi


No Tanda dan Dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi Berat
Gejala Ringan Sedang
1 Keadaan Sadar, Gelisah, Mengantuk, lemas,
umum gelisah, haus mengantuk anggota gerak
dingin,
berkeringat,
kebiruan, mungkin
koma, tidak sadar.
2 Denyut nadi Normal Cepat dan Cepat, haus,
kadang-
kurang dari 120/menit lemah 120- kadang tak teraba,
140/menit kurang dari
140/menit.

3 Pernapasan Normal Dalam, mungkin Dalam dan cepat


cepat
4 Ubun-ubun Normal Cekung Sangat cekung
besar
5 Kelopak Normal Cekung Sangat cekung
mata
6 Air mata Ada Tidak ada Sangat kering
7 Selaput Lembab Kering Sangat
8 Elastisitas Pada pencubitan Lambat Sangat lambat
kulit kulit secara elastis (lebih dari 2 detik
kembali secara normal
9 Air seni Normal berkurang Tidak kencing
warnanya
tua

Sumber : Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan

Tanda dan Gejala Diare berdasarkan klasifikasi diare sebagai berikut:


Tanda dan Gejala Diare
Tanda dan Gejala Klasifikasi
Terdapat dua atau lebih tanda- tanda berikut:
1. Letargis atau tidak sadar
Diare dengan
2. Mata cekung
dehidrasi berat
3. Tidak bisa minum atau malas minum
4. Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat
1. Gelisah, rewel, atau mudah marah
Diare dengan
2. Mata cekung
dehidrasi
3. Haus, minum dengan lahap
ringan/sedang
4. Cubitan kulit perut kembalinya lambat
5. Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan
sebagai dehidrasi berat atau ringan atau sedang.

e. Pemeriksaan Penunjang atau Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang intensif perlu


dilakukan untuk mengetahui adanya diare yang disertai
kompikasi dan dehidrasi. Menurut William (2005),
pemeriksaan darah perlu dilakukan untuk mengetahui
Analisa Gas Darah (AGD) yang menunjukan asidosis
metabolic. Pemeriksaan feses juga dilakukan untuk
mengetahui :
a. Lekosit polimorfonuklear, yang membedakan antara
infeksi bakteri dan infeksi virus.
b. Kultur feses positif terhadap organisme yang merugikan.
c. Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dapat
menegaskan keberatan rotavirus dalam feses.
d. Nilai pH feses dibaah 6 dan adanya substansi yang
berkurang dapat diketahui adanya malaborbsi
karbohidrat.
Menurut Cahyono (2014), terdapat beberapa
pemeriksaan laboratorium untuk penyakit diare, diantaranya
:
a. Pemeriksaan darah rutin, LED (laju endap darah), atau
CPR (C-reactive protein). memberikan informasi
mengenai tanda infeksi atau inflamasi.
b. Pemeriksaan fungsi ginjal dan lektrolit untuk menilai
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Pemeriksaan kolonoskopi untuk mengetahui penyebab diare.
d. Pemeriksaan CT scan bagi pasien yang mengalami nyeri
perut hebat, untuk mengetahui adanya perforasi usus.
f. Diagnosis Diare
Diagnosis diare berdasarkan gejala klinis yang muncul,
riwayat diare membutuhkan informasi tentang kontak dengan
penderita gastroenteritis, frekuensi dan konsistensi buang air
besar dan muntah, intake cairan dan urin output, riwayat
perjalanan, penggunaan antibiotik dan obat-obatan lain yang bisa
menyebabkan diare. Pemeriksaan fisik pada diare akut untuk
menentukan beratnya penyakit dan derajat dehidrasi yang
terjadi. Evaluasi lanjutan berupa tes laboratorium tergantung
lama dan beratnya diare, gejala sistemik, dan adanya darah di
feses. Pemeriksaan feses rutin untuk menemukan leukosit pada
feses yang berguna untuk mendukung diagnosis diare, jika hasil
tes negative, kultur feses tidak diperlukan

g. Faktor Predisposisi Kejadian Diare


1) Faktor Infeksi
a) Infeksi enteral yaitu infeksi terjadi dalam saluran
pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada
anak. Infeksi enteral ini meliputi :
(1) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella
compylobacter, Yersinia, Aeromonas.
(2) Infeksi virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus.
Rotavirus merupakan penyebab utama diare akut
pada anak.
(3) Infestasi parasit : Cacing, Protozoa, Jamur
b) Infeksi parental yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar
pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA),
Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, dan Ensefalitis.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur dibawah 2 tahun.
2) Faktor Susunan Makanan
Faktor susunan makanan terhadap terjadinya diare tampak
sebagai kemampuan usus untuk menghadapi kendala yang
berupa:
a) Antigen
Susunan makanan mengandung protein yang tidak
homolog, sehingga dapat berlaku sebagai antigen.
b) Osmolaritas
Susunan makanan baik berupa formula susu maupun
makanan padat yang memberikan osmolaritas yang tinggi
sehingga dapat menimbulkan diare.
c) Malabsorpsi
Kandungan nutrien makanan yang berupa karbohidrat,
lemak maupun protein dapat menimbulkan intoleransi,
malabsorpsi maupun alergi sehingga terjadi diare pada
anak maupun bayi.
d) Mekanik
Kandungan serat yang berlebihan dalam susunan
makanan secara mekanik dapat merusak fungsi mukosa
usus sehingga timbul diare.
3) Faktor Lingkungan
Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare di
antaranya faktor lingkungan, faktor balita, faktor ibu dan
faktor sosiodemografis. Faktor lingkungan berupa sarana air
bersih (SAB), jamban, saluran pembuangan air limbah
(SPAL), keadaan rumah, tempat pembuangan sampah,
kualitas bakteriologis air dan kepadatan tempat tinggal.
4) Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat
Sosial ekonomi merupakan pengaruh langsung terhadap
faktor- faktor penyebab diare. Kebanyakan anak mudah
menderita diare berasal dari keluarga besar dengan daya beli
yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai
penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan,
oleh karena itu faktor edukasi dan perbaikan ekonomi sangat
berperan dalam pencegahan dan penanggulangan diare.
a) Pendidikan
Faktor sosial ekonomi berpengaruh terhadap kemampuan
untuk melanjutkan pendidikan yang akhirnya dapat
berpengaruh juga terhadap pengetahuan individu.
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba di mana sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan seseorang salah satunya dipengaruhi oleh
tingkat pendidikannya. Semakin tinggi pendidikan
seseorang maka kemampuan untuk menyerap dan
menganalisis informasi yang diterima juga semakin
tinggi.
b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk
mendapatkan nafkah atau pencaharian oleh individu guna
memenuhi kebutuhan sehari-harinya, pekerjaan
umumnya berkaita dengan tingkat pendidikan dan
pendapatan. Ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya
diasuh oleh orang lain, sehingga mempunyai resiko lebih
besar untuk terpapar penyakit.
1. Perilaku
Faktor prilaku orang tua khususnya ibu yang merupakan
penyebab langsung maupun tidak langsung sakit diare
pada anaknya yaitu tidak menerapkan kebiasaan cuci
tangan pakai sabun sebelum memberi ASI/ makan,
setelah buang air besar (BAB) dan setelah membersihkan
BAB anaknya.

h. Dampak Diare pada Anak


Beberapa akibat diare baik akut maupun kronis:
1) Kehilangan air dan elektrlit (dehidrasi)
Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) mengakibatkan
terjadinya gangguan keseimbangan asam basa (asidosis
metabolik, hypokalemia, dan sebagainya). Gangguan
keseimbangan asam basa disebabkan oleh:
a) Previous water losses, kehilangan cairan sebelum
pengelolaan, sebagai defisiensi cairan.
b) Normal water losses, berupa kehilangan cairan karena
fungsi fisiologis
c) Concomittant water losses, berupa kehilangan cairaan
saat pengelolaan
d) Kurangnya asupan makanan selama sakit, berupa
kekurangan cairan karena anoreksia atau muntah.

Mekanisme kekurangan cairan pada diare dapat terjadi


karena:
a) Pengeluaran usus yang berlebihan, disebabkan karena
sekresi mukosa usus yang berlebihan atau difusi cairan
tubuh akibat tekanan osmotik intra lumen yang tinggi.
b) Asupan cairan yang kurang, disebabkan karena muntah,
anoreksia, pembatasan makan dan minum, keluaran cairan
tubuh yang berlebihan (demam atau sesak napas).
2) Gangguan gizi
Gangguan gizi pada penderita diare dapat terjadi karena:
a) Kurangnya asupan makanan
b) Gangguan penyerapan makanan
c) Katabolisme
d) Kehilangan langsung

3) Perubahan ekologi dan ketahanan usus


Kejadian diare pada umumnya disertai dengan kerusakan
mukosa usus, keadaan ini dapat diikuti dengan gangguan
pencernaan karena deplesi enzim. Akibat lebih lanjut adalah
timbulnya hidrolisis nutrien yang kurang tercerna sehingga
dapat menimbulkan peningkatan hasil metabolismen yang
berupa substansi karbohidrat dan asam hidrolisatnya.
Keadaan ini akan merubah ekologi mikroba isi usus. Bakteri
tumbuh lampau akan memberikan kemungkinan terjadinya
dekonjugasi garam empedu sehingga terjadi peningkatan
jumlah asam empedu yang dapat menimbulkan kerusakan
mukosa usus lebih lanjut. Keadaan ini dapat pula disertai
dengan gangguan mekanisme ketahanan local pada usus,
baik yang disebabkan oleh kerusakan mukosa usus maupun
perubahan ekologi isi usus.
i. Pathway

`
j. Penatalaksanaan Diare
Dasar pengobatan diare adalah

a. Pemberian cairan : jenis cairan, cara memberikan cairan,


jumlah pemberianya.
1) Cairan per oral. Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan
sedang cairan diberikan per oral berupa cairan yang
berisikan NaCL dan NaHCO3, KCL dan glukosa. Untuk
diare akut dan kolera pada anak di atas umur 6 bulan
kadar natrium 90 mEq/L.Formula lengkap sering disebut
oralit.Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri
(formula tidak lengkap) hanya mengandung garam dan
gula (NaCL dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam
dan gula untuk pengobatan sementara di rumah sebelum
dibawa berobat ke rumah sakit/pelayanan kesehatan
untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.
2) Cairan parental. Sebenarnya ada beberapa jenis cairan
yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pasien
misalnya untuk bayi atau pasien yang MEP. Tetapi
kesemuanya itu bergantung tersedianya cairan setempat.
Pada umumnya cairan ringer laktat (RL) selalu tersedia di
fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai pemberian
cairan seberapa banyak yang diberikan bergantung dari berat
/ringanya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan
cairan sesuai dengan umur dan berat badanya.
3) Pemberian cairan pasien malnutrisi energi protein (MEP)
tipe marasmik.
Kwashiorkor dengan diare dehidrasi berat, misalnya
dengan berat badan 3-10 kg, umur 1bln-2 tahun, jumlah
cairan 200 ml/kg/24jam. Kecepatan tetesan 4 jam
pertama idem pada pasien MEP.Jenis cairan DG aa. 20
jam berikutnya: 150 ml/kg BB/20 jam atau 7 ml/kg
BB/jam atau 1 ¾ tetes/kg/BB/menit ( 1 ml= 15 menit)
atau 2 ½ tetes /kg BB/menit (1 ml=20 tetes). Selain
pemberian cairan pada pasien-pasien yang telah
disebutkan masih ada ketentuan pemberian cairan pada
pasien lainya misalnya pasien bronkopneumonia dengan
diare atau pasien dengan kelainan jantung bawaan, yang
memerlukan caiaran yang berlebihan pula. Bila kebetulan
menjumpai pasien-pasien tersebut sebelum memasang
infuse hendaknya menanyakan dahulu pada dokter.

b. Dietetik (cara pemberian makanan).


Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun
dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan:
4) Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandug
laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya
LLM, almiron atau sejenis lainya)
5) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat
(nasi tim), bila anak tidak mau minum susu karena di
rumah tidak biasa.
6) Susu kusus yang disesuaikan dengan kelainan yang
ditemukan missalnya susu yang tidsk mengandung
laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak
jenuh.

c. Obat-obatan. Prinsip pengobatan diare ialah


menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan
atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa atu karbohidrat lain (gula,air
tajin, tepung beras dan sebagainya). (Ngastiyah,
2014)
d. Terapi farmakologik
1. Antibiotik
Menurut Suraatmaja (2007), pengobatan yang tepat
terhadap penyebab diare diberikan setelah
diketahui penyebab diare dengan memperhatikan
umur penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja.
Pada penderita diare, antibiotic boleh diberikan
bila:
a) Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan
mikroskopik dan atau biakan.
b) Pada pemeriksaan mikroskopis dan atau
mikroskopis ditemukan darah pada tinja.
c) Secara kinis terdapat tanda-tanda yang
menyokong adanya infeksi maternal.
d) Di daerah endemic kolera.
e) Neonatus yang diduga infeksi nosokomial
2. Obat antipiretik
Menurut Suraatmaja (2007), obat antipiretik seperti
preparat salisilat (asetosol, aspirin) dalam dosis
rendah (25 mg/ tahun/ kali) selain berguna untuk
menurunkan panas akibat dehidrai atau panas
karena infeksi, juga mengurangi sekresi cairan
yang keluar bersama tinja.

3. Pemberian Zinc

Pemberianzinc selama diare terbuki mampu


mengurangi lama dan tingkat keparah diare,
mengurangi frekuensi buang air besar (BAB),
mengurangi volume tinja, serta menurunkan
kekambuhan diare pada tiga bulan berikutnya
(Lintas diare, 2011).
j. Pencegahan Diare
Untuk mencegah penyebaran diare dapat dilakukan dengan cara:
e. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun sampai bersih
pada lima waktu penting:
1) Sebelum makan.
2) Sesudah buang air besar (BAB).
3) Sebelum menyentuh balita anda.
4) Setalah membersihkan balita anda setelah buang air besar.
5) Sebelum proses menyediakan atau menghidangkan
makan untuk siapapun.
f. Mengkonsumsi air yang bersih dan sehat atau air yang sudah
melalui proses pengolahan. Seperti air yang sudah dimasak
terlebih dahulu, proses klorinasi.
g. Pengolahan sampah yang baik dengan cara pengalokasiannya
ditempatkan ditempat yang sudah sesuai, supaya makanan
anda tidak dicemari oleh serangan (lalat, kecoa, kutu, dll).

h. Membuang proses MCK (Mandi Cuci Kakus) pada


tempatnya, sebaiknya anda meggunakan WC/jamban yang
bertangki septik atau memiliki sepiteng (Ihramsulthan.com,
2010).

2. Dehidrasi
1. Pengertian dehidrasi
Menurut Mentes dan Kang (2013) dehidrasi adalah suatu
keadaan penurunan total air di dalam tubuh karena hilangnya
cairan secara patologis, asupan air tidak adekuat, atau kombinasi
keduanya. Dehidrasi terjadi karena pengeluaran air lebih banyak
daripada jumlah yang masuk, dan kehilangan cairan ini juga
disertai dengan hilangnya elektrolit. Dehidrasi adalah suatu
gangguan dalam keseimbangan air yang disebabkan pengeluaran
dalam tubuh melebihi pemasukan dalam tubuh sehingga jumlah
air pada tubuh berkurang (Prescilla, 2009).

2. Klasifikasi Derajat Dehidrasi


Menurut Lekasana (2015) derajat dehidrasi berdasarkan
persentase kehilangan air dari berat badan :
a Dehidrasi Ringan : kehilangan air 5% dari
berat badan b Dehidrasi Sedang : kehilangan
air 10% dari berat badan c Dehidrasi Berat :
kehilangan air 15% dari berat badan
Sedangkan klasifikasi derajat dehidrasi pada penderita diare
menurut WHO (2009) yaitu :
a. Diare dehidrasi berat
b. Diare dehidrasi ringan/sedang
c. Diare tanpa dehidrasi.

3. Tanda dan Gejala Dehidrasi


Menurut Cahyono (2014) beberapa gejala diare sebagai berikut :
a. Gejala umum
1) Pengeluaran feses yang encer
2) Peningkatan suhu tubuh disertai muntah dan lemas
3) Terdapat nyeri perut dan bising usus meningkat
4) Gejala dehidrasi yaitu terlihat lemah, menangis lemah,
respon tidak sesuai, nadi cepat, mulut kering, dan
apatis.
b. Gejala spesifik
1) Campylobacter: diare berair dan berdarah nyeri perut serta
demam.
2) Shigella sonnei: menyebabkan disentri dengan gejala
diare berlendir dan berdarah.
3) vibrio cholera : diare berat dan tinja berwarna putih
seperti cucian beras berbau amis
4) salmonella gastroenteritis: diare berair dan disentri
(diare yang disertai darah dalam feses)
Sedangkan menurut manajemen terpadu balita sakit MTBS
(2015) gejala diare terbagi 3 golongan yaitu:
a. Diare dehidrasi berat: letargis atau tidak sadar, mata cekung,
tidak bias minum atau malas minum, cubitan kulit perut
kembali sangat lambat.
b. Diare dehidrasi ringan/ sedang: gelisah, rewel/muda marah,
mata cekung, haus, minun dengan lahap, cubitan perut
kembali lambat.
c. Diare tanpa dehidrasi: tidak cukup tanda-tanda untuk
diklasifikasikan sebagai diare dehidrasi berat atau ringan/
sedang.

4. Faktor Risiko Terjadinya Dehidrasi


Menurut Leksana (2015) ada 3 faktor risiko terjadinya
dehidrasi dengan diare yaitu, penanganan diare di rumah yang
tidak tepat, muntah yang berlebih saat diare, dan demam.

Menurut Muttaqin & Sari (2011) secara umum diare


disebabkan oleh infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa,
memproduksi enterotoksin dan atau memproduksi sitotoksin.
Mekanisme ini mengakibatkan peningkatan sekresi cairan dan
atau menurunkan absorbsi cairan sehingga akan terjadi dehidrasi
dan hilangnya nutrisi dan elektrolit. Infeksi yang terjadi dapat
menyebabkan terjadinya demam dan muntah berlebih.Demam
merupakan respon sistemik dari invasi agent infeksi penyebab
diare, timbulnya demam menyebabkan anak tidak nafsu makan
dan minum sehingga pemasukan nutrisi dan cairan ke dalam
tubuh kurang.Muntah merupakan bagian dari respon inflamasi
khususnya diare neurotoksin yang diperoleh dari agent infeksi.
Apabila mengalami muntah yang berlebih dan penanganan
dirumah yang tidak tepat maka akan menyebabkan pengeluaran
cairan dalam tubuh semakin banyak sehingga dapat
menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi akan menjadi semakin berat
apabila pemasukan cairan kedalam tubuh kurang.
Dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh memicu
gangguan kesehatan.Mulai dari gangguan ringan seperti mudah
mengantuk, hingga penyakit berat seperti penurunan fungsi
ginjal (Noorastuti dan Nugraheni, 2010). Pada dehidrasi berat
terjadi defisit cairan sama dengan atau lebih dari 10% berat
badan (WHO, 2009).

5. Prognosis
Menurut Meadow dan Newell (2005) mengatakan penyakit
diare yang tidak dapat mendapatkan pertolongan dengan segera
akan mengalami dehidrasi dan dapat menyebabkan kematian
pada anak. Adanya infeksi yang berulang, akan menimbulkan
daya proteksi pada infeksi berikutnya.

6. Penanganan Faktor Risiko Dehidrasi


a. Penanganan diare di rumah yang tepat
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008)
penanganan diare dirumah yang tepat adalah dengan
memberikan cairan yang lebih banyak dari biasanya:
1) Jika masih menyusui maka teruskan dalam pemberian ASI.
2) Berikan oralit sampai diare berhenti, jika terjadi muntah
tunggu 10 menit lalu lanjutkan sedikit demi sedikit. Usia<
1 tahun berikan 50-100 ml setiap kali berak, > 1 tahun
berikan 100-200ml setiap kali berak.
3) Berikan cairan rumah tangga seperti kuah sayur atau air
matang sebagai tambahan.
b. Muntah yang berlebih
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008)
penanganan dehidrasi dengan muntah yang berlebih yaitu
dengan cara pemberian cairan tambahan seperti oralit dan
zinc. Rincian pemberian oralit dan zinc adalah sebagai
berikut :
1) Dehidrasi ringan dan sedang
Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75ml x
berat badan anak, jika berat badan tidak diketahui dapat
menggunakan usia. Usia
<1 tahun 300ml, 1-4 tahun 600ml, >5 tahun 1200ml,
untuk bayi <6 bulan yang tidak mendapat asi berikan juga
100-200ml air masak selama masa ini, untuk usia >6
bulan tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali asi
dan oralit. Beri obat zinc selama 10 hari berturut-turut,
usia<6 bulan ½ tablet per hari, >6 bulan 1 tablet per hari.

2) dehidrasi berat
Beri cairan intravena segera ringer laktat atau NaCl
0,9%. Usia <1 tahun 30ml/BB 1 jam pertama kemudian
50ml/BB per 5 jam, >1 tahun 30ml/BB 30 menit
pertama, kemudian 50ml/BB 2 ½ jam. Nilai kembali
tiap 15-30 menit serta diberikan oralit 5ml/kg/jam jika
bisa minum biasanya 3-4 jam untuk bayi dan 1-2 jam
untuk anak serta berikan obat zinc selama 10 hari
berturut-turut.
c. Demam

Penelitian yang dilakukan oleh lubis dan lubis


(2011) mengatakan bahwa penanganan demam
pada balita adalah dengan memberikan
antipiretik paracetamol dan ibuprofen.Ibuprofen
memiliki risiko yang terkecil terhadap efek
samping gastrointestinal.Untuk parasetamol oral,
dosis standar 10–15 mg/kg per dosis
(maksimum, 1 gr per dosis) diberikan 4–6 kali
per hari. Dosis terapeutik maksimum 60 mg/kg
per hari pada anak usia<3 bulan dan 80 mg/kg
per hari pada anak usia >3 bulan (maksimum, 3
gr/hari), dan dosis toksik ialah >150 mg/kg pada
pemberian tunggal. Untuk ibuprofen oral, dosis
standar 10 mg/kg per dosis (maksimum, 800 mg
per dosis) diberikan 3 atau 4 kali sehari. Dosis
terapeutik maksimum 30 mg/kg per hari
(maksimum, 1,2 gr/hari), dan dosis toksik >100
mg/kg per hari. Pada jam ke-4
BAB II
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA An. G USIA 5 TAHUN DENGAN DIARE


DEHIDRASI RINGAN DI PUSKESMAS PUNGGING
KABUPATEN MOJOKERTO

Tanggal pengkajian : 13 Juni 2022 Jam : 083.00

I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Biodata
Anak
Nama anak : An. G
Tanggal Lahir : 10 Februari 2017
Usia : 60 bulan
Jenis Kelamin : Laki-Laki
BB : 15 Kg
Anak ke : 1 (pertama)

Orang Tua
Nama klien : Ny. F Nama suami : Tn. M
Umur : 25 th Umur : 26 th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : - Penghasilan : Rp 2.700.000,-
Alamat : Jantilangkung Alamat : Jantilangkung
2. Alasan Utama
Ibu mengatakan ingin memeriksakan anaknya yang diare kurang lebih
5x dan rewel sejak kemarin malam

3. Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu mengatakan kemarin pagi coba mengganti susu anaknya, sejak
kemarin sore hingga pagi ini anaknya sudah berak cair, kadang
disertai ampas sedikit, diarenya sebanyak kurang lebih 5x, tidak
muntah, sejak semalam anaknya rewel, kadang sambil memegang
perutnya, ibu khawatir anaknya lemas.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu mengatakan keluarga dalam satu rumah (ibu, suami, nenek, kakek,
om) tidak ada yang diare. Ibu juga mengatakan keluarganya tidak
menderita penyakit menular (HIV/AIDS, TBC, Hepatitis), penyakit
menurun (Hipertensi, Asma, DM) maupun penyakit menahun
(Jantung, Ginjal).

5. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas


a) Kehamilan
Ibu mengatakan saat hamil muda sampai hamil tua (trimester 1-3)
rutin periksa ke bidan dan Puskesmas, Ibu juga rajin minum
vitamin yang diberikan.
b) Persalinan
Ibu mengatakan anaknya lahir tanggal 10 Februari 2017 secara
normal di Puskesmas Pungging dengan BB lahir 2900, PB 50 cm.
c) Nifas
Ibu mengatakan masa nifas berjalan secara normal dan tidak ada
keluhan apapun.
6. Pola kebiasaan sehari-hari
a) Pola Nutrisi : Ibu mengatakan anaknya minum susu hampir 2-3 jam
sekali, kadang makan buah dan bubur

b) Pola Aktivitas : Ibu mengatakan anaknya selalu bergerak aktif

c) Pola Istirahat : Ibu mengatakan tidur malam ±10 jam dan tidur siang
3-4 jam per hari tanpa ada keluhan

d)Pola Eliminasi : Ibu mengatakan BAK ±6-7x/hari dan BAB ±2x/hari


tanpa ada keluhan

e) Pola Personal Hygiene : Ibu mengatakan anaknya mandi 2x/hari,


gosok gigi setiap mandi, sering ganti pempers tanpa menunggu
pempers penuh, ganti celana tiap habis BAB/BAK

7. Riwayat Psikososial dan Budaya


Riwayat Psikologis : anak rewel
Riwayat Sosial : anak tinggal satu rumah dengan orang tua,
hubungan keluarganya harmonis
Riwayat Budaya : ibu mengatakan keluarga tidak percaya
tahayul, kebiasaan berobat ke layanan
Kesehatan.

8. Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan anaknya sudah melakukan imunisasi lengkap mulai
dari Hb0 pada saat lahir sampai dengan imunisasi Campak Rubella
lanjutan usia 18 bulan.
Tanggal Jenis Imunisasi Keterangan
25 September 2017 Hb0
Oktober 2017 Polio 01 Ibu mengatakan lupa
Oktober 2017 BCG tanggalnya
November 2017 DPT Combo 1, Polio
2

Desember 2017 DPT Combo 2, Polio


3

Januari 2018 DPT Combo 3, Polio


4, IPV
Juni 2018 Campak
Maret 2019 DPT Combo dan
Campak Rubela
lanjutan

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : anak rewel seperti kesakitan
Kesadaran : Compomenstis
BB : 16 kg
BB sebelumnya : 16,3 kg (turun 0,3kg)
TTV :
Nadi : 100x/menit
RR : 40x/menit
Suhu : 36,9 C

2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Kepala : simetris, tidak ada benjolan abnormal, rambut
warna hitam, ubun-ubun besar menutup
Wajah : oval, simetris, tidak pucat, tidak ada kuning
Mata : simetris, cekung, konjungtiva merah muda, sclera
putih
Hidung : simetris, bersih, tidak ada kelainan, tidak ada
pernafasan cuping hidung
Telinga : daun telinga simetris, bersih, tidak ada kelainan
Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan
kelenjar limfe
Dada : simetris, gerak nafas teratur
Perut : tidak ada benjolan abnormal, turgor baik (Kembali
cepat)
Genetalia : bersih
Anus : tidak iritasi, berak cair+ampas (+)
Ekstremitas atas & bawah : simetris, polidaktil (-), syndaktil (-),
gerak sendi bebas, RCT <2 menit
b. Inspeksi
Dada : paru sonor, jantung lup dup
Perut : Peristaltik >25x/menit (hiperperistaltik)

c. Perkusi
Abdomen : tidak kembung

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH


13 Juni 2022 Jam 08.00
Dx : An. G Usia 5 Tahun Dengan Diare Dehidrasi Ringan
Ds : Ibu mengatakan kemarin pagi coba mengganti susu anaknya, sejak
kemarin sore hingga pagi ini anaknya sudah berak cair, kadang disertai
ampas sedikit, diarenya sebanyak kurang lebih 5x, tidak muntah, sejak
semalam anaknya rewel, kadang sambil memegang perutnya, ibu
khawatir anaknya lemas.
Do :
Keadaan umum : anak rewel seperti kesakitan, Nadi: 100x/menit, RR:
40x/menit, Suhu : 36,9 C, BB turun 0,3 kg, mata cekung, mukosa bibir
kering, RCT <2 menit, turgor kulit kembali cepat, peristaltic >25x/menit
(hiperperistaltik), kembung (-), berak cair+ampas (+).
III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
Dx Potensial: Gastroesteritis Sedang-Berat
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Rehidrasi Oral

V. INTERVENSI
Dx : An. G Usia 5 Tahun Dengan Diare Dehidrasi Ringan
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan Kebidanan anak tidak dehidrasi dan diare dapat
berhenti

Kriteria hasil :
1. Ibu mengerti kondisi anak saat ini
2. Ibu mengerti tujuan rehidrasi
3. Anak mendapatkan rehidrasi
4. Ibu bisa memberikan rehidrasi oral
5. Ibu dapat melakukan pengawasan terhadap keadaan anaknya

Rencana tindakan
1. Beri cairan, tablet zinc, dan makanan sesuai rencana terapi B
R/pemenuhan kebutuhan cairan, zinc sebagai pemenuhan nutrien
2. Jika terdapat klasifikasi berat:
- Rujuk segera
- Jika masih bisa minum, beriksan ASI dan larutan oralit selama
perjalanan R/ pemenuhan kebutuhan cairan mencegah dehidrasi
R/ Untuk segera mendapatkan penanganan yang tepat
3. Nasehati kapan kembali segera
Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan R/ agar ibu mampu
mengevaluasi kondisi anak dan menjamin anak dalam kondisi sehat
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 13 Juni 2022 Jam : 08.20
Dx : An. G Usia 5 Tahun Dengan Diare Dehidrasi Ringan
1. Memberikan cairan, tablet zinc, dan makanan sesuai rencana terapi B
H/Ibu kooperatif
2. Jika terdapat klasifikasi berat:
- Menganjurkan Ibu untuk merujuk segera
- Jika masih bisa minum, Menganjurkan ibu beriksan ASI dan larutan
oralit selama perjalanan R/ Ibu koopertatif
Persisapan alat untuk membuat cairan oralit
a) Alat
 Oralit saset
 Gunting
 Gelas blimbing 200cc
 Sendok pengaduk
 Air bersih layak minum
b) Persiapan ibu
Ibu harus cuci tangan dulu
c) Langkah-langkah
 Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir, kemudian
keringkan dengan menggunakan handuk kering
 Tuangkan air minum dalam gelas 200cc
 Masukkan 1 sachet oralit dalam gelas
 Aduk cairan oralit sampai larut
 Minumkan cairan oralit dalam bentuk hangat atau tanpa
pendingin, berikan sekitar 5 gelas dalam 24 jam, jika anak
mengkonsumsi minuman lain jumlah oralit bisa dikurangi.
3. Nasehati kapan kembali segera
Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan H/ Ibu mengerti pejelasan
petugas.
VII. EVALUASI
Tanggal : 13 Juni 2022 Jam : 09.20
Dx : An. G Usia 5 Tahun Dengan Diare Dehidrasi Ringan

S : Ibu mengatakan sudah mengerti dan paham tentang semua


penjelasan yang di berikan oleh bidan, mulai kondisi anaknya,
kebutuhan segera pada anaknya, cara membuat cairan oralit hingga
kembali control.
O : keadaan umum baik, cairan oralit sudah diminum 1 gelas, ank
tidak rewel, mata cekung berkurang
A : An. G Usia 5 Tahun Dengan Diare Dehidrasi Ringan
P : lanjutkan penatalaksanaan sesuai dengan rencana

VIII. CATATAN PERKEMBANGAN (3 hari)


Tanggal : 16 Juni 2022 Jam : 08.00 WIB
S : ibu mengatakan anaknya sudah tidak rewel, beraknya sudah 2 hari
ini lembek bergumpal, sehari BAB 2x seperti biasa, tidak cair dan
tidak ada darah, nafsu makan dan minum baik, anak mau bermain
aktif seperti baisa.
O : keadaan umum baik, mata tidak cekung, turgor kulit baik, mukosa
bibir lembab, BB 16,2 kg, peristaltic sekita 10x/menit, perut tidak
kembung, anus bersih, S: 36.7 C, N: 100x/mnt, Rr: 40x/m
A : An. G Usia 5 Tahun Dengan Diare Dehidrasi Ringan
P : menganjurkan ibu untuk tetap menjaga Kesehatan dan tumbuh
kembang anak.
LEMBAR MTBS

TATALAKSANA BALITA SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

Tanggal kunjungan 13-06-2022 Kunjungan pertama : √ Kunjungan ulang :


Nama Anak : An.G L/P Nama Ibu : Ny.F
Umur : 60 bln BB : 16 kg PB/TB : 110cm Suhu : 36,9°C
Anak sakit apa ? Diare
PENILAIAN KLASIFIKASI TINDAKAN
(lingkari semua gejala yang ditemukan)
MEMERIKSA TANDA BAHAYA UMUM Ada tanda Ingatlah untuk merujuk
• Tidak bisa minum atau menyusu Bahaya umum ? setiap anak yang
• Memuntahkan semuanya mempunyai tanda
• Kejang Ya Tidak √ bahaya umum
• Letargis atau tidak sadar
APAKAH ANAK BATUK ATAU SUKAR
BERNAFAS ? Ya Tidak √
Sudah berapa lama? Hari
Hitung nafas dalam 1 menit ____ kali/mnt.
Napas cepat ?
• Lihat tarikan dinding dada ke dalam
• Dengar adanya stridor

APAKAH ANAK DIARE ? Ya_√_ Tidak Diare


Sudah berapa lama ? _2_Hari Dehidrasi
Adakah darah dalam tinja ?
Lihat keadaan umum anak : Ringan
• Letargis atau tidak sadar
• Gelisah atau rewel
Lihat apakah mata cekung? Ya_√_ Tidak
Beri anak minum :
• Tidak bisa minum atau malas minum
• Haus, minum dengan lahap
Cubit kulit perut, apakah kembalinya :
• Sangat lambat (lebih dari 2 detik) ?
• Lambat ? Ya Tidak √
APAKAH ANAK DEMAM ?
(Anamnesis ATAU teraba panas ATAU suhu ≥ Lakukan Pemeriksaan
37,5˚C Ya Tidak RDT Hasil : RDT (+) / (-
)
Tentukan Daerah Risiko Malaria : Tinggi
Rendah Tanpa Risiko Jika Risiko Rendah
atau Tanpa Risiko Malaria, tanyakan : Lakukan Pemeriksaan
Apakah anak berkunjung keluar daerah ini dalam 2 SDM (mikroskopis)
minggu terakhir?
Jika Ya, tentukan daerah Risiko sesuai tempat
yang dikunjungi. Ambil sediaan darah : (tidak
dilakukan untuk daerah tanpa Risiko)
Periksa RDT jika belum pernah dilakukan dalam 28
hari terakhir. ATAU Periksa mikroskopis darah jika
sudah dilakukan RDT dalam 28 hari terakhir
Sudah berapa lama anak demam? hari
• Jika lebih dari 7 hari, apakah demam terjadi setiap
hari?
• akah anak pernah mendapat anti malaria dalam 2
minggu terakhir ?
• Apakah anak menderita campak dalam 3 bulan
terakhir?
• Lihat & raba adanya kaku kuduk
• Lihat adanya pilek
Lihat tanda-tanda CAMPAK :
• Ruam kemerahan di kulit yang menyeluruh DAN
• Salah satu dari : batuk, pilek atau mata merah

Jika anak sakit campak saat ini atau dalam 3 bulan


terakhir :
• Lihat adanya luka di mulut.
• Jika Ya, apakah dalam atau luas?
• Lihat adakah nanah di mata
• Lihat adakah kekeruhan di Kornea

Klasifikasikan Demam Berdarah jika demam 2 hari


s/d 7 hari
• Apakah demam mendadak tinggi & terus
menerus?
• Apakah ada perdarahan dari hidung atau gusi
yang berat?
• Apakah anak muntah? Jika Ya :
• Apakah beraknya berwarna hitam?
• Apakah nyeri ulu hati atau gelisah ?
• Perhatikan tanda-tanda syok :
• Lihat adanya perdarahan dari hidung atau gusi
yang berat
• Lihat adanya bintik perdarahan di kulit (petekie)
Jika sedikit dan tak ada tanda lain dari DBD,
lakukan uji torniket jika mungkin

PENILAIAN KLASIFIKASI TINDAKAN


(lingkari semua gejala yang ditemukan)
APAKAH ANAK MEMPUNYAI MASALAH
TELINGA ? Ya Tidak √
• Apakah ada nyeri telinga ?
• Adakah nanah / cairan keluar dari telinga ?
• Jika ya, sudah berapa lama ? Hari
• Lihat adakah nanah / cairan keluar dari telinga
• Raba adanya nyeri pembengkakan yang nyeri di
belakang telinga
MEMERIKSA STATUS GIZI
Lihat apakah anak tampak kurus atau sangat kurus
Lihat adanya pembengkakan di kedua punggung
kaki
Tentukan berat badan menurut PB atau TB :
- BB / TB (PB) < -3 SD
- BB / TB (PB) ≥ -3 SD - < -2 SD
- BB / TB (PB) -2 SD - +2 SD
MEMERIKSA ANEMIA
Lihat adanya kepucatan pada telapak tangan :
- Sangat pucat ?
- Agak pucat ?
MEMERIKSA STATUS IMUNISASI Imunisasi yang
(lingkari imunisasi yang dibutuhkan hari ini) diberikan hari ini :
√ √ √ √ √ √
BCG HB-0 Polio 1 Polio 2 Polio 3 Polio 4
√ √ √ √
DPT-HB-Hib1 DPT-HB-Hib2 DPT-Hib 3 IPV

Campak DPT-HB-Hib (Lanjutan) Campak (Lanjutan)
MEMERIKSA PEMBERIAN VITAMIN A Apakah diberi Vit.A
Dibutuhkan Vitamin A : Ya Tidak √ hari ini?

Ya Tidak √
MENILAI MASALAH / KELUHAN LAIN

LAKUKAN PENILAIAN PEMBERIAN


MAKAN
Jika anak KURUS atau ANEMIA atau UMUR >2
TAHUN dan tidak akan dirujuk segera
• Apakah ibu menyusui anak ini? Ya Tidak √ Jika
Ya, berapa kali dalam 24 jam? kali
• Apakah menyusu juga dimalam hari? Ya Tidak
• Apakah anak mendapat makanan/minuman lain?
Ya √ Tidak
• Jika Ya, makanan atau minuman apa? Nasi, Telur,
ayam, minum susu balita
Berapa kali sehari? 3 kali
• Alat apa yang digunakan untuk memberi
makan/minum anak? Gelas
Jika anak KURUS :
• Berapa banyak makanan/minuman yang
diberikan pada anak ?
• Apakah anak mendapat makanan tersendiri?
Ya Tidak
Siapa yang memberi makan & bagaiman caranya?
• Selama sakit ini apakah ada perubahan pemberian
makan pada anak? Ya Tidak
Jika ”Ya” bagaimana ?

Nasehati kapan segera


Kunjungan Ulang 3 Hari

Ttd Pemeriksa

Anda mungkin juga menyukai